Anda di halaman 1dari 33

RADIOLOGI VETERINER

AORTIC TROMBOEMBOLISM

Kelompok 4
Kresensia Cyntia Dosom 1809511011
Ni Putu Tiara Indriana 1809511012
Silvester Yesa Gilbert Palangan 1809511014
Bravanasta Glory Rahmadyasti Utomo 1809511047
Komang Ayu Triana Sanjiwani 1809511049
Ferdy Olga Saputra 1809511050
Yusril Chalid Wicaksono 1809511066
Kadek Chindy Budiartami 1809511067
Anastasia Bhala 1809511068
Ni Made Suksmadewi Wisnantari 1809511099
Nur Intan Wulan Yunita 1809511100
I Made Surya Meganugraha 1809511101
Nurhasiyat N. 1909511007
Wayan Sangi Vani 1909511008
Putri Gunarso 1909511039
Maria Nindi Dewi Sugiarto 1909511040
Annisa Budiani 1909511068
Agil Adi Putri 1909511069
I Nyoman Perdana Adi Putra 1909511097
I Gede Arya Bayu Mahendra 1909511098
Jelita Banurea 2109511167

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “Aortic Trombolism” tepat waktu. Paper disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Radiologi Veteriner. Selain itu, penulis juga berharap agar paper
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata


kuliah Radiologi Veteriner. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan paper ini.

Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 14 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Radiografi .............................................................................. 3


2.2 Radiografi Pada Sistem Kardiovaskuler ............................................. 3
2.3 Anatomi Radiografi Jantung Normal ................................................. 5
2.4 Aortic Tromboembolism ...................................................................... 7
2.4.1 Defenisi ........................................................................................ 8
2.4.2 Etiologi ......................................................................................... 8
2.4.3 Patogenesis ................................................................................... 9
2.4.4 Gejala Klinis ................................................................................ 9
2.4.5 Diagnosa dan Prognosis ............................................................ 10
2.4.5.1 Diagnosa Banding ....................................................... 10
2.4.5.2 Prognosis ..................................................................... 12
2.4.6 Pengobatan dan Pencegahan..................................................... 13

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Persiapan Alat dan Bahan ................................................................. 16


3.2 Posisi Pemeriksaan Aortic Tromboembolism ................................... 16
3.3 Prosedure Pemeriksaan Aortic Tromboembolism............................ 16
3.4 Interpretasi Hasil X-ray ..................................................................... 17
3.4.1 Location ..................................................................................... 18
3.4.2 Margin ....................................................................................... 19
3.4.3 Number ...................................................................................... 19

iii
3.4.4 Opacity....................................................................................... 20
3.4.5 Size ............................................................................................. 21
3.4.6 Shape.......................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................... 24
4.2 Saran................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 25

iv
DAFTAR GAMBAR
Figure 1. Jantung biasa. A dan B, Pandangan telentang lateral kanan. A diambil dengan jantung
dalam sistol dan B dengan jantung dalam diastol. Dorsoventral (C) dan ventrodorsal (D) dilihat
dari jantung yang sama. Pada tampilan dorsoventral, jantung tampak lebih ..................... 4
Figure 2. Analogi jam pada jantung anjing (posisi lateral) ............................................... 5
Figure 3. Analogi jam pada jantung kucing (posisi lateral) .............................................. 5
Figure 4. Anatomi radiografi jantung normal pada Labrador Retriever(T.lateral) ............. 6
Figure 5. Analogi jam pada jantung anjing (posisi dorsoventral) ..................................... 7
Figure 6. Analogi jam pada jantung kucing (posisi dorsoventral) ..................................... 7
Figure 7. Lokasi Normal Jantung Anjing Tampak Lateral ............................................... 17
Figure 8. Lokasi Normal Jantung Anjing Tampak Dorsoventral ...................................... 18
Figure 9. Radiografi toraks lateral recumbent kanan ........................................................ 19
Figure 10. Gambar CT-angiogram transversal dari aorta ................................................. 19
Figure 11 Radiografi daerah thorax kucing siam penderita FATE .................................... 20
Figure 12 Interpretasi jantung anjing yang normal ........................................................... 21
Figure 13. perhitungan Vertebrae Heart Size (VHS) pada anjing kintamani ..................... 21
Figure 14. Kucing siam berusia 8 tahun dengan FATE dan HCM .................................... 22
Figure 15. TE menutup bifurkasi aortoiliaka (pelana aorta) ............................................. 23
Figure 16. Diseksi postmortem dari trombus sadel pada percabangan arteri iliaka ........... 23

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiografi merupakan sarana penunjang diagnostik yang sudah berkembang
pesat baik didunia kedokteran manusia maupun dalam dunia kedokteran hewan yang
bertujuan untuk kesejahteraan. Pemanfaatan sinar-x dalam radiodiagnostik dunia
kedokteran hewan sangat menunjang dalam penegakkan diagnosa. Sinar-x ditemukan
oleh ahli fisika Jerman yang bernama Wllhelm Conrad Roentgen pada 8 November
1895, sehingga sinar-x ini juga disebut Sinar Roentgen. Perkembangan Roentgen di
lndonesia dimulai oleh Dr. Max Herman Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan
Belanda yang bekerja sebagai dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus
berkembang dari tahun ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia
kedokteran hewan sebagai sarana penunjang diagnose (Ulum & Noviana, 2008).
Radiografi thoraks merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk
pemeriksaan sistem respirasi dan sistem kardiovaskuler pada hewan. Penyakit
kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung umumnya mengacu pada
kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah yang bisa
menyebabkan serangan jantung, nyeri dada atau stroke. Kondisi jantung lainnya yang
mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk penyakit jantung.
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada hewan yaitu Aortic
thromboembolism.
Aortic thromboembolism adalah kondisi yang sering terjadi pada kucing dan
jarang terjadi pada anjing. Kasus ini ditandai dengan onset akut paraparesis atau
paraplegia, nadi femoralis lemah atau tidak ada, nyeri, sianosis dan hipotermia pada
tungkai distal. Pada kucing, kondisi ini terutama terkait dengan penyakit jantung
seperti, kardiomiopati hipertrofik, kardiomiopati dilatasi dan restriktif juga telah
dilaporkan (Gonçalves et al., 2008). Pada anjing, penyebab yang telah dilaporkan
adalah penyakit jantung, neoplasia, glomerulonefropati, aterosklerosis yang
berhubungan dengan hipotiroidisme dan hiperadrenokortisme, keadaan septikemia,
endokarditis vegetatif, dan terapi kortikosteroid (Kirberger & Zambelli, 2007).
Diagnosa Aortic thromboembolism dapat didasarkan pada kombinasi dari gejala klinis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti radiografi thoraks untuk melihat
perubahan pada sistem kardiovaskuler.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan radiografi?
1.2.2 Bagaimana radiografi pada sistem kardiovaskuler?
1.2.3 Bagaimana anatomi radiografi pada jantung normal?
1.2.4 Bagaimana terminologi, etiologi, gejala klinis, patogenesis, diagnosis,
prognosis, pencegahan, dan pengobatan dari Aortic thromboembolism?
1.2.5 Apa saja persiapan alat dan bahan saat melakukan rontgen sistem
kardiovaskuler?
1.2.6 Bagaimana posisi saat melakukan pemeriksaan sistem kardiovaskuler?
1.2.7 Bagaimana prosedur pemeriksaan rontgen sistem kardiovaskuler?
1.2.8 Bagaimana interpretasi hasil saat melakukan x-ray pada Aortic
thromboembolism?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari radiografi.
1.3.2 Untuk mengetahui radiografi pada sistem kardiovaskuler.
1.3.3 Untuk mengetahui anatomi radiografi pada jantung normal.
1.3.4 Untuk mengetahui terminologi, etiologi, gejala klinis, patogenesis, diagnosis,
prognosis, pencegahan dan pengobatan dari Aortic thromboembolism.
1.3.5 Untuk mengetahui persiapan alat dan bahan saat melakukan rontgen sistem
kardiovaskuler.
1.3.6 Untuk mengetahui posisi saat melakukan pemeriksaan sistem kardiovaskuler.
1.3.7 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan rontgen sistem kardiovaskuler
1.3.8 Untuk mengetahui interpretasi hasil saat melakukan x-ray pada Aortic
thromboembolism
1.4 Manfaat Penulisan
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Radiologi Veteriner. Melalui paper ini diharapkan kalangan
mahasiswa Universitas Udayana, khususnya mahasiswa dari Fakultas Kedokteran
Hewan memiliki wawasan lebih tentang pemeriksaan radiografi dan teknik
pemeriksaannya. Selain itu juga untuk menambah ilmu mengenai Aortic
thromboembolism, terutama manifestasinya dalam gambaran radiografi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Radiografi
Radiografi adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji atau disajikan pada film. Radiografi umumnya
digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya bagian dalam tubuh
manusia maupun bagian dalam tubuh hewan. Gambaran benda yang diambil dengan
radiografi disebut radiograf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang,
terutama pengobatan dan industri. Radiologi memiliki peran signifikan dalam
penanganan kondisi medis tertentu yang dialami pasien. Tiga bidang radiologi, yaitu
radiologi diagnostik, radiologi intervensional, dan radiologi onkologi, membantu
dokter utama yang menangani pasien dalam penegakan diagnosis dan pengobatan
penyakit. Hasil pemeriksaan radiologi juga dapat mencegah operasi invasif yang tidak
perlu.
Pemeriksaan radiografi mampu memperlihatkan bagian dalam tubuh pasien
untuk mendapatkan petunjuk mengenai kondisi medis yang dialami. Beragam mesin
dan teknik radiologi dapat digunakan untuk menghasilkan citra struktur dan aktivitas
dalam tubuh. Jenis pencitraan yang dipakai bergantung pada gejala dan bagian tubuh
yang diperiksa. Fungsi dan tujuan utama pemeriksaan radiologi adalah membantu
dokter dalam upaya mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan memberi mereka
informasi dari hasil tes radiologi yang tepat waktu dan dapat diandalkan. Tujuan
diagnostik adalah untuk memperoleh informasi diagnostik yang maksimal dengan
paparan radiasi yang minimal dari pasien, petugas radiologi, dan masyarakat umum.
Hal ini dapat dicapai jika pedoman untuk praktik yang aman diikuti dan teknologi yang
tersedia untuk mengurangi paparan terhadap personel digunakan. Teknologi pencitraan
sangat penting untuk diagnosis dan stadium yang memadai dalam onkologi manusia
dan hewan.

2.2 Radiografi Pada Sistem Kardiovaskuler


Pandangan lateral dan dorsoventral (atau ventrodorsal) dari toraks memberikan
banyak informasi tentang status jantung dan pembuluh darah besar. Tampilan
dorsoventral lebih disukai daripada ventrodorsal. Mungkin ada beberapa distorsi garis
jantung ketika grafik radio dibuat dengan hewan dalam posisi dorsal recumbency

3
sebagai akibat dari kemampuan apeks jantung untuk bergerak ke satu sisi atau lainnya
dari thorax saat hewan dalam posisi ini. Seluruh dada harus pada film, dan posisi
simetris sangat penting. Penentuan posisi yang akurat sangat penting karena studi
sekuensial sering diperlukan, dan studi tersebut harus dapat dibandingkan. Pada kedua
pandangan, berkas sinar-x harus dipusatkan setinggi tepi kaudal skapula—biasanya
kira-kira pada ruang interkostal kelima. Rotasi dapat menyebabkan perubahan
signifikan dalam penampilan jantung dan struktur terkait. Pada tampilan dorsoventral
(ventrodorsal), tulang belakang harus ditumpangkan pada tulang dada; pada tampilan
lateral, lengkungan tulang rusuk tidak boleh menonjol di atas tingkat tulang belakang.
Variasi tampilan siluet jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk tahap
respirasi, variasi breed, konformasi, tahap kontraksi jantung, pemusatan sinar x-ray,
dan posisi hewan. Radiografi harus dilakukan pada akhir inspirasi. Standarisasi teknik
sangat penting.
Studi yang lebih rinci tentang jantung dan pembuluh darah besar dapat
dilakukan dengan menggunakan angiokardiografi. Namun, teknik ini sebagian besar
telah digantikan oleh penggunaan ekokardiografi. Media kontras dimasukkan ke dalam
jantung, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan radiografi serial cepat dibuat
untuk menunjukkan perjalanannya melalui jantung, pembuluh darah, dan paru-paru.
Media kontras yodium digunakan. Kontras maksimum untuk pemeriksaan lengkap
tidak boleh melebihi total 1200 mg yodium/kg kurang pada anjing kecil.

Figure 1. Jantung biasa. A dan B, Pandangan telentang lateral kanan. A diambil


dengan jantung dalam sistol dan B dengan jantung dalam diastol. Dorsoventral (C) dan
ventrodorsal (D) dilihat dari jantung yang sama. Pada tampilan dorsoventral, jantung
tampak lebih.
(Sumber: Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog and Cat
FIFTH EDITION. Hal. 290).

4
2.3 Anatomi Radiografi Jantung Normal
2.3.1 Jantung : Analogi jam pada jantung anjing (posisi lateral)
Keterangan gambar:
1. Atrium kiri (12-2)
2. Ventrikel kiri (2-5)
3. Ventrikel kanan (5-9)
4. Arteri pulmonari, aurikel kanan (9-10)
5. Aorta (10-12)

Figure 2. Analogi jam pada jantung anjing (posisi lateral).

(Sumber: Widyananta, Budhy Jasa dkk. 2017)

2.3.2 Jantung : Analogi jam pada jantung kucing (posisi lateral)


Keterangan gambar:
1. Atrium kiri (12-2)
2. Ventrikel kiri (2-5)
3. Ventrikel kanan (5-9)
4. Arteri pulmonari, aurikel kanan (9-10)
5. Aorta (10-11)

Figure 3. Analogi jam pada jantung kucing (posisi lateral).


(Sumber: Widyananta, Budhy Jasa dkk. 2017)

5
2.3.3 Anatomi radiografi jantung normal pada Labrador Retriever steril umur
3 tahun (Tampak lateral)
Perhatikan: Posisi diafragma, densitas paru dan apex jantung
Keterangan gambar:
1. Aorta
2. Vena cava caudal
3. Vena pulmonari
4. Arteri pulmonari

Figure 4. Gambar Anatomi radiografi jantung normal pada Labrador Retriever


steril umur 3 tahun (Tampak lateral)
(Sumber: Widyananta, Budhy Jasa dkk. 2017).

2.3.4 Jantung : Analogi jam pada jantung anjing (posisi dorsoventral)


Keterangan gambar:
1. Lengkungan aorta (11-1)
2. Arteri pulmonari (1-2)
3. Atrium kiri (2-3)
4. Ventrikel kiri (2-6)
5. Ventrikel kanan (6-9)
6. Atrium kanan (9-11)

6
Figure 5. Analogi jam pada jantung anjing (posisi dorsoventral)
(Sumber: Widyananta, Budhy Jasa dkk. 2017)
2.3.5 Jantung : Analogi jam pada jantung kucing (posisi dorsoventral)
Keterangan gambar:
1. Lengkungan aorta (11-1)
2. Arteri pulmonari (1-2)
3. Atrium kiri (2-3)
4. Ventrikel kiri (3-6)
5. Ventrikel kanan (6-9)
6. Atrium kanan (9-11)

Figure 6. Analogi jam pada jantung kucing (posisi dorsoventral).


(Sumber: Widyananta, Budhy Jasa dkk. 2017)

2.4 Aortic Tromboembolism


Aortic thromboembolism merupakan penyakit karena terbentuknya gumpalan
darah (trombosis) di pembuluh darah arteri. Penyakit ini mengakibatkan keadaan
hiperkoagulasi yang menyebabkan pembentukan trombus di aorta distal, dan
merupakan penyebab sebagian besar kasus trombosis aorta (ATh) pada anjing,
meskipun sejumlah besar kasus tidak memiliki penyebab dasar yang dapat

7
diidentifikasi. Secara histologis, tromboemboli yang memiliki jaringan granulasi atau
jaringan ikat fibrosa pada tempat perlekatannya dengan dinding aorta bersifat kronis,
sedangkan tromboemboli yang mudah dikeluarkan dari aorta saat nekropsi, atau yang
memiliki perlekatan fibrin disebut akut. Penyebab aortic thromboembolism yang jarang
terjadi adalah endokarditis infektif, yang menyebabkan embolisasi trombus septik
dalam sirkulasi sistemik. Kadang-kadang, kondisi noncardiac dapat menyebabkan
aortic thromboembolism yang paling umum adalah neoplasia paru-paru dengan
subsequent tumor embolism.

2.4.1 Definisi
Aortic thromboembolism adalah terbentuknya gumpalan darah (trombosis) di
pembuluh darah arteri. Kondisi ini bisa menghambat aliran darah ke organ tubuh
tertentu sehingga berpotensi menyebabkan kondisi yang serius, seperti serangan
jantung dan stroke. sering terjadi pada kucing dengan kardiomiopati dan merupakan
salah satu penyebab paling umum dari paresis tungkai belakang. Sebagian besar
trombosis arteri disebabkan oleh keluarnya keping darah atau trombosit sebagai respon
tubuh akibat pecahnya plak penyebab aterosklerosis. Keping darah ini kemudian
menyatu dan menggumpal. Jika gumpalan yang terbentuk cukup besar, maka kondisi
ini bisa menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah arteri.

2.4.2 Etiologi
Pada sebagian besar kucing yang terkena aortic thromboembolism,
pembentukan thrombus awal terjadi sebagai akibat dari pembesaran atrium kiri yang
disebabkan oleh penyakit jantung yang signifikan, paling sering kardiomiopati
hipertrofik; namun, segala bentuk kardiomiopati atau cacat bawaan (misalnya, stenosis
mitral) yang mempengaruhi jantung kiri dapat menyebabkan aortic thromboembolism.
Penyebab aortic thromboembolism yang jarang terjadi adalah endokarditis infektif,
yang menyebabkan embolisasi trombus septik dalam sirkulasi sistemik. Kadang-
kadang, kondisi noncardiac dapat menyebabkan aortic thromboembolism yang paling
umum adalah neoplasia paru-paru dengan subsequent tumor embolism. Untuk sebagian
kecil, kucing dengan aortic thromboembolism, tidak ada penyebab mendasar yang
dapat diidentifikasi

8
2.4.3 Patogenesis
Aortic thromboembolism terjadi karena terganggunya aliran darah, cedera pada
dinding pembuluh darah dan terganggunya keseimbangan faktor prokoagulan dan
antikoagulan. Penyakit jantung dapat mengganggu aliran darah karena kongesti vena,
dan integritas endotel dapat terpengaruh. Aritmia akan menyebabkan aliran darah
intrakardiak abnormal, yang dapat memicu pembentukan trombus. HAC diduga
menyebabkan trombosis karena peningkatan kadar faktor pembekuan dalam darah,
hilangnya antitrombin III (ATIII) dan peningkatan inhibitor aktivator plasminogen.
Hipotiroidisme menyebabkan aterosklerosis, yang mengarah pada peningkatan risiko
trombosis pada anjing. Hingga 80 persen kasus dengan IMHA memiliki penyakit
tromboemboli karena sejumlah faktor, termasuk hipoalbuminemia, trombositopenia,
dan penggunaan kortikosteroid.
DIC adalah proses patologis kompleks yang menyebabkan perdarahan spontan
dan pembentukan trombus melalui aktivasi plasmin dan trombin, serta konsumsi faktor
pembekuan dan trombosit. DIC juga menyebabkan aktivasi sitokin yang menyebabkan
fibrinolisis, kerusakan dinding pembuluh darah, menyebabkan agregasi trombosit, dan
penghambatan antikoagulan alami termasuk ATIII. Neoplasia dapat menyebabkan
predisposisi pembentukan bekuan karena aktivasi trombosit, penurunan netralisasi
faktor pembekuan dan pembersihannya dari tubuh, pengurangan fibrinolisis, dan
peningkatan produksi aktivator faktor X. PLE dan PLN menyebabkan
hiperkoagulabilitas karena hilangnya ATIII, yang ukurannya mirip dengan albumin.
Anjing dengan serum albumin kurang dari 20g/L sangat mungkin mengalami
penurunan ATIII. Hipoalbuminemia juga dapat mempengaruhi agregasi trombosit yang
menyebabkan hiperkoagulabilitas. CKCS memiliki prevalensi tinggi penyakit jantung,
morfologi trombosit abnormal, oklusi arteri femoralis dan gangguan jaringan ikat yang
dapat mempengaruhi mereka untuk penyakit tromboemboli.

2.4.4 Gejala Klinis


Pada kucing, ATE ditandai dengan tanda manifesti klinis akut dan kekambuhan
relatif umum (Smith dkk. 2003). Sebaliknya, sekitar setengah anjing menunjukkan
manifestasi klinis kronis dengan tingkat kekambuhan yang rendah (Boswood et al.
2000; Lake-Bakaar et al. 2012). Presentasi klinis anjing dengan ATE lebih bervariasi
daripada kucing. Kucing cenderung memiliki presentasi akut karena terlepasnya
trombus jantung, yang menyebabkan emboli dan menutup aorta. Ini memicu
9
serangkaian peristiwa, termasuk pelepasan zat vasoaktif, yang berpuncak pada
penyempitan pembuluh darah kolateral di tungkai panggul (Smith S A, Tobias A H.
2004).
Penyakit akut dan kronis telah dilaporkan dengan tanda-tanda klinis berupa
tidak adanya denyut nadi femoralis, ekstremitas dingin, tanda-tanda nyeri, intoleransi
latihan, dan paresis tungkai belakang (Van Winkle et al. 1993). Pada anjing, ATE telah
dikaitkan dengan kondisi predisposisi termasuk penyakit jantung,
hiperadrenokortisisme, kehilangan protein nefropati, kehilangan protein enteropati, dan
neoplasia (Van Winkle et al. 1993; Felix dkk. 2008). Tanda klinis seperti kelumpuhan
mendadak, gangguan pernapasan, dan kematian mendadak lebih mungkin terjadi pada
onset akut, sedangkan tromboemboli aorta onset kronis muncul dengan tanda yang
lebih ringan seperti kelemahan, pincang, dan penurunan suhu tubuh. Berikut tanda
klinis umum yang dapat dijumpai:
 Denyut nadi femoralis tidak ada atau berkurang
 Kecemasan
 Batuk
 Kesulitan naik atau melompat
 Intoleransi latihan
 Hemoptisis (batuk berdarah)
 Hipotiroidisme
 Pincang disebabkan oleh kelemahan pada kaki belakang
 Suhu tubuh menurun
 Gangguan pernapasan
 Kelumpuhan dan rasa sakit yang tiba-tiba
 Luka di jari kaki
 Vokalisasi yang tidak biasa
 Kelemahan
 Kematian mendadak

2.4.5 Diagnosis dan Prognosis


2.4.5.1 Diagnosis
2.4.5.1.1 Diagnosis Banding

10
Paresis tungkai belakang akibat neoplasia tulang belakang, trauma,
mielitis, infark fibrokartilaginosa, atau penonjolan diskus
intervertebralis. Kondisi ini mengakibatkan cedera tulang belakang
hadir dengan tanda-tanda penyakit neuron motorik atas, sedangkan
pasien aortic thromboembolism (ATE) hadir dengan tanda-tanda
penyakit neuron motorik bawah.
2.4.5.1.2 CBC/Biokimia/Urinalisis
- Kreatin kinase tinggi akibat cedera otot.
- Laktat darah lebih tinggi dan glukosa darah lebih rendah pada anggota
tubuh yang terkena dibandingkan dengan anggota badan normal.
- Aspartat aminotransferase dan alanine aminotransferase tinggi akibat
cedera otot dan hati.
- Stres hiperglikemia.
- Nitrogen urea darah dan kreatinin darah tinggi karena curah jantung
yang rendah dan kemungkinan emboli ginjal.
- Gangguan elektrolit, karena output rendah dan kerusakan otot, seperti
hipokalsemia, hiponatremia, hiperfosfatemia, dan hiperkalemia, tidak
jarang terjadi.
- Perubahan complete blood count (CBC) dan urinalisis nonspesifik.
2.4.5.1.3 Uji Laboratorium Lainnya
Profil koagulasi yang tersedia secara rutin biasanya tidak
mengungkapkan kelainan yang signifikan karena hasil
hiperkoagulabilitas dari trombosit hiperagregasi. Pada anjing,
tromboelastrografi mungkin menunjukkan keadaan hiperkoagulasi
dengan kekuatan bekuan (peningkatan amplitudo maksimum) atau
waktu pembekuan yang dipersingkat (penurunan R).
2.4.5.1.4 Pencitraan
a. Radiografi
- Kardiomegali sering terjadi pada kucing.
- Edema paru dan/atau efusi pleura pada sekitar 50% kucing.
- Jarang, massa terlihat di paru-paru, menunjukkan neoplasia
b. Ekokardiografi
- Pada kucing, perubahan konsisten dengan kardiomiopati.
Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) paling umum, diikuti
11
oleh kardiomiopati restriktif atau tidak terklasifikasi, dan
kemudian kardiomiopati dilatasi.7
- Sebagian besar kasus memiliki pembesaran atrium kiri yang
parah (yaitu, rasio atrium kiri terhadap aorta 2). Penurunan
fungsi atrium kiri (pemendekan fraksional) dan penurunan
kecepatan apendiks atrium kiri (<0,2 m/s).
- Trombus atrium kiri atau kontras ekokardiografi spontan
(asap) dapat terlihat.
c. Ultrasonografi Perut
- Mungkin dapat mengidentifikasi trombus dan
memvisualisasikan kurangnya aliran darah di aorta kaudal.
- Biasanya tidak diperlukan untuk mencapai diagnosis pada
kucing, tetapi seringkali diperlukan untuk mencapai
diagnosis pada anjing.
2.4.5.1.5 Prosedur Diagnostik
a. ECG
- Irama sinus dan takikardia sinus paling sering terjadi. Irama
yang kurang umum termasuk fibrilasi atrium, aritmia
ventrikel, aritmia supraventrikular, dan bradikardia sinus.
- Pola pembesaran ventrikel kiri dan gangguan konduksi
ventrikel kiri (blok fasikular anterior kiri) sering terjadi.
b. Tekanan Darah Droppler
- Tidak ada atau berkurangnya aliran darah yang dapat
didengar pada anggota tubuh yang terkena.
2.4.5.1.6 Temuan Patologis
- Trombus biasanya diidentifikasi pada trifurkasi aorta kaudal.
- Kadang-kadang, trombus atrium kiri terlihat.
- Emboli ginjal, traktus gastrointestinal, serebrum, dan organ
lain juga dapat terlihat.
2.4.5.2 Prognosis
Prognosis, baik jangka pendek maupun jangka panjang, buruk pada
kucing. Dalam dua penelitian besar, ~ 60% kucing di-eutanasia atau mati
selama peristiwa tromboemboli awal. Prognosis jangka panjang bervariasi
antara 2 bulan dan beberapa tahun; Namun, rata-rata adalah beberapa bulan
12
dengan pengobatan. Prediktor prognosis yang lebih buruk termasuk
hipotermia (<99 °F) dan congestive heart failure (CHF). Satu studi
menunjukkan waktu kelangsungan hidup rata-rata 77 hari pada kucing
dengan CHF dan 223 hari pada kucing tanpa CHF. Prediktor prognosis yang
lebih baik termasuk normotermia, satu kaki terpengaruh, dan adanya fungsi
motorik pada pemeriksaan awal. Pada anjing, penyakit ini jarang terjadi dan
prognosis secara umum juga buruk. Satu studi menyarankan prognosis yang
lebih baik jika anjing memiliki tanda-tanda klinis kronis dan jika diobati
dengan warfarin. Kekambuhan ATE adalah umum.

2.4.6 Pengobatan dan Pencegahan

Dalam penanganan Aortic thromboembolism, ada beberapa kondisi yang perlu


untuk diperhatikan, karena kondisi ini dapat berakibat fatal jika tidak segera
mendapatkan penanganan. Pertama ada, congestive heart failure atau gagal jantung
kongesif. Seperti yang sudah dijelaskan Aortic Thromboembolism (ATE) adalah
penyakit dimana terbentuknya thrombus, biasanya terjadi paling banyak di atrium kiri.
Penyakit jantung adalah penyebab paling umum ATE pada kucing; dua studi
retrospektif terpisah telah mengidentifikasi penyakit jantung pada lebih dari 90% dan
pada 69% kucing dengan tromboemboli (Smith et al., 2003).
Perawatan awal yang kritis paling sering melibatkan perawatan CHF. Perawatan
standar untuk CHF melibatkan oksigen dan furosemide. Kebanyakan kucing takipnea,
tapi takipnea tidak selalu berkorelasi dengan adanya CHF. Rasa sakit dan kecemasan
kemungkinan berperan dalam takipnea pada pasien tanpa CHF. Lakukan pemeriksaan
radiografi toraks untuk mengkonfirmasi edema paru atau efusi pleura sebelum memulai
pengobatan karena diuresis yang disebabkan oleh furosemide dapat mengganggu
perfusi.
ATE juga dapat menyebabkan neuromiopati iskemik yang sangat menyakitkan,
makadari itu control nyeri menjadi salah satu prioritas dalam penanganan ATE.
Kebanyakan hewan membutuhkan opioid untuk mencapai kontrol rasa sakit yang
memadai. Hidromorfon (0,1 mg/kg intravena setiap 2-4 jam), buprenorfin (0,02 mg/kg
intravena, setiap 6-8 jam), dan fentanil (2-3 g/kg bolus intravena diikuti oleh 2-3 g/kg/
jam infus) adalah pilihan yang baik. Butorphanol (0,2-0,4 mg/kg secara intravena,
intramuskular, atau subkutan) memberikan analgesia minimal tetapi memiliki beberapa

13
efek sedatif dan ansiolitik.
Hewan yang mengalami ATE mungkin perlu dirawat sebagai pasien rawat inap,
karena mereka mungkin memiliki penyakit penyerta yang serius seperti gagal jantung
kongestif (CHF). Mereka mungkin sangat menyakitkan dan cemas. Terapi oksigen
tambahan mungkin bermanfaat. Mempertahankan perfusi ke hati dan ginjal akan
membantu melawan produk sampingan beracun yang dihasilkan selama iskemia.
Terapi cairan mungkin diperlukan pada hewan yang tidak menderita CHF, terutama
jika pasien mengalami dehidrasi. Berikan cairan dengan perlahan karena sebagian besar
hewan ini memiliki penyakit jantung dan mungkin rentan terhadap perkembangan
kelebihan cairan. Modalitas terapi utama yang secara khusus menargetkan trombus
melibatkan heparin, terapi trombolitik, pembedahan, atau kombinasi dari ketiga
modalitas tersebut.
Heparin adalah antikoagulan glikosaminoglikan polisulfat yang kompleks
dengan antitrombin untuk menghambat terutama faktor IIa (trombin) dan faktor Xa
(faktor IXa, XIa, dan XIIa juga dihambat pada tingkat yang lebih rendah) (Lunsford
dan Mackin, 2007). Heparin ada dalam dua bentuk unfractionated and fractionated or
low-molecular-weight heparin (LMWH). Molekul heparin yang tidak terfraksi lebih
besar dan memiliki aktivitas yang kurang dapat diprediksi dibandingkan molekul
LMWH. Molekul LMWH cukup kecil sehingga tidak dapat mengikat trombin dan
antitrombin pada saat yang sama, sehingga hanya faktor Xa yang dihambat. Hal ini
membuat terapi dengan LMWH lebih kecil kemungkinannya untuk menghasilkan
komplikasi perdarahan karena aktivitas faktor II (trombin) tidak terhambat.
Rekomendasi heparin tak terfraksi saat ini sebesar 300 U/kg yang diberikan secara
subkutan setiap delapan jam didasarkan pada penelitian pada kucing sehat yang
menemukan bahwa rejimen dosis ini mencapai konsentrasi heparin yang serupa dengan
yang dianggap terapeutik pada manusia (Kellerman et al., 1996).
Tiga obat trombolitik telah digunakan pada kucing dengan tromboemboli—
streptokinase, aktivator plasminogen jaringan (TPA), dan urokinase. Streptokinase
dihasilkan dari bakteri spesies Streptococcus (Smith dan Tobias, 2004). Obat tersebut
menghasilkan fibrinolisis dengan mengikat plasminogen, membentuk kompleks yang
mampu mengubah molekul plasminogen lain menjadi plasmin. Streptokinase
menyebabkan degradasi nonspesifik dari fibrinogen, protrombin, dan faktor V, VII, dan
XII, yang berpotensi menyebabkan perdarahan yang berlebihan (Thompson et al.,
2001). Streptokinase tidak menunjukkan manfaat terapeutik dan mengakibatkan efek
14
samping yang parah pada kucing. Karena streptokinase dapat menyebabkan komplikasi
yang mengancam jiwa dan tidak ada bukti peningkatan waktu kelangsungan hidup,
pengobatan streptokinase tidak dianjurkan.
Secara historis, operasi pengangkatan bekuan darah telah dicoba dengan hasil
yang buruk. Metode lain dari perawatan bedah adalah trombektomi yang diarahkan oleh
kateter. Prosedur ini telah berhasil digunakan pada orang dengan penyakit
tromboemboli. Satu studi mengevaluasi penggunaannya pada enam kucing dengan
ATE; setengah dari kucing selamat hingga dipulangkan (Reimer et al., 2006). Efek
samping lainnya termasuk hipotensi, tanda-tanda neurologis, dan asidosis. Karena
beratnya efek samping, pengobatan ini tidak dianjurkan. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menentukan apakah prosedur bedah akan bermanfaat pada kucing
dengan ATE.
Tidak ada penelitian yang mengevaluasi kemanjuran terapi apa pun untuk
pencegahan primer ATE. Terapi clopidogrel dianggap andalan untuk pencegahan ATE
pada kucing berisiko, dan penggunaannya pada kucing berisiko saat ini yang paling
direkomendasikan (Luis et al., 2020). Salah satu rintangan terbesar untuk mencegah
ATE adalah identifikasi kucing yang berisiko karena banyak kucing dengan ATE
memiliki penyakit jantung subklinis yang mendasarinya, yang mungkin tidak disadari
pemiliknya. Ketika murmur, ritme berpacu, atau aritmia terdeteksi pada kucing tanpa
gejala, pemeriksaan untuk penyakit jantung yang mendasarinya sangat
direkomendasikan. Untuk kucing yang diidentifikasi memiliki penyakit jantung,
beberapa parameter ekokardiografi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ATE,
termasuk pembesaran atrium kiri sedang hingga berat, pengurangan pemendekan fraksi
atrium, pengurangan fraksi ejeksi atrium kiri, peningkatan ketebalan dinding ventrikel
kiri, atrium kiri rendah. kecepatan embel-embel, dan kontras gema spontan (asap).
Semua parameter ini dianggap sebagai indikasi untuk memulai terapi clopidogrel pada
kucing tanpa gejala.

15
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Persiapan Alat Dan Bahan Rontgen
Peralatan harus dikumpulkan dan disiapkan dengan benar sebelum pemosisian.
Karena sinar-X berbahaya, keamanan menjadi sangat penting baik dalam melakukan
rontgen. Dengan penggunaan radiografi atau rontgen akan sangat membantu dalam
menegakan diagnosis (Marwa, 2020). Oleh karena itu, penting untuk membiasakan diri
dengan semua peralatan yang mungkin diperlukan untuk dapat melakukan identifikasi.
Adapun alat-alat rontgen, antara lain:
1. Mesin X-Ray, berfungsi untuk mengambil gambar foto. Sinar X mampu
menembus tubuh hewan diserap oleh bagian yang lebih padat seperti tulang.
2. Meja/ Tab Table, digunakan sebagai tempat pasien yang akan diperiksa.
3. Kaset, digunakan untuk melindungi film dari pengaruh cahaya dan menjaga
agar kontak antar film dengan screen tetap rata.
4. X-Ray film marker, berfungsi sebagai penanda.
5. Apron, digunakan sebagai pelindung tubuh operator dalam melakukan
pemeriksaan radiografi.
6. Sarung tangan proteksi sebagai pelindung secara keseluruhan mencakup jari
dan pergelangan tangan.
7. Dinding timbal portable, digunakan sebagai pelindung operator dari radiasi.
8. Iluminator, digunakan untuk memvisualisasikan dan membaca hasil foto.

3.2 Posisi Pemeriksaan Aortic Tromboembolis


Pemeriksaan pada regio thorax dengan proyeksi/posisi left lateral, right lateral
dan dorsoventral. Proyeksi ventrodorsal tidak dilakukan karena anjing mengalami sesak
nafas yang dapat membuat anjing semakin stres dan dapat mengganggu jalannya proses
pemeriksaan radiografi.
3.3 Prosedur Pemeriksaan Aortic Tromboembolis
Pemeriksaan X-ray atau rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis yang
menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto. bagian
dalam tubuh (Adrian, 2019). Sinar X memiliki panjang gelombang antara 10 nanometer
sampai 100 pikometer. Prosedur penggunaanX-ray merupakan bagian dari pemeriksaan
penunjang guna keperluan penegakan diagnosa yang lebih akurat. Menurut Thrall

16
(2002), pembuatan gambar radiografi harus menggunakan metode yang tepat agar
gambar yang dihasilkan jelas dan bisa difahami untuk dipresentasikan. Pemeriksaan X-
ray atau radiografi dilakukan pada regio thorax dengan proyeksi/posisi left lateral, right
lateral dan dorsoventral. Proyeksi ventrodorsal tidak dilakukan karena anjing
mengalami sesak nafas yang dapat membuat anjing semakin stres dan dapat
mengganggu jalannya proses pemeriksaan radiografi. Hasil X-ray yang diperoleh
berupa gambar digital dengan format DICOM yang kemudian dikonversi menjadi
format JPEG.

3.4 Interpretasi Hasil X-Ray Pneumothorax


3.4.1 Location
3.4.1.1 Lokasi Jantung Normal
Jantung terletak di antara dua sisi thoraks, ruang interkostal ke-3 hingga
ke-5 dan kadang-kadang sampai ke kaudal ke-7. Jantung dikelilingi oleh paru-
paru, dan berada dalam tempat sebuah struktur yang disebut mediastinum,
terdiri atas dua pompa yang terpisah, yaitu jantung kanan yang memompakan
darah ke paru-paru, dan jantung kiri yang memompakan darah ke organ-organ
perifer, setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa
yang dapat berdenyut, terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel. Secara
horizontal, jantung terletak pada tingkat tengah tulang rusuk pertama dan ini
membentuk batas punggung.

Figure 7. Lokasi Normal Jantung Anjing Tampak Lateral


(Sumber : Cristian, PR., et al. 2011)

Jantung biasanya menempati 2,5 hingga 3,5 ruang interkostal dan


ketinggian jantung sekitar dua pertiga dari panjang rongga dada. Lebarnya,

17
menempati dua pertiga dari lebar rongga dada dengan puncaknya miring ke kiri
dari garis tengah. Skor jantung vertebral (VHS) adalah penilaian yang paling
berguna dari ukuran jantung dengan rata-rata normal 8,5 – 10,6. Denyut puncak
jantung ditemukan di kiri dan kanan di ruang interkostal ke-4 hingga ke-5 dekat
katup mitral. Katup atrioventrikular kiri (mitral) terdengar paling baik di
sebelah kiri di ruang interkostal ke-5 di persimpangan costochondral, katup
aorta di ruang interkostal ke-4 di sebelah kiri setinggi bahu, dan katup pulmonal
paling baik di interkostal ke-3. ruang di sebelah kiri di atas persimpangan
costochondral.

Figure 8. Lokasi Normal Jantung Anjing Tampak Dorsoventral


(Sumber : Cristian, PR., et al. 2011)

Di sisi kanan, katup atrioventrikular kanan (trikuspid) paling baik


terdengar di ruang interkostal ke-4 setinggi persimpangan kostokondral.
Resesus costomediastinal menempati ruang interkostal ke-4 sampai ke-6 di kiri
dan di kanan juga. Jantung normal pada anjing sekitar 0,7% sampai 0,8% dari
berat badan, walaupun keanekaragaman ini berhubungan dengan jenis kelamin,
umur, breed, dan tingkat aktifitas.

3.4.1.2 Lokasi Jantung dengan Aortic Tromboembolism


Tromboemboli aorta anjing jarang terjadi. Penyebab yang dilaporkan
adalah penyakit jantung, neoplasia, glomerulonefropati, aterosklerosis yang
berhubungan dengan hipotiroidisme dan hiperadrenokortisme, keadaan
septikemia, endokarditis vegetatif, dan terapi kortikosteroi. Konsekuensi dari
tromboemboli aorta distal tergantung pada derajat obstruksi, patensi fungsional
sirkulasi kolateral, dan durasi obstruksi. Berbagai etiologi ini menghasilkan

18
keadaan hiperkoagulasi. Tromboemboli lebih sering terjadi pada kucing yang
biasanya dikaitkan dengan kardiomiopati dilatasi atau restriktif.

Figure 9. Radiografi toraks lateral recumbent kanan. Perhatikan massa


esofagus kaudal (panah putih).
(Sumber : Kirberger, RM., 2007)

Figure 10. Gambar CT-angiogram transversal dari aorta. (A) Pada tingkat T12
caudal. (B) Pada tingkat T13 caudal menggambarkan kerusakan pengisian
aorta akibat pembentukan trombus mural.
(Sumber : Kirberger, RM., 2007)
3.4.2 Margin
3.4.2.1 Jantung normal
Dalam keadaaan normal berarti keadaan jantung serta aorta dalam
kondisi baik tidak ditemukan adanya pembengkakan ataupun kondisi abnormal
lainnya
3.4.2.2 Aortic Tromboembolis
Dalam kondisi hewan yang menderita aortic tromboembolism biasanya
akan mengalami pembengkakan yang akan membuat posisi marginnya sedikit
berubah.
3.4.3 Number

19
3.4.3.1 Jantung normal
Pada kondisi normal pemeriksaan dengan radiologi tidak akan
ditemukan adanya pembengkakan ataupun kerusakan pada organ jantung serta
aorta.
3.4.3.2 Aortic Tromboembolism
Untuk penderita Aortoc Tromboembolism pada pemeriksaan tungkai
belakang, panggul dan tulang belakang tidak akan ditemukan kelainan yang
terdeteksi pada sistem muskuloskeletal. Pada pemeriksaan radiografi secara
lateral akan ditemukan adanya kardiomegali dan efusi pleura ringan dengan
pola vaskular, selain itu pemeriksaan bagian thorax secara ventrodorsal juga
dapat memberikan bemtuk dan karakteristik jantung pada penderita aortic
tromboembolism. (Hasan et all., 2020)

Figure 11. Radiografi daerah thorax kucing siam penderita FATE (Hasan et
al., 2020)

3.4.4 Opacity
3.4.4.1 Opacity Jantung Normal
Jantung yang normal dapat diketahui salah satunya dengan pemeriksaan
radiologi pada region cavum thorax. Hasil pemriksaan radiografi pada jantung
yang normal menunjukkan intepretasi dengan opasitas radiopaque jaringan
lunak setelah dilakukan penyinaran oleh sinar-X. Hasil opasitas yang didapat
ditinjau dari komponen penyusun jantung (Silva, et all., 2016).

20
Figure 12. Lingkaran kuning mengintepretasikan jantung anjing yang normal

Sumber (Arjentinia & Putu)

3.4.4.2 Opacity Jantung dengan Aortic Tromboembolism


Jantung abnormal dapat diketahui salah satunya dengan pemeriksaan
radiologi pada region cavum thorax oleh penyinaran oleh sinar-X. Intepretasi
jantung abnormal yang diduga menderita aortic thromboembolism pada saat
dilakukan pemeriksaan radiografi menunjukkan hasil yakni tampak radiopaque
dengan akumulasi nodul di area jantung (Silva, et all., 2016). Nodul tersebut
berisi cairan darah dan atau fibrin yang memicu dilatasi atrium maupun
ventrikel (Robert, et all., 2011).
3.4.5 Size
Hasil pengukuran VHS pada seluruh anjing yang dilakukan foto
Rontgen adalah: pada kelompok umur 12 bulan diperoleh hasil 9.4v±1.6 dan
kelompok umur 24 bulan diperoleh hasil 9.4v±0.8. Nilai VHS pada anjing
normal berkisar antara 8.7v sampai 10.7v (Kraetschmer et al. 2008).

Figure 13.
Perhitungan Vertebrae Heart Size (VHS) pada foto Rontgen anjing kintamani bali
berdasarkan long axis (LA) dan short axis (SA).

21
Selain pemeriksaan fisik, penentuan VHS dapat dipergunakan untuk
kecurigaan klinis awal pada penyakit jantung serta dapat dipergunakan untuk
melacak perubahan progresif pada jantun ganjing (Estrada 2016). Penentuan
nilai VHS juga tidak hanya merupakan salah satu evaluasi yang dapat dilakukan
dalam interpretasi radiografi thoraks, identifikasi atau evaluasi sistem
kardiovaskular pada anjing juga digunakan untuk mengevaluasi pembesaran
jantung, pembesaran ruang jantung yang spesifik atau pembesaran pembuluh
darah besar, parenkim pulmonar dan abnormalitas vascular, seperti penentuan
efusi pada rongga tubuh (efusi pleura dan ascites). Bersama-sama dengan teknik
pemeriksaan jantung lainnya seperti elektrokardiogram dan ekokardiografi,
pemeriksaan terhadap jantung anjing kintamani bali untuk menentukan
diagnosis akan lebih akurat. Nilai vertebrae heart size pada anjing kintamani
bali umur 12 bulan adalah 9.4v±1.6 dan umur 24 bulan adalah 9.4v±0.8 dalam
kisaran normal.

Figure 14. Seekor kucing Siam berusia 8 tahun dengan FATE dan HCM:
Radiografi toraks ventrodorsal menunjukkan kardiomegali parah dan bentuk
jantung Valentine yang khas.

Berkenaan dengan etiologi FATE, ini mungkin merupakan komplikasi


dari HCM. Dalam penelitian ini, 30% kucing dengan FATE memiliki HCM. Ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mencatat FATE pada 12% -21%
kucing dengan HCM.

3.4.6 Shape
Tromboemboli aorta adalah sindrom klinis yang terkait dengan
embolisasi sistemik trombus jantung (diduga kuat, tetapi tidak terbukti, bahwa

22
trombosis perifer adalah sekunder dari embolisasi, bukan proses trombotik
lokal). Setiap bagian dari pembuluh darah sistemik dapat diembolisasi.
Kebanyakan TE menutup bifurkasi aortoiliaka (pelana aorta; Gambar 1).
Nekrosis iskemik pada organ atau jaringan yang mengalami embolisasi.
Radiografi toraks lateral kucing dengan dispnea. Pola interstisial paru yang
berat dan kardiomegali yang jelas, konsisten dengan CHF, tampak jelas. Gas di
perut menunjukkan aerophagia yang berhubungan dengan dispnea (gambar 11)

Figure 15. TE menutup bifurkasi aortoiliaka (pelana aorta).


(Sumber : Mark Rishniw, BVSc, MS, Diplomate ACVIM (Cardiology &
Internal Medicine)

Tromboemboli kadang-kadang dapat ditemukan jika nekropsi dilakukan


segera (Gambar 12). Penyakit jantung sering dapat diidentifikasi, dengan atrium
kiri yang besar. Trombosis atrium kadang-kadang dapat ditemukan (trombus
biasanya bersarang di daun telinga kiri). Otot iskemik yang terkena mungkin
tampak pucat atau berbeda dari otot yang tidak terpengaruh.

Figure 16. Diseksi postmortem dari trombus sadel pada percabangan arteri
iliaka.
(Sumber : Mark Rishniw, BVSc, MS, Diplomate ACVIM (Cardiology &
Internal Medicine).

23
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aortic thromboembolism adalah terbentuknya gumpalan darah (trombosis) di
pembuluh darah arteri. Jika gumpalan yang terbentuk cukup besar, maka kondisi ini
bisa menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah arteri. Pada sebagian besar kucing
yang terkena aortic thromboembolism, pembentukan thrombus awal terjadi sebagai
akibat dari pembesaran atrium kiri yang disebabkan oleh penyakit jantung yang
signifikan, paling sering kardiomiopati hipertrofik; namun, segala bentuk
kardiomiopati atau cacat bawaan (misalnya, stenosis mitral) yang mempengaruhi
jantung kiri dapat menyebabkan aortic thromboembolism. Penyebab aortic
thromboembolism yang jarang terjadi adalah endokarditis infektif, yang menyebabkan
embolisasi trombus septik dalam sirkulasi sistemik. Kadang-kadang, kondisi
noncardiac dapat menyebabkan aortic thromboembolism yang paling umum adalah
neoplasia paru-paru dengan subsequent tumor embolism. Dengan penggunaan
radiografi atau rontgen akan sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
Pemeriksaan pada regio thorax dengan proyeksi/posisi left lateral, right lateral dan
dorsoventral.

4.2 Saran
Paper ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana dalam
matakuliah Radiologi Veteriner. Semoga kedepannya paper dapat dibuat lebih baik lagi
tentang radiologi penyakit Aortic Tromboembolism. Kami selaku penulis akan lebih
kreatif dan inovatif lagi dalam penulisan selanjutnya agar pembaca lebih tertarik untuk
membaca paper yang telah dibuat.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ulum, M. F., & Noviana, D. 2008. Pemanfaatan radiografi sebagai sarana diagnostik penunjang
dalam dunia kedokteran hewan yang aman bagi hewan, manusia dan lingkungan.

Gonçalves, R., Penderis, J., Chang, Y. P., Zoia, A., Mosley, J., & Anderson, T. J. (2008).
Clinical and neurological characteristics of aortic thromboembolism in dogs. Journal of
Small Animal Practice, 49(4), 178-184.

Kirberger, R. M., & Zambelli, A. (2007). Imaging diagnosis—aortic thromboembolism


associated with spirocercosis in a dog. Veterinary Radiology & Ultrasound, 48(5), 418-
420.

Dueñas, C. A. F., Camacho, S. M. G., Gómez, M. F. M., Angulo, R. V., Verdugo, I. E.,
Evangelista, T. R., ... & Gaxiola, M. Á. R. (2021). Canine thoracic radiographic images
as an educational dataset for distance learning and research on vertebral heart score. Data
in Brief, 107040.

Thrall, D. E. Widmer, W. R. (2017). Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology-E-Book,


Chapter 1. Radiation Protection and Physics of Diagnostic Radiology. Elsevier Health
Sciences.

Kealy, J. Kevin. McAllister, Hester., dan P. Graham, John. (2011). Diagnostic Radiology and
Ultrasonography of the Dog and Cat FIFTH EDITION. Amerika: Saunders Elsevier.

Schoeman JP (1999): Feline distal aortic thromboembolism: A review of 44 cases (1990–


1998). Journal of Feline Medicine and Surgery 1, 221–231.

Borgeat K, Wright J, Garrod O, et al. Arterial thromboembolism in 250 cats in general practice:
2004-2012. J Vet Intern Med 2014;28(1):102–108.

Smith SA, Tobias AH, Jacob KA, et al. Arterial thromboembolism in cats: acute crisis in 127
cases (1992-2001) and long-term management with low-dose aspirin in 24 cases. J
Vet Inter Med 2003;17(1):73–83.

Boswood A, Lamb CR, White RN (2000): Aortic and iliac thrombosis in six dogs. Journal of
Small Animal Practice 41, 109–114.

Felix N, Mouro S, Vilela CL, Peleteiro MC, Ferreira AJA, Niza MMRE (2008): Canine
leishmaniasis with nephrotic syndrome and aortic and caudal vena cava
thromboembolism. Journal of Veterinary Emergency and Critical Care 18, 526–531

25
Lake-Bakaar GA, Johnson EG, Griffiths LG (2012): Aortic thrombosis in dogs: 31 cases
(2000–2010). Journal of the American Veterinary Medical Association 241, 910–915.

Smith S A and Tobias A H (2004). Feline arterial thromboembolism: an update, Vet Clin North
Am Small Anim Pract 34(5): 1,245-1,271.

Smith SA, Tobias AH, Jacob KA, Fine DM, Grumbles PL (2003): Arterial thromboembolism
in cats: Acute crisis in 127 cases (1992–2001) and long-term management with low-dose
aspirin in 24 cases. Journal of Veterinary Internal Medicine 17, 73–83

Van Winkle TJ, Liu SM, Hackner SG (1993): Clinical and pathological features of aortic
thromboembolism in 36 dogs. Journal of Veterinary Emergency and Critical Care 3, 13–
21.

Tilley LP, Smith Jr FWK, Sleeper MM, Brainard BM. 2021. Blackwell's Five-Minute
Veterinary Consult: Canine and Feline, 7th ed. John Wiley & Sons.

Kellerman, D. L., Lewis, D. C., Myers, N. C., & Bruyette, D. S. (1996). Determination of a
therapeutic heparin dosage in the cat. J Vet Intern Med, 10(3), 231.

Luis Fuentes, V., Abbott, J., Chetboul, V., Côté, E., Fox, P. R., Häggström, J., ... & Stern, J. A.
(2020). ACVIM consensus statement guidelines for the classification, diagnosis, and
management of cardiomyopathies in cats. Journal of veterinary internal medicine, 34(3),
1062-1077.

Lunsford, K. V., & Mackin, A. J. (2007). Thromboembolic therapies in dogs and cats: an
evidence-based approach. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice,
37(3), 579-609.

Reimer, S. B., Kittleson, M. D., & Kyles, A. E. (2006). Use of rheolytic thrombectomy in the
treatment of feline distal aortic thromboembolism. Journal of veterinary internal
medicine, 20(2), 290-296.

Smith, S. A., & Tobias, A. H. (2004). Feline arterial thromboembolism: an update. Veterinary
Clinics: Small Animal Practice, 34(5), 1245-1271.

Smith, S. A., Tobias, A. H., Jacob, K. A., Fine, D. M., & Grumbles, P. L. (2003). Arterial
thromboembolism in cats: acute crisis in 127 cases (1992–2001) and long‐term
management with low‐dose aspirin in 24 cases. Journal of Veterinary Internal Medicine,
17(1), 73-83.

26
Thompson, M. F., Scott‐Moncrieff, J. C., & Hogan, D. F. (2001). Thrombolytic therapy in dogs
and cats. Journal of Veterinary Emergency and Critical Care, 11(2), 111-121.

Hassan, Marwa H.; Abu-Seida, Ashraf M.; Torad, Faisal A. T; Hassan, Elham A. (2020). Feline
aortic thromboembolism: Presentation, diagnosis, and treatment outcomes of 15 cats.
Open Veterinary Journal, 10(3), 340–346. doi:10.4314/ovj. v10i3.13.

Cristian, PR., et al. 2011. Radiological Diagnosis in Heart Condotions in The Dog. Cluj
Veterinary Journal, Vol. 1 (19) : 32 – 37.

Brofman, PJ., and Thrall, DE. 2006. Magnetic Resonance Imaging Findings in a Dog with
Caudal Aortic Thromboembolism and Ischemic Myopathy. Veterinary Radiology
Ultrasound, Vol. 47 (4) : 334 – 338.

Doyle.V. 2012. Aortic Thromboembolism in Dogs – Signs and Treatment. The website for the
veterinary profession.

Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005. Textbook of Veterinary Internal Medicine. Vol. 2. 6th
Ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.Louis, Missouri: Elsevier Inc.

Hoh, Crystal dan Maureen McMichael. 2009. Thromboembolism. College of Veterinary


Medicine.University of Illinois.University of Illinois.

Rishniw, Mark. 2006. Feline Aortic Thromboembolism. Clinician’s Brief.

Borgeat K., Wright J., Garrod O., Payne JR, Fuentes VL Tromboemboli arteri pada 250 kucing
dalam praktik umum: 2004–2012. J. Dokter hewan. Int. Med. 2014; 28 :102–108. [
Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ Google Cendekia ]

Brent RS, Kittleson MD, Kyles AE Penggunaan trombektomi rheolitik dalam pengobatan
tromboemboli aorta distal kucing. J. Dokter hewan. Int. Med. 2006; 20 :290–296.
[PubMed ] [ Google Cendekia].

Arjentinia, I. P. G. Y & Putu, A. S. P. 2018. Nilai Vertebrae Heart Size Anjing Kintamani Bali
pada Usia Berbeda. ARSHI Vet Lett. 2(2): 33-34.

Robert, C. P., Ionel, P., Radu, L., Alexandra, N. P. 2011. Radiological Diagnosis in Heart
Conditions in the Dog. Cluj Veterinary Journal. 1(19):. 32-37

Silva, R. A. Tabata, T. M., Gabriela, F. S., Fernanda, D. S. A., Suzane, L. B., Bruno, H. D. A.
P.,

27
Ana, P. D. C. D. S. 2016. Aortic Thromboembolism in a Cat. Acta Scientiae
Veterinariae.
44(1): 1- 5.

Hassan MH, et all. 2020. Feline aortic thromboembolism: Presentation, diagnosis, and
treatment outcomes of 15 cats. Open Veterinary Journal. 10 (3): 340–346.

Molina VM et all. 2012. Feline aortic thromboembolism: first case reported in Colombia.
Rev Colomb Cienc Pecu. 25 : 639-645.

28

Anda mungkin juga menyukai