PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.P Di Ruang Merpati
Dengan Kasus Pre dan Post Op Abses Pedis, Diabetes Melitus tipe 2 dan
Anemia di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Bahrin?
1
2
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari laporan seminar ini adalah menguraikan hasil Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn.P Di Ruang Merpati Dengan Kasus Pre dan
Post Operatif Abses pedis sinistra, Diabetes Melitus tipe 2, adan Anemia
RSUD Depati Bahrin Sungailiat Kabupaten Bangka dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif.
2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. P dengan diagnosa Pre dan
Post Op Abses Pedis Sinistra, Diabetes Melitus, dan Anemia Tahun
2022.
b. Mampu menganalisa dan menyusun diagnosa prioritas pada Tn.P
dengan diagnosa Pre dan Post Op Abses Pedis Sinistra, Diabetes
Melitus, dan Anemia Tahun 2022
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.P dengan
diagnosa Pre dan Post Op Abses Pedis Sinistra, Diabetes Melitus, dan
Anemia Tahun 2022
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. P dengan
diagnosa, Pre dan Post Op Abses Pedis Sinistra, Diabetes Melitus, dan
Anemia Tahun 2022
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.P dengan diagnosa
Pre dan Post Op Abses Pedis Sinistra, Diabetes Melitus, dan Anemia
Tahun 2022
D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Agar dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan Klien dengan Pre dan
Post op Abses Pedis Sinistra, Dm tipe 2 dan Anemia dan menambah
wawasan sebagai acuan bagi kelompok selanjutnya dalam
mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap pasien dengan Abses,
Diabetes Melitus dan Anemia.
2. Bagi RSUD Depati Bahrin Sungailiat Kabupaten Bangka
Masukan dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam mengambil
kebijakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien Pre dan Post Op
Abses Pedis sinistra, Diabetes Melitus, dan Anemia
3
A. Tinjauan Teoritis
I. Konsep Dasar Abses
1. Definisi
Abses adalah penumpukan nanah di dalam rongga di bagian tubuh
setelah terinfeksi bakteri. Nanah adalah cairan yang mengandung banyak
protein dan sel darah putih yang telah mati. Nanah berwarna putih
kekuningan (Craft, 2012; James et al., 2016 dalam Hidayati, 2019).
Pedis adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk
berjalan (dari pangkal paha ke bawah) (Mansjoer,2017).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan abses pedis adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau karena adanya benda asing
(misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang
merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih
yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik yang timbul di kaki.
2. Etiologi
Menurut Siregar (2014) dalam Hidayati (2019) abses dapat disebabkan
karena adanya:
a. Infeksi lokal
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses
radang ialah infeksi ocalal. Virus menyebabkan kematian sel dengan
cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang
spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali
proses radang atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya
dengan dinding sel.
b. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons
imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi
imun yang akan merusak jaringan.
c. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui
trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang
berlebih (frosbite).
4
5
Organisme atau benda asing membunuh sel-sel ocal yang pada akhirnya
abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya
pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara
6
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah
putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah,
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan
suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh
Nuri, 2019
5. Komplikasi
Jika infeksi bisa terlokalisir oleh dinding abses, biasanya infeksi tidak
menyebar. Dalam beberapa kasus, infeksi yang dimulai di dalam abses
kulit dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya dan di seluruh tubuh,
yang menyebabkan komplikasi serius. Beberapa abses baru dapat
terbentuk pada sendi atau lokasi lain di kulit. Jaringan kulit dapat mati
akibat infeksi, yang menyebabkan gangrene. Ketika infeksi menyebar
secara internal di dalam tubuh dapat menyebabkan endokarditis yang
berakibat fatal jika tidak ditangani sejak dini. Infeksi juga bisa menyebar
ke tulang menyebabkan osteomielitis. Dalam beberapa kasus, bakteri
penyebab abses dapat menyebabkan sepsis (Craft, 2012 dalam Hidayati,
2019).
8
penyakit penderita.
b. Pola Fugsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tatalaksana ksehatan
Karena berkurangnya pengetahuan tentang dampak gangren
diabetiK sehingga menimbulkan persepsi yang negative
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan lama
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Nutrisi seorang diabetes mellitus akan perpengaruh pada
penyembuhan luka. Makronutrien dan mikrionutrien berpern
penting dalam berbagai tahapan penyembuhan luka .seorang
dengan dibetes harus memastikan asupan kalori, protein, lemk,
cairan, vitamin, dan mineral yang mememadai untuk mencapai
hasil yang posistif. Penilain nutrisi oleh ahli gizi dimasukkan
data perawat jika terindentifikasi malnutrisi
Kepatuhan orang yang menderita luka gangren untuk
menjalani diet DM akan mempengaruhi penyembuhan luka
diabetik tersebut. Hal ini dikarenakan orang yang patuh
menjalani diet DM akan lebih terkontrol kadar glukosa darahnya
akan cenderung cepat penyembuhan , sedangkan orang g kurag
patuh menjalani diat DM cenderung menigkat atau tidak
terkontrol kadar glukosa darahnya, sehingga cenderung lama
penyembuhan. Hal ini disebabkan karena kurangnya glukosa
untuk sel akan menghambat regenerasi sel.
3) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemi menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kecing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urin (glukosuria)
4) Pola Tidur dan Istirahat
Adanya poliuria, nyeri pada luka gangren dan situasi rumah
sakit yang ramai akan mempenaruhi waktu tidur dan istirahat
penderita sehingga pola tidur dan waktu tidur mengalami
perubahan
5) Pola Aktifitas dan Iatihan
Adanya luka ganren dan kelemahan otot-otot pada tungkai
10
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Setelah mengumpulkan data-data klien yang relevan, informasi
tersebut dibandingkan dengan ukuran normal sesuai umur klien, jenis
kelamin, tingkat perkembangan, latar belakang sosial dan psikologis.
Diagnosa keperawatan Abses dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) :
1. Gangguan Integritas kulit/jaringan b/d perubahan sirkulasi,
neuropati perifer, kurangnya terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan (D.0129)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis, kimiawi, fisik (D.0077)
3. Risiko infeksi b/d penyakit kronis, efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan (D.0142)
memeriksa kondisi
luka
4. Ajarkan
meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberikan
imunisasi, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Mulyanti, 2017).
5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
III. Konsep Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan
penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
15
3. Manifestasi Klinis
Menurut Febrinasari et al (2020), manifestasi klinis diabetes
melitus adalah:
f. Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak
dapat berlangsung dengan baik.
g. Luka atau bisul tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari
protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan
protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang dipergunakan untuk pengantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada
penderita DM.
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 2 tedapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu: resistensi dan gangguan sekresi insulin. Kedua
masalah inilah yang menyebabkan GLUT dalam darah aktif (Brunner &
Suddarth, 2018). Glukose Transporter (GLUT) yang merupakan senyawa
asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam
proses metabolisme glukosa. Insulin mempunyai tugas yang sangat
penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama pada
metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat berperan dalam proses
utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot,
lemak dan hepar (Rini P. S et al, 2018). Pada jaringan perifer seperti
jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor
(insulin receptor substrate) yang terdapat pada membrane sel tersebut.
Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal
yang berguna bagi proses metabolisme glukosa di dalam sel otot dan
lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu
jelas. Setelah berikatan, transduksinya berperan dalam meningkatkan
kuantitas GLUT-4 (Setyawati, 2020).
Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan
glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami
metabolisme. Untuk menghasilkan suatu proses metabolisme glukosa
18
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi dimana turunnya kadar gula
darah secara drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh,
terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah, atau
terlambat makan. Gejala berupa penglihatan kabur, detak jantung
cepat, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin dan pusing. Kadar
gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan pingsan,
kejang, bahkan koma (Widiastuti, 2020).
2) Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik merupakan keadaan darurat medis yang
disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Ini merupakan
komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton sebagai
sumber energi. Jika tidak segera mencari pertolongan medis,
kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan asam yang
berbahaya di dalam darah, sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian (Istianah, 2019).
3) Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Situasi ini juga merupakan salah satu situasi darurat, dan tingkat
situasi ini juga merupakan salah satu situasi darurat dimana angka
kematian mencapai 20%. Terjadinya HHS disebabkan oleh
peningkatan mortalitas sebesar 20%. HHS terjadi karena
lonjakan kadar glukosa darah yang sangat tinggi selama periode
waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan rasa haus, kejang,
kelemahan dan gangguan kesadaran yang menyebabkan koma.
Selain itu, penyakit diabetes yang tidak terkontrol juga dapat
menyebabkan komplikasi serius lainnya yaitu hiperglikemia non
ketosis dan sindrom hiperglikemia. Komplikasi akut diabetes
adalah kondisi medis serius yang memerlukan perawatan dan
pemantauan oleh dokter di rumah sakit (Mutia et al, 2021).
b. Komplikasi diabetes melitus kronis
Sering kali komplikasi jangka panjang secara bertahap terjadi saat
diabetes tidak terkontrol dengan baik. Tinggi kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan menyebabkan kerusakan
21
6) Pola sehari-hari
a) Persepsi, persepsi pasien ini biasanya akan mengarah pada
pemikiran negative terhadap dirinya yang cenderung tidak
patuh berobat dan perawatan.
b) Nutrisi, akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya
kurang insulin maka kadar gula darah tidak bisa
dipertahankan sehingga menyebabkan keluhan sering BAK,
banyak makan, banyak minum, BB menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang mempengaruhi
status kesehatan.
c) Eliminasi, adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya
diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing
(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d) Tidur/istirahat, Istirahat kurang efektif adanya poliuri, nyeri
pada kaki diabetik, sehingga klien mengalami kesulitan
tidur.
e) Aktivitas dan latihan kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan
kelemahan otot-otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
f) Kognitif persepsi, pasien dengan gangren cenderung
mengalami neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak
peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g) Persepsi dan konsep diri, adanya perubahan fungsi dan
struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
28
g) Integument
Kulit biasanya kulit kering atau bersisik, tampak warna
kehitaman disekitar luka karena adanya gangren, daerah yang
sering terpapar yaitu ekstremitas bagian bawah. Turgor
menurun karena adanya dehidrasi, kuku sianosis, kuku
biasanya berwarna pucat, rambut sering terjadi kerontokan
karena nutrisi yang kurang.
h) Genetalia
adanya perubahan pada proses berkemih, atau poliuria, nokturia,
rasanyeri seperti terbakar pada bagian organ genetalia, kesulitan
berkemih (infeksi).
2 Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017) :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
b. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas(D. 0129)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D. 0142)
d. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemia (D.0027)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI)
. Keperawatan hasil (SLKI)
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berhubungan dengan (L. 08066) (I. 08238)
agen pencedera Setelah dilakukan Observasi
fisiologis (D.0077) asuhan keperawatan Identifikasi skala nyeri
diharapkan pengalaman Identifikasi respons nyeri non
sensorik atau emosional verbal
aktual atau fungsional, Identifikasi lokasi, identifikasi,
dengan onset mendadak durasi, frekuensi kualitas, intensitas
atau lambat dan nyeri
berintensitas ringan Monitor efek samping penggunaan
hingga berat dan analgetik
konsen menurun atau Terapeutik
membaik dengan Berikan non farmakologis untuk
kriteria hasil : mengurangi rasa nyeri (Mis.TENS,
31
Ketegangan otot
menurun Edukasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
4. Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Manajemen hiperglikemia
glukosa darah glukosa darah (I. 03115)
berhubungan dengan (L. 03022) Obesrvasi
hiperglikemia Setelah dilakukan Identifikais kemungkinan penyebab
(D. 0027) asuhan keperawatan hiperglikemia
diharapkan Kestabilan Identifikasi status yang
kadar glukosa darah menyebabkan kebutuhan insulin
membaik dengan meningka (mis. penyakit
kriteria hasil: kambuhan)
Kesadaran cukup Monitor kadaar glukosa darah,jika
meningkat perlu
Mengantuk sedang Monitor tanda dan gejala
Pusing cukup hiperglikemia
menurun (mis.poliuria,polidipsia,polifagia,ke
Lelah/lesu cukup lemahan)
menurun Monitor intake dan output cairan
Rasa haus sedang Monitor keton urin,kadar analisa
Kadar glukosa gas darah,eletrolit,tekanan darah
dalam darah cukup ortostatik dan frekuensi nadi
membaik Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dl
Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
Ajarkan kepatuhan terhadap diet
34
dan olahraga
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
Kolaborasi pemberian cairan
IV,jika perlu
Kolaborasi pemberian kalium, jika
perlu
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan (Haryanto, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
V. Konsep Anemia
1 Definisi
4. Manifestasi klinis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala yang
berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan
anemia, Perdarahan masif Depresi sumsum tulang kongenital atau akibat
obat - obatan Defisiensi besi, B12, asam folat Eritrosit prematur
Pembentukan sel hemopoetik terhenti atau berkurang Kekurangan bahan
baku pembuat sel darah merah Umur eritrosit pendek akibat
penghancuran sel darah merah Kehilangan banyak darah Transfusi darah
Resti infeksi Ansietas Hb menurun (< 10 g/dL ), trombosit/
trombositopenia, pansitopenia Gastrointestinal kardiovaskuler
Pengurangan aliran darah dan kompenen nya ke organ tubuh yang kurang
vital (anggota gerak), penambahan aliran darah ke otak dan jantung
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan absorbsi nutrient yang
diperukan untuk pembentukan sel darah merah Pengiriman oksigen dan
nutrien sel berkurang Intoleransi aktivitas Pengiriman oksigen dan
nutrient ke sel berkurang Penurunan BB, kelemahan Perubahan perfusi
jaringan Takikardi, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstremitas
dingin, palpitasi 8 kronisital anemia, kebutuhan metabolik pasien,
gangguan fisik (misalnya penyakit jantung atau paru), serta gambaran
umum dari kondisi yang menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah
gejalan nya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan
38
8. Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Mengalami kejang
c. Daya konsentrasi mengalami penurunan
d. Perkembangan otot memburuk (jangka lama) (Lingga, 2019)
2) Kepala
a) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering
sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat
c) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
d) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien
bernafas pendek.
e) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi
gusi, perdarahan gusi dan nafas berbau.
f) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi
g) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar getah bening.
4) Dada/Thorak
a) Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul
(cepat/dalam)
b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : biasanya sonor
d) Auskultasi : biasanya vesikuler
5) Jantung
a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
44
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria,
distensi abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin
menjadi kuning pekat.
8) Ekstremitas
Biasanya didapatkan nyeri panggul, edema pada ekstremitas,
kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki
dan keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik,
adanya area ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan
memori, penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral, seperti
perubahan proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati
kejang, dan adanya neuropati perifer.
Diagnosa
No SLKI SIKI
keperawatan
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan ASKEP Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif berhubungan selama 3 kali kunjungan Observasi
dengan penurunan keluarga diharapkan perfusi Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi perifer meningkat (L.02011) Identifikasi factor risiko
Hemoglobin dengan kriteria hasil : gangguan sirkulasi
(D.0009) Keseimbangan Cairan Monitor panas, kemerahan,
Warna kulit pucat nyeri atau bengkak pada
menurun ekstremitas
Kelemaran otot menurun Terapeutik
Edema perifer menurun Hindari pemasangan atau
Pengisian kapiler pengambilan darah diarea
menurun keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan hidrasi
Edukasi
46
Anjurkanberhenti merokok
Anjurkan hidrasi
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan ASKEP Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan selama 3 kali kunjungan Observasi
dengan faktor keluarga diharapkan status Identifikasi status nutrisi
psikologis (D.0019) nutrisi membaik (L.03030) Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukai
Status nutrisi Monitor asupan makanan
Porsi makanan yang Monitor berat badan
dihabiskan meningkat Terapeutik
Verbalisasi keinginan Berikan makanan tinggi
untuk meningkatkan serat untuk mencegah
nutrisi membaik konstipasi
Nyeri abdomen menurun Berikan makanan tinggi
Berat badan membaik kalori dan tinggi protein
Indeks masa tubuh IMT Edukasi
membaik Anjurkan posisi duduk jika
Frekuensi makan mampu
membaik Kolaborasi
Nafsu makan membaik Kolaborasi pemberian
Membrane mukosa medikasi sebelum makan
membaik Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
Edukasi :
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
5. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan ASKEP Manajemen energi (I.005178)
berhubungan selama 3 kali intoleransi Observasi
dengan kelemahan aktivitas meningkat Identifikasi gangguan
(D.0056) (L.05047) dengan kriteria fungsi tubuh yang
hasil : mengakibatkan
Kemudahan kelelahan
beraktivitas sehahi Monitor pola jam tidur
meningkat Monitor kelelahan fisik
Kekuatan tubuh dan emosional
bagian atas dan Terapeutik
bawah meningkat Sediakan lingkungan
Keluhan lelah yang nyaman
menurun Lakukan rentang gerak
aktif dan pasif\berikan
aktivitas distraksi yang
49
menenangkan
Fasilitas duduk disisi
tempat tidur
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk meningkatkan
asupan makanan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Mulyanti, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan
posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat
tidur sementara lutut harus dijaga tetap lurus. Kaji penyebab
perdarahan, luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap
perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca
flebitis.
1) Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus operasi
rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya
spasme spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk
membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
2) Infeksi luka operasi
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya
kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat
perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting
dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan
juga perawatan luka dengan prinsip steril.
3) Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana
kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan
kematian karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
4) Embolisme pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa
di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat
arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan
sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca
56
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien pre
operasi dalam (SDKI, 2017) yaitu:
1) Ansietas
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab:
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
58
f) Penyakit neurologis
g) Tahap tumbuh kembang
2) Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman sensorik atau eosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Penyebab:
a) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia
iritaan)
c) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
atihan fisik berlebihan) Gejala dan tanda mayor:
c) Infeksi
d) Sindroma koroner akut
e) Glaukoma
c. Rencana keperawatan
Rencana intervensi difokuskan pada kelancaran persiapan
pembedahan, dukungan prabedah dan pemenuhan informasi.
Persiapan pembedahan dilakukan secara umum seperti
pembedahan lainnya dengan pengunaan anastesi general. Pasien
perlu dipuasakan 6 jam sebelum pembedahan dan mencukur
area pubis . kelengkapan informed consent perlu diperhatikan
perawat. (Muttaqin, 2019).
Menurut (SIKI, 2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan 2 diagnosa diatas adalah :
1) Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080)
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 jam,
tingkat ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil:
a) Verbalisasi kebingungan menurun
b) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun
c) Perilaku gelisah menurun
d) Perilaku tegang menurun
Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal :
kondisi, waktu, stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik :
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
61
Kolaborasi :
memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( misal : TENS, hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback ,terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin).
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( misal :
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intra operasi
a. Definisi
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup:
1) Ruang sementara (Holding area)
Perawat dapat menjelaskan tahap-tahap yang akan
dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani
pembedahan. Perawat diruang tahanan sementara biasanya
63
a) Terpapar patogen
b) Terpapar zat kimia toksis
c) Terpapar agen nosokomial
d) Ketidakamanan transportasi
Internal
varises)
c) Gangguan fungsi hati (mis. sirosis hepatis)
d) Komplikasi kehamilan (mis. Ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar)
e) Komplikasi pasca partum (mis. atoni uterus, retensi
plasenta)
f) Gangguan koagulasi (mis. trombositopenia)
g) Efek agen farmakologis
h) Tindakan pembedahan
i) Trauma
j) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan
perdarahan
k) Proses keganasan
Kondisi klinis terkait:
a) Anuerisma
b) Koagulopati intravaskular diseminata
c) Sirosis hepatis
d) Ulkus lambung
e) Varises
f) Trombositopenia
g) Ketuban pecah sebelum waktunya
h) Plasenta previa/abrupsio
i) Atonia uterus
j) Retensi plasenta
k) Tindakan pembedahan
l) Kanker
m) Trauma
d. Rencana keperawatan
Menurut (SIKI, 2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah :
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan
pembedahan (D.0012) Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2-3 jam,
tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil:
a) Perdarahan pasca operasi menurun
68
b) Hemoglobin membaik
c) Tekanan darah dan denyut nadi membaik
Intervensi
Observasi :
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
sesudah kehilangan darah
c) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
d) Monitor koagulasi
Teraupetik :
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif, jika perlu
c) Gunakan kasur pencegah dekubitus
d) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
d) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
e) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
f) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
b) Kolaborasi pemberian produk darah , jika perlu
c) Kolaborasi pemberian pelunak tinja , jika perlu
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan status
kesehatan, seperti normalnya tanda vital, kardiovaskular,
pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
3. Post operatif
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari
keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan
69
Teraupetik :
(1) Sediakan lingkungan yang hangat (misal: atur suhu
ruangan)
(2) Lakukan penghangatan pasif (misal: Selimut,
menutup kepala, pakaian tebal)
(3) Lakukan penghatan aktif eksternal (misal: kompres
hangat, botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
(4) Lakukan penghangatan aktif internal (misal : infus
cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Mulyanti, 2017).
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di
tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan
yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik
di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Efendi &
Makhfudli, 2018).
5) Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan
76
Agistia, N., Muchtar, H., & Nafis, H. (2017). Efektifitas Antibiotik Pada Pasien
Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal sains farmasi & klinis , 43-47.
Agustin, R. (2013). Efek Hiperglikemi Post Pandial Terhadap Kemampuan
Memori Jangka Pendek Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe2 di Puskesmas
Cipandoh Tangerang . Depok : Program Studi Magister Keperawatan
khusus Keprawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia
Ainun, I. N. (2019). DASAR – DASAR PENENTUAN DIAGNOSA DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN.
American Diabetes Association. (2016). Definition of Diabetes Melllitus.
www.diabetes.org. diakses tanggal 8 November 2022.
Amirudin Ali, M., Sugiyanto, Z., & Fakultas Kesehatan Univeritas Dian
Nuswantoro, A. (2012). HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD
GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011. In JURNAL
VISIKES (Vol. 11, Issue 2).
Anemia | Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara
Mencegah. (n.d.). Retrieved April 10, 2021,
ANEMIA DEFISIENSI BESI | Fitriany | AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh. (n.d.). Retrieved March 28, 2021,
Arif Muttaqin. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N.,
Maret, U. S., Putra, S. E., & Maret, U. S. (2020). Buku saku diabetes
melitus untuk awam. November. diakses tanggal 8 November 2022.
Fitriani Nasution. (2021). .Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmu
Kesehatan Vol. 9 No.2, Mei 2021 diakses tanggal 8 November 2022.
78
HIPKABI. (2018). Buku Keterampilan Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.
Jakarta: Hipkabi Press.
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium. In Atlas de la
Diabetes de la FID diakses tanggal 8 November 2022.
Istianah (2019). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 di Kota Depok Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Indonesia (The
Indonesian Journal of Health), Vol. X, No. 2, Maret 2020 diakses tanggal
8 November 2022.
79
80
Mutia, A., & Lubis, R. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Komplikasi Sirkulasi Perifer Pasien DM Tipe 2 di Rs Haji Medan Tahun
2020
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30410/161000092.p
df diakses tanggal 8 November 2022.
Setyawati, A. D., Ngo, T. H. L., Padila, P., & Andri, J. (2020). Obesity and
Heredity for Diabetes Mellitus among Elderly. JOSING: Journal of
Nursing and Health, 1(1), 26–31.
https://doi.org/https://doi.org/https://doi.org/10.31539/josing.v1i1.1149
diakses tanggal 8 November 2022.
Smeltzer dan Bare. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Usman, J., Rahman, D., Rosdiana, R., & Sulaiman, N. (2020). Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Mellitus pada Pasien di RSUD
Haji Makassar. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat, 2(1), 16–22.
759-Article Text-2387-1-10-20200806.pdf diakses tanggal 8 November
2022.
Utomo Alya Azzahra et al. (2020). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2:
Systematic Review. Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Website https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AN-NUR Vol. 01
Nomor 01 Agustus 2020 Hal. 44 – 52 diakses tanggal 8 November 2022.
IDENTITAS
PENGKAJIAN
3. Riwayat penyakit saat ini : Klien mengatakan sakit pada kaki sebelah
kiri bengkak dan nyeri seperti di tusuk
tusuk, nyeri semakin memberat bila kaki di
gerakkan, klien merasakan nyeri yang di
rasakan ± 10 menit nyeri hilang timbul
dengan skala nyeri 7 TD: 140/80 mmHg,
Hr: 66x/i, rr: 20x/I, T: 36,2 °C, Satursi:
99%
82
83
PENGKAJIAN FISIK
1 Keadaan umum
a. Sakit/nyeri : Klien mengatakan sakit pada kaki sebelah kiri bengkak
dan nyeri seperti di tusuk tusuk, nyeri semakin memberat bila kaki di
gerakkan, pasien merasakan nyeri yang di rasakan ± 10 menit nyeri
hilang timbul dengan skala nyeri 7 (sedang), klien tampak meringis.
b. Status gizi :
Klien memiliki BB : 65 kg, TB : 170 cm
IMT = 65 = 65 = 22,4
(1,70)2 2,89
Dari hasil perhitungan IMT : klien tergolong berat badan ideal/normal.
Nilai normal IMT 18,5-24,9
c. Sikap pasien tampak gelisah
d. Personal hygiene: Selama di rawat di RS Klien mandi 1 kali/hari.di
bantu oleh keluarga Kuku dan rambut klien tampak bersih dan tidak
ada ketombe.
Masalah keperawatan : Nyeri Akut D.0077
84
2 Data sistemik
a. Sistem persepsi sensorik
Pendengaran : Klien dapat mendengar pembicaraan
atau bunyi apapun. Klien tidak
menggunakan alat bantu untuk
mendengar
c. Sistem pernapasan
Frekuensi
: 20 kali/menit
Kualitas : Napas klien tampak teratur, tidak
terpasang oksigen
Batuk : Klien tidak Ada batuk
Suara napas : Suara napas terdengar bersih
Bunyi napas : Bunyi nafas klien vesikuler
Sumbatan jalan napas : Tidak ada sputum, lender atau darah
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
d. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Denyut nadi : 66 kali/menit
Irama : Irama jantung klien teratur
Bunyi jantung : Bunyi jantung terdengara (lup-dup)
Kekuatan : Terdengar kuat
Pengisian kapiler : Saat diperiksa kapiler jari tengah ≥ 3
detik
Edema : Tidak ada pembengkakan
Masalah keperawatan : Perfusi jaringan perifer tidak efektif
(D.0009)
e. Sistem persarafan
I) Sistem saraf pusat
Kesadaran : GCS = E :4 M: 6 V :5, Composmentis
Bicara : Klien dapat berbicara dengan normal
Koordinasi : Klien dapat berkoordinasi untuk tes
hidung-jari- hidung, digunakan tangan
kiri
Kekuatan otot :5 5
5 5
Gaya berjalan dan : Klien dapat berjalan namun harus
keseimbangan
dibantu oleh keluarga dan juga sulit
86
Pupil
- Bentuk : Tampak bulat (kanan dan kiri)
- Isokor/anisokor : Isokor (kanan dan kiri)
- Miosis/midriasis : Tidak ada Miosis/midriasis
- Reflek cahaya : Reflek cahaya mata klien baik (kanan
dan kiri) secara langsung
Masalah Keperawatan
: Tidak ada Masalah Keperawatan
f. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan :Nafsu makan klien normal dan tampak
menghabiskan makanannya
Diet : MB DM Tinggi protein
Porsi makan : Klien tampak menghabiskan
makanannya
Keluhan : Tidak ada keluhan
Bibir : Bibir klien tampak lembab
Mulut dan tenggorokan : Mulut dan tenggorokan tampak bersih
Kemampuan mengunyah : klien dapat mengunyah makanan dengan
baik
Kemampuan menelan : Kemampuan menelan klien baik
Perut : Perut klien tidak kembung
Colon dan rectum : Klien BAB ± 1 hari sekali
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
k) Sistem muskuloskletal
Rentang gerak : Rentang gerak klien sedikit terbatas
karena klien takut menggerakkan kaki
kiri yang sakit
Keseimbangan dan cara : Klien mengatakan masih goyang dan
berjalan
dibantu keluarga saat ke kamar kecil
Kemampuan : Klien dibantu anaknya untuk memenuhi
m e m e h u n i aktivitas kebutuhannya selama di rawat
sehari-hari
Genggaman tangan : Klien mampu menggenggam tangan
perawat
Otot kaku : Otot klien tampak baik
90
Masalah Keperawatan
: Intoleransi aktifitas (D.0056)
l) Sistem integumen
Warna kulit : Tampak putih dan tampak normal
Turgor : Turgor kulit tampak elastis
Luka : Terdapat luka pada telapak kaki kiri
dengan ukuran luka 10x 6cm, luka grade 2
Memar : Terdapat memar pada telapak kaki kiri
Kemerahan : Terdapat kemerahan disekitar luka
Terdapat Pus ± 3 cc
Masalah Keperawatan : Resiko Infeksi
m) Sistem reproduksi
Skrotum : Tidak terdapat pembengkakan
Testis : Tidak terdapat pembengkakan
Prostat : tekan
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
n) Sistem perkemihan
Urine : Klien BAK di atas tempat tidur
menggunakan pispot
Warna : Kuning jernih
Nyeri : Tidak terdapat nyeri saat kencing
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
3 Data penunjang
Laboratorium (tanggal pemeriksaan 08-11-2022)
0
- MCV 91 Fl 82-92
- MCH 30 Pg 23-31
- MCHC 33 % 32-36
HEMOSTASIS
- CT ( WAKTU 7 Menit 5-7
PEMBEKUAN )
- BT ( WAKTU 3 Menit 1-3
PERDARAHAN )
KIMIA DARAH
- GINJAL/UREUM 75 Mg/dl 20-40
- GINJAL/KREATININ 2,3 Mg/dl 0,5-1,2
DIABETES/GLUKOSA 211 Mg/dl < 180
SEWAKTU
IMUNOLOGI + SEROLOGI 128 Mmol/I 135-148
- HBSAG Negatif Negatif (-)
PSIKOLOGIS
93
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Klien merasa ini sebuah
musibah jadi tidak perlu yang harus disedihkan dan juga klien sudah pernah
mengalaminya.
Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien mengatakan cara mengatasinya dengan
banyak berdoa.
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan : Klien ingin segera pulang dan
membersihkan halaman yang ada dirumah terutama tempat yang memungkinkan
bisa menggenangkan air.
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan : Klien mengatakan akan berusaha untuk
sembuh
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada : Klien mengatakan
mengetahui penyakit yang di deritanya.
SOSIAL
Aktifitas atau peran klien di masyarakat adalah : klien kurang bersosialisasi
dengan masyarakat
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : Klien mengatakan tidak menyukai
kebisingan.
Cara mengatasinya : Klien mengatakan menjauh dari kebisingan
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya : Klien mengatakan
aktivitas sosial lingkungannya bersifat baik/positif.
BUDAYA
Budaya yang diikuti adalah budaya : Klien mengatakan dirinya keturunan orang
bangka, tetapi selama tinggal di bangka mengikuti budaya kong hu cu.
Keberatan mengikuti budaya tersebut : Klien mengatakan tidak keberatan sama
sekali
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
SPIRITUAL
Aktifitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah kegiatan keagamaan.
Kegiatannya keagamaan yang biasanya dilakukan adalah kegiatan keagamaan.
Aktifitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah klien megatakan
tidak ada.
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami :
94
Klien mengatakan ini sebuah musibah, yang penting sudah berusaha berobat yang
lainnya serahkan pada tuhan.
ANALISA DATA
PRE OPERATIF
-
96
-
Resiko Infeksi
Mudah lelah
Kemampuan bekerja
menurun
Intoleramnsi aktifitas
Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakstabilan glukosa darah
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
4. Resiko infeksi
5. Intoleransi aktifitas
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kadar hemoglobin
97
Prioritas masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
NURSING PLANING
PRE OPERATIF
tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian analgetik,
jikaperlu
Setelah dilakukan Perawatan
2 Perfusi perifer
tidak efektif tindakan keperawatan Sirkulasi (I.02079)
berhubungan
3x24jam diharapkan Observasi
dengan penurunan
kadar hemoglobin perfusi perifer Periksa
ditandai dengan
meningkat(L.02011) sirkulasi
CRT = 3 Dengan kriteria hasil: perifer
detik(D.0009) Warna kulit pucat
HB 9,8gr% Identifikasi factor
menurun
- Akral dingin Risiko gangguan
-kunjungtiva anemis Kelemahan otot sirkulasi
- telapak tangan pucat menurun
Monitor panas,
Edema perifer kemerahan, nyeri atau
menurun bengkak pada
Pengisian kapiler ekstremitas
meningkat Teraupetik
Hindari pemasangan
atau pengambilan
100
101
Darah diarea
keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Lakukan pencegahan
infeksi
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan hidrasi
Ketidakstabilan
3 Ketidakstabilan ManajemenHiper
glukosa darah kadar glukosa darah
glikemia
berhubungan
(L.03022)
dengan gangguan (I.03115)
toleransi glukosa Setelah dilakukan
darah ditandai tindakan keperawatan Obesrvasi
dengan
3 x 24 jam diharapkan Identifikais
kadarglukosa
dalam darah Kestabilan kadar Kemungkina
tinggi (211 mg/dl
glukosa darah npenyebab
(D.0027)
membaik dengan hiperglikemi
- Pasien
lemas kriteria hasil: a
- Akral Kesadaran cukup Idenitfikasi
dingin meningkat status yang
- Riwayat Mengantuk sedang menyebabkan
keluarga
Pusing cukup kebutuhan
menurun insulin
Lelah atau lesu meningkat
cukup menurun missal
Rasa haus sedang penyakit
Kadar glukosa kambuhan
dalam darah Monitor kadar
cukup membaik glukosa darah,
jika perlu
Monitor dan gejala
102
hierglikemia (mis
poliuria
polidipsia,polifagia,k
elemahan)
Monitor intake dan
output cairan
Monitor urin,
kadaran analisa gas
darah,eletrolit,
tekanan darah
ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik
Berikan asupan
cairan oral
Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Fasilitasi ambulasi
jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi
Anjurkan
menghindari olahrag
asaat kadar glukosa
darah lebih dari
250mg/dl
Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
Ajarkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi
103
Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
Kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
Kolaborasi
pemberian
kalium, jika
perlu
Edukasi
Anjarkan cara
mencuci tangan
104
Denga benar
Anjurkan etika batuk
Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
Anjurkan meningkat
kan asupan nutrisi
Anjukan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jikaperlu
menenangkan
Fasilitas duduk
disisi tempat
tidur
Edukasi
Anjurkan tirah
baring
Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan
asupan makanan