Anda di halaman 1dari 30

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

“TEKNIK OPERASI ABSES”

DISUSUN OLEH:
Varhan Dwiyan Indra (1809511044)
Jessy Filomena Fernanda B (1809511046)
Ferdy Olga Saputra (1809511050)
Maharani Lisna Wulandari (1809511056)
Dwi Fortuna Hosiholanda (1809511059)

KELAS B
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Bedah Khusus Veteriner yang berjudul “Teknik Operasi Abses” dengan
sebagaimana mestinya.
Penulisan tugas yang berjudul “Teknik Operasi Abses” ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner yang diberikan. Selain
itu, penulisan tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pembacanya.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan
ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 24 Oktober 2021


Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi ............................................................................................... 3
2.2 Indikasi ...................................................................................................... 7
2.3 Premedikasi dan Anestesi.......................................................................... 8
2.4 Preoperasi .................................................................................................. 8
2.5 Operasi ...................................................................................................... 9
2.6 Pascaoperasi .............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 12
3.2 Saran .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Abses pada Kulit ................................................................................ 4


Gambar 2. Abses pada Anal ................................................................................ 7
Gambar 3. Abses pada Rahang Atas ................................................................... 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Abses adalah suatu penonjolan kulit terlokalisir dan di dalamrongganya
terisi nanah atau penimbunan nanah yang terlokalisir di bawahkulit.Abses
merupakan suatu kondisi dimana nanah mengumpul danmenggumpal di
jaringan sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Bakteri yang
berperan dalam proses pembentukan abses yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki
enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin.
Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam
penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornasem, dan
hyaluronidase.
Akibat infeksi sekunder,maka pada abses akan tampak tanda-tanda radang
seperti kemerahan ditempat abses dan sekitarnya, bengkak dan panas jika
dipalpasi, timbul rasanyeri dan terdapat gangguan fungsi. Hewan yang
mengalami abses dapat ditangani dengan tindakan operasi dan terapi obat-
obatan. Abses pada organ vital seperti abses paru-paru, otak, dan lain-lain, dan
abses kronis dapat dilakukan tindakan operasi dengan tujuan untuk
mempercepat proses kesembuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa terminologi dan indikasi operasi abses?
2. Bagaimana prosedur anestesi operasi abses?
3. Bagaimana persiapan preoprasi operasi abses?
4. Bagaimana teknik operasi abses?
5. Bagaimana perawatan pascaoperasi abses?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui terminologi dan indikasi operasi abses.
2. Untuk mengetahui prosedur anestesi operasi abses.

1
3. Untuk mengetahui persiapan preoprasi operasi abses.
4. Untuk mengetahui teknik operasi abses.
5. Untuk mengetahui perawatan pascaoperasi abses.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat yang diperoleh
sebagai berikut:
1. Dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk memahami dan
mengerti mengenaiteknik operasi abses pada hewan serta dapat
menjadi bahan bacaan untuk mata kuliahllmu Bedah Khusus
Veteriner.
2. Dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan
mengenai teknikoperasi abses pada hewan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi
Abses adalah suatu pernimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka
akan terjadi infeksi. Sebagian sel akan mati dan hancur, meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel – sel yang terinfeksi. Sel – sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel
darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga
tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jariing disekitarnya akan
terdorong. Pada akhirnya jaringan akan tumbuh disekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah, maka infeksi bisa
menyebar di dalam tubuh maupun dipermukaan kulit, tergantung pada lokasi
abses.
1. Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang
diikuti bakteri pyogenic. (Stapilococcus spp, Esceriscia coli,
Streptokokkus beta haemoliticus spp, Pseudomonas, Mycobakteria,
Pasteurella multocida, Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga
bakteri yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, Clostridium,
Streptokokkus, fasobakterium). Infeksi bisa menyebar, baik secara
lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa
menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera
mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan
akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu infeksi bakteri
bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari
tusukan jarum yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

3
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh
manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa
menyebabkan terbentuknya abses.
4. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
5. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya
infeksi
6. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
7. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

Gambar 1. Abses pada Kulit


2. Gejala Klinis
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ atau saraf. Gejalanya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Terasa hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses
di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih
dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih mungkin
menyebarkan infeksi ke seluruh tubuh. Abses bisa terbentuk di seluruh
bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum dan otot. Abses

4
sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit, terutama jika
timbul di wajah.
3. Jenis–jenis Abses
 Abses Ginjal
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.
Ditandai dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah
atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang
menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah. Dalam banyak
hal dalam dunia hewan, infeksi terjadi dari penyakit alat tubuh
lainnya seperti - Endometritis puerperalis pada anjing betina dan
kucing betina; - mammitis, pneumoni dan pharingitis pada
kucing; catar bronki bernanah; distemper dan pada anak anjing;
bisa juga karena infeksi pada waktu lahir, yang sering terjadi
adalah akibat urogenik, dimana infeksi menyebar ke ginjal
melalui kandung kencilng, pipa kencing dalam (ureter) dan pada
piala ginjal (pyelum).
 Abses Perimandibular
Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot
pengunyahan, maka akan timbul bengkak-bengkak yang keras,
di mana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar,
sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu
dengan operasi pembukaan abses.
 Abses Rahang gigi
Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya
nanah pada ujung akar gigi atau geraham. Menyebar ke bawah
selaput tulang (Ing sub-periostal) atau di bawah selaput lendir
mulut(sub-muceus Ing. sub-mucosal) atau ke bawah kulit (Ing.
sub-cutaneus). Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan
gusi atau kulit mulut (Ing. Fistel) Perawatannya bisa dilakukan
dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya atau
perawatan akar dari gigi tersebut.

5
 Abses Sumsum Rahang
Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka
sumsum tulang akan terkena radang. (Lat osteomyelitis) Bagian-
bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi dengan
tubuh.(Ing sequester). Dalam hal ini nanah akan keluar dari
beberapa tempat (Ing. multiple fitsel).
 Abses Kornea mata
Penyakit pengumpulan nanah di dalam selaput bening mata.
Pada hewan, abses kornea bisa terjadi pada anjing. Gigitan,
goresan dan tertusuknya benda-benda asing menyebabkan
terjadinya infeksi sehingga menimbulkan abses. Pada
pemeriksaan akan didapati suatu abses berwarna kuning sebesar
kepala jagung sampai sebesar butiran bera, Atau bahkan lebih
besar lagi. Abses tersebut terletak di dekat pertengahan kornea
mata. Umumnya abses kornea ini akibat penyakit distemper
pada anjing dan kuncing.
 Abses dingin (cold abcess)
Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini
merupakan abses menahun yang terbentuk secara perlahan-
lahan. Biasanya terjadi pada penderita tuberkulosis tulang,
persendian atau kelenjar limfa akibat perkijuan yang luas.
 Abses hati
Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin:
Entamoeba histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena
rongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik yang
disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan
ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan
histopatologis dari jaringan.
 Abses (Lat. abscessus)
Rongga abnormal yang berada dibagian tubuh
Ketidaknormalan di bagian tubuh, disebabkan karena
pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses randang

6
yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses
biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup.
Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih
dan jaringan yang nekrontik dan mencair. Abses biasanya
disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.

Gambar 2. Abses pada Anal

Gambar 3. Abses pada Rahang Atas


4. Diagnosis
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita
abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam,
bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.
2.2 Indikasi
Indikasi tindakan insisi dan drainase abses adalah semua abses kulit,
kecuali abses kulit yang sangat superfisial seperti folikulitis. Insisi dan
drainase juga diindikasikan untuk kasus abses lainnya, misalnya abses gigi

7
atau abses peritonsillar. Operasi abses dapat dilakukan bila absesnya sudah
matang. Cirinya adalah adanya tonjolan pada kulit, berdinding tipis, lunak,
elastis, mengkilat, terdapat elevasi kulit, kadang bulu rontok disekitar abses
dan proses peradangan sudah berhenti. Indikasi umum dilakukannya operasi
abses yaitu: Abses yang tidak sembuh meskipun telah dilakukan tindakan
konservatif, berdiameter lebih dari 5 mm, Abses yang teraba dan berfluktuasi.
2.3 Premedikasi dan Anestesi
Anestesi yang digunakan tergantung sulit tidaknya penanganan hewan
serta lokasi dan keparahan dari abses tersebut, namun biasanya menggunakan
anestesi lokal maupun umum. Pada hewan kecil, premedikasi yang
digunakanya yaitu Atropinsulfat 0,025% dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara
subkutan. Untuk anestesi dapat dilakukan secara lokal (field block), regional
dan anestesi umum. Umumnya anastesi yang digunakan kombinasi Xylazin
2% dosis 2 mg/kg BB dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg BB yang
diberikan secara intramuskuler. Anastesi lokal dapat menggunakan lidokain
dengan quantum statis yang dilakukan pada daerah sekitar abses.
2.4 Preoperasi
Penanganan abses sangat tergantung dari tingkat keparahannya. Abses
yang berukuran kecil dapat dilakukan penanganan dengan mengkompres
menggunakan air dingin. Namun abses yang berukuran besar/abses yang
sering terjadi berulang di tempat yang sama dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan dengan melakukan incisi pada
daerah asbes utuk kemudian dilakukan pembersihan abses dari jaringan yang
mati dengan menggunakan NaCl dan kemudian ditutup dengan jahitan.
Persiapan operasi yang perlu dikakukan:
a. Mempersiapkan alat, bahan, dan obat. Siapkan alat-alat bedah minor.
Alat-alat tersebut disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari
kontaminasi dari alat ke daerah yang akan dioperasi.
 Alat yang digunakan antara lain:
 Jas operasi
 Kapas
 Masker

8
 Tampon
 Gloves
 Rivanol/alcohol 70 %
 Alat bedah mayor
 Kain drapping
 Benang nonabsorbable
 Obat yang digunakan antara lain:
 Antibiotic
 Vitamin A
 Anastesi lokal (lidocain 2 %)
 Obat anti radang nonsteroid
b. Persiapkan ruang Operasi, persiapan ruang operasi meliputi ruang
operasi harus bersih, lantai dan meja operasi hendaknya dibersihkan
dan didesinfeksi, ruang operasi hendaknya memiliki penerangan yang
cukup.
c. Persiapkan Pasien, dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Hewan
diposisikan dan daerah yang akan dioperasi dibersihkan terlebih
dahulu meliputi pencukuran rambut serta pemberian yodium tincture
kemudian dipasangi kain drape.
d. Persiapkan Operator, operator prosedur operasi, dapat memprediksi
hal-hal yang akan terjadi selama operasi, dapat memperkirakan hasil
operasi, mencuci tangan atau personal hygiene, serta harus siap fisik,
mental, tenang dan terampil.
2.5 Operasi
a. Teknik Operasi Abses
Operasi abses dapat dilakukan bila absesnya sudah matang. Cirinya
adalah adanya tonjolan pada kulit, berdinding tipis, lunak, elastis,
mengkilat, terdapat elevasi kulit, kadang bulu rontok disekitar abses
dan proses peradangan sudah berhenti. Jika dilakukan operasi pada
abses yang telah masak maka penyembuahannya akan lebih cepat.
Daerah sekitar abses dicukur, dibersihkan dan didesinfeksi, dialkukan
anestesi lokal. Insisi bagian ventral abses, nanah dikeluarkan.

9
Dilakukan curetag agar jaringan yang nekrosis dan sebagian jaringan
yang sehat terambil agar terjadi luka baru sehingga kesembuhan cepat
terjadi. Irigasi dengan rivanol, atau procain diberi antibiotika dan kulit
dijahit secara terputus dengan benang nonabsorbable.Prinsip
penanganannya adalah mengeluarkan eksudat, termasuk
mengeluarkan benda-benda asing dari rongga abses. Eksudat
dikeluarkan dengan jalan dibuat drainage.
b. Teknik Operasi Abses Regio Buccalis Kucing
Anamnese dari pemilik didapatkan keterangan bahwa kucing ini
telah mengalami abses setahun yang lalu. Abses tidak kunjung
sembuh malah semakin lama semakin membesar. Kucing ini sulit
dihandle sehingga pemilik merasa kesulitan untuk mencoba
mengobati sendiri. Tindakan penanganan yang tepat perlu segera
dilakukan mengingat abses semakin membesar dan juga terdapat
fistula di regio buccalis. Setelah kucing terbius, bagian buccalis
dicukur dan dilakukan pemeriksaan mulai dari regio buccalis hingga
ke cavum oris untuk melihat apakah abses disebabkan karena
ginggivitis atau hanya luka trauma dari regio buccalis saja. Hasil
pemeriksaan di cavum oris, terlihat mukosa mengalami peradangan di
bagian atas ujung dari dentes molaris. Hal ini menunjukkan bahwa
causa dari abses berasal dari alveolitis. Alveoltis bisa didahului oleh
ginggivitis karena adanya trauma oleh makanan yang keras/tajam
seperti tulang atau duri ikan. Tindakan selanjutnya isi abses
dibersihkan dengan air, setelah bersih kucing dibawa kemeja operasi.
Dibuat sayatan di ventral mandibula untuk memudahkan proses
drainage. Luka abses dibersihkan dengan NaCl fisiologis hingga
cairan benar-benar bening.
2.6 Pascaoperasi
Kasa yang telah dibasahi rivanol 0,1% digunakan untuk membersihakan
luka bagian dalam abses. Antibiotik kombinasi penisilin streptomisin
diteteskan ke dalam bagian abses untuk membunuh bakteri pyogenes
(Staphylococcus spp). Bagian dalam abses dimasukkan kassa yang telah

10
dibasahi rivanol 0,1% dan diikatkan pada lubang drainage. Terakhir, regio
yang mengalami abses dibalut dengan perban. Pengobatan abses juga dapat
menggunakan antibiotik. Salah satu contoh antibiotic yang dapat diberikan
pada kondisi abses ialah penstrep (Penisilin sreptomisin). Penicillin dan
streptomisin merupakan agen bakterisida yang berspektrum luas dan efektif
membunuh bakteri gram positif.
Penicillin memiliki struktur beta laktam yang mampu menghambat sintesis
dinding sel bakteri dengan menghambat enzim bakteri yang diperlukan untuk
pemecahan sel dan sintesis selular.Perawatan post operasi dilakukan di rumah
pemilik, diberi amoxicillin selama 7 hari dua kali sehari dosis 20 mg/kg BB.
Tujuan pemberian antibiotik berspektrum luas adalah untuk mencegah infeksi
sekunder akibat dari bakteri-bakteri pyogenes (Staphylococcus spp.;
Escherichia coli; b-hemolytic Streptococcus spp.; Pseudomonas; Mycoplasma
and Mycoplasma-like organisms (L-forms); Pasteurella multocida;
Corynebacterium; Actinomyces spp.; Nocardia). Perban dibuka sekitar hari
keempat bila daerah bekas abses tidak lagi mengeluarkan cairan. Treatment
dilanjutkan dengan mengolesi luka dengan peru balsem 10% untuk
merangsang proses granulasi.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abses merupakan suatu kondisi dimana nanah mengumpul
danmenggumpal di jaringan sebagai pertahanan tubuh terhadap benda
asing.Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Akibat infeksi
sekunder,maka pada abses akan tampak tanda-tanda radang seperti kemerahan
ditempat abses dan sekitarnya, bengkak dan panas jika dipalpasi, timbul
rasanyeri dan terdapat gangguan fungsi. Abses dapat ditangani dengan
tindakan operasi dan terapi obat-obatan.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya paper ini, diharapkan agar para pembaca khususnya
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dapat
mengetahui dan memahami tentang definisi dan tujuan operasi abses, prosedur
preoperasi, teknik operasi serta pascaoperasi operasi abses. Selain itu, perlu
dilakukannya pengamatan lebih lanjut sehingga ilmu yang didapatkan jauh
lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hill’s Pet Nutrition. 2011.Anal Sac Abscess. Trademarks owned by Hill’s Pet
Nutrition, Inc.
Naeini, AB, Jahromi AR and Mehrshad S. 2010. Bilateral abscesses of the
maxillary carnassial teeth in a female Pekinese. Turk. J. Vet. Anim. Sci.
34(5): 461-464
Sudisma, IGN. 2006. Ilmu Bedah Veteriner Dan Teknik Operasi. Pelawa Sari.
Denpasar.

13
ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

TEKNIK OPERASI
ABSES
Kelompok 3 Kelas B:
Varhan Dwiyan Indra (1809511044)
Jessy Filomena Fernanda B (1809511046)
Ferdy Olga Saputra (1809511050)
Maharani Lisna Wulandari (1809511056)
Dwi Fortuna Hosiholanda (1809511059)
Pendahuluan
Abses adalah suatu penonjolan kulit terlokalisir dan di dalam rongganya
terisi nanah atau penimbunan nanah yang terlokalisir di bawah kulit.
Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus
aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase
yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin. Streptococcus mutans
memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi,
yaitu streptokinase, streptodornasem, dan hyaluronidase.
Terminologi
Abses adalah suatu pernimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka
akan terjadi infeksi. Sebagian sel akan mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel – sel yang terinfeksi. Sel – sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak
ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih
akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang
mengisi rongga tersebut.

Prinsip penanganan operasi ini adalah mengeluarkan eksudat,


termasuk mengeluarkan benda-benda asing dari rongga abses. Eksudat
dikeluarkan dengan jalan dibuat drainage.
Indikasi
Semua abses kulit dengan syarat:
• Abses yang tidak sembuh meskipun
telah dilakukan tindakan konservatif
• Abses berdiameter >5mm
• Abses yang teraba dan berfluktuasi
• Operasi abses dapat dilakukan bila
absesnya sudah matang
Premedikasi dan Anestesi
● Premedikasi
Atropinsulfat 0,025% dengan dosis 0,04 mg/kg BB → subkutan
● Anestesi
a. Anestesi umum: kombinasi Xylazin 2% dosis 2 mg/kg BB + Ketamin HCL
10% dosis 15 mg/kg BB → intramuskuler
b. Anestesi local: lidokain dengan quantum statis yang dilakukan pada
daerah sekitar abses

Preoperasi
1. Persiapan alat, bahan, dan obat
2. Persiapan ruang operasi
3. Persiapan pasien
4. Persiapan operator
Teknik Operasi
Abses Regio Buccalis Kucing
• Setelah kucing terbius, bagian buccalis dicukur dan dilakukan pemeriksaan
mulai dari regio buccalis hingga ke cavum oris untuk melihat apakah abses
disebabkan karena ginggivitis atau hanya luka trauma dari regio buccalis saja.
• Hasil pemeriksaan di cavum oris, terlihat mukosa mengalami peradangan di
bagian atas ujung dari dentes molaris. Hal ini menunjukkan bahwa causa dari
abses berasal dari alveolitis.
• Tindakan selanjutnya isi abses dibersihkan dengan air, setelah bersih kucing
dibawa kemeja operasi. Dibuat sayatan di ventral mandibula untuk
memudahkan proses drainage. Luka abses dibersihkan dengan NaCl fisiologis
hingga cairan benar-benar bening.
Pascaoperasi
Abses Regio Buccalis Kucing
• Kasa yang telah dibasahi rivanol 0,1% digunakan untuk membersihakan
luka bagian dalam abses.
• Antibiotik kombinasi penisilin streptomisin diteteskan ke dalam bagian
abses untuk membunuh bakteri pyogenes (Staphylococcus spp)
• Terakhir, regio yang mengalami abses dibalut dengan perban.
• Pengobatan menggunakan antibiotik penstrep (Penisilin
sreptomisin). Penicillin dan streptomisin merupakan agen bakterisida yang
berspektrum luas dan efektif membunuh bakteri gram positif.
KESIMPULAN
Abses merupakan suatu kondisi dimana nanah
mengumpul dan menggumpal di jaringan sebagai
pertahanan tubuh terhadap benda asing. Bakteri yang
berperan dalam proses pembentukan abses yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans.
Akibat infeksi sekunder, maka pada abses akan tampak
tanda-tanda radang seperti kemerahan di tempat abses
dan sekitarnya, bengkak dan panas jika dipalpasi, timbul
rasa nyeri dan terdapat gangguan fungsi. Abses dapat
ditangani dengan tindakan operasi dan terapi obat-
obatan.
TERIMAKASIH
Turk. J. Vet. Anim. Sci.
2010; 34(5): 461-464
© TÜBİTAK
Case Report doi:10.3906/vet-0903-20

Bilateral abscesses of the maxillary carnassial teeth in


a female Pekinese

Abutorab Tabatabaei NAEINI1, Alireza Raayat JAHROMI1,*, Samira MEHRSHAD2


1
Department of Clinical Sciences, School of Veterinary Medicine, Shiraz University, Shiraz - IRAN
2Student of Veterinary Medicine, School of Veterinary Medicine, Shiraz University, Shiraz - IRAN

Received: 12.03.2009

Abstract: Tooth infections are typically seen in older dogs as a result of poor oral hygiene (periodontal disease) or
traumatic tooth fractures (endodontic and periapical disease). An 8-year-old female Pekinese was presented due to
bilateral draining tracts located just under its eyes, and a history of healing and recurrence of the lesions after about 3
weeks of systemic antibiotic therapy. Dental radiography revealed bilateral carnassial tooth root abscesses. Both teeth were
extracted under general anesthesia. With proper postoperative care the abscesses healed with no further complications.

Key words: Carnassial tooth, abscess, dog

Introduction Tooth root abscesses are often deep seated,


The mandibular first molar and the maxillary affecting the area surrounding the tooth root
fourth premolar are also referred to as the carnassial (periapical tissues). A tooth root abscess may be the
teeth. The maxillary fourth premolar in the dog is a result of periodontal disease, tooth fracture, or a
massive 3-rooted tooth with long roots. This tooth, retained root following tooth extraction (2).
together with the mandibular first molar, is used to Carnassial tooth root abscesses are caused by bacteria
break up or crush hard material, such as bones or that gain access to the root, either through a deep
large pieces of meat. The roots extend from below the periodontal pocket, via the pulp cavity of a fractured
gingival margin up into the maxilla, ventro-latero- tooth, or by being carried there by the bloodstream.
rostral to the eyes. There are 2 mesial roots Bacterial infection and the reaction of the host’s white
(mesiobuccal and mesiopalatal roots) in the front blood cells will cause abscess formation and alveolar
portion of the tooth and 1 distal root in the rear. In bone destruction around the root tip. Over time the
the lateral view the crown of the tooth is triangular infection can travel through the bone of the upper jaw
and has a sharp pointed main cusp. Chewing on very and break out either on the oral mucosa over the tooth
hard materials can cause buccal crown fractures of the or on the skin under the eye. Left untreated this
maxillary carnassial teeth and lingual crown fractures opening will occasionally close, but then reopen again
of the mandibular carnassial teeth (1). as more material accumulates. Dog owners often

* E-mail: raayat@shirazu.ac.ir

461
Bilateral abscesses of the maxillary carnassial teeth in a female Pekinese

confuse this condition with an eye infection, insect


bite, or puncture wound. In dogs that stay outdoors
or in those with long hair it may remain unnoticed for
a long period of time.

Case history
An 8-year-old female Pekinese was presented due
to bilateral draining tracts located just under its eyes,
which had been treated with local anti-inflammatory
ointment and systemic antibiotic for about 3 weeks
prior to presentation. The lesions sealed temporarily,
but they returned once medical treatment was
discontinued. Dark swollen spots with small draining Figure 2. Bilateral draining tracts are present just beneath the
wounds were located on the skin just beneath the eyes eyes.
(Figure 1). It was apparent that the discharge
originated from some structure ventral to the eyes and premedicated with acepromazine (0.05 mg/kg)
was traveling up under the skin and below the lower intramuscularly, and anesthesia was induced with
eyelids. Clinical examination revealed normal heart intravenous ketamine (10 mg/kg) and diazepam (0.05
rate, respiratory rate, and rectal temperature. The mg/kg). The dog was intubated, and anesthesia was
dog’s general condition, appetite, CRT (capillary refill maintained with halothane and oxygen. After creation
time), and hydration status were also normal, with no of mucoperiosteal flaps around the affected teeth,
signs of systemic sepsis. Oral examination revealed tooth sectioning, partial alveolectomy, and loosening,
that the teeth were not loose or painful on palpation, the teeth were extracted without leaving of any tooth
and no sign of periodontal diseases was observed. portions in the jaw. Butorphanol (0.3 mg/kg) was
Carnassial tooth root abscesses were suspected. administered intravenously for postoperative pain
Dental radiography was performed to determine the control, and cefazolin (20 mg/kg PO TID) was
source of the abscesses and the extent of tissue continued for 2 weeks postoperatively. The dog was
damage. It was confirmed that both maxillary fourth fed only soft food for 1 week following surgery. The
premolar teeth had radiolucent periapical lesions abscesses beneath the eyes healed gradually, and the
around their roots (Figure 2). The dog was 6-month follow-up examination revealed complete
healing with no further complications (Figure 3).

Results and discussion


No surgeon should omit a clinical and radiological
dental examination in the investigation of atypical
facial, oral, or cranial pain (3). Dental problems often
may not manifest themselves in conspicuous ways (4).
Chronic weight loss and malnutrition may have
various dental origins (5). The clinical signs of
abscessed teeth may range from unilateral swelling of
the mandible or maxilla on the affected side to
draining tracts in the oral mucosa or skin (6).
Progression of a carnassial tooth root abscess can
Figure 1. A distinct area of radiolucency with loss of lamina dura cause the bone around it to dissolve, and a draining
is present surrounding the root apices of one of the
tract will eventually develop below the eye, as was
maxillary fourth premolar teeth, indicating alveolar
bone lysis and formation of a tooth root abscess. observed in the present case. A crown fracture with

462
A. T. NAEINI, A. R. JAHROMI, S. MEHRSHAD

establishing a diagnosis difficult. A thorough medical


and dental history is required, and oral, facial, and
systemic examinations are warranted. Together with
radiographic findings and knowledge of the
anatomical structures involved, carnassial tooth root
abscess can be suspected. Dental radiographs will lead
to a correct diagnosis (8). The most common origin of
a facial draining tract is tooth related, and full-mouth
dental radiography is necessary to identify which
tooth is diseased and to confirm which tooth needs to
be treated (3).
Carnassial teeth are difficult to remove. Clinical
signs of a tooth root abscess may continue if any root
portions remain in the jaw. Multi-rooted teeth should
be sectioned into single-rooted crown-root segments,
which are then extracted like single-rooted teeth.
Sectioning can be achieved using fissure burs in dental
handpieces. Accurate positioning of the cuts requires
proper knowledge of tooth morphology. Creation of
Figure 3. The dog 6 months following extraction of the maxillary mucoperiosteal flaps and partial removal of alveolar
fourth premolar teeth. bone will ease the extraction process (9).
The systemic consequences of dental disease are
pulp exposure allows oral bacteria to migrate from the likely to be greater in geriatric patients (4). Similar
tooth fracture site into the pulp tissue, and then signs as those observed in the present case, and a
through the apical foramina of the root apex into the history of mild conjunctivitis and mucopurulent
alveolar bone and deeper bony structures. Usually, the discharge from the right eye were previously reported
abscess breaks through the skin just below the medial in a 5-year-old dog (8). That dog had had slight
canthus of the eye (7). This is often the time that blepharitis about 4 years earlier, which had been
endodontic disease is observed by the owner, as most treated with an antibiotic ophthalmic ointment only.
dogs and cats do not show any outward signs of After dental radiography was performed a unilateral
disease. Endodontic and periapical disease can be carnassial tooth root abscess was confirmed, and
treated either by root canal therapy or tooth tooth extraction corrected the problem. Draining
extraction. tracts associated with both mandibular first molar
In the present case root canal therapy was advised, teeth and periapical bone lysis were reported in a 6-
but the owner declined for financial reasons. Root year-old dog in which open tooth extractions were
canal therapy can be rather expensive, but it does save performed to solve the problem (10).
the tooth. Unfortunately, the involvement of teeth in Severe oral inflammation/infection and oral
facial abscesses is often overlooked or ignored. surgical procedures are associated with a high level of
Draining the abscess and use of systemic antibiotics pain. The proper analgesic varies, depending on the
will often resolve the external clinical signs, but the
anticipated level of discomfort (11,12). Postoperative
abscess will recur after discontinuation of antibiotics;
care includes pain control, soft food for about 2 weeks,
therefore, the treatment of choice in the present case
and possible use of antibiotics (depending on the
was to remove the involved teeth.
character and extent of disease). In the present case
It should be noted that bilateral carnassial tooth no complications were seen 6 months following tooth
root abscesses in dogs are unusual, which can make extraction.

463
Bilateral abscesses of the maxillary carnassial teeth in a female Pekinese

References
1. Eisner, E.R.: Professional and home dental care of the adult dog 7. Bell, A.F.: Dental disease in the dog. J. Small Anim. Pract., 1965;
and cat. Recent advances in dental health management. In: 6: 421-428.
Proceedings of the 8th World Veterinary Dental Congress, Kyoto,
8. Neuman, N.B.: Chronic ocular discharge associated with a
Japan. 2003; 8-15.
carnassial tooth abscess. Can. Vet. J., 1974; 15: 128.
2. Kealy, J.K., McAllister, H.: Diagnostic Radiology and
9. Niemiec, B.A.: Extraction techniques. Top. Companion Anim.
Ultrasonography of the dog and cat. 3rd edn., WB Saunders
Med., 2008; 23: 97-105.
Company, Philadelphia. 2000; 364-365.
10. Stein, K.E., Marretta, S.M., Eurell, J.A.: Dens invaginatus of the
3. Hopkins, R.: Some dental problems and the surgeon. Ann. R. mandibular first molars in a dog. J. Vet. Dent., 2005; 22: 21-25.
Coll. Surg. Engl., 1973; 53: 95-111.
11. Rochette, J.: Local anesthetic nerve blocks and oral analgesia.
4. Rostami, A., Dehghan, M.M., Masoudifard, M., Memarian, I., In: Proceedings of the World Small Animal Veterinary
Shahi Ferdous, M.M.: The report of periapical abscess in Association, Vancouver, Canada, 2001; 2: 3.
carnassial tooth in an eurasian lynx (Lynx lynx). Wildlife Middle
East News, 2007; 2: ISSN 1990-8237. 12. Stegmann, G.F.: Regional nerve blocks for oral surgery. In:
Proceedings of the 10th World Veterinary Dental Congress,
5. Fowler, M.E.: Zoo and Wild Animal Medicine. WB Saunders
Guarujá, SP. 2007; 73-74.
Company, Pennsylvania. 1986; 533-547.
6. Wallach, J.D., Boever, W.J.: Diseases of Exotic Animals. Medical
and Surgical Management. WB Saunders Company,
Philadelphia. 1983; 380-382.

464

Anda mungkin juga menyukai