KELOMPOK 2
Disusun Oleh :
i
BAB I
TINJAUAN TEORI SLE/LUPUS
Selulitis disebabkan oleh bakteri kokus gram positif seperti Streptococcus spp.
atau Staphylococcus aureus (Bennet et al.,2010). Faktor resiko terjadinya
selulitis yang paling umum adalah edema, terutama lymphedema karena
cairan limfatik dianggap memfasilitasi pertumbuhan bakteri. Faktor
lain seperti usia, obesitas, insufisiensi vena, tinea pedis, trauma,
dermatitis, dan lainnya(Pavlosky, 2004)
.
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap
infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan
1
terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yg terjadi pada autoimunitas
dan melawan sel yang terabrasi menjadi tumor. Mekanisme pertahanan tubuh
manusia meliputi pertahanan tubuh bawaan (pertahanan non spesifik) dan
pertahanan adaptif (pertahanan spesifik).
a. Pertahanan Tubuh Bawaan (Pertahanan nonspesifik)
Pertahanan tubuh bawaan sejak lahir ini disebut nonspesifik karena tidak
ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi memberikan respon
langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh. Setiap
benda asing yang memasuki tubuh pertama kali akan dihadapi oleh
mekanisme pertahanan nonspesifik. Mekanisme ini memiliki dua garis
pertahanan yaitu :
1) Garis pertahanan pertama oleh bagian eksternal (terluar) tubuh
seperti kulit, membran mukosa dan zat kimia antimikroba.
a) Kulit
2
b) Membran Mukosa
3
Kulit mampu mensekresikan protein antimikroba seperti
lisozim yang terkandung pada keringat, air ludah, air
mata, dan air susu ibu (ASI). Zat kimia tersebut dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding sel
bakteri. Interferon yang merupakan protein antivirus
yang dapat disintesis oleh sebagian besar sel tubuh
sebagai respon terhadap kehadiran virus. Interferon
berfungsi untuk menghentikan reproduksi dari virus.
Selain interferon juga terdapat sistem komplemen yang
tadinya tidak aktif namun akan diaktifkan oleh kehadiran
antigen tertentu dan akan menghancurkan antigen
tersebut.
2) Garis pertahanan kedua terjadi di bagian dalam tubuh berupa
fagositosis oleh sel fagosit, reaksi inflamasi dan interferon.
a) Fagositosis
4
b) Reaksi Inflamasi
Jika mikroba telah merusak jaringan, sel-sel jaringan
yang telah rusak tersebut kemudian akan mengirimkan
sinyal. Sinyal pertama adalah histamin yang
mengakibatkan peradangan (pelebaran pembuluh darah),
sedangkan yang kedua adalah interferon yang akan
menyiagakan sel-sel lain.
(1) Histamin
Sinyal yang diberikan oleh sel terinfeksi akan
ditangkap oleh sel darah putih jenis basofil yang
kemudian akan melepaskan histamin ke jaringan.
Histamin menyebabkan pembuluh darah
membesar dan meningkatkan migrasi sel-sel
fagosit ke jaringan. Sel-sel fagosit segera akan
menelan semua sel bakteri atau mikroba dan juga
membersihkan jaringan tersebut dari senyawa
yang berbahaya.
Peradangan juga mengakibatkan demam karena
sel-sel leukosit melepaskan senyawa pirogen.
Senyawa ini akan merangsang tubuh untuk
menaikkan suhu dengan demikian meningkatkan
pertahanan tubuh, menghambat pertumbuhan
beberapa jenis mikroba, memudahkan
fagositosis, mempercepat reaksi tubuh, dan
mempercepat perbaikan jaringan.
(2) Interferon
Interferon adalah zat kimia yang diproduksi oleh
sel yang terkena virus. Interferon berfungsi
menghalangi perbanyakan virus dan
mengaktifkan sel-sel yang dekat dengan sel yang
telah terkena virus untuk bersiap melawan virus.
Dengan adanya sinyal interferon ini sel yang
telah dihubungi akan melawan semua serangan
virus.
5
b. Pertahanan Tubuh Spesifik
Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi spesifik yang dikhususkan
untuk antigen tertentu. Antigen singkatan dari antibodi-generators,
merupakan suatu molekul penanda yang terdapat pada permukaan sel
yang dapat merangsang produksi antibodi. Sedangkan antibodi adalah
protein plasma yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respon
terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen
tersebut.
Pertahanan spesifik dapat mengenal benda asing atau antigen yang sama
pada pertemuan berikutnya. Hal ini karena terdapat kemampuan
mengingat kembali antigen tertentu. Hal ini dapat diaplikasikan pada
konsep imunisasi. Imunisasi adalah pemberian perlindungan pada tubuh
dari serangan penyakit dengan memberikan vaksin. Vaksin adalah suatu
cairan yang berisi bakteri atau virus yang telah dilemahkan atau
dimatikan sehingga dapat menimbulkan kekebalan (imunitas) oleh
antibodi. Jika kekebalan muncul karena respon dari adanya infeksi dan
dapat sembuh, disebut kekebalan alamiah. Bila kekebalan timbul karena
dibuat, contohnya karena vaksin maka disebut kekebalan buatan.
Jenis kekebalan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kekebalan aktif
dan pasif.
1) Kekebalan aktif terjadi apabila tubuh berkontak langsung
dengan toksin atau patogen sehingga mampu membangun
antibodinya sendiri. Kekebalan aktif didapat secara alami atau
buatan.
a) Kekebalan aktif alami diperoleh jika tubuh terpapar
patogen sehingga antibodi diproduksi. Kekebalan ini
akan bertahan seumur hidup.
6
a) Kekebalan pasif alami diperoleh dari pemberian ASI Ibu
kepada bayi sehingga bayi memiliki sistem kekebalan
sementara.
b) Kekebalan pasif buatan diperoleh dari injeksi antibodi
manusia atau hewan lain yang tahan terhadap antigen
tertentu. Contoh lainnya adalah pada pemberian serum
antibisa ular dan imunoglobulin lainnya dari orang yang
telah kebal. Hal ini hanya bertahan beberapa minggu.
3. Etiologi
A. Definisi
Systemic Lupus Erythematosus, atau biasa disingkat SLE adalah salah
satu jenis penyakit lupus yang menyebabkan peradangan di hampir
seluruh organ tubuh, seperti sendi, kulit, paru-paru, jantung, pembuluh
darah, ginjal,sistem saraf dan sel-sel darah. SLE Systemic Lupus
Erythematosus merupakan penyakit rematik autoimun yang ditandai
dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau sistem tubuh. penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibodi dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
B. Etiologi
penyebab dari SLE belum diketahui dengan pasti. diduga melibatkan
interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara bervariansi genetis
dan faktor lingkungan.
1) Faktor Genetik
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%)
dibandingkan dengan kembar dizigotik (3%), peningkatan
frekuensi LES pada keluarga penderita LES dibandingkan
dengan control sehat dan peningkatan prevalensi SLE pada
kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa faktor
genetik berperan dalam patogenesis SLE.
2) Faktor Hormonal
7
SLE merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang
perempuan. Serangan pertama kali jarang terjadi pada usia pra
pubertas dan setelah menopause.
3) Autoantibody
Antibody ini ditujukan kepada self molekul yang terdapat pada
nukleus, sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat molekul
terlarut seperti IgG dan faktor koagulasi.
4) Faktor Lingkungan
Faktor fisik/kimia
a) amin aromatic
b) hydrazine
c) obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin,
isoniazid, fenitoin, penisilamin)
Faktor makanan
a) konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
b) L-canavanine (kuncup dari elfalfa)
Agen infeksi
a) retrovirus
b) DNA bakteri/endotoksin
Hormone dan estrogen lingkungan (environmental oestrogen)
a) terapi sulih (HRT), pil kontrasepsi oral
b) Paparan estrogen prenatal
4. Klasifikasi
Secara umum LES dan kelainan terkait lupus (lupus - related disorder) dapat
bermanifestasi dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik
yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen,
pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun,
menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES dapat
menyerang satu atau lebih sistem organ. Pada sebagian orang hanya kulit
dan sendinya saja yang terkena, akan tetapi pada sebagian pasien, lupus
8
lainnya menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal,
susunan saraf pusat atau perifer. Umumnya tidak ditemukan adanya dua
orang pasien lupus terkena sistemik lupus dengan gejala persis sama.
2. Lupus Kutaneus
Dapat dikenali dari ruam yang muncul di kulit dengan berbagai
tampilan klinis. Pada lupus jenis ini dapat didiagnosa dengan menguji
biopsi dari ruam dengan gambaran khas berupa infiltrasi sel inflamasi
pada batas dermoepidermal.
3. Lupus Imbas Obat
Lupus Imbus Obat (Drug-induced lupus) adalah suatu subset lupus yang
didefinisikan sebagai suatu sindrom mirip lupus yang timbul setelah
paparan obat dan menghilang setelah obat dihentikan. Pada lupus jenis
ini baru muncul setelah pasien lupus menggunakan jenis obat tertentu
dalam jangka waktu tertentu (lebih dari 1 bulan). Ada lebih dari 80 jenis
obat yang dapat menyebabkan Lupus imbas obat. salah satu contoh obat
yang paling dikenal menimbulkan Lupus imbas obat adalah akibat
penggunaan obat-obatan hydralazine (untuk mengobati darah tinggi)
dan procainamide (untuk mengobati aritmia). Akan tetapi tidak semua
penderita menggunakan obat-obatan ini akan berkembang menjadi
lupus imbas obat, hanya sekitar 4% dan gejala akan mereda apabila obat-
obatan tersebut dihentikan. Gejala dari lupus imbas obat dapat serupa
dengan sistemik lupus namun memiliki profil autoantibody tersendiri
dan gejala umumnya akan membaik setelah obat dihentikan.
9
undifferentiated connective tissue disease (UCTD) dan mixed
connective tissue disease (MCTD)
4. Lupus Eritematosus Neonatal
Lupus eritematosus neonatal merupakan jenis lupus yang menyerang
bayi yang baru lahir. Lupus ini diakibatkan oleh autoantibodi, yaitu anti-
Ro, anti-La, dan anti-RNP. Ibu yang melahirkan bayi dengan lupus
eritematosus neonatal belum tentu mengidap lupus juga. Namun, ibu
tidak perlu khawatir, karena lupus eritematosus neonatal biasanya hanya
terjadi pada kulit saja dan akan menghilang dengan sendirinya.
Meskipun demikian, lupus neonatal juga bisa menyebabkan congenital
heart block yaitu gangguan irama jantung pada bayi yang baru lahir.
namun, kondisi tersebut sangat jarang terjadi. Congenital heart block
biasa diatasi dengan pemasangan alat pacu jantung.
5. Manifestasi
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan
awal tidak dikenali sebagai LES.
Menurut American College of Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE dan
jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis LES dapat ditegakkan.
1. Ruam Malar
2. Ruam Diskoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Arthritis
6. Serositis : yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Kelainan Ginjal, yaitu proteinuria persisten >0,5 gr/hari atau adalah
silinder sel
8. Kelainan Neurologi, yaitu kejang-kejang atau psikosis
9. Kelainan Imunologi yaitu sel LES positif atau leukopenia dan
trombositopenia.
10. Kelainan imunologi yaitu sel LES positif atau anti DNA positif, atau anti
Sm positif atau tes serologi untuk sifilis yang positif palsu
11. Antibody antinuclear positif
10
Kecurigaan akan penyakit LES bila dijumpai 2 atau lebih keterlibatan organ
seperti :
1. Gender wanita pada rentang usia reproduksi
2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan.
3. Muskuloskeletal: nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (artralgia), miositis
4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rsh), fotosensitivitas, SLEi
membran mukosa, alopesia, fenomena raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis
5. Paru-paru: pleuritis, hipertensi pulmonal, SLEi parenkim paru
6. Jantung: perikarditis, miokarditis, endokarditis
7. Ginjal: Hematuria, proteinuria, cetakan, sindrom nefrotik
8. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
9. Retikulo-endo organomegali (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali)
10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organic, mielitis
transversa, neuropati kranial dan perifer
6. Komplikasi
Lupus dapat menyebabkan inflamasi pada jantung, pembuluh darah, dan selaput
jantung. Komplikasi ini kerap berhubungan dengan pembekuan darah dan
aterosklerosis yang memicu terjadinya stroke dan serangan jantung. Lalu, ada
juga komplikasi pada ginjal, atau disebut juga lupus nefritis.
1. Pembekuan darah
11
bergerak melalui darah. Perpindahan ini bisa menyebabkan komplikasi
serius, karena gumpalan ini dapat mengganggu aliran darah ke organ-
organ penting.
2. Komplikasi Aterosklerosis
3. Lupus nefritis
12
Komplikasi paling parah dari lupus nefritis adalah gagal ginjal. Pasien
yang mengalami gagal ginjal harus melakukan hemodialisis atau cuci
darah untuk menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring kotoran
dalam tubuh, menjaga keseimbangan kadar mineral didalam darah, dan
mengendalikan tekanan darah. Pasien lupus nefritis yang mengalami
gagal ginjal juga dapat menjalani transplantasi ginjal.
7. Penatalaksanaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah
leukopenia/limfopenia, anemia, trombositopenia , LED meningkat
b) imunologi
- ANA (antibodi antinuklear)
- Antibodi DNA untai ganda (dsDNA) meningkat
- kadar komplemen C3 dan C4 menurun
- tes CRP (C-reactive protein) positif
c) Fungsi ginjal
- kreatinin serum meningkat
- penurunan GFR
- protein urin (>0,5 gram/24 jam)
- ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
d) kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
- APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma
normal
e) Serologi VDRL (sifilis)
- memberikan hasil positif palsu
f) tes vital lupus
- adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit lg M pada
persambungan
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SLE harus mencangkup obat, diet, aktivitas yang melibatkan
banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien SLE adalah evaluasi klinis dan
laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta
menangani aktivitas penyakit.
13
Penatalaksanaan lupus eritematosus sistemik atau systemic lupus eritematosus
(SLE) menggunakan medikamentosa antara lain:
14
1) Cyclophosphamide—diberikan intravena (IV) 7-25 mg/kg setiap 4
minggu. Dosis oral harian 1,5-3,0 mg/kg per hari juga dapat diberikan,
tetapi memiliki resiko lebih besar terjadi toksisitas saluran kemih
2) Mycophenolate mofetil—2-3 g/ha
3) Azathioprine—cukup efektif tetapi lebih lambat memberikan respon
terapi.
4) Antikoagulan—dapat diberikan pada pasien dengan komplikasi
trombosis.
9. Patoflowdiagram
15
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : keterbatasan rentang gerak
b. Integritas ego
Tanda dan Gejala : perasaan cemas
c. Makanan / Cairan
Tanda : mengalami penurunan nafsu makan
d. Neurosensori
Gejala : munculnya bercak kemerahan dilengan kiri sampai siku
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri di sendi tangan dan kaki
f. Hygiene
Tanda : kemunduran kebersihan gigi
Tanda : kebutuhan bantuan perawatan dasar
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
16
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Nyeri Akut (D.0077) 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Berhubungan dengan frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
agen pencedera fisiologis 2) Mengidentifikasi skala nyeri 1-10
di buktikan dengan nyeri 3) Mengidentifikasi respons non verbal
pada sendi di bagian 4) Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
tangan dan kaki. memperingan nyeri
5) Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6) Memonitor efek samping penggunaan analgetik
Risiko Pendarahan 1) Mengidentifikasi penyebab pendarahan
(D.0012) Berhubungan 2) Monitor terjadinya pendarahan (sifat dan jumlah)
dengan agen pencedera 3) Monitor tekanan darah dan parameter hemodinamik
fisiologis eksternal (tekanan vena sentral dan arteri pulmonal)
dibuktikan dengan 4) Istirahatkan area yang mengalami pendarahan
adanya pendarahan pada 5) Berikan kompres dingin jika perlu
gusi dan mimisan. 6) Tinggikan ekstermitas yang mengalami pendarahan
Gangguan Mobilitas Fisik 1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
(D.0054) Berhubungan 2) Mengidentifikasi tolerasi fisik melakukan pergerakan
dengan agen pencedera 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
fisiologis dibuktikan memulai mobilitas
dengan keterbatasan 4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilitas
dalam gerak fisik dari
17
satu atau lebih 5) Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( mis.
ekstremitas secara Pagar tempat tidur)
mandiri. 6) Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
7) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
8) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilitasi
9) Anjurkan melakukan mobilitasi dini
10) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)
Defisit Perawatan diri 1) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
(D.0109) Berhubungan seuai usia
dengan perilaku 2) Memonitor tingkat kemandirian
dibuktikan dengan tidak 3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
mampu melakukan atau berpakaian, berhias, dan makan
menyelesaikan aktivitas 4) Sediakan lingkungan yang teraupetik (misal. Suasana
perawatan diri hangat, rileks, privasi)
mandi/mengenakan 5) Siapkan keperluan pribadi
pakaian/ ke toilet secara 6) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri. mandiri
7) Fasilitasi kemandirian, bantu kika tidak mampu
melakukan perawatan diri
18
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Ny. W
Tempat/tgl lahir (umur) : Yogyakarta, 22 Februari 1987 (30 tahun, 8 bulan, 25
hari)
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama Bekerja : Tidak terkaji
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Tgl. Masuk RS : 13 November 2017
No. RM : 1782xx
Ruang : Ruang Flesia
Diagnosis Kerja/Medis : 1. Lupus (8 November 2017)
2. SLE susp. Trombositopenia (13 November 2017)
3. Lupus nefritis (13 November 2017)
4. Selulitis (13 November 2017)
Alamat : Sleman
19
Umur : 31 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Sleman
20
Hasil : Membaik
6. Alergi : Pasien tidak memiliki alergi terhadap apapun
D. Kesehatan Keluarga
21
- Minuman pantang : Tidak ada
- Perubahan BB 6 bulan terakhir :( v ) tetap 50 kg
2.Selama sakit
- Jenis makanan : Nasi, lauk, buah, dan sayur.
- Frekuensi makan : 3 x sehari
- Porsi makan yang dihabiskan : ½ porsi
- Banyak minum dalam sehari 1500 cc, jenis air mineral.
- Keluhan : Tidak ada
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang air besar BAB
- Frekuensi : 1-2 hari sekali
- Waktu : pagi hari
- Warna : coklat kekuningan
- Konsistensi : lunak
- Posisi waktu BAB : jongkok
- Penghantar untuk BAB : bernyanyi
- Pemakaian obat : Tidak terkaji
- Keluhan : Tidak terkaji
- Upaya yang dilakukan : Tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi (x/24 jam) : 5-6 x sehari
- Jumlah (cc/24 jam) : 600-1.200cc/jam
- Warna : kuning cerah
- Bau : pesing
- Keluhan : Tidak terkaji
- Upaya yang dilakukan : Tidak ada
2. Selama sakit
a. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 2 hari sekali
- Waktu : pagi hari
- Warna : coklat
- Konsistensi : lunak
22
- Keluhan : Tidak terkaji
- Upaya : Tidak ada
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi (x/24 jam) : 5-6 x sehari
- Jumlah (cc/jam) : 600-1.200cc/jam
- Warna : Kuning cerah
- Bau : pesing
- Keluhan : Tidak terkaji
- Upaya yang dilakukan : Tidak ada
- Alat bantu buang air kecil : Tidak ada
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi v
Berpakaian/berdandan v
Eliminasi v
Mobilisasi di tempat v
tidur
Pindah v
Ambulasi v
Naik tangga v
23
Memasak v
Belanja v
Merapikan rumah v
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : Tidak terkaji
Tidur malam : 6-7 jam per hari
- Yang diutamakan : tidur malam
- Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan musik
- Klien tidur dengan : suami
- Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut, bantal,
guling, dll
- Keluhan dalam hal tidur : Tidak terkaji
c. Kebutuhan istirahat
- Kapan : malam hari
- Berapa lama : 6-7 jam
- Kegiatan untuk mengisi waktu luang : Menonton TV
- Klien tidak menyediakan waktu untuk istirahat di siang hari
- Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi
waktu luang : Suasana tenang
2. Selama sakit
a. Keadaan Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
24
Makan/minum v
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas di TT v
Berpindah v
Ambulasi/ROM v
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan Tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
· Tidur siang : 1-2 jam per hari
· Tidur malam : 5-7 jam per hari
- Penghantar untuk tidur : -
- Keluhan tidur : -
c. Kebutuhan Istirahat
- Apakah klien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau capek/lelah,
kurang istirahat, dsb : tidak
- Apakah klien merasa terganggu dengan suasana lingkungan yang baru
: tidak
- Apakah ada alat-alat medik yang dipakai klien/klien lain yang
mengganggu klien untuk istirahat : tidak
25
- Kapan kebiasaan mandi : 2 x sehari pagi dan sore
- mandi menggunakan : Sabun
- Keluhan : Tidak terkaji
2. Kebersihan rambut
- Kebiasaan mencuci rambut menggunakan : Shampo
- Keluhan : Tidak terkaji
3. Kebersihan telinga
- Kapan merawat/membersihkan telinga : Saat gatal
- Apakah menggunakan alat pendengar : Tidak menggunakan alat bantu
dengar
- Keluhan : Tidak terkaji
4. Kebersihan mata
- Kebiasaan membersihkan mata : saat mandi
- Keluhan : Tidak terkaji
5. Kebersihan mulut
- Berapa kali menggosok gigi tiap hari : 2 x sehari pagi sore
- Apakah menggunakan pasta gigi : ya
- Keluhan : Tidak terkaji
6. Kebersihan kuku
- Kapan memotong kuku : 2 minggu sekali
- Apakah anda biasa menggunakan cat kuku : tidak
- Keluhan : tidak terkaji
26
F. Pola Reproduksi-Seksualitas
1. Gangguan hubungan seksual : tidak ada.
2. Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien memahami
3. Perkembangan karakteristik seks sekunder : normal
4. Masalah menstruasi/hormonal : normal
5. Pap smear terakhir : 2 bulan yang lalu
6. Pemeriksaan payudara (SARARI) setiap 3 bulan
G. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
1. Keadaan mental : sadar, cemas
2. Berbicara : jelas
3. Bahasa yang dikuasai : Indonesia
4. Kemampuan membaca : baik
5. Kemampuan berkomunikasi : baik, kooperatif
6. Kemampuan memahami informasi : baik
7. Tingkat ansietas : ringan, karena pasien tampak tenang
8. Keterampilan berinteraksi : memadai
9. Pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan baik
10. Penglihatan : Pasien dapat melihat dengan baik
11. Vertigo : Tidak terdapat vertigo
12. Tak nyaman/nyeri : Pasien merasa nyeri pada sendinya
13. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri : Paracetamol 3x1 tab.
27
4. Gambaran diri : Klien mengatakan “ saya bersyukur dengan yang telah saya
punya sekarang dengan anggota tubuh yang lengkap, tetapi saya tidak menyangka
ternyata saya didiagnosa dan mempunyai penyakit lupus SLE ini”
5. Peran diri : Klien mengatakan “saya adalah seorang ibu rumah tangga dan
mempunyai anak”
I. Pola Koping
1. Pengambilan keputusan : dibantu suami
2. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah : bercerita kepada suami
28
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pengukuran TB : 160 cm
B. Pengukuran BB : 50 kg (IMT =19,5)
C. Pengukuran tanda vital
1. Tekanan darah : 120/70 mmHg, diukur di lengan kanan, posisi pasien semi
fowler, ukuran manset normal dewasa.
2. Nadi : 100 x/menit, reguler, diukur di nadi radialis, kualitas kuat.
3. Suhu: 36,8 oC, diukur di aksila.
4. Respirasi : 20 x/mnt, reguler, tipe pernapasan kuat
D. Tingkat Kesadaran : compos mentis
E. Keadaan umum : tampak gelisah . Alasan : karena mengalami kecemasan
F. Urutan Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala
- Bentuk kepala, kulit kepala, luka, ketombe : kepala normochepal,
simetris kanan kiri
- Pertumbuhan rambut : lebat dan tidak mudah rontok
- Kesan wajah : simetris kanan kiri, terdapat bercak merah pada wajah
2. Mata
- Kebersihan, gangguan pada mata : normal, tidak ada gangguan
- Pemeriksaan celah mata, konjungtiva, dan sklera : konjungtiva merah
muda
- Pemeriksaan otot-otot ekstraokuler : terkaji simetris
- Pemeriksaan pupil : pupil isokor
- Pemeriksaan visus dengan kartu snellen : normal
- Pemeriksaan tekanan bola mata (TIO) : tidak terjadi peningkatan TIO
- Refleks terhadap cahaya : Pupil mengecil
3. Telinga
- Fungsi pendengaran : normal
- Bentuknya : normal simetris kanan kiri
- Periksa lubang telinga dan membran : tidak terdapat lesi
- timpani : normal
- Mastoid : tidak ada
- Apakah keluar cairan : tidak ada
29
- Kebersihan : kebersihan terjaga
4. Hidung
- Posisi septum : simetris
- Sekret hidung : tidak ada sekret hidung
- Nyeri sinus, polip : tidak ada nyeri sinus atau polip
- Fungsi pembauan : pembauan normal
- Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak ada
5. Mulut dan tenggorokan
- Kemampuan berbicara : baik
- Keadaan bibir : bibir pucat
- Warna lidah : merah muda
- Keadaan palatum : Palatum keras pada bagian anteriori dan palatum
lunak pada bagian posterior
- Uvula : panjang
- Gigi gerigi, letak gigi, kondisi gigi : gigi normal bersih
- Orofaring: bau napas, suara parau, luka dahak : tidak ada bau dan tidak
ada luka dahak
- Tonsil : T0 tidak ada pembesaran tonsil
- Penggunaan aksesoris (tindik) : tidak ada
6. Leher
- Bentuk, gerakan : leher tampak simetris dan tidak ada benjolan, gerakan
normal
- Pembuluh darah (JVP) : Tidak terjadi hambatan pada pembuluh darah
- Pembesaran thiroid : Tidak ada pembesaran
- Deviasi thrakea : bentuk leher normal
- Kelenjar getah bening : Kelenjar getah bening normal, tidak terjadi infeksi
- Kelainan lainnya: Tidak terkaji
7. Tengkuk
- Kaku kuduk : Tidak terjadi kaku kuduk, bentuk normal
8. Dada
a. Inspeksi
- Perhatikan simetris atau tidak : simetris kanan/kiri
- Perhatikan bentuk dada baik dari depan, lateral dan belakang : Simetris
- Kelainan bentuk dada al: Tidak ada
30
- Retraksi dada : Tidak ada
- Ketinggalan gerak : Tidak ada
- Jenis pernafasan : Pernafasan dada
- Ukuran (konfigurasi) dada anterio-posterior : Transversal
- Ictus cordis: Tidak terlihat
b. Palpasi
- Simetris atau tidak pada waktu bernafas : Simetris kanan/kiri
- Menentukan suara fremitus : Kanan/kiri sama
- Rasa sakit : Tidak ada
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Adanya masa : Tidaka ada
- Pernafasan (kecepatan, kedalaman, jenis pernafasan) : pernapasan dada
- Ictus cordis : Tidak terlihat
- Heart rate : 95 - 162 bpm
c. Perkusi
- Bandingkan suara perkusi dari seluruh dada : Perkusi rongga sonor
- Bunyi dullness : Bunyi jantung S1 dan S2 normal
- Batas-batas jantung : Batas ruang ICS ke 3 - 5
- Batas-batas paru-paru : Pergerakan dada simetris
d. Auskultasi
- Auskultasi terdengar normal, tidak ada kelainan
9. Payudara
a. Inspeksi
- Bentuk : Normal
- Kebersihan : pasien terurus
- Aerola : Berbentuk normal
- Papilla menonjol atau tidak : papilla menonjol dan Normal
- Colostrum : Pasien sudah tidak menyusui
- ASI : Pasien Sudah tidak menyusui
- Pembesaran : Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
- Konsistensi : Normal
- Pembesaran kelenjar mammae : tidak ada pembesaran pada bagian
kelenjar mammae
31
- Massa/tumor : Tidak ada Tumor
10. Punggung
- Bentuk punggung normal dan tidak ada kelainan
- Spina bivida, meningokel, encephaloke : Tidak ada kelainan
11. Abdomen
a. Inspeksi
- Warna kulit : Sawo matang
- Bentuk/kontur : Bentuk datar
- Simetris atau tidak : Simetris
- Striae gravidarum : Ada
- Hiperpigmentasi linea alba : Ada
- Scar : Ada
- Luka : Tidak ada
b. Auskultasi
- Frekuensi peristaltik : Normal
- Intensitas peristaltik : Tidak ada
- Suara vaskuler : Normal
- Suara friction rub : Tidak ada
c. Perkusi
- Udara : Perkusi ringan dan tidak terdengar keras
- Cairan/tumor : Tidak ada
- Organ- organ : Organ abdomen dapat berfungsi dengan baik
d. Palpasi
- Tonus otot :Tonus dapat berfungsi dengan baik
- Kekenyalan organ : Kekenyalan organ cukup baik
- Massa :Massa cukup baik
- Hernia : Tidak ada
- Hepar: Tidak teraba
- Lien : tidak teraba
Catatan: Pengkajian fokus pada abdomen sesuaikan dengan kasus
Pemeriksaan abdomen yang perlu dikembangkan sesuai kasus:
kasus
Apendisitis, ginjal, sirosis hepatis dll
12. Anus dan rektum
32
- Pembesaran vena / hemoroid : Tidak ada pembesaran vena
- Adanya tumor : tidak terdapat tumor pada bagian Anus dan rektum
13. Genitalia
a. Pada wanita
- Edema : Tidak ada/normal
- Varices : Tidak ada
- Keputihan : Normal
- Kebersihan : Pasien terawat
- Condiloma : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar bartholin/bartolinitis : Normal
- Keadaan perineum : Normal
- Keadaan lochea: Pasien tidak dalam keadaan melahirkan
b. Pada Pria
- Pasien berjenis kelamin perempuan
14. Ekstremitas
a. Atas
- Kelengkapan anggota gerak : Lengkap
- Kelainan jari (Sindaktili, polidaktili)) : Tidaka ada
- Tonus otot : Seluruh gerakan dilakukan dengan baik
- Kesimetrisan: simetris
- Clubbing Finger : Tidak ada
- Oedema/tidak :Terdapat bengkak di lengan kiri atas sampai siku
b. Bawah
- Adanya oedema (ket. pitting oedema) : Tidak terjadi oedema pada
ekstremitas bawah
- Kelengkapan anggota gerak : anggota gerak lengkap
- Kekuatan otot : baik
- Bentuk kaki (X, O) : bentuk kaki normal
- telapak kaki (drop foot, flat food) : flat food
- Adanya kaki gajah. :tidak ada gejala atau pun penyakit yang
mengarah pada kaki gajah
- Varices : tidak ada varices, betis normal
15. Refleks
33
- pasien mengalami nyeri pada sendi bagian kaki dan lengan
·
IV. RENCANA PULANG (sesuaikan dengan kasus)
1. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : tidak ada
2. Antisipasi masalah perawatan diri di rumah : tidak ada
3. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan: dengan suami dan anak
4. Keinginan tinggal setelah pulang: dirumah
5. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: rumah sakit
6. Kendaraan yang digunakan saat pulang: mobil
7. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang : menabung
V. DIAGNOSTIK TEST
13 November 2017
Hematologi
LED 33 mm/jam (high) P : 0-20
Imunologi
ANA Reaktif Pola Homogen Non Reaktif
(tdk normal)
13 November 2017
Hematologi
Hemoglobin 10,4 gr/dL (low) P : 12,0 – 16,0
Hematokrit 31 % (low) P : 35 – 47
Eritrosit 3.73 juta/uL P : 3.6 – 5.8
Lekosit 14.100/mm3 (high) 4400 – 11.300
Trombosit 442.000/mm3 150.000- 450.000
MCV 82,6 fL 80 – 100
MCH 27,9 pg 26 – 34
MCHC 33,8 % 32 – 36
34
14 November 2017
Hematologi
Hemoglobin 9,5 gr/dL (low) P : 12,0 – 16,0
Hematokrit 28 % (low) P : 35 – 47
Eritrosit 3.41 juta/uL (low) P : 3.6 – 5.8
Lekosit 11.700/mm3 (high) 4400 – 11.300
Trombosit 494.000/mm3 (high) 150.000- 450.000
MCV 83,0 fL 80 – 100
MCH 27,9 pg 26 – 34
MCHC 33,6 % 32 – 36
analisis obat
35
cairan meningkat 5. Iritasi
tubuh dalam tubuh 6. Nyeri
2. Pasien sendi,
dengan kaku atau
masalah bengkak
retensi cairan 7. Dada
akan sesak
menyebabkan 8. Pembengk
kondisi aka n pada
berbahaya wajah,
lain pada bibir,
tubuh seperti tenggorok
hipernatremia an, atau
, lidah
hipokalemia,
dan gagal
jantung
36
1. rakhitis
(kelainan
pertumbuha
n tulang
pada anak
yang
disebabkan
oleh
kekurangan
vitamin D)
2. osteomalasi
a (kelainan
pada tulang
yang
menyebabk
an tulang
menjadi
lunak)
karena
malabsorbsi
3. osteoporosi
s
(pengeropo
san tulang)
37
masalah perut yang 3. Mengant
dan mengandung uk dan
kerongkongan, Rilpivirine, Kelelaha
Sindrom Nelfinavir, n
Zollinger- Atazanavir 4. Batuk,
Ellison Pusing,
(masalah Demam
pencernaan 5. Nyeri
langka yang sendi
disebabkan dan otot
oleh 6. Depresi,
kemunculan halusinas
tumor pada i dan
pankreas atau Insomnia
pada
duodenum).
38
area
suntikan
4. Gangguan
saluran
cerna:
mual,
muntah,
sembelit
5. Gangguan
sistem
saraf: sakit
kepala
6. Gangguan
kejiwaan:
insomnia
7. Gangguan
kulit dan
jaringan
subkutan:
gatal dan
kemeraha
n pada
kulit
8. Jarang
terjadi:
hipotensi
(tekanan
darah
rendah)
dan
takikardia
(denyut
jantung di
39
atas
normal)
40
mengandung alergi,
Ca. edema
(cairan
abnormal
di antara
sel),
eksantema
(kelainan
kulit
secara
serempak
misal
campak),
eritema
multiform
e
(hipersens
itivitas
kulit
akibat
alergi).
41
ANALISIS DATA
42
1. Pasien mengatakan keluar darah 2. Mimisan 2-3x
dari mulutnya. sehari
2. Pasien mengatakan mengalami
mimisan 2-3x sehari.
3. Pasien mengatakan tidak
terdapat riwayat darah tinggi,
kencing manis, atau penyakit
menurun lainnya.
DO :
1. Terdapat sariawan pada mulut
pasien
43
terluar.
44
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis.
DS :
1. Pasien mengatakan merasa nyeri pada bagian tangan dan kakinya.
2. Pasien tampak meringis saat berjalan.
3. Pasien mengatakan merasa nyeri pada sendi-sendinya saat digerakkan.
4. Pasien mengatakan tidak terdapat riwayat darah tinggi, kencing manis, atau
penyakit menurun lainnya.
DO :
1. Terdapat bengkak pada lengan kiri sampai siku
2. Terdapat ruam kemerahan di sekitar lengan kiri sampai siku
3. Pengkajian nyeri :
O : 3 minggu
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti diremas-remas
R : Tangan dan kaki
S : 4 (1-10)
T : Paracetamol (3x1 tab)
U : Pasien tidak mengetahui
V : Pasien berharap sembuh
2. Resiko perdarahan b.d. gangguan koagulasi d.d. mimisan 2-3x sehari, perdarahan
pada gusi
DS :
1. Pasien mengatakan keluar darah dari mulutnya.
2. Pasien mengatakan mengalami mimisan 2-3x sehari.
3. Pasien mengatakan tidak terdapat riwayat darah tinggi, kencing manis, atau
penyakit menurun lainnya.
DO :
45
1. Terdapat sariawan pada mulut pasien
3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d. faktor mekanis d.d. bengkak pada lengan atas
sampai siku, terdapat bercak kemerahan pada lengan dan wajah.
DS :
1. Pasien mengatakan merasa bengkak pada bagian lengan atas sampai siku
2. Pasien mengatakan merasa nyeri pada tangan dan kakinya.
3. Pasien mengatakan tidak terdapat riwayat darah tinggi, kencing manis, atau
penyakit menurun lainnya.
DO :
1. Terdapat ruam kemerahan pada lengan kiri sampai siku.
2. Terdapat pembengkakan pada lengan kiri sampai siku.
3. Terdapat ruam kemerahan pada wajah pasien.
4. Pasien terlihat meringis menahan nyeri pada bagian sendinya.
5. Terdapat kerusakan lapisan kulit terluar.
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. agen pencedera fisiologis d.d. keterbatasan dalam
gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
DS :
DO :
46
mandi/mengenakan pakaian/ ke toilet secara mandiri.
DS :
1. Pasien mengeluh nyeri pada sendinya untuk berjalan atau beraktivitas.
DO :
1. Pasien tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ ke toilet secara mandiri
47
RENCANA KEPERAWATAN
Ruangan : Flesia
48
3. Pasien
mengatakan Terapeutik
merasa nyeri 4. Berikan teknik Untuk mengurangi
pada sendi- non rasa nyeri pasien
sendinya saat farmakologis
digerakkan. untuk
4. Pasien mengurangi
mengatakan rasa nyeri
tidak terdapat 5. Kontrol Untuk menghindari
riwayat darah lingkungan rasa nyeri yang lebih
tinggi, kencing yang berat.
manis, atau memperberat
penyakit rasa nyeri
menurun
lainnya. Evaluasi
DO : 6. Jelaskan Untuk menghindari
1. Terdapat penyebab nyeri pasien melakukan
bengkak pada 7. Jelaskan kegiatan penyebab
lengan kiri strategi Agar pasien dapat
sampai siku meredakan mengurangi rasa
2. Terdapat ruam nyeri nyerinya sendiri
kemerahan di
sekitar lengan Untuk
kiri sampai siku memberitahuan
3. Pengkajian nyeri kepada pasien agar
: bisa meredakan nyeri
O : 3 minggu secama mandiri
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti diremas-
remas Kolaborasi
R : Tangan dan kaki 8. Kolaborasikan Berikan obat
S : 4 (1-10) pemberian paracetamol
T : Paracetamol analgetik jika 3x500mg
49
(3x1 tab) perlu
U : Pasien tidak
mengetahui
V : Pasien berharap
sembuh
50
lainnya. 6. Tinggikan Untuk
DO : ekstremitas yang mengurangi/menghe
1. Terdapat mengalami ntikan pendarahan
sariawan pada pendarahan
mulut pasien Untuk mengurangi
pendarahan pada
pasien
Edukasi
7. Jelaskan tanda- Untuk menghindari
tanda pendarahan pasien melakukan
8. Anjurkan kegiatan penyebab
melapor jika agar pasien dapat
menemukan mengurangi
tanda-tanda pendarahan sendiri
pendarahan
9. Anjurkan Untuk melakukan
membatasi tindakan lanjutan
aktivitas
Untuk menghindari
pendarahan pasien
terjadi kembali
Kolaborasi
10. Kolaborasi
pemberian Memberikan infuse
cairan, jika perlu NaCl 0,9 % 1500
11. Kolaborasi cc/24 jam
pemberian
transfusi darah, Untuk mencegah
jika perlu pasien mengalami
kekurangan darah
51
2017 jam 11.00 WIB 2017 jam 11.00 2017 jam 11.00 WIB 2017 jam 11.00 WIB
WIB
52
kemerahan pada dehidrasi dan
lengan kiri Edukasi kekurangan cairan
sampai siku 5. Anjurkan pada pasien
2. Terdapat minum air yang
Untuk menjaga
pembengkakan cukup
keseimbangan nutrisi
pada lengan kiri 6. Anjurkan
pada pasien
sampai siku meningkatkan
3. Terdapat ruam asupan nutrisi Untuk menjaga
kemerahan pada 7. Anjurkan pemasukan vitamin
wajah pasien meningkatkan dan mineral
4. Pasien terlihat asupan buah
meringis dan sayur Untuk dapat
kerusakan
lapisan kulit
terluar
53
DS : 1. Pergerakan melakukan nyeri
1. Pasien mengeluh ekstremitas pergerakan
nyeri saat meningkat 3. Monitor Untuk memastikan
beraktivitas 2. Nyeri menurun frekuensi pasien dalam
2. Pasien mengeluh 5 jantung dan keadaan normal
lelah 3. Kecemasan tekanan darah tanda vitalnya
3. Pasien menurun 5 sebelum
mengatakan 4. Rentang gerak memulai
merasa tidak ROM mobilitas
nyaman setelah meningkat 5 4. Monitor Untuk memastikan
beraktivitas kondisi umum tidak terjadi
4. Pasien sulit selama keterbatasan
menggerakan melakukan mobilitas pada
ekstremitas mobilitas pasien
DO :
1. Pasien terlihat Teraupetik
meringis dan 5. Fasilitasi Untuk memberi
mengerutkan aktivitas bantuan agar pasien
dahi saat mobilisasi dapat melakukan
berjalan dengan alat mobilitas dengan
2. Enggan bantu ( mis. baik
melakukan Pagar tempat
pergerakan tidur)
3. Merasa cemas 6. Fasilitasi Untuk mencegahnya
saat bergerak melakukan kecelakaan yang
pergerakan, jika terjadi pada klien
perlu
7. Libatkan Untuk membantu
keluarga untuk pasien dalam
membantu melakukan mobilitas
pasien dalam secara mandiri, dan
meningkatkan memberikan rasa
pergerakan nyaman
54
Edukasi
8. Jelaskan tujuan Untuk membantu
dan prosedur pasien agar dapat
mobilitasi melukan mobilitas
9. Anjurkan mandiri
melakukan
mobilitasi dini Untuk memastikan
10. Ajarkan pasien agar tidak
mobilisasi kaku sendi
sederhana yang
harus dilakukan Untuk menambah
(mis. Duduk di mobilitas pasien
tempat tidur,
duduk di sisi Untuk mengindari
tempat tidur, pasien melakukan
pindah dari kegiatan penyebab
tempat tidur ke agar pasien dapat
kursi) mengurangi rasa
nyeri dan
meningkatkan
mobilitas pasien
55
menyelesaikan Diri meningkat, aktivitas
aktivitas perawatan dengan kriteria hasil perawatan diri Untuk
diri tidak mampu : seuai usia mengidentifikasi
mandi/mengenakan 1. Kemampuan 2. Monitor tingkat kebutuhan pasien
pakaian/ ke toilet mandi meningkat kemandirian melakukan aktivitas
secara mandiri. 5 3. Identifikasi mandiri
DS : 2. Kemampuan kebutuhan alat
1. Pasien mengeluh mengenakan bantu Untuk membantu
nyeri pada pakaian 5 kebersihan diri, pasien dalam
sendinya untuk 3. Kemampuan berpakaian, melakukan
berjalan atau toilet (BAB dan berhias, dan perawatan diri
beraktivitas BAK) 5 makan
2. Pasien 4. Verbalisasi
mengalami keinginan Teraupetik
kelemahan dan melakukan 5. Sediakan Untuk meningkatkan
tidak bisa perawatan diri 5 lingkungan rasa nyaman pada
melakukan 5. Minat melakukan yang teraupetik pasien
aktivitas mandiri perawatan diri 5 (misal. Suasana
DO : hangat, rileks,
1. Pasien tidak privasi)
mampu mandi/ 6. Siapkan Untuk memenuhi
mengenakan keperluan kebutuhan pasien
pakaian/ ke toilet pribadi dalam perawatan diri
secara mandiri 7. Dampingi
dalam Untuk mengkaji dan
melakukan juga melihat
perawatan diri perkembangan
sampai mandiri pasien
8. Fasilitasi
kemandirian, Untuk mengajarkan
bantu jika tidak pasien tentang
mampu perawatan diri
melakukan
56
perawatan diri.
57
CATATAN PERKEMBANGAN
Ruangan : Flesia
2. Lupus nefritis
3. selulitis
58
6. Mengkolaborasikan
20.30 WIB pemberian analgetik
Evaluasi :
20.45 WIB S : Pasien mengatakan nyeri
skala 4, merasakan tidak
nyaman
O : Pasien tampak kurang
21.00 WIB rileks, skala nyeri 4. Infus
NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam,
Calos 3x500 mg (PO), OMZ
2x20 mg (PO), Paracetamol
3x500 mg (PO), Ceftriaxone
2x1 gr (IV) diberikan
A : Masalah nyeri akut
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
nomor 1,2,3,6
59
5. Menganjurkan
12.00 WIB minum air yang
cukup
6. Menganjurkan
asupan buah dan
sayur
7. Mengkolaborasikan
pemberian infus
NaCl 0,9% 1500
cc/24 jam, Callos
3x500 mg (PO),
OMZ 2x20 mg (PO),
Paracetamol 3x500
mg (PO),
Ceftriaxone 2x1 gr
(IV), jika perlu
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan nyeri
skala 5, perih dan panas di
area muka yang terbakar
O : Pasien tampak kurang
rileks, Produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering diberikan. Infuse
NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam,
Calos 3x500 mg (PO), OMZ
2x20 mg (PO), Paracetamol
3x500 mg (PO), Ceftriaxone
2x1 gr (IV) diberikan
A : Masalah gangguan
integritas kulit belum
teratasi
60
P : Lanjutkan intervensi
nomor 2, 3, 4, 5,6,dan 7
09.30 WIB
skala 4, merasakan tidak
nyaman
O : Pasien tampak kurang
rileks, skala nyeri 4. Infus
ʥ
10.00 WIB NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam,
Calos 3x500 mg (PO), OMZ
10.15 WIB 2x20 mg (PO), Paracetamol Maria
3x500 mg (PO), Ceftriaxone
2x1 gr (IV) diberikan
A : Masalah nyeri akut
10.45 WIB belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
11.00 WIB nomor 1,2,3,6
Implementasi :
12.00 WIB 1. Mengidentifikasi
skala nyeri
2. Memberikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi
napas dalam)
3. Mefasilitaskan
istirahat dan tidur
4. Menganjurkan
memonitor nyeri
61
secara mandiri
5. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
6. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan nyeri
skala 2, merasakan sedikit
nyaman
O : Pasien tampak rileks,
skala nyeri 2. Infus NaCl
0,9% 1500 cc/24 jam, Calos
3x500 mg (PO), OMZ 2x20
mg (PO), Paracetamol 3x500
mg (PO), Ceftriaxone 2x1 gr
(IV) diberikan
A : Masalah nyeri sudah
mulai teratasi perlahan
P : Lanjutkan intervensi
nomor 1,2,3,6
62
10.00 WIB mg (PO), Ceftriaxone 2x1 gr Maria
(IV) diberikan
10.15 WIB A : Masalah gangguan
integritas kulit teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan nomor
10.45 WIB 1-5 dilanjutkan
Implementasi :
11.00 WIB 1. Memonitor tingkat
nyerI
2. Ubah posisi tiap 2
12.00 WIB jam jika tirah baring
3. Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
4. Anjurkan minum air
yang cukup
5. Anjurkan asupan
buah dan sayur
Evaluasi
S : Pasien mengatakan skala
nyeri 1
O : Pasien tampak cukup
rileks
A : Masalah gangguan
integritas masih kemerahan
P : Intervensi di lanjutkan
63
5. Nyeri akut b.d. agen 14 Evaluasi :
pencedera fisiologis
d.d. mengeluh nyeri,
tampak meringis.
November
2017
19.00 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri
skala 2, merasakan sedikit
nyaman
O : Pasien tampak rileks,
ʥ
skala nyeri 2. Infus NaCl
0,9% 1500 cc/24 jam, Calos
19.30 WIB 3x500 mg (PO), OMZ 2x20 Maria
mg (PO), Paracetamol 3x500
mg (PO), Ceftriaxone 2x1 gr
(IV) diberikan
A : Masalah nyeri sudah
19.45 WIB mulai teratasi perlahan
P : Lanjutkan intervensi
nomor 1,2,3,6
20.00 WIB
Implementasi :
1. Mengidentifikasi
20.30 WIB skala nyeri
2. Memberikan teknik
nonfarmakologi
20.45 WIB untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi
napas dalam)
3. Mefasilitaskan
21.00 WIB istirahat dan tidur
4. Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
5. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
6. Mengkolaborasikan
64
pemberian analgetik
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan sudah
tidak merasakan nyeri akut
O : Pasien tampak rileks,
skala nyeri 0. Infus NaCl
0,9% 1500 cc/24 jam, Calos
3x500 mg (PO), OMZ 2x20
mg (PO), Paracetamol 3x500
mg (PO), Ceftriaxone 2x1 gr
(IV) diberikan
A : Masalah nyeri sudah
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
nomor 1,2,3,6
65
20.00 WIB 1. Memonitor tingkat
nyerI
2. Ubah posisi tiap 2
20.30 WIB jam jika tirah baring
3. Gunakan produk
berbahan petrolium
20.45 WIB atau minyak pada
kulit kering
4. Anjurkan minum air
yang cukup
21.00 WIB 5. Anjurkan asupan
buah dan sayur
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sudah
tidak nyeri lagi
O : Pasien tampak rileks dan
nyaman
A : Masalah gangguan
integritas kulit teratasi
P : Intervensi dihentikan
66
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Interversi Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
67