DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1ii
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Definisi Abses................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan fisiologi integumen...................................................... 3
2.3 Etiologi Abses................................................................................... 6
2.4 Pathway Abses.................................................................................. 7
2.5 PatofisiologiAbses............................................................................. 7
2.6 Manifestasi Abses.............................................................................. 7
2.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan penunjang..................................................................... 9
2.9 Asuhan Keperawatan........................................................................ 11
BAB III PENUTUP....................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 21
3.2 Saran.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Berguna bagi mahasiswa yang ingin memperdalam wawasan tentang Asuhan Keperawatan
pada Abses yang diakibatkan oleh Diabetes Melitus.
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit Abses, mengenai etiologi pada luka
Abses, mengenai patofisiologinya pada luka Abses, mengenai manifestasi dan penatalaksanaan
pada luka Abses, dan pemeriksaan penunjang pada luka Abses.
BAB II
PEMBAHASAN
Epitel kulit terdiri atas sel-sel yang meberikan barier terus menerus antara isi tubuh dan
lingkungan luar. Sel epitel juga melapisi saluran cerna,saluran nafas dan alveoli, tubulus ginjal dan
sistem urinaria, dan duktus-duktus yang mengosongkan isinya ke permukaaan
permuka aan kulit (lumen) sitem
pencernaan serta pernafasan.
p ernafasan. Sel epitel memungkinkan transpor selektif dari ion-ion,
ion -ion, nutrien,dan
zat sisa metabolik serta memiliki permeabilitas terhadap air yang di atur secara parsial. Sel-sel
epitel terhubung satu sama lain melalui tautan erat dan mengekspresikan berbagai populasi protein
transporter pada sisi apikal (umunya menghadap lumen) dan sisi basolateral (menghadap darah
atau serosa).
Integumen terdiri atas tiga stuktur yaitu sebagai berikut:
1. Epidermis
jumlah jaringan
jaringan elastis matur yang lebih tinggi. Dermis mengandung banyak sel khusus, pembuluh
darah, dan saraf.
3. Hipodermis
Lapisan subkutan adalah lapisan khusus jaringan ikat. Kadang di sebut lapisan adiposa karena
ka rena
kandungan lemaknya. Lapisan ini tidak ada pada beberapa bagian tubuh, seperti kelopak mata,
skorotum, areola,dan tibia. Usia,hereditas, dan banyak faktor lain mempengaruhi ketebalan lapisan
subkutan. Lemak subkutan umumnya paling tebal punggung dan bokong, memberikan bentuk dan
kontur diatas tulang. Lapisan ini berfungsi sebagai insulasi dari panas dan dingin yang ekstrim,
sebagai bantalan terhadap trauma, dan sebagai sumber energi dan metabolisme hormon.
Kulit adalah struktur yang secara morfologi kompleks yang memiliki beberapa fungsi yang
penting bagi kehidupan. Kulit berbeda secara anatomis maupun fisioligis pada berbagai bagian
tubuh. Fungsi kulit meliputi proteksi, mempertahankan homestatis, termoregulasi, reseptor
sensorik, sintesis vitamin dan memproses substansi antigen.
2.3. Etiologi
Menurut siregar 2004 suatu infeksi bisa menyebabkan abses melaluli beberapa
be berapa cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka ynag berasal dari tusukan jaru yang tidak seteril.
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. bakteri yang dalam keadaan normal hidup didalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing didaerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
2.4. Pathway
2.5. Patofisiologi
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya mencapai 100.000
organisme per ml eksudat, atau per gram jaringan, atau per mm2 daerah
da erah permukaan. Itu kemudian
ditunjang dengan lingkungan yang rentan terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil
pencernaan protein, dan darah. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang
terganggu, respon biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun).
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa berikut:
1. Enzim : Hemolisin, Streptokinase, Hialuronidase
2. Eksotoksin : Tetanus, Difteri yang dilepaskan bakteri intak gram positif
3. Endotoksin : Lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat
kematian bakteri
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan), tumor
(pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu rekasi inflamasinya menetap,
sedangkan infeksinya menghilang. Infeksi
Infeksi kemudian menyebar melalui beberapa cara: (1)
langsung ke jaringan sekitar; (2) sepanjang daerah jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4)
melalui aliran darah. Setelah infeksi menyebar, muncul abses. Abses ini merupakan respon
2.7. Penatalaksanaan
Drainase abses dengan menggunkan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses
berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila
menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis tindakan pembedahan dapat
ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan bakteri staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang didapat melalui
komunitas, antibiotik tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain seperti clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole,
dan doxycycline.
Apabila telah terjadi supurasi dan fluktuasi, lakukan insisi. Tindakan dalam melakukan insisi
adalah sebagai berikut:
1. Perlengkapan ; cairan antiseptic, alat dan anestesi, scalpel bermata nomor 11, kuret, kassa, tampo,
pembalut.
2. Tindakan dilakukan sesuai prinsip asepsis dan antisepsis
3. Tindakan anastesis:
4. Pada abses yang dalam, lakukan
laku kan infiltrasi tepat di atas abses.
5. Bila letak abses di permukaan lakukan anestesi dengan etil klorida yang disemprotkansampai
terbentuk lapisan putih mirip salju.
6. Tusukan dan buat insisi lurus dengan scalpel kedalam abses di tempat yang mempunyai fluktuasi
maksima, bila rongga abses cukup besa dan kulit diatasnya mengalami nikrotik, lakukan insisi
silan kemudian lakukan atap abses dibuang dengan mengeksisi sudut-sudutnya. Jika tidak ingin
melakukan eksisi, sayatan harus cukup panjang agar luka terbuka lebar dan tidak terlalu
cepatmenutip kembali.
7. Keluarkan pus. Lokuli didalam abses dapat dirusak dengan jari, sedangkan membrannya dapat
dikeluarkandengan hati-hati dengan alat kuret.
8. Setelah pus dikeluarkan seluruhnya, rongga diisi tampondapat digunakan tampon berbentuk pita
yang bisa terbuat dari kasa yang telah dibasahi paraffin atau potongan sarung tangan steril. Sisakan
ujung pita diluar rongga. Tampon tidak boleh dijajalkan terlalu padat karena akan menghalangi
keluarnya eksudat dan menghambat obliterasi luka.
9. Tutup luka denga balutan yang menyerap cairan sebagai kompres basah dan memberikan tekanan
yang lebih dibandingkan biasanya. Kompres dengan
den gan larutan garam fisiologis atau antseptikringan.
Balutan diganti minimal sehari 3 kali.
10. Periksa 24-48 jam kemudian dan angkat tampon. Bila eksudat masih mengalir ulangi tindakan ini
tiap 48-72 jam sampai tanda-tanda penyembuhan mulai terlihat.
Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. I
Jenis kelamin : Pria
Usia : 40 tahun
B. Keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri
C. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 4 pada luka yang ada di paha kanannya. Klien telah
mengalami luka tersebut selama 2 minggu, dan klien memiliki penyakit Diabetes mellitus dari 5
tahun yang lalu.
D. Riwayat kesehatan terdahulu :
Klien memiliki riwayat penyakit diabetes militus sejak 5 tahun yang lalu.
E. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak diketahui
F. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
- Luka terbuka / tertutup
- Organ / jaringan terinfeksi
- Massa eksudat dengan bermata
- Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan di sekitar luka.
- Rasa sakit dan apabila dipalpasi akan terasa fluktuatif.
G. Analisis data
No Symtom Etiologi Masalah
1. Ds: Reaksi hypersensitive Nyeri Akut
Klien mengeluhkan ↓
nyeri pada luka di paha Bakteri melakukan
kanannya. multiplikasi dan merusak
Do: jaringan yang ditempati
Wajah klien tampak ↓
meringis Tubuh bereaksi untuk
Ditemukannya luka perlindungan penyebaran
dengan diameter 1cm di infeksi
paha kanan. ↓
Peradangan
↓
Nyeri akut
2. Ds: Reaksi tubuh terhadap Hipertermi
Klien Mengeluh demam penyebaran infeksi
Do: ↓
Suhu tubuh klien Terjadi proses
38,5ºC peradangan
Hasil Lab: ↓
3
Leukosit 13000sel/mm
Dilepaskannya zat
pirogen leukosit pada
jaringan
↓
Leukosit meningkat
↓
Hipertermi
3. s: Abses yang terbentuk Kerusakan Integritas
Klien mengatakan kulit dan terlokasi jaringan
disekitar luka berwarna ↓
merah Menyebabkan infeksi
Klien mengatakan luka ↓
seperti gelembung yang Kerusakan Integritas
berisikan air. jaringan
o:
Kulit disekitar luka
bewarna merah.
Ditemukannya nodus
eritema.
Luka mengeluarkan
banyak pus (nanah).
4. Ds: Reaksi tubuh terhadap Resiko infeksi
Klien mengatakan kulit penyebaran
disekitar luka berwarna bakteriStaphylococus
bakteriStaphylococus
merah Aureus.
Aureus.
Klien mengatakan luka ↓
seperti gelembung yang Terjadi proses
berisikan air peradangan
↓
Do: Terbentuknya abses dan
Kulit disekitar luka terlokasi (dari matinya
bewarna merah. jaringan nekrotik,
Ditemukannya nodus bakteri, dan sel darah
eritema. putih)
Luka mengeluarkan ↓
banyak pus (nanah). Penyebaran infeksi
Hasil Lab : ↓
Gula darah 300mg/dL Resiko infeksi
dan ditemukannya
bakteri Staphylococus
Aureus.
Aureus.
5. Ds: Kurangnya informasi Defisiensi pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengenai komplikasi
mengetahui kenapa bisa dari diabetes mellitus
↓
2). Jelaskan pada pasien tentang sebab- Pemahaman pasien tentang penyebab
sebab timbulnya nyeri nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
Hipertermia
Tujuan:
Tercapainya suhu tubuh normal 37ºC
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Rasional
Monitor suhu dan warna kulit Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
Monitor tingkatkan intake cairan dan Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
nutrisi
Ajarkan pada klien cara mencegah Untuk mecegah terjadi resiko cedera
Intervensi Rasional
1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran Pengkajian yang tepat tentang tanda-
infeksi pada luka. tanda penyebaran infeksi
dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
2).Lakukan perawatan luka secara Untuk mencegah kontaminasi luka dan
aseptik. penyebaran infeksi.
3).Anjurkan
untuk selalukepada pasien
menjaga kebersihan diri Kebersihan
dan keluarga diriuntuk
salah satu cara yang mencegah
baik merupakan
infeksi
selama perawatan. kuman.
4). Anjurkan pada pasien agar menaati Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup
diet, latihan fisik, pengobatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
ditetapkan. pengobatan yang tepat, mempercepat
penyembuhan sehingga
memperkecilkemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5). Kolaborasi dengan dokter untuk Antibiotika dapat menbunuh kuman,
pemberian antibiotika dan insulin. pemberian insulin akan menurunkan
kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
Diagnosa no. 4
Kerusakan integritas jaringan
Tujuan :
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
Perfusi jaringan normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ketebalan dan tekstur jaringan normal
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cidera berulang.
Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi Rasional
1) Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan. proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Merawat luka dengan teknik aseptik,
Membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan larutan yang tidak iritatif, larutan yang iritatif akan
angkat sisa balutan yang merusak jaringan granulasi yang timbul,
menempel pada luka. sisa balutan jaringannekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
Intervensi Rasional
1). Kaji tingkat Untuk memberikan informasi pada
pengetahuan pasien/keluarga tentang pasien/keluarga,
penyakit DM dan Abses. perawat perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuanyang
diketahui pasien/ keluarga.
2). Kaji latar belakang pendidikan Agar perawat dapat memberikan
pasien. penjelasan dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat dimengerti
pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3). Jelaskan tentang proses penyakit, Agar informasi dapat diterima dengan
diet, perawatan dan pengobatan pada mudah dan tepat sehingga
pasien dengan bahasa dan kata-kata tidakmenimbulkan kesalahpahaman.
yang mudah dimengerti.
4). Jelasakan prosedur yang Dengan penjelasdan yang ada dan ikut
akandilakukan, manfaatnya bagi pasien secara langsung dalam tindakan yang
dan dilakukan, pasien akan lebih kooperatif
libatkan pasien didalamnya. dan cemasnya berkurang.
Diagnosa no. 6
Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas dapat berangsur-angsur
berkurang.
Kriteria hasil :
Kalien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
Vital sign dalam batas normal
J. Evaluasi
1. Diharapkan rasa nyeri hilang/ berkurang.
2. Diharapkan suhu tubuh pada batas normal.
3. Diharapkan tidak terjadinya penyebaran infeksi (sepsis).
4. Diharapkan tercapainya proses penyembuhan luka.
5. Diharakan pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
6. Diharapkan ansietas dapat berangsur-angsur berkurang.
BAB IV
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). (Joyce M. Black: 2015)
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi kebagian tubuh
yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah
(siregar,2004)
Untuk menentukan dan memastikan itu abses dapat dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan rontgen, USG, CT,Scan, atau MRI
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-paru,mulut,rektum, dan otot.
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat didalam kulit terutama jika timbul di
wajah. Abses dapat diobati dngan cara pembeian antibiotic untuk penderita tahap awal, namun
apabila telah menjadi supurasi dan fluktuasi dapat dilakukan insisi.
6.2. Saran
Pada kasus batu abses, sebaiknya diperhatikan dengan benar masalah mengenai
sistemintegumen.
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan Keperawatan pada
pasien abses.
2. Bagi para pembaca
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca semua agar sudi kiranya
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA