Anda di halaman 1dari 5

Aditya Shantika Putra_THT-KL

1. Jelaskan dengan rinci bagaimana bakteri dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan
berikan gambar skematis alur proses terjadinya infeksi tersebut.

A. Transmisi/Penularan
1. Langsung, seperti transfusi darah yang sudah terkontaminasi, adanya droplet nuclei
(saat batuk, bersin, berbicara) dari orang terinfeksi bakteri yang masuk ke dalam
tubuh, serta sentuhan.
2. Tidak langsung, memerlukan media perantara, seperti barang/peralatan, air, udara,
tanah, makanan, dan vector (serangga).
B. Adhesi
Proses penempelan bakteri pada permukaan sel inang. Adhesi bakteri ke permukaan sel
inang memerlukan protein adhesi. Adhesin dibagi menjadi dua:
1. Fimbrial
Struktur menyerupai rambut yang terdapat pada permukaan sel bakteri yang tersusun
atas protein, tersusun rapat dan memiliki bentuk silinder heliks. Meknisme
mekanisme adhesin pili, yaitu bertindak sebagai ligan dan berkaitan dengan reseptor
yang terdapat pada permukaan sel host/inang.
2. Afimbrial
Berupa protein (polipeptida) dan polisakarida yang melekat pada membran sel
bakteri. Polisakarida yang terdapat pada sel biasanya ada di membran sel, seperti:
Glikolipid, matriks ekstraseluler (Fibronectin, Collagen).
Aditya Shantika Putra_THT-KL

C. Kolonisasi
Proses dimana bakteri menmpati dan bermultiplikasi pada suatu daerah/jaringan tertentu
tubuh biasanya pada kulit/membran mukosa.
D. Invasi
Proses penetrasi/proses bakteri masuk ke lubang sel inang (melalui kulit/membran
mukosa) dan dibantu oleh susunan molekul kompleks, yaitu invasin yang berupa
permukaan bakteri atau protein (enzim) yang disekresikan. Proses invasi juga meliputi
sekresi ensim protease Ig A, serta enzim-enzim pendegradasi jaringan lainnya.
E. Strategi Pertahanan Bakteri
Dibagi menjadi dua:
1. Bakteri Ekstraseluler
Merupakan bakteri yang bereplikasi di luar sel berada dalam sirkulasi. Bakteri ini
rentan oleh opsonisasi oleh system komplemen, fagositosis. Namun, pada keadaan
tertentu, bakteri ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagositosis karena adanya
kapsul bakteri, protein A dan protein M yang dapat menghambat terjadinya
fagositosis.
2. Bakteri Intraseluler
Terbagi atas dua jenis, yaitu: Fakultatif (mudah difagositosis, tetapi tidak dapat
dihancurkan system fagositosis) dan Obligat (yang isinya dapat hidup dan
berkembang biak di dalam sel inang). Mekanisme mempertahankan diri pada bakteri
intraseluler dengan:
a. Menghambat fusi lisosom pada vesikel yang berisi bakteri
b. Resisten terhadap enzim pendegradasi jika telah terjadi fusi dengan lisosom
(menggunakan lisin sehingga hidup bebas dalam sitoplasma sel fagosit)
F. Toksigenesis/Kerusakan Jaringan
Kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu toksin yang dapat merusak sel
inang/menyebabkan penyakit, dibagi menjadi dua:
1. Eksotoksin
Toksin yang dikeluarkan dari sel mikroba ke suatu medium kultur/sirkulasi/jaringan
inang. Dapat dihasilkan oleh bakteri gram positif/gram negatif. Efek dari eksotoksin
biasanya terlihat akut dan dapat menyebabkan efek yang serius, seperti kematian.
Aditya Shantika Putra_THT-KL

Contoh: Botulisme, Antraks, Difteri, Kolera, dan lain-lain.


2. Endotoksin
Terdapat pada bakteri khususnya bakteri gram negative yang berupa
lipopolisakarida/LPS yang dilepaskan saat mikroorganisme tersebut mengalami lisis
atau saat mengalami replikasi. Dapat menimbulkan demam, syok, hipotensi,
inflamasi. Toksisitas endotoksin lebih rendah disbanding eksotoksin.
Contoh: TBC, Lepra, Siflis, dan lain-lain.

2. Jelaskan bagaimana manusia (hospes) untuk mengatasi dan mempertahankan diri


terhadap serangan atau infeksi dari mikroba tersebut. Gambarkan proses alur pertahanan
hospes tersebut!

A. Flora Normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisna permukaan dan di
dalam kulit, saliva, mukosa oral, dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal
mengekskresi setiap hari triliunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak
menyebabkan sakit, tetapi biasanya justru turut berperan dalam memelihara kesehatan.
Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit untuk mendapatkan
makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal
kulit menggunakan tindakan protektif dangan menghambat multiplikasi organisme yang
menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan
yang sensitive dengan mikroorganisme yang lain untuk mencegah infeksi. Setiap factor
yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko
mendapatkan penyakit infeksi.
B. Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit,
saluran pernapasan, dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh
mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit,
diinhalasi melalui pernapasan, atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ
Aditya Shantika Putra_THT-KL

memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan
fungsinya.
C. Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vascular dengan menghantarkan cairan, produk
darah, dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cedera. Proses ini menetralisasi dan
mengeliminasi pathogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan
jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan,
dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik
akan muncul tanda dan gejala demam, leukositosis, malaise, anoreksia, mula, muntah,
dan pembesaran kelenjar limfe. Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik,
kimiawi, atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
1. Respon selular dan vascular
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cedera berdilatasi
memungkinkan lebih banyak darah masuk dalam sirkulasi. Peningkatan darah
tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat local dihasilkan dari
volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cedera menyebabkan
nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamine, bradikinin,
prostaglandin, dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kecil. Cairan protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya
muncul edema lokal. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakakn jaringan
yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung saraf yang mengakibatkan nyeri.
2. Pembentukan eksudat inflamasi akumulasi cairan dan jaringan mati, serta SDP
membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa seroasa (jernih
seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah), atau purulent
(mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya, eksudat disapu melalui drainase limfatik.
Trombosit dan protein plasma, seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk
jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
3. Perbaikan jaringan sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel
baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur
dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya.
D. Imunitas Selular
Aditya Shantika Putra_THT-KL

Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan
peran utama dalam imunitas selular. Ada reseptor antigen pada membrane permukaan
limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai
dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk
membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka
bergerak ke daerah inflamasi berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin.
Limfokin menarik dan menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen.
E. Imunitas Humoral
Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa
immunoglobulin/antibody yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori
akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B menyintesis antibody
dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk
mempersiapkan tubuh menghadapai invasi antigen.
F. Antibodi
Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi immunoglobulin A, M, D, E, G.
IgM dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi
yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.
G. Komplemen
Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan
saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian
proses katalitik.
H. Interferon
Pada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon alan mengganggu kemampuan virus
dalam bermultiplikasi.

Selain pertahanan dari tubuh sendiri, infeksi juga dapat diatasi dengan memberikan
antibiotic, serum antibodi, vaksinasi, anti jamur, dan lain-lain. Selain itu, juga dibantu dengan
istirahat yang cukup, rajin cuci tangan dengan baik dan benar. Serta menghindari makanan dan
minuman yang sekiranya terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen.

Anda mungkin juga menyukai