OLEH :
D3 KEPERAWATAN GIGI
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
LATAR BELAKANG................................................................................................................... 4
BAB 1.......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 6
BAB II.......................................................................................................................................... 7
RINGKASAN............................................................................................................................. 15
LATAR BELAKANG
BAB 1
PENDAHULUAN
Kita hidup didunia yang dipenuhi oleh mikroba, dan tubuh kita terus menerus terpapar
dengan bakteri, fungi, parasite dan berbagai virus. Pertahanan tubuh kita terhadap serangan
mikroba tersebut mirip dengan pertahanan yang dilakukan oleh tentara didalam suatu negara.
Mekanisme pertahanan pertama adalah benteng seperti kulit, yang menahan masuknya
agensia asing. Jika benteng ini berhasil dilalui atau mikroba tersebut berhasil masuk, maka
“tentara” lokal seperti (sel-sel pembunuh, netrofil dan sel-sel pemakan/ makrofaga) akan
dengan cepat menghadapi agnesia yang menyusup tersebut dan memberikan perlawanan.
Pada akhirnya, jika hal inipun kurang efektif, alat pertahanan selanjutnya akan diarahkan untuk
membendung agensia penyusup tersebut (antibodi dan sel Limfosit T/Sel T). Pengetahuan
tentang sifat-sifat musuh (antigen) sebelum serangan memungkinkan untuk membentuk respon
tubuh yang lebih efektif dan cepat (aktivasi sel memori yaitu sel B dan sel T pada serangan
berikutnya). Elemen-elemen sistem pertahanan berinteraksi dan berkomunikasi melalui
molekul2 terlarut, juga melalui interaksi antar sel. Interaksi antar sel-sel pertahanan tersebut
menghasilkan mekanisme untuk aktivasi dan mengontrol respon pertahanan tubuh. Untuk lebih
jelasnya memahami mengenai sistem pertahanan tubuh manusia, mari kita mulai
membahasnya.
BAB II
TOPIK III
“IMUNOLOGI”
2. Sistem Komplemen
Komponen dinding sel bakteri adalah aktivator utama bagi respon proteksi bagi
antigen yang bersifat non-spesifik. Komponen tersebut meliputi lapisan peptidoglikan
pada dinding sel bakteri Gram positif dan Lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada
dinding sel bakteri Gram negatif. Yang teraktivasi disini adalah sistem pertahanan
tubuh yang disebut sistem komplemen. Sistem komplemen akan merangsang sel-sel
mast untuk melepaskan histamine, yang dapat meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kapiler. Sistem komplemen juga akan menarik sel-sel netrofil dan
makrofaga ke jaringan yang mengalami radang. Sel-sel netrofil dan makrofaga
adalah yaitu bagian sel-sel darah putih yang bertugas memakan atau membunuh
bakteri asing yang masuk. Sistem komplemen juga membuat bakteri mudah
dimakan (difagosit) oleh sel-sel netrofil-makrofaga di atas.
3. Fagositosis
Sel-sel darah putih yaitu dari jenis netrofil PMN (polimorfonuklear = PMNs),
monosit dan kadang-kadang eosinofil adalah sel-sel pertama yang menunjukkan
respon pada inflamasi akut, kemudian diikuti oleh sel-sel makrofaga. Netrofil ditarik
kearah tempat infeksi dan memfagosit atau memakan bakteri dan membunuh bakteri
didalam badan sel netrofilnya. Peningkatan jumlah netrofil didalam darah, cairan
tubuh (seperti di cairan serebrospinal), atau dijaringan menunjukkan adanya infeksi
oleh bakteri.
Fagositosis adalah proses sel-sel netrofil dan makrofaga memakan
bakteri. Fagositosis berlangsung dalam 3 tahap, yaitu: proses perlekatan pada
bakteri, memasukkan bakteri kedalam badan sel netrofil atau makrofaga dan
mencerna / membunuh bakteri. Proses mencerna bakteri berlangsung didalam
organel lisosom didalam badan sel makrofaga.
3. Pembentukan Antibodi
Antibodi dihasilkan oleh sel-sel Limfosit B. Jika ada mikroorganisme asing
(bakteri atau virus) masuk kedalam tubuh karena berhasil menembus baris
pertahanan pertama, maka mikroorganisme asing tersebut akan dimakan (difagosit)
oleh sel darah putih (selsel netrofil PMNs dan sel-sel makrofaga lainnya).
Mikroorganisme tersebut akan dipecah-pecah di dalam sel fagosit tersebut, dan
partikel pecahannya akan dipresentasikan oleh sel-sel fagosit tersebut pada sel
Limfosit T. Selanjutnya sel Limfosit T akan mengidentifikasi pecahan tersebut dan
mencari sel Limfosit B untuk membantunya. Sel B akan menghasilkan antibodi yang
sesuai/ spesifik untuk antigen yaitu bakteri dan virus tersebut. Selanjutnya antibodi
yang terbentuk akan mencari antigen (bakteri dan virus tersebut), menempel
padanya dan menghancurkannya melalui respon imun humoral yang dijelaskan pada
bagian terdahulu. Antibodi yang terbentuk hanya dapat menghancurkan bakteri/
virus tertentu dan tidak bisa untuk bakteri lain. Dengan demikian kekebalan disini
bersifat spesifik. Pada saat menghasilkan antibodi, sel-sel Limfosit B berkembang
sebagai sel plasma dan mengeluarkan sejumlah besar antibodi yang spesifik atau
beredar didalam darah sebagai sel memori. Disebut sebagai sel memori karena sel
plasma tersebut mempunyai ingatan yang panjang. Suatu ketika, jika tubuh
kemasukan lagi bakteri atau virus yang sejenis, maka sel memori telah mengenal
bakteri atau virus tersebut sebagai antigen, dan bisa langsung menghasilkan
antibodi untuk memblokirnya sehingga individu yang kemasukan tidak menjadi sakit.
Berdasarkan hal inilah dibuat berbagai macam vaksin untuk bakteri maupun virus
patogen yang akan merangsang tubuh membentuk antibodi.
H. ORGAN LIMFOID
Tempat utama pembentukan Limfosit adalah sumsum tulang dan thymus.
Limfosit yang belum matang dihasilkan oleh stem sel di sumsum tulang dan melanjutkan
pematangannya di sumsum tulang tersebut (Limfosit B dan sel-sel NK) atau pindah ke
organ thymus dan berkembang menjadi Limfosit T. karena merupakan tempat
pembentukan awal dan tempat pematangan, maka thymus dan sumsum tulang disebut
sebagai organ limfoid primer.
Setelah mengalami pematangan, sel-sel tersebut berpindah melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfa ke organ limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder meliputi
limpa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid didalam mukosa (MALT) di saluran
pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran urogenital. Disini limfosit menghadapi
antigen dari luar dan menjadi sel efektor yang aktif pada sistem imun.
Limfa bertindak sebagai filter (penyaring ) darah dan merupakan tempat utama
untuk membersihkan partikel-partikel yang dimakan oleh sel-sel fagosit. Limfa juga
menjadi tempat penting produksi antibodi untuk melawan antigen yang masuk kedalam
pembuluh darah vena. Nodus limfatikus mengalirkan cairan limfa dari jaringan dan
antigen asing yang tersaring pada sel-sel makrofaga (sebagai penyaji antigen) dan
selanjutnya ke Limfosit . Limfa dan nodus limfatikus adalah organ yang berkapsul, tetapi
MALT adalah jaringan yang tidak berkapsul yang tersebar dan merupakan tempat
penumpukan sel-sel Limfoid yang menangkap mikroorganisme yang masuk ke tubuh.
Jaringan limfoid yang terletak di usus (GALT= Gut associated Limfoid Tissue) meliputi
Peyer’s Patches di usus halus bagian bawah, jaringan limfoid yang terakumulasi di
lamina propia dinding sel usus halus, dan tonsil. Sel-sel seri Limfoid yang telah matang
terus-menerus bersirkulasi antara darah, limfa, organ limfoid, dan jaringan hingga
mereka menemukan antigen yang akan mengaktivasi selsel tersebut. Respon imun
seluler dan respon imun humoral terjadi di organ limfoid sekunder dan di jaringan.
RINGKASAN
Sistem imun adalah sistem pertahanan tubuh melawan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme, sel-sel yang malfungsi dan partikel asing. Sepanjang hidupnya, manusia
memiliki 2 macam kekebalan, yaitu kekebalan alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan
alamiah sudah ada sejak lahir bersifat non spesifik, sedangkan kekebalan dapatan diperoleh
setelah seseorang sembuh dari sakit, didapat oleh janin melalui plasenta ibunya, dibuat oleh
tubuh setelah seseorang divaksin atau mendapat suntikan immunoglobulin.
Kita mengenal 3 baris pertahanan dalam sistem imun. Baris pertahanan pertama berupa
kulit yang utuh beserta produksi lemak dan keringat, lendir (mukus) dan sel-sel epitel bersilia di
sepanjang saluran napas dan dimukosa tubuh lainnya, tingkat keasaman lambung dan vagina,
kandungan lisosim, laktoferin dan IgA pada saliva dan air mata, aliran urin dan lain-lain. Baris
pertama akan menahan bakteri atau antigen lain masuk kedalam tubuh. Baris pertahanan
kedua akan bekerja bila baris pertahanan pertama dapat ditembus oleh mikroba asing atau
antigen tersebut. Bentuknya yaitu : reaksi inflamasi, sistem komplemen, fagositosis yang
dilakukan oleh kelompok sel-sel darah putih, produksi interferon oleh sel yang diinfeksi oleh
virus. Bila baris pertahanan kedua dapat dilampaui, maka tubuh akan membuat antibodi.
Respon imun seluler adalah respon imun yang diperantarai oleh sel-sel pertahanan,
sedangkan respon imun humoral adalah respon imun yang diperantarai oleh antibodi. Antibodi
atau imunoglobulin adalah protein yang menempel pada, menghancurkan, melingkupi, dan
menghambat partikel asing. Tiap antibodi bersifat spesifik pada satu macam antigen saja. Ada 5
kelas antibodi didalam tubuh, yaitu : IgA, IgD, IgG, IgM dan IgE.
Sel-sel pertahanan dalam sistem imun pada dasarnya adalah sel-sel darah putih yang
berasal dari stem sel nya dan mengalami pematangan di organ limfoid primer, yaitu di sumsum
tulang belakang dan thymus. Ada 2 seri sel pertahanan yaitu seri myeloid dan seri limfoid.
Setelah mengalami pematangan, sel-sel seri limfoid tersebut berpindah melalui pembuluh darah
dan pembuluh limfa ke organ limfoid sekunder, yaitu limpa, nodus limfatikus dan jaringan limfoid
didalam mukosa (MALT) di saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran urogenital.
Respon imun seluler dan respon imun humoral terjadi di organ limfoid sekunder dan di jaringan.