Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

VIROLOGI DAN IMUNOLOGI

OLEH :

1. MESAKH ONESIMUS MEWALO


2. KASMI PERMATASARI
3. MASHAT MASBAIT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

D3 KEPERAWATAN GIGI

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
LATAR BELAKANG................................................................................................................... 4
BAB 1.......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 6
BAB II.......................................................................................................................................... 7

RINGKASAN............................................................................................................................. 15
LATAR BELAKANG

BAB 1

PENDAHULUAN
Kita hidup didunia yang dipenuhi oleh mikroba, dan tubuh kita terus menerus terpapar
dengan bakteri, fungi, parasite dan berbagai virus. Pertahanan tubuh kita terhadap serangan
mikroba tersebut mirip dengan pertahanan yang dilakukan oleh tentara didalam suatu negara.
Mekanisme pertahanan pertama adalah benteng seperti kulit, yang menahan masuknya
agensia asing. Jika benteng ini berhasil dilalui atau mikroba tersebut berhasil masuk, maka
“tentara” lokal seperti (sel-sel pembunuh, netrofil dan sel-sel pemakan/ makrofaga) akan
dengan cepat menghadapi agnesia yang menyusup tersebut dan memberikan perlawanan.
Pada akhirnya, jika hal inipun kurang efektif, alat pertahanan selanjutnya akan diarahkan untuk
membendung agensia penyusup tersebut (antibodi dan sel Limfosit T/Sel T). Pengetahuan
tentang sifat-sifat musuh (antigen) sebelum serangan memungkinkan untuk membentuk respon
tubuh yang lebih efektif dan cepat (aktivasi sel memori yaitu sel B dan sel T pada serangan
berikutnya). Elemen-elemen sistem pertahanan berinteraksi dan berkomunikasi melalui
molekul2 terlarut, juga melalui interaksi antar sel. Interaksi antar sel-sel pertahanan tersebut
menghasilkan mekanisme untuk aktivasi dan mengontrol respon pertahanan tubuh. Untuk lebih
jelasnya memahami mengenai sistem pertahanan tubuh manusia, mari kita mulai
membahasnya.

BAB II

TOPIK III
“IMUNOLOGI”

A. GAMBARAN UMUM SISTEM IMUN


Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh melawan penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme, sel-sel yang malfungsi dan partikel asing. Sistem ini
cukup rumit, yang terdiri dari beberapa tipe dari sel-sel yang menetap, melekat pada
jaringan atau yang mampu bergerak (mobile) yang berinteraksi didalam jaringan getah
bening (jaringan limfoid) yang tersebar diseluruh tubuh. Mikroorganisme atau benda
asing (yang disebut antigen) masuk kedalam tubuh dan merangsang aksi sistem ini,
yang fungsinya adalah untuk mengusir /melenyapkan mikroba atau benda asing
tersebut.
Ada 2 macam kekebalan atau imunitas pada tubuh manusia, yaitu :
 Kekebalan alamiah (innate, native immunity)
1) Bersifat nonspesifik dan sudah ada sejak lahir
2) Mencakup factor-faktor protektif yang terdapat pada individu yang tidak
tergantung pada rangsangan antigen (misalnya : kulit, selaput mukosa,
sekresi lemak, fagositosis atau peristiwa sel darah putih makan
bakteri/mikroba yang masuk kedalam tubuh)
3) Ini adalah sistem pengenalan awal yang cepat untuk mendeteksi pathogen

 Kekebalan didapat atau Imunitas adaptif (adaptive immunity)


1) Bersifat spesifik
2) Didapat secara aktif setelah seseorang terkena infeksi atau divaksinasi.
3) Didapat secara pasif dengan penyaluran melalui plasenta dan suntikan
antibodi yang spesifik

B. BARIS PERTAHANAN PERTAMA TERHADAP INFEKSI


Kulit dan membran mukosa adalah benteng bagi kebanyakan mikroba yang
infeksius. Pengecualian untuk hal ini adalah bagi virus papilloma, dan dermatophyta
(fungi yang “suka pada kulit”). Asam lemak bebas yang dihasilkan di kelenjar lemak
pada permukaan kulit,
Asam laktat di keringat, dan pH yang rendah dan kelembaban kulit yang relative
kering, kesemuanya menjadi hal-hal yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme.
Epitel mukosa yang melapisi pintu-pintu masuk mikroba di tubuh manusia
(seperti mulut, saluran hidung dan pernafasan, saluran pencernaan, saluran genital),
semua dilindungi oleh sekresi mukus (lendir) dan silia (rambut getar). Contohnya :
saluran pernafasan dilapisi oleh lendir, yang secara berkala disapu kearah mulut oleh
gerakan silia di sel-sel epitel sepanjang saluran tersebut. Partikel udara yang agak besar
akan dibungkus oleh mukus, tetapi partikel yang lebih kecil (0,05-3µm, ukuran virus atau
bakteri) yang berhasil mencapai alveoli paru, akan dimakan oleh sel-sel makrofaga dan
dibuang keudara luar
Asap rokok atau polutan lain, seperti halnya beberapa bakteri dan virus
(misalnya Bordetella pertussis yang menyebabkan penyakit pertussis), dapat melawan
mekanisme pembersihan mikroba ini dengan cara merusak sel-sel bersilia, dengan
demikian membuat pasien rentan kena bakteri penyebab pneumonia. Substansi
antimikroba (lisosim, laktoferin dan sekretori Imunoglobulin A) yang ditemukan di sekresi
pada permukaan mukosa (misalnya pada air mata, mukus, saliva), juga memberikan
perlindungan. Lisosim bisa membunuh bakteri. Laktoferin, yang merupakan protein yang
terikat pada zat besi, akan mengambil ion besi yang bebas, yang amat diperlukan
bakteri untuk tumbuh.
Lingkungan asam di lambung, kandung kencing dan ginjal dan empedu dari
saluran pencernaan dapat menginaktivasi sebagian besar virus dan bakteri. Aliran urin
juga menyapu mikroba yang akan melekat, sehingga mengganggu proses infeksi.
Suhu tubuh, apalagi jika meningkat pada saat demam membatasi atau
mencegah pertumbuhan banyak mikroba. Lagi pula, respon imun lebih efisien pada
suhu yang meningkat. Gambar dibawah ini menggambarkan benteng pertahanan yang
ada ditubuh manusia.

C. BARIS PERTAHANAN KEDUA (RESPON ANTI BAKTERI )


Bila mikroba bisa melalui baris pertahanan pertama, maka akan ada serangkaian
respon proteksi melawan bakteri. Proteksi diawali oleh aktivasi imunitas alamiah di
lokasi masuknya bakteri pada fase akut dan akan dilanjutkan dengan respon spesifik
terhadap antigen tersebut pada skala sistemiknya. Aktivasi respon yang cepat yaitu
melalui tiga mekanisme dibawah ini.
1. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah mekanisme pertahanan untuk menahan infeksi, yang
mencegah penyebarannya pada lokasi awalnya dan memberi sinyal untuk respon
imun spesifik berikutnya. Respon inflamasi itu menguntungkan, tetapi di lain pihak
juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan bisa membuat symptom sakit. Sel
tubuh yang terluka akan mengeluarkan bahan kimia yang dinamakan Histamin, dan
akan memulai respon inflamasi
Ada 3 peristiwa utama pada inflamasi akut, yaitu : (1) pelebaran pembuluh
kapiler untuk meningkatkan aliran darah kejaringan yang luka (terlihat sebagai rash
atau kemerahan); meningkatnya permeabilitas struktur pembuluh darah kapiler yang
memungkinkan keluarnya cairan, protein plasma dan lekosit dari sirkulasi darah (ini
adalah penyebab jaringan yang sedang radang terlihat bengkak/odem); dan (3)
keluarnya sel-sel darah putih atau lekosit dari pembuluh darah kapiler dan terlokalisir
di jaringan yang mengalami luka).
Pada saat yang bersamaan, terjadi pelepasan pirogen di jaringan yang akan
mencapai hipotalamus dan menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Reseptor rasa
sakit juga teraktivasi, sehingga individu yang mengalami radang akan merasa sakit.
Jadi secara klinis, pada kejadian inflamasi akut akan terdapat 5 gejala khas yaitu: (1)
rubor artinya warna jaringan kemerahan, (2) kalor, yaitu suhu tubuh disekitar luka
maupun secara sistemik akan meningkat, (3) Dolor, rasa sakit, (4) tumor, yaitu
jaringan menjadi bengkak karena odem, dan (5) fungsio lesa, yaitu jaringan atau
organ yang terkena akan mengalami gangguan fungsi.

2. Sistem Komplemen
Komponen dinding sel bakteri adalah aktivator utama bagi respon proteksi bagi
antigen yang bersifat non-spesifik. Komponen tersebut meliputi lapisan peptidoglikan
pada dinding sel bakteri Gram positif dan Lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada
dinding sel bakteri Gram negatif. Yang teraktivasi disini adalah sistem pertahanan
tubuh yang disebut sistem komplemen. Sistem komplemen akan merangsang sel-sel
mast untuk melepaskan histamine, yang dapat meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kapiler. Sistem komplemen juga akan menarik sel-sel netrofil dan
makrofaga ke jaringan yang mengalami radang. Sel-sel netrofil dan makrofaga
adalah yaitu bagian sel-sel darah putih yang bertugas memakan atau membunuh
bakteri asing yang masuk. Sistem komplemen juga membuat bakteri mudah
dimakan (difagosit) oleh sel-sel netrofil-makrofaga di atas.

3. Fagositosis
Sel-sel darah putih yaitu dari jenis netrofil PMN (polimorfonuklear = PMNs),
monosit dan kadang-kadang eosinofil adalah sel-sel pertama yang menunjukkan
respon pada inflamasi akut, kemudian diikuti oleh sel-sel makrofaga. Netrofil ditarik
kearah tempat infeksi dan memfagosit atau memakan bakteri dan membunuh bakteri
didalam badan sel netrofilnya. Peningkatan jumlah netrofil didalam darah, cairan
tubuh (seperti di cairan serebrospinal), atau dijaringan menunjukkan adanya infeksi
oleh bakteri.
Fagositosis adalah proses sel-sel netrofil dan makrofaga memakan
bakteri. Fagositosis berlangsung dalam 3 tahap, yaitu: proses perlekatan pada
bakteri, memasukkan bakteri kedalam badan sel netrofil atau makrofaga dan
mencerna / membunuh bakteri. Proses mencerna bakteri berlangsung didalam
organel lisosom didalam badan sel makrofaga.

D. PERTAHANAN TUBUH MELAWAN INFEKSI VIRUS


Virus masuk kedalam sel tubuh, membajak organel sel tubuh dan mengubah sel
tubuh tersebut menjadi pabrik virus. Pada akhirnya sel yang terinfeksi akan mati, dan
melepas ribuan virus baru untuk menginfeksi sel tubuh lainnya. Respon imun adalah
cara terbaik untuk mengontrol infeksi virus. Tidak seperti infeksi bakteri, tujuan utama
respon imun melawan virus adalah untuk menghilangkan virusnya sendiri dan sel-sel
inang yang menjadi pabrik produksi virus (tempat virus bereplikasi). Komponen sistem
pertahanan tubuh yang penting untuk memutus infeksi virus adalah interferon, sel-sel
“natural killer”, sel-sel Limfosit T CD8.
Sel tubuh yang terinfeksi virus akan melepaskan interferon. Interferon adalah suatu
zat kimia yang dapat menghambat replikasi (perbanyakan) virus di dalam sel inang.
Protein yang dapat larut ini akan memicu respon lokal dan sistemik. Timbulnya demam
dan stimulasi sistem kekebalan adalah dua macam efek sistemiknya.
Peningkatan suhu tubuh dan demam dapat menghambat replikasi dan menurunkan
stabilitas virus. Beberapa virus bersifat tidak stabil ( contohnya virus Herpes Simpleks)
atau tidak dapat bereplikasi (contohnya Rhinovirus) pada suhu 370 atau lebih tinggi. Sel-
sel fagosit akan memakan virus dan sel-sel yang terinfeksi virus. Makrofaga di dalam
hepar (Sel-sel Kupffer) dan limpa dengan cepat akan menyaring virus dari aliran darah.
Antibodi dan komplemen yang terikat pada virus akan membuat virus tersebut mudah
untuk difagosit oleh sel-sel makrofaga. Sel-sel “natural killer” juga diaktivasi oleh
interferon dan tugasnya membunuh sel-sel yang telah diinfeksi oleh virus.
Interferon pertama kali dideskripsikan oleh Isaacs dan Lindenmann sebagai factor
yang “mengganggu” replikasi beberapa macam virus. Interferon adalah pertahanan
pertama tubuh melawan infeksi virus, dan “sistem alarm pertama” pada tingkat lokal dan
sistemik. Ketika interferon mengaktivasi sel-sel makrofaga untuk membunuh sel inang
yang telah terinfeksi virus dalam rangka memblokade replikasi virus, sekaligus interferon
mengaktivasi respon imun dan meningkatkan sel Limfosit –T untuk mengenal sel-sel
yang telah terinfeksi virus. Interferon adalah pertahanan paling penting terhadap infeksi,
tetapi interferon juga menjadi penyebab rasa lelah, sakit pada otot-otot, menggigil dan
demam (yang merupakan gejala mirip influenza yang non spesifik) yang banyak
dijumpai pada infeksi virus.

E. RESPON IMUN SELULER DAN RESPON IMUN HUMORAL


`Didalam tubuh berlangsung 2 macam respon imun, yaitu respon imun seluler dan
respon imun humoral.
 Respon imun seluler adalah sistem kekebalan yang diperantarai oleh sel-sel
darah putih sebagai sel-sel pertahanan tubuh. Yang dideskripsikan pada bagian
terdahulu, seperti upaya sel-sel makrofaga dan sel-sel netrofil memfagosit bakteri,
juga bagaimana sel-sel “natural killer” mengenal sel-sel tubuh inang yang sudah
terinfeksi virus dan kemudian membunuh sel-sel target tersebut, semuanya
termasuk dalam kategori respon imun seluler.
 Respon imun humoral adalah sistem kekebalan yang dikontrol oleh antibodi. Hal
ini termasuk baris pertahanan ketiga dalam sistem imun.

F. BARIS PERTAHANAN KETIGA TERHADAP INFEKSI


1. Antibodi
Sebagian besar infeksi dapat melewati baris pertahanan pertama dan kedua.
Infeksi demikian yang dapat memicu produksi dan pelepasan antibodi. Antibodi
disebut juga imunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, yaitu suatu substansi
kimia berupa glikoprotein dengan struktur tertentu yang dihasilkan oleh sel-sel
kekebalan tubuh sebagai respon terhadap keberadaan benda-benda asing atau
antigen yang masuk kedalam tubuh. Contoh benda asing seperti bakteri, virus, jamur,
parasite dan racun
Molekul antibodi berbentuk huruf Y. Tiap antibodi mengandung 2 “rantai berat”
(H) yang identik dan 2 “rantai ringan” (L) yang identik. Antibodi mempunyai
kemampuan mengikat antigen yang ditentukan oleh rangkaian H dan L spesifiknya.
Tempat perlekatan antigen adalah pada ujung huruf Y-nya (antigen binding site).
Setiap antibodi spesifik terhadap antigen tertentu. Jika pembentukan antibodi tidak
sesuai dengan antigennya, maka akan timbul masalah dimana sistem kekebalan
tubuh tidak akan bekerja dengan baik dan tubuh akan rentan terhadap penyakit.
Selama kehamilan, janin dalam kandungan menerima antibodi ini melalui imunisasi
pasif oleh sang ibu. Kemampuan pada sistem kekebalan tubuh bayi untuk secara
mandiri mengembangkan antibodi ini kemudian berkembang selama satu atau dua
tahun pertama kehidupan. Ada lima kelas antibodi yang terbentuk didalam tubuh
manusia, yaitu : IgA, IgE, IgD, IgG dan IgM.
 Imunoglobulin A (IgA) : terdapat pada beberapa bagian tubuh yang dilapisi oleh
selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. Imunoglobulin A (IgA)
juga ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur,
ASI, getah lambung, dan sekresi usus. Jenis antibodi ini juga melindungi janin
dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan
melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir
 Imunoglobulin D (IgD) : Jenis antibodi Imunoglobulin D atau IgD merupakan
antibodi yang jumlahnya yang sangat sedikit terdapat dalam darah, getah bening,
dan pada permukaan sel-sel B. Fungsi IgD adalah untuk mengaktifkan sel B. IgD
ini bertindak dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel T dan membantu
menangkap antigen.
 Imunoglobulin E (IgE): Immunglobulin E atau IgE merupakan jenis antibodi dalam
tubuh yang beredar dalam aliran darah dan terlibat dalam mempertahankan tubuh
terhadap parasit dan alergen. Jenis antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi
alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami
alergi biasanya memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi
parasite.
 Imunoglobulin G (IgG) : Jenis antibodi IgG beredar dalam tubuh dan banyak
terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. IgG terbentuk 2-3 bulan
setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan, menurun
perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah.
Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada
dan menghambatnya begitu terdeteksi. Jenis antibodi dalam tubuh ini memiliki
efek kuat sebagai anti bakteri maupun virus, serta menetralkan racun. IgG juga
mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Jenis antibodi dalam tubuh IgG merupakan
satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke
janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi
yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin
dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan
perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat
menghasilkan antibodi sendiri.
 Imunoglobulin M (IgM) : Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B. Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin
M (IgM) merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan
antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap
selama 1-3 bulan, kemudian menghilang. Janin dalam kandungan mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman
penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Jenis antibodi IgM banyak terdapat
di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ
maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak,
dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah. Beberapa orang mengalami sistem
antibodi dalam tubuh yang dimiliki keliru mengenali jaringan tubuh sendiri yang
sehat sebagai zat berbahaya dan menghasilkan antibodi sebagai respon.
Sehingga menjadi sejumlah gangguan autoimun seperti penyakit lupus
eritematosus, penyakit Grave, dan tiroiditis Hashimoto, dan penyakit lainnya.

2. Mekanisme Respon Imun Humoral


Antibodi dapat menyebabkan kekebalan karena :
 Antibodi menghasilkan antitoksin ( anti racun). Toksin yang dihasilkan bakteri
akan dinetralisir oleh antibodi.
 Antibodi akan menempel pada dinding sel bakteri maupun pada pecahan bakteri
(pada tempat perlekatan antigennya), sehingga : a) bakteri bisa difagositosis, b)
bakteri tidak bisa melekat pada sel tubuh manusia (= sel target) dan c) antibodi
juga akan mengaktifkan sistem kekebalan komplemen yang akan membunuh
bakteri (bakteri lisis).

3. Pembentukan Antibodi
Antibodi dihasilkan oleh sel-sel Limfosit B. Jika ada mikroorganisme asing
(bakteri atau virus) masuk kedalam tubuh karena berhasil menembus baris
pertahanan pertama, maka mikroorganisme asing tersebut akan dimakan (difagosit)
oleh sel darah putih (selsel netrofil PMNs dan sel-sel makrofaga lainnya).
Mikroorganisme tersebut akan dipecah-pecah di dalam sel fagosit tersebut, dan
partikel pecahannya akan dipresentasikan oleh sel-sel fagosit tersebut pada sel
Limfosit T. Selanjutnya sel Limfosit T akan mengidentifikasi pecahan tersebut dan
mencari sel Limfosit B untuk membantunya. Sel B akan menghasilkan antibodi yang
sesuai/ spesifik untuk antigen yaitu bakteri dan virus tersebut. Selanjutnya antibodi
yang terbentuk akan mencari antigen (bakteri dan virus tersebut), menempel
padanya dan menghancurkannya melalui respon imun humoral yang dijelaskan pada
bagian terdahulu. Antibodi yang terbentuk hanya dapat menghancurkan bakteri/
virus tertentu dan tidak bisa untuk bakteri lain. Dengan demikian kekebalan disini
bersifat spesifik. Pada saat menghasilkan antibodi, sel-sel Limfosit B berkembang
sebagai sel plasma dan mengeluarkan sejumlah besar antibodi yang spesifik atau
beredar didalam darah sebagai sel memori. Disebut sebagai sel memori karena sel
plasma tersebut mempunyai ingatan yang panjang. Suatu ketika, jika tubuh
kemasukan lagi bakteri atau virus yang sejenis, maka sel memori telah mengenal
bakteri atau virus tersebut sebagai antigen, dan bisa langsung menghasilkan
antibodi untuk memblokirnya sehingga individu yang kemasukan tidak menjadi sakit.
Berdasarkan hal inilah dibuat berbagai macam vaksin untuk bakteri maupun virus
patogen yang akan merangsang tubuh membentuk antibodi.

G. SEL-SEL PERTAHANAN PADA SISTEM IMUN


Seluruh jenis sel pada sistem imun berasal dari regenerasi stem cell (sel induk)
sel-sel darah (hematopetik) yang terdapat di sumsum tulang dan hepar janin.
Diferensiasi ini berkembang dalam 2 seri yaitu sari myeloid dan seri lymphoid. Prekusor
myeloid akan menjadi sel-sel mast, eritrosit (sel darah merah), platelet (trombosit), sel-
sel dendritic, sel-sel polimorf (eosinophil, basophil dan netrofil) dan sel-sel fagosit
mononuclear (monosit di pembuluh darah dan makrofaga di jaringan). Prekusor Limfoid
akan berkembang menjadi Limfosit T (pematangannya di organ thymus) dan Limfosit B
(pematangannya di Bone marrow atau sumsum-sumsum tulang) dan sel-sel Natural
Killer (NK).
Sel-sel dendriti dan monosit/makrofaga memainkan peranan penting sebagai sel-
sel penyaji antigen. Sel-sel tersebut akan memfagosit bakteri, menghancurkannya
didalam badan sel dan mempresentasikan /menyajikan pecahan bakteri (antigen)
tersebut kepada sel Limfosit T. Limfosit B bertanggung jawab untuk menghasilkan
antibodi (immunoglobulin) dan juga dapat berfungsi sebagai sel penyaji antigen yang
efektif pada sel Limfosit T. Limfosit T dibagi menjadi 2 seri yaitu sel Limfosit T helper
atau biasa disebut sebagai Limfosit T CD4 dan sel Limfosit T sitotoksik atau sel Limfosit
T CD8. Sel Limfosit T CD4 atau T helper dibutuhkan untuk mengaktivasi : sel Limfosit B,
sel-sel T lainnya, sel-sel Natural Killer dan sel-sel makrofaga. Aktivasi dilakukan dengan
mentransmisi sinyal-sinyal melalui interaksi kontak sel dengan sel atau melalui protein
terlarut yang dinamai Limfokin. Sel T Sitotoksik CD8 berfungsi membunuh sel target,
seperti sel-sel tubuh yang telah terinfeksi virus atau sel-sel kanker. Sel semacam ini
disebut sebagai sel yang malfungsi. Untuk memperjelas mengenai komunikasi antar sel
dalam rangka aktivasi sistem imun

H. ORGAN LIMFOID
Tempat utama pembentukan Limfosit adalah sumsum tulang dan thymus.
Limfosit yang belum matang dihasilkan oleh stem sel di sumsum tulang dan melanjutkan
pematangannya di sumsum tulang tersebut (Limfosit B dan sel-sel NK) atau pindah ke
organ thymus dan berkembang menjadi Limfosit T. karena merupakan tempat
pembentukan awal dan tempat pematangan, maka thymus dan sumsum tulang disebut
sebagai organ limfoid primer.
Setelah mengalami pematangan, sel-sel tersebut berpindah melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfa ke organ limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder meliputi
limpa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid didalam mukosa (MALT) di saluran
pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran urogenital. Disini limfosit menghadapi
antigen dari luar dan menjadi sel efektor yang aktif pada sistem imun.
Limfa bertindak sebagai filter (penyaring ) darah dan merupakan tempat utama
untuk membersihkan partikel-partikel yang dimakan oleh sel-sel fagosit. Limfa juga
menjadi tempat penting produksi antibodi untuk melawan antigen yang masuk kedalam
pembuluh darah vena. Nodus limfatikus mengalirkan cairan limfa dari jaringan dan
antigen asing yang tersaring pada sel-sel makrofaga (sebagai penyaji antigen) dan
selanjutnya ke Limfosit . Limfa dan nodus limfatikus adalah organ yang berkapsul, tetapi
MALT adalah jaringan yang tidak berkapsul yang tersebar dan merupakan tempat
penumpukan sel-sel Limfoid yang menangkap mikroorganisme yang masuk ke tubuh.
Jaringan limfoid yang terletak di usus (GALT= Gut associated Limfoid Tissue) meliputi
Peyer’s Patches di usus halus bagian bawah, jaringan limfoid yang terakumulasi di
lamina propia dinding sel usus halus, dan tonsil. Sel-sel seri Limfoid yang telah matang
terus-menerus bersirkulasi antara darah, limfa, organ limfoid, dan jaringan hingga
mereka menemukan antigen yang akan mengaktivasi selsel tersebut. Respon imun
seluler dan respon imun humoral terjadi di organ limfoid sekunder dan di jaringan.

RINGKASAN

Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh melawan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme, sel-sel yang malfungsi dan partikel asing. Sepanjang hidupnya, manusia
memiliki 2 macam kekebalan, yaitu kekebalan alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan
alamiah sudah ada sejak lahir bersifat non spesifik, sedangkan kekebalan dapatan diperoleh
setelah seseorang sembuh dari sakit, didapat oleh janin melalui plasenta ibunya, dibuat oleh
tubuh setelah seseorang divaksin atau mendapat suntikan immunoglobulin.

Kita mengenal 3 baris pertahanan dalam sistem imun. Baris pertahanan pertama berupa
kulit yang utuh beserta produksi lemak dan keringat, lendir (mukus) dan sel-sel epitel bersilia di
sepanjang saluran napas dan dimukosa tubuh lainnya, tingkat keasaman lambung dan vagina,
kandungan lisosim, laktoferin dan IgA pada saliva dan air mata, aliran urin dan lain-lain. Baris
pertama akan menahan bakteri atau antigen lain masuk kedalam tubuh. Baris pertahanan
kedua akan bekerja bila baris pertahanan pertama dapat ditembus oleh mikroba asing atau
antigen tersebut. Bentuknya yaitu : reaksi inflamasi, sistem komplemen, fagositosis yang
dilakukan oleh kelompok sel-sel darah putih, produksi interferon oleh sel yang diinfeksi oleh
virus. Bila baris pertahanan kedua dapat dilampaui, maka tubuh akan membuat antibodi.
Respon imun seluler adalah respon imun yang diperantarai oleh sel-sel pertahanan,
sedangkan respon imun humoral adalah respon imun yang diperantarai oleh antibodi. Antibodi
atau imunoglobulin adalah protein yang menempel pada, menghancurkan, melingkupi, dan
menghambat partikel asing. Tiap antibodi bersifat spesifik pada satu macam antigen saja. Ada 5
kelas antibodi didalam tubuh, yaitu : IgA, IgD, IgG, IgM dan IgE.

Sel-sel pertahanan dalam sistem imun pada dasarnya adalah sel-sel darah putih yang
berasal dari stem sel nya dan mengalami pematangan di organ limfoid primer, yaitu di sumsum
tulang belakang dan thymus. Ada 2 seri sel pertahanan yaitu seri myeloid dan seri limfoid.
Setelah mengalami pematangan, sel-sel seri limfoid tersebut berpindah melalui pembuluh darah
dan pembuluh limfa ke organ limfoid sekunder, yaitu limpa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid
didalam mukosa (MALT) di saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran urogenital.
Respon imun seluler dan respon imun humoral terjadi di organ limfoid sekunder dan di jaringan.

Anda mungkin juga menyukai