Anda di halaman 1dari 17

ABSES PADA DIABETES MELITUS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Definisi Abses................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan fisiologi integumen...................................................... 3
2.3 Etiologi Abses................................................................................... 6
2.4 Pathway Abses.................................................................................. 7
2.5 PatofisiologiAbses............................................................................. 7
2.6 Manifestasi Abses.............................................................................. 7
2.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................... 8
2.8 Pemeriksaan penunjang..................................................................... 9
2.9 Asuhan Keperawatan........................................................................ 11
BAB III PENUTUP....................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 21
3.2 Saran.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). (Joyce M. Black: 2015)
Pada penderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) banyak ditemui komplikasi kronik berupa
luka pada kulit di bagian ektermitas bawah seperti abses. Abses merupakan kumpulan nanah
(netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses
infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan luka
peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran atau perluasan infeksi kebagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah (siregar,2004)
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidak
normalan di bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat
proses radang dan kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri dari sel
yang telah cidera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah
putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen
misalnya bisul.
Ketika terjadi abses banyak sekali orang-orang yang salah melakukan penangan dikarenakan
rasa tidak nyamannya akibat adanya nanah (pus), sehingga menyebabkan terjadinya infeksi pada
luka yang meluas.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang maksud dengan Abses?
1.2.2. Bagaimana Anatomi dan fisiologi Abses?
1.2.3. Apa Etiologi dan Patofisiologi Abses?
1.2.4. Apa saja Manifestasi klinis dan Penatalaksanaan Medis Abses?
1.2.5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang pada Abses?
1.2.6. Proses Asuhan Keperawatan Pada Abses?

1.3. Tujuan Penulisan


1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Abses yang di akibatkan oleh
diabetes mellitus.
1.1.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Abses. Untuk mengetahui NCP , yang terdiri dari
sebagai berikut Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Implementasi, Intervensi
Keperawatan, dan Evaluasi

1.4. Manfaat Penulisan


Dalam penyelesaian makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun
manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berguna bagi mahasiswa yang ingin memperdalam wawasan tentang Asuhan Keperawatan
pada Abses yang diakibatkan oleh Diabetes Melitus.
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit Abses, mengenai etiologi pada luka
Abses, mengenai patofisiologinya pada luka Abses, mengenai manifestasi dan penatalaksanaan
pada luka Abses, dan pemeriksaan penunjang pada luka Abses.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Abses


Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi kebagian tubuh
yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah
(siregar,2004)
Abses juga dapat dikatakan sebagai rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidak
normalan di bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat
proses radang dan kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri dari sel
yang telah cidera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah
putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen
misalnya bisul.

2.2. Anatomi dan Fisiologi


Integumen atau kulit menyusun 15% hingga 20 % berat badan. Kulit yang utuh adalah sistem
pertahanan primer tubuh. kulit melindugi dari infasi organisme, membantu dalam pengaturan suhu
tubuh,mengolah vitamin dan memberikan penampilan eksternal kita. Kulit memiliki tiga lapisan
kulit primer yaitu epidermis atau lapisan luas, dermis atau lapisan dalam, dan hipodermis atau
lapisan subkutan. Struktur tambahan epidermis yaitu kelenjar ekrin, kelenjar apokrin,kelenjar
sebaseus, folikel rambut dan kuku.
Epitel kulit terdiri atas sel-sel yang meberikan barier terus menerus antara isi tubuh dan
lingkungan luar. Sel epitel juga melapisi saluran cerna,saluran nafas dan alveoli, tubulus ginjal dan
sistem urinaria, dan duktus-duktus yang mengosongkan isinya ke permukaaan kulit (lumen) sitem
pencernaan serta pernafasan. Sel epitel memungkinkan transpor selektif dari ion-ion, nutrien,dan
zat sisa metabolik serta memiliki permeabilitas terhadap air yang di atur secara parsial. Sel-sel
epitel terhubung satu sama lain melalui tautan erat dan mengekspresikan berbagai populasi protein
transporter pada sisi apikal (umunya menghadap lumen) dan sisi basolateral (menghadap darah
atau serosa).
Integumen terdiri atas tiga stuktur yaitu sebagai berikut:
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit terluar yang
tipis dan berjenjang yang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar. Ketebalan
epidermis berkisar dari 0,04 mm pada kelopak
mata hingga 1,6 mm pada telapak tangan dan
kaki. Desmosom (titik pelekatan intersel yang
vital bagi adhesi antar sel) ditemukan pada
epidermis.
Keratinosit, sel utama dari epidermis,
memproduksi keratin dalam proses yang
komplek. Sel-sel dimulai pada lapisan sel basal
dan berubah secara konstan,bergerak keatas
melintasi epidermis. Pada permukaan, mereka
dilepaskan atau hilang melalui abrasi. Oleh
karena itu epidermis secara konstan beregenerasi, menyediakan barier keratin yang kuat.
Warna kulit merefleksikan produksi granula pigmen (melanin) oleh melanosit dan adanya
darah (hemoglobin) pada orang berkulit terang. Warna merefleksikan kombinasi empat warna
dasar :
- Karotenoid yang dibentuk secara eksogen ( kuning)
- Melanin ( coklat)
- Hemoglobin teroksigenasi di dalam arteriol dan kapiler (merah)
- Hemoglobin tereduksi pada venula (biru atau ungu)
2. Dermis
Dermis, lapisan jaringan padat dibawah epidermis, membentuk sebagian besar substansi dan
struktur pada kulit. Ketebalannya bervariasi dari 1 hingga 4 mm dan paling tebal didaerah
punggung. Dermis mengandung fibroblas, makrofag, sel mask dan limfosit, yang mendorong
penyembuhan luka. Pasokan limfatik, vaskuler, dan saraf dari kulit, yang mempertahankan
ekuilibrium pada kulit, berada di dermis.
Dermis di bagi menjadi dua bagian : papilaris dan retikularis. Papilaris dermis, yang
mengandung kolagen, pembuluh darah, kelenjar keringat, dan elastin dalam jumlah banyak,
berhubungan dengan epidermis. Retikulis dermis juga mengandung kolagen, namun dengan
jumlah jaringan elastis matur yang lebih tinggi. Dermis mengandung banyak sel khusus, pembuluh
darah, dan saraf.
3. Hipodermis
Lapisan subkutan adalah lapisan khusus jaringan ikat. Kadang di sebut lapisan adiposa karena
kandungan lemaknya. Lapisan ini tidak ada pada beberapa bagian tubuh, seperti kelopak mata,
skorotum, areola,dan tibia. Usia,hereditas, dan banyak faktor lain mempengaruhi ketebalan lapisan
subkutan. Lemak subkutan umumnya paling tebal punggung dan bokong, memberikan bentuk dan
kontur diatas tulang. Lapisan ini berfungsi sebagai insulasi dari panas dan dingin yang ekstrim,
sebagai bantalan terhadap trauma, dan sebagai sumber energi dan metabolisme hormon.
Kulit adalah struktur yang secara morfologi kompleks yang memiliki beberapa fungsi yang
penting bagi kehidupan. Kulit berbeda secara anatomis maupun fisioligis pada berbagai bagian
tubuh. Fungsi kulit meliputi proteksi, mempertahankan homestatis, termoregulasi, reseptor
sensorik, sintesis vitamin dan memproses substansi antigen.
2.3. Etiologi
Menurut siregar 2004 suatu infeksi bisa menyebabkan abses melaluli beberapa cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka ynag berasal dari tusukan jaru yang tidak seteril.
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. bakteri yang dalam keadaan normal hidup didalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing didaerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

2.4. Pathway
2.5. Patofisiologi
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya mencapai 100.000
organisme per ml eksudat, atau per gram jaringan, atau per mm2 daerah permukaan. Itu kemudian
ditunjang dengan lingkungan yang rentan terhadap bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil
pencernaan protein, dan darah. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang
terganggu, respon biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun).
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa berikut:
1. Enzim : Hemolisin, Streptokinase, Hialuronidase
2. Eksotoksin : Tetanus, Difteri yang dilepaskan bakteri intak gram positif
3. Endotoksin : Lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat
kematian bakteri
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan), tumor
(pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu rekasi inflamasinya menetap,
sedangkan infeksinya menghilang. Infeksi kemudian menyebar melalui beberapa cara: (1)
langsung ke jaringan sekitar; (2) sepanjang daerah jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4)
melalui aliran darah. Setelah infeksi menyebar, muncul abses. Abses ini merupakan respon
kekebalan tubuh terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan baik, akan muncul jaringan
granulasi, fibrosis, dan jaringan parut. Namun jika tidak ditangani secara baik, akan menyebabkan
infeksi kronis, yakni menetapnya organisme pada jaringan yang menyebabkan respon inflamasi
kronis (Pierce & Borley, 2007)

2.5. Manifestasi klinis :


Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-paru,mulut,rektum, dan otot.
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat didalam kulit terutama jika timbul di wajah.
Menurut smeltzer dan bare,gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap
fungsi suatu organ saraf. Gejala bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak seperti benjolan. Adapun
lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah
pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses didalam tubuh,
sebelum menimbulkan gejala seringkali tumbuh lebih besar. Abses dalam mungkin lebih
menyebar ke seluruh tubuh pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Luka terbuka atau tertutup
2. Organ/ jaringan terinfeksi
3. Massa eksudat
4. Peradangan
5. Abses superfisial dengan ukuran bervariasi
6. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa flutuaktif

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. hasil pemeriksaan leukosit menunjukkan peningkatan sel darah putih
2. untuk menentukan ukuran dan lokasi akses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT,Scan, atau
MRI

2.7. Penatalaksanaan
Drainase abses dengan menggunkan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses
berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila
menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis tindakan pembedahan dapat
ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan bakteri staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang didapat melalui
komunitas, antibiotik tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain seperti clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole,
dan doxycycline.
Apabila telah terjadi supurasi dan fluktuasi, lakukan insisi. Tindakan dalam melakukan insisi
adalah sebagai berikut:
1. Perlengkapan ; cairan antiseptic, alat dan anestesi, scalpel bermata nomor 11, kuret, kassa, tampo,
pembalut.
2. Tindakan dilakukan sesuai prinsip asepsis dan antisepsis
3. Tindakan anastesis:
4. Pada abses yang dalam, lakukan infiltrasi tepat di atas abses.
5. Bila letak abses di permukaan lakukan anestesi dengan etil klorida yang disemprotkansampai
terbentuk lapisan putih mirip salju.
6. Tusukan dan buat insisi lurus dengan scalpel kedalam abses di tempat yang mempunyai fluktuasi
maksima, bila rongga abses cukup besa dan kulit diatasnya mengalami nikrotik, lakukan insisi
silan kemudian lakukan atap abses dibuang dengan mengeksisi sudut-sudutnya. Jika tidak ingin
melakukan eksisi, sayatan harus cukup panjang agar luka terbuka lebar dan tidak terlalu
cepatmenutip kembali.
7. Keluarkan pus. Lokuli didalam abses dapat dirusak dengan jari, sedangkan membrannya dapat
dikeluarkandengan hati-hati dengan alat kuret.
8. Setelah pus dikeluarkan seluruhnya, rongga diisi tampondapat digunakan tampon berbentuk pita
yang bisa terbuat dari kasa yang telah dibasahi paraffin atau potongan sarung tangan steril. Sisakan
ujung pita diluar rongga. Tampon tidak boleh dijajalkan terlalu padat karena akan menghalangi
keluarnya eksudat dan menghambat obliterasi luka.
9. Tutup luka denga balutan yang menyerap cairan sebagai kompres basah dan memberikan tekanan
yang lebih dibandingkan biasanya. Kompres dengan larutan garam fisiologis atau antseptikringan.
Balutan diganti minimal sehari 3 kali.
10. Periksa 24-48 jam kemudian dan angkat tampon. Bila eksudat masih mengalir ulangi tindakan ini
tiap 48-72 jam sampai tanda-tanda penyembuhan mulai terlihat.

2.8. Asuhan Keperawatan


Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. I
Jenis kelamin : Pria
Usia : 40 tahun
B. Keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri
C. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 4 pada luka yang ada di paha kanannya. Klien telah
mengalami luka tersebut selama 2 minggu, dan klien memiliki penyakit Diabetes mellitus dari 5
tahun yang lalu.
D. Riwayat kesehatan terdahulu :
Klien memiliki riwayat penyakit diabetes militus sejak 5 tahun yang lalu.
E. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak diketahui
F. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
- Luka terbuka / tertutup
- Organ / jaringan terinfeksi
- Massa eksudat dengan bermata
- Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan di sekitar luka.
- Rasa sakit dan apabila dipalpasi akan terasa fluktuatif.
G. Analisis data
No Symtom Etiologi Masalah
1. Ds: Reaksi hypersensitive Nyeri Akut
Klien mengeluhkan ↓
nyeri pada luka di paha Bakteri melakukan
kanannya. multiplikasi dan merusak
Do: jaringan yang ditempati
- Wajah klien tampak ↓
meringis Tubuh bereaksi untuk
- Ditemukannya luka perlindungan penyebaran
dengan diameter 1cm di infeksi
paha kanan. ↓
Peradangan

Nyeri akut
2. Ds: Reaksi tubuh terhadap Hipertermi
Klien Mengeluh demam penyebaran infeksi
Do: ↓
- Suhu tubuh klien Terjadi proses
38,5ºC peradangan
- Hasil Lab: ↓
Leukosit 13000sel/mm3
Dilepaskannya zat
pirogen leukosit pada
jaringan

Leukosit meningkat

Hipertermi
3. Ds: Abses yang terbentuk Kerusakan Integritas
- Klien mengatakan kulit dan terlokasi jaringan
disekitar luka berwarna ↓
merah Menyebabkan infeksi
- Klien mengatakan luka ↓
seperti gelembung yang Kerusakan Integritas
berisikan air. jaringan
Do:
- Kulit disekitar luka
bewarna merah.
- Ditemukannya nodus
eritema.
- Luka mengeluarkan
banyak pus (nanah).
4. Ds: Reaksi tubuh terhadap Resiko infeksi
- Klien mengatakan kulit penyebaran
disekitar luka berwarna bakteriStaphylococus
merah Aureus.
- Klien mengatakan luka ↓
seperti gelembung yang Terjadi proses
berisikan air peradangan
- ↓
Do: Terbentuknya abses dan
- Kulit disekitar luka terlokasi (dari matinya
bewarna merah. jaringan nekrotik,
- Ditemukannya nodus bakteri, dan sel darah
eritema. putih)
- Luka mengeluarkan ↓
banyak pus (nanah). Penyebaran infeksi
- Hasil Lab : ↓
Gula darah 300mg/dL Resiko infeksi
dan ditemukannya
bakteri Staphylococus
Aureus.
5. Ds: Kurangnya informasi Defisiensi pengetahuan
- Klien mengatakan tidak mengenai komplikasi
mengetahui kenapa bisa dari diabetes mellitus

mendapatkan luka di Defisiensi pengetahuan
pahanya.
Do:
Klien tidak dapat
menjawab pertanyaan
mengnai komplikasi
luka abses yang terjadi
karena penyakit diabetes
mellitusnya.
6. Ds: Diabetes mellitus Ansietas
Klien mengatakan ↓
merasa cemas dengan Terinfeksi
lukanya. bakteriStaphylococus
Aureus
Do: ↓
Wajah klien terlihat Terjadi abses
cemas ↓
Kurangnya informasi
dan pengetahuan

Ansietas

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hipertermia
3. Kerusakan Integritas jaringan
4. Resiko infeksi
5. Defisiensi pengetahuan
6. Ansietas

I. Intrvensi dan Rasional


Diagnosa no.1
Nyeri akut
Tujuan :
Pain level, Pain Control, Comfort level.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengntrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakalogi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri bekurang dengan menggunakan managemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi Rasional
1). Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi Untuk mengetahui berapa berat nyeri
nyeri yang dialami pasien. yang dialami pasien.
2). Jelaskan pada pasien tentang sebab- Pemahaman pasien tentang penyebab
sebab timbulnya nyeri nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
3). Ciptakan lingkungan yang tenang. Rangasangan yang berlebihan
darilingkungan akan memperberat rasa
nyeri.
4). Ajarkan teknik distraksi dan Teknik distraksi dan relaksasi dapat
relaksasi. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
5). Atur posisi pasien senyaman Posisi yang nyaman akan membantu
mungkin sesuai keinginan pasien. memberikan kesempatan pada
otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6). Kolaborasi dengan dokter untuk Obat-obat analgesik dapat membantu
pemberian analgesik mengurangi nyeri pasien.
Diagnosa no. 2
Hipertermia
Tujuan:
Tercapainya suhu tubuh normal 37ºC
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Rasional
1) Monitor suhu dan warna kulit Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
2) Monitor tingkatkan intake cairan dan Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
nutrisi
3) Ajarkan pada klien cara mencegah Untuk mecegah terjadi resiko cedera
keletihan akibat panas akibat kelelahan
4) Berikan anti piretik jika perlu Anti piretik dapat menurunkan panas
sehingga suhu tubuh akan turun dan
kembali ke suhu normal.
Diagnosa no. 3
Resiko Infeksi
Tujuan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Intervensi Rasional
1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran Pengkajian yang tepat tentang tanda-
infeksi pada luka. tanda penyebaran infeksi
dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
2).Lakukan perawatan luka secara Untuk mencegah kontaminasi luka dan
aseptik. penyebaran infeksi.
3).Anjurkan kepada pasien dan keluarga Kebersihan diri yang baik merupakan
untuk selalu menjaga kebersihan diri salah satu cara untuk mencegah infeksi
selama perawatan. kuman.

4). Anjurkan pada pasien agar menaati Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup
diet, latihan fisik, pengobatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
ditetapkan. pengobatan yang tepat, mempercepat
penyembuhan sehingga
memperkecilkemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5). Kolaborasi dengan dokter untuk Antibiotika dapat menbunuh kuman,
pemberian antibiotika dan insulin. pemberian insulin akan menurunkan
kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
Diagnosa no. 4
Kerusakan integritas jaringan
Tujuan :
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
a. Perfusi jaringan normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cidera berulang.
e. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi Rasional
1) Kaji luas dan keadaan luka serta Pengkajian yang tepat terhadap luka dan
proses penyembuhan. proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Merawat luka dengan teknik aseptik,
Membersihkan luka secara abseptik dapat menjaga kontaminasi luka dan
menggunakan larutan yang tidak iritatif, larutan yang iritatif akan
angkat sisa balutan yang merusak jaringan granulasi yang timbul,
menempel pada luka. sisa balutan jaringannekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk Insulin akan menurunkan kadar gula
pemberian insulin, pemeriksaan kultur darah, pemeriksaan kultur pus untuk
pus pemeriksaan gula darah pemberian mengetahui jenis kuman dan anti biotik
anti biotik. yang tepat untuk
pengobatan,pemeriksaan kadar gula
darah untuk mengetahui perkembangan
penyakit
Dianosa no. 5
Defisiensi informasi
Tujuan :
Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
b. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.

Intervensi Rasional
1). Kaji tingkat Untuk memberikan informasi pada
pengetahuan pasien/keluarga tentang pasien/keluarga,
penyakit DM dan Abses. perawat perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuanyang
diketahui pasien/ keluarga.
2). Kaji latar belakang pendidikan Agar perawat dapat memberikan
pasien. penjelasan dengan menggunakan kata-
kata dan kalimat yang dapat dimengerti
pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3). Jelaskan tentang proses penyakit, Agar informasi dapat diterima dengan
diet, perawatan dan pengobatan pada mudah dan tepat sehingga
pasien dengan bahasa dan kata-kata tidakmenimbulkan kesalahpahaman.
yang mudah dimengerti.
4). Jelasakan prosedur yang Dengan penjelasdan yang ada dan ikut
akandilakukan, manfaatnya bagi pasien secara langsung dalam tindakan yang
dan dilakukan, pasien akan lebih kooperatif
libatkan pasien didalamnya. dan cemasnya berkurang.

Diagnosa no. 6
Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ansietas dapat berangsur-angsur
berkurang.
Kriteria hasil :
- Kalien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.
Intervensi Rasional
1) Observasi tingkat kecemasan klien. Dapat membantu dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2) Dengarkan dengan cermat apa yang Mendengar memungkinkan deteksi dan
dikatakan klien tentang penyakit dan koreksi mengenai kesalahpahaman dan
tindakannya . kesalahan informasi.
3) Berikan penyuluhan tentang penyakit Menambah pengetahuan klien tentang
klien. penyakit yang dideritanya.

J. Evaluasi
1. Diharapkan rasa nyeri hilang/ berkurang.
2. Diharapkan suhu tubuh pada batas normal.
3. Diharapkan tidak terjadinya penyebaran infeksi (sepsis).
4. Diharapkan tercapainya proses penyembuhan luka.
5. Diharakan pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
6. Diharapkan ansietas dapat berangsur-angsur berkurang.

BAB IV
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis progesif yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). (Joyce M. Black: 2015)
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi kebagian tubuh
yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah
(siregar,2004)
Untuk menentukan dan memastikan itu abses dapat dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan rontgen, USG, CT,Scan, atau MRI
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh termasuk paru-paru,mulut,rektum, dan otot.
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat didalam kulit terutama jika timbul di
wajah. Abses dapat diobati dngan cara pembeian antibiotic untuk penderita tahap awal, namun
apabila telah menjadi supurasi dan fluktuasi dapat dilakukan insisi.

6.2. Saran
Pada kasus batu abses, sebaiknya diperhatikan dengan benar masalah mengenai
sistemintegumen.
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan Keperawatan pada
pasien abses.
2. Bagi para pembaca
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap agar pembaca semua agar sudi kiranya
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. & Hawks, Jane. 2015. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Elsevier.
Arif, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid2. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Doenges, Marilyn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pedokumentasian Perawatan Pasien Edisi: 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Huda, Amin. & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Penerbit Madiaction.
Nur S, Fatah. 2014. Asuhan Keperawatan infeksi pada kuit akibat bakteri. Dalam http://nurs_farah-
fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-93836-Umum-
Asuhan%20Keperawatan%20infeksi%20pada%20kulit%20akibat%20jamur,%20bakteri,%20vir
us.html

Anda mungkin juga menyukai