DISUSUN OLEH:
KELAS B
Silvia Irawati (1809511001) Nur Baiti (1809511052)
Agatha Arai Jubilia (1809511035) Nabilah Rizky Amalia (1809511055)
Grace Caroline (1809511037) Maharani Lisna W (1809511056)
Yeni Ratna Sari (1809511042) Hagai Deosiddhanta W (1809511057)
I Gede Galyes P (1809511043) Dwi Fortuna H (1809511059)
Varhan Dwiyan I (1809511044) Ni Luh Mentari S N (1809511060)
Nyoman Ayu Mikayanti (1809511045) Meiliani Herna S (1809511061)
Jessy Filomena F B (1809511046) Matilda Krisnawati (1809511063)
Bravanasta Glory R U (1809511047) Ahmad Rohmadhon H (1809511064)
Komang Ayu Triana S (1809511049) Reynara Wildan P (1809511111)
Ferdy Olga Saputra (1809511050) Lona Milena (1809511118)
M. Farhan Al Ma'arif (1809511051)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Radiografi ...............................................................................3
2.2 Sejarah Radiografi ................................................................................4
2.3 Komponen Penyusun Alat Rontgen (X-Ray) .........................................5
2.4 Penggunaan atau Pemanfaatan Rontgen Pada Kucing di Indonesia .........9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Rontgen Bagian Kepala dan Leher ........................................................13
3.2 Rontgen Bagian Thoraks.......................................................................16
3.3 Rontgen Bagian Abdomen ....................................................................18
3.4 Rontgen Bagian Sistem Respirasi ..........................................................20
3.5 Rontgen Bagian Sistem Kardiovaskuler.................................................24
3.6 Rontgen Bagian Traktus Gastrointestinal ...............................................27
3.7 Rontgen Bagian Traktus Urinarius ........................................................30
3.8 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis Rontgen pada Kucing ......33
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................35
4.2 Saran ...................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................36
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat rontgen (radiografi) untuk hewan............................................5
Gambar 2. Light barrier dari mesin X-ray .......................................................5
Gambar 3. Motor/penggerak conveyor ............................................................6
Gambar 4. Motherboard .................................................................................6
Gambar 5. Control System .............................................................................7
Gambar 6. X-Ray Control Board ....................................................................7
Gambar 7. X-Ray Generating .........................................................................7
Gambar 8. Diode Array Board ........................................................................8
Gambar 9. Layar monitor ...............................................................................8
Gambar 10. Control panel...............................................................................8
Gambar 11. Struktur Skeletal Kucing..............................................................11
Gambar 12. Posisi dan Radiografi Lateral View Tengkorak Kucing .................15
Gambar 13. Posisi dan Radiografi Dorso-ventral Tengkorak Kucing ...............16
Gambar 14. Lateral view Thoraks kucing ........................................................17
Gambar 15. Radiografi Dorso-ventral view thoraks kucing ..............................18
Gambar 16. Right lateral view for abdomen radiograph of the cat ...................20
Gambar 17. Left lateral view for abdomen radiograph of cat ...........................20
Gambar 18. Ventrodorsal view of abdominal radiograph of DSH cat ...............20
Gambar 19. Pengamatan radiografi sisi lateral kepala kucing
memperlihatkan cavum nasalis ....................................................21
Gambar 20. Pengamatan radiografi sisi lateral laring dan trakea.......................22
Gambar 21. Pengamatan radiografi sisi lateral trakea pada leher ......................22
Gambar 22. Pengamatan radiografi aspek dorsoventral bronkus .......................23
Gambar 23. Pengamatan radiografi sisi lateral parenkim paru ..........................23
Gambar 24. Pengamatan radiografi lateral kiri, kanan, dan ventrodorsal...........24
Gambar 25. Pengamatan radiografi jantung kucing aspek lateral dan
ventrodorsal ................................................................................25
Gambar 26. Pengamatan radiografi toraks aspek lateral ...................................26
Gambar 27. Pengamatan radiografi thoraks melalui aspek ventrodorsal............26
Gambar 28. Pengamatan radiografi sisi caudal esofagus kucing .......................28
Gambar 29. Pengamatan radiografi Ventodorsal esofagus kucing.....................29
iv
Gambar 30. Pengamatan radiografi dorsoventral .............................................29
Gambar 31. Pengamatan radiografi sisi lateran kucing .....................................30
Gambar 32. Pengamatan radiografi lateral dan ventrodorsal.............................31
Gambar 33. Pengamatan radiografi ureter menggunakan intravenous
urography (IVU). ........................................................................32
Gambar 34. Pengamatan radiografi vesika urinaria ..........................................33
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan Rontgen di Indonesia dimulai oleh Dr. Max Herman
Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai
dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang dari tahun
ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran hewan
sebagai sarana penunjang diagnosa. M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana dari
Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa
Radiografi merupa kan sarana penunjang diagnostik yang sudah berkembang
pesat baik didunia kedokteran manusia maupun dalam dunia kedokteran
hewan yang bertujuan untuk kesejahteraan.
Pada beberapa kondisi, dalam penanganan hewan kucing maupun anjing,
diperlukan adanya penggunaan rontgen demi akurasi diagnosa dan
pemeriksaan lanjutan oleh para dokter hewan. Kelainanan dapat teridentifikasi
melalui hasil rentgen pada hewan. Radiografi sendiri merupakan rekaman
gambar dalam sebuah film khusus yang terdiri dari bentuk struktur bayangan
dan objek yang terbentuk oleh pancaran sinar-x, penggunaan radiografi selalu
digunakan untuk menindak lanjut sebuah proses penyakit dan memonitor
efektifitas terapi yang dilakuakan pada hewan. Sangat diperhatikan
keselamatan pasien (hewan), maka itu dilakukan langkah untuk meminimalisir
dosis paparan. Tidak lupa keselamatan operator (dokter hewan) terhadap
paparan radiasi dilakukan dengan melakukan radiografi dalam jarak sejauh
mungkin dari sumber sinar-x, menggunakan sarana proteksi radiasi.
Keselamatan lingkungan terhadap bahaya radiasi dilakukan dengan
merencanakan desain ruang radiografi yang aman baik bagi pasien, operator
dan lingkungan. Segala langkah dalam pemeriksaan radiografi sangat
diperhatikan demi tercapainya tujuan kesembuhan pasien dan proteksi
terhadap operator maupun lingkungan sekitar.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil dari tulisan ini adalah:
1. Apa definisi radiografi?
2. Bagaiaman sejarah terciptanya radiografi?
3. Apa saja komponen alat penyusun radiografi?
4. Bagaimana penggunaan atau pemanfaatan rontgen pada kucing di
Indonesia?
5. Bagaimana teknik radiografi (rontgen) pada kucing?
6. Bagaimana langkah-langkah radiografi pada kucing?
7. Apa kelebihan dan kekurangan teknik diagnosis rontgen pada kucing?
8. Bagaimana interpretasi atau hasil pembacaan gambar foto rontgen?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah:
1. Mengetahui definisi radiografi.
2. Mengetahui sejarah terciptanya radiografi.
3. Mengetahui komponen alat penyusun radiografi.
4. Mengetahui penggunaan atau pemanfaatan rontgen pada kucing di
Indonesia.
5. Mengetahui teknik radiografi (rontgen) pada kucing.
6. Mengetahui langkah-langkah radiografi pada kucing.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik diagnosis rontgen pada
kucing.
8. Mengetahui interpretasi atau hasil pembacaan gambar foto rontgen.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari paper ini ialah agar pembaca lebih memahami mengenai
penggunaan rontgen pada kucing. Selain itu, penulis juga dapat memahami
kegunaan dari rontgen pada kucing agar dapat kami gunakan kedepannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Radiografi
Radiografi merupakan sarana penunjang diagnostik yang telah
berkembang pesat dalam dunia fisika medis yang bertujuan untuk
kesejahteraan dengan cara menggunakan sinar pengion seperti sinar X dan
sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji dalam film. Sinar
X adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
berkisar 10 nm-100 pm. Sinar X tidak dipengaruhi oleh medan magnet,
bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan
listriknya tinggi, dan dapat menghitamkan kertas potret. Manfaatnya dalam
dunia medis antara lain: sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta
untuk memberikan pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti
metastatik pulmonary neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura.
Aplikasi sinar X harus hati-hati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan
kelainan biologi seperti kerusakan sel-sel hidup, penghitaman kulit,
kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan nekrosa yang kemudian
berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001).
Beberapa kelengkapan yang harus dipenuhi dalam radiografi adalah mesin
sinar X, film, kaset film, alat pelindung anggota badan, marker sebagai alat
bantu pada saat pengkodean posisi tubuh, illuminator sebagai alat bantu dalam
membaca hasil, alat pengering film, hanger/frame sebagai penjepit film dalam
proses pencucian, dan pengeringan film. Dalam melakukan radiografi
sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, salah
satunya yaitu menggunakan alat pelindung anggota badan. Alat pelindung
anggota badan yang dimaksud adalah apron yang terbuat dari timbal (Pb) yang
mampu menghambat paparan sinar X ke tubuh, eyeprotektor berfungsi sebagai
pelindung mata, apron kelenjar tiroid berfungsi untuk melindungi kelenjar
tiroid dari paparan sinar X yang mengindikasikan terjadinya tumor tiroid, serta
glove berfungsi untuk melindungi tangan dari paparan sinar X. Adapun faktor-
faktor pembentuk dalam radiografi antara lain: densitas, opasitas, dan kontras
3
radiografi. Ada beberapa tahap persiapan dalam pengambilan gambar
radiografi diantaranya:
1. Rambut hewan harus bersih dan kering.
2. Handling hewan.
3. Menggunakan alat pelindung tubuh.
4. Tanda identifikasi dari setiap radiografi.
5. Teknik pengukuran sebelum pemotretan (jarak pasien dengan mesin,
kontrol panel pada mesin, jarak mesin terhadap kaset film, ketebalan
objek, serta penggunaan bahan kontras).
6. Menentukan standar pandang pemotretan
2.2 Sejarah Radiografi
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan
sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar
katoda yang disebutnya sinar baru atau sinar-X. Penemuan Roentgen ini
merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan
hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang
sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan caracara pemeriksaan
konvensional.
Dua pelopor x-ray lainnya adalah William David Coolidge dan Howard
Riley Raper. Kemajuan paling signifikan dalam radiologi datang pada tahun
1913 ketika William D. Coolidge memperkenalkan tabung katoda panas berisi
kawat pijar didalamnya. Pada tahun 1919, William D. Coolidge dan General
Electric memperkenalkan mesin x-ray. Pada tahun 1923, miniatur yang lebih
kecil dari versi yang pertama dimunculkan, dan dalam 30 tahun terakhir
kemajuan besar telah dibuat dalam membatasi ukuran sinar x-ray.
Radiografi kemudian berkembang hingga tahun 1966, yang ditandai
dengan munculnya sinar-X untuk intraoral dengan long beam yang digunakan
sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi
digital yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam
computed tomography yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi
dalam bentuk dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar
komputer (Bansal,2006).Di Indonesia sarana radiograf i modern ini mulai
4
banyak digunakan. Walaupun demikian pemeriksaan radiografi yang
menggunakan peralatan yang konvensional masih merupakan andalan bagi
sebagian besar praktisi kedokteran di Indonesia.
2.3 Komponen Penyusun Alat Rontgen (X-Ray)
Pada beberapa kasus, dalam proses pengobatan hewandituntut adanya
penggunaan X-Ray demi akurasi diagnosa oleh para dokter menjadi lebih
akurat. Adapun beberapa komponenrontgen (X-Ray) beserta cara kerja
masing-masing komponen, adalah sebagai berikut:
5
3. Motor Control Board
Fungsi motor kontrol board ialah mengontrol jalannya sistem
konveyor yang mengangkut obyek.
4. Motor
Motor berfungsi sebagai penggerak untuk menjalankan conveyor.
Gambar 4. Motherboard
7. Catu Daya DC
Catu daya menyiapkan tegangan DC untuk kumpulan linear
detektor, unit digital image processing, motor control board, keyboard,
light barriers dan indikator.
8. Control System
Control system adalah pusat pengendalian yang lengkap dengan
banyak fungsi-fungsi sistem kendali. Control board menerima sinyal
6
dari light barrier, menerima perintah dari keypad, dan mengirimkan
perintah kepada tampilan/monitor, konveyor dan pengontrol sinar X.
7
12. Diode Array Board
Fungsi diode array boards adalah untuk merubah sinar X menjadi
output tegangan.
8
Setiap masing-masing komponen tersebut amatlah penting bagi mesin x-
ray, terhitung banyaknya bagian yang harus dijaga agar mesin x-ray dapat
beroperasi dengan baik dan benar.
2.4 Penggunaan atau Pemanfaatan Rontgen Pada Kucing di Indonesia
Radiografi adalah rekaman gambar dalam sebuah film khusus yang terdiri
dari bentuk struktur bayangan dan objek yang terbentuk oleh pancaran sinar-x,
penggunaan radiografi selalu digunakan untuk menindak lanjut sebuah proses
penyakit dan memonitor efektifitas terapi yang dilakuakan pada hewan
misalnya ortopedik, kardiak pulmonary, atau penyakit onkologik. Radiografi
thoraks satu dari antara banyaknya metoda yang dilakukan untuk pemeriksaan
sistem respirasi dan sistem cardiovaskuler pada hewan.
Pemeriksaan X-ray atau rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis
yang menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau
foto. Sinar X memiliki panjang gelombang antara 10 nanometer sampai 100
pikometer. Prosedur penggunaanX-ray merupakan bagian dari pemeriksaan
penunjang guna keperluan penegakan diagnosa yang lebih akurat. Pembuatan
gambar radiografi harus menggunakan metode yang tepat agar gambar yang
dihasilkan jelas dan bisa difahami untuk dipresentasikan.
Sinar-x ditemukan oleh ahli fisika Jerman yang bernama Wllhelm Conrad
Roentgen pada 8 November 1895, sehingga sinar-x ini juga disebut Sinar
Roentgen. Perkernbangan Roentgen di lndones ia dimulai oleh Dr. Max
Herman Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja
sebagai dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang
dari tahun ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran
hewan sebagai sarana penunjang diagnosa.
M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana dari Bagian Bedah dan Radiologi,
Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa Radiografi merupakan sarana
penunjang diagnostik yang sudah berkembang pesat baik didunia kedokteran
manusia maupun dalam dunia kedokteran hewan yang bertujuan untuk
kesejahteraan. Menurut ilmuwan tersebut, pemanfaatan sinar-x dalam
radiodiagnostik dunia kedokteran hewan sangat menunjang dalam penegakkan
9
diagnosa. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan kontribusi radiasi
yang berasal dari sumber radiasi buatan terhadap pasien.Kontribusi radiasi
buatan akan menimbulkan efek biologis yang secara langsung atau tidak
langsung akan diderita oleh penerima radiasi. Pemanfaatan radiasi yang
semena-mena tanpa memperhatikan bahayanya sangat merugikan pada banyak
pihak yang ikut andil dalam radiogafi.
Sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan
foton sebagai gelombang listrik sekaligus gelombang magnit. Energi sinar-x
relative besar sehingga memiliki daya tembus yang tinggi. Sinar-x tebagi atas
2 (dua) bentuk yaitu sinar-x karakteristik dan sinar-x brehmsstrahlung. Proses
terbentuknya sinar-x diawali dengan adanya pemberian arus pada kumparan
filament pada tabung sinar-x sehingga akan terbentuk awan elektron.
Pemberian beda tegangan selanjutnya akan menggerakkan awan elektron dari
katoda menumbuk target di anoda sehingga terbentuklah sinar-x karakteristik
dan sinar-x brehmsstrahlung. Sinar-x yang dihasilkan keluar dan jika
beinteraksi dengan materi dapat menyebabkan beberapa hal diantaranya
adalah efek foto listrik, efek hamburan Compton dan efek terbentuknya
elektron berpasangan. Ketiga efek ini didasarkan pada tingkat radiasi yang
berinteraksi dengan materi secara berurutan dari paling rendah hingga paling
tinggi. Radiasi ionisasi akan mengakibatkan efek biologi radiasi yang dapat
terjadi secara langsung ataupun secara tidak langsung.
Pemanfaatan sinar-x sebagai sarana diagnostik penunjang penegakkan
diagnosa harus memperhatikan efek biologis negatif dalam radiografi
sehingga pemanfaatan sinar-x menjadi aman baik bagi hewan manusia dan
lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Pemanfaatan radiasi di Indonesia diawasi oleh Badan Pengawas
Tenaga Nuklir (BAPETEN). Oleh karena itu, maka pemanfaatan sinar-x
sebagai radiodiagnostik bidang kesehatan telah diatur oleh pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi
Pengion dan Kearnanan Sumber Radioaktif serta Surat Keputusan Kepala
BAPETEN Nomor 01 IKaBAPETENIV-99 tentang Ketentuan Keselamatan
Kerja dengan Radiasi. Dengan demikian segala sesuatu berkaitan pemanfaatan
10
radiasi untuk radiodiagnostlk harus dilakukan dengan arif dan bijaksana yang
arnan baik bagi hewan, manusia dan lingkungan.
11
diperhatikan agar tidak memberikan efek pada semua pihak. Sebelum itu,
pastikan kita sudah mengetahui anamnesa dari pasien, sehingga dapat
dipastikan bagaian atau regio manakah yang harus dilakukan pengambilan
gambar. Perhatikan pula teknik pengukuran sebelum pemotretan yang meliputi
jarak pasien dan mesin, control panel pada mesin, ketebalan objek, dan
lainnya. Pada penelitian yang dilakukan (Canato et al., 2014), jarak antara X-
ray tube dengan meja tempat hewan dibaringkan paling banyak adalah sekitar
87 cm.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rontgen Bagian Kepala dan Leher
Pemeriksaan radiografi dasar kepala dan leher harus mencakup pandangan
laterolateral dan dorsoventral (DV) dan/atau ventrodorsal (VD). DV biasanya
lebih mudah diposisikan daripada VD, karena penanda wajah dapat dilihat.
Perhatian besar harus diberikan untuk mencapai posisi yang akurat, dan untuk
memfasilitasi ini, anestesi umum biasanya diperlukan. Bagian – bagian yang
dapat diinterpretasikan pada bagian kepala dan leher adalah tengkorak (skull),
rongga tengkorak, maxilla, premaxilla, mandibula, sendi temporomandibular.
rongga hidung, sinus frontalis, telinga, gigi, dan jaringan lunak kepala dan
leher (Graham et al., 2011). Berikut indikasi dilakukannya radiografi pada
bagian kepala dan leher (Hecht, 2020).
a. Tengkorak (skull)
Trauma, lesi massa/pembengkakan, dan kecurigaan malformasi
kongenital (foramen magnum, hidrosefalus).
b. Rongga Hidung
Nasal discharge, lesi massa/pembengkakan, kecurigaan benda
asing atau trauma.
c. Telinga
Evaluasi radiografi dari alat pendengaran, ketika tanda-tanda klinis
otitis dan gejala neurologis seperti memiringkan kepala atau adanya
penyakit vestibular.
d. Sendi temporomandibula
Kesulitan atau rasa sakit saat membuka atau menutup mulut saat
makan dan pengunyahan, trauma, dan asimetri yang terlihat secara
klinis.
e. Gigi
Trauma, pembengkakan/massa, penyakit periodontal dan gigi
lepas, hilang atau supernumerary. Pemeriksaan radiografi adalah
bagian dari pemeriksaan gigi rutin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan menggunakan peralatan radiografi gigi khusus jika tersedia.
13
f. Jaringan lunak
Dugaan obstruksi saluran napas atas dan benda asing merupakan
indikasi utama untuk pemeriksaan radiografi.
g. Kelenjar Ludah
Pembengkakan atau abses di area kelenjar ludah dan luka gigitan di
leher.
h. Jaringan lunak leher
Kesulitan pernapasan, kesulitan menelan, lesi massa leher yang
teraba atau terlihat, dan trauma leher
Ada beberapa posisi penempatan yang dapat digunakan pada rontgen
kucing, yaitu (Hecht, 2020) :
a. Lateral View dengan mulut tertutup atau terbuka.
Radiografi mulut tertutup berguna untuk pe meriksaan hidung, sinus
frontal, dan tengkorak. Menjaga mulut tetap terbuka lebar dengan alat
radiolusen (misalnya wood mouth gag) menghasilkan gerakan ventral
dari prosesus koronoideus mandibula, yang sebaliknya akan
ditumpangkan dengan bagian parietal dan frontal kranium.
b. Ventrodorsal (VD) View dengan mulut tertutup atau terbuka.
Pasien diposisikan dorsal recumbency dan kepala diposisikan tanpa
rotasi sehingga membentuk garis lurus dengan leher. Proyeksi ini
sebagian besar ditujukan untuk pemeriksaan kranium, arkus
zigomatikus dan sendi temporomandibular. Radiografi mulut terbuka
memungkinkan evaluasi saluran hidung dan gigi pada rahang atas.
c. Dorsoventral (DV) View
Kepala dan leher sejajar lurus tanpa rotasi, dengan pasien
diposisikan dalam posisi sternal recumbency. Proyeksi ini
memungkinkan penilaian mandibula, sendi temporomandibular,
lengkung zygomatic, kranium dan daerah telinga tengah. Penempatan
untuk proyeksi DV kepala biasanya lebih mudah daripada proyeksi
VD dan sering lebih disukai.
14
d. Lateral View miring dengan mulut tertutup atau terbuka.
Untuk tampilan individual sendi temporomandibular dan bula
timpani, pasien diposisikan telentang lateral dengan mulut tertutup,
dan ujung hidung sedikit ditinggikan. Untuk gambar arkade gigi
rahang atas dan bawah, mulut dibuka lebar dan diputar sepanjang
sumbu panjang.
e. Intraoral (DV dan VD)
Teknik ini memungkinkan evaluasi gigi seri dan gigi taring,
struktur tulang kepala rostral, dan rongga hidung rostral. Film sinar-X
diposisikan di dalam rongga mulut. Secara optimal, film non-layar
dengan detail tinggi digunakan untuk proyeksi ini.
f. Rostrocaudal dengan mulut tertutup atau terbuka.
Proyeksi rostrocaudal dapat membantu dalam evaluasi struktur
anatomi yang berbeda. Menggunakan proyeksi frontal, sinus frontal
ditampilkan secara terpisah. Proyeksi rostrocaudal dengan mulut
terbuka memungkinkan visualisasi bula timpani, vertebra serviks
pertama, dan densitas aksis. Tulang oksipital dan foramen magnum
paling baik dievaluasi menggunakan proyeksi fronto-oksipital. Pada
kucing, proyeksi rostro 10° ventral-dorsocaudal yang diperpanjang
dapat digunakan untuk menggambarkan bula timpani.
A B
Gambar 12. (a) Posisi kucing untuk Lateral View tengkorak, (b) Radiografi
Lateral View Tengkorak Kucing
1. Hard Palate 5. Calvaria Bone 10. Soft Palate
2. Nasal Sinus 6. Cranial Vault 11. Mandible
3. Ethmoidale 7. Tympanic Bullae 12. Mandibular Sinus
Labyrinth 8. Axis 13. Mental Foramen
4. Frontal Sinus 9. Atlas 14. Zygomatic Arch
15
A B
16
Ditemukannya distensi pada pembuluh darah jugularis saat
pemeriksaan fisik.
Abdominal effusion (ascites).
Hewan mengalami pingsan.
Dalam kebanyakan kasus, pemeriksaan radiografi thoraks rutin mencakup
setidaknya satu lateral (biasanya lateral kanan) dan pandangan ventrodorsal
atau dorsoventral. Jika evaluasi penuh dari paru-paru diinginkan, pandangan
lateral yang berlawanan juga harus diperoleh. Radiografi tambahan dan
pandangan khusus (pandangan sinar horizontal, pandangan miring, radiografi
dinamis) mungkin sesuai tergantung pada indikasi. Terutama pasien yang
tidak kooperatif harus dibius untuk meminimalkan artefak gerak dan paparan
radiasi personel radiologi. Namun, radiografi toraks di bawah anestesi umum
harus dihindari, karena atelektasis paru berkembang pesat pada hewan ini,
membatasi nilai diagnostik gambar. Evaluasi kualitas citra radiografi toraks
meliputi penilaian teknik, posisi dan fase respirasi (Hecht, 2020).
17
bersifat radiopaque yang dibentuk oleh percabangan arteri et vena pulmonalis
yang berjalan ke paru-paru lobus kaudal. Jantung terletak di ruang
mediastinum tengah dan dikelilingi pleura mediastinum, bayang-bayang
jantung yang terlihat pada radiografi terdiri dari jantung itu sendiri (termasuk
darah di dalam ruang jantung), pangkal pembuluh darah besar (aorta dan
batang paru), arteri koroner dan perikardium (termasuk lemak perikardial).
Vena cava caudal terletak di antara bayang-bayang jantung dan otot
diafragma. Diafragma bagian dorsal yaitu left crus diafragma menempel pada
rongga thoraks, right crus diafragma.
18
lambung, bagian pylorus pada lambung berada di antara hati dan usus
halus serta colon transversal, ginjal berbatasan dengan os vertebrae
berada di bagian dorsal usus halus. Colon descendent berada di antara
ginjal dan vesica urinaria yang berada di bagian paling caudal dari
rongga abdomen yang dibatasi oleh os pelvis. Pada bagian lateral view
gas pada lambung akan terakumulasi pada bagian pylorus sehingga
terlihat bersifat radiolucent pada saat perlakuan radiografi.
1. Ginjal
Posisi ginjal berada di ruang retroperitoneal, kutub kranial
pada organ ginjal kanan selalu sulit terlihat dikarenakan
bertumpuk (superimposed) dengan organ hati, Ginjal kiri
posisinya lebih caudal daripada organ ginjal bagian kananm,
dengan lokasi yang bervariasi. Menentukan ginjal normal secara
ventrodorsal view bisa ditentukan dengan mengukur organ
ginjal dengan ukuran os lumbalis yang ke-2, untuk hewan
kucing dengan ginjal normal berukuran 1.9-2.9 kali Panjang
ukuran os lumbalis yang ke-2.
2. Hati
Hati yang merupakan organ kelenjar terbesar di dalam
tubuh hewan, memiliki opasitas yang sifatnya lebih radiopaque
tetapi sedikit lebih radioluscent dibandingkan dengan opasitas
tulang.
3. Limpa
Ukuran normal limpa bervariasi, umumnya pada hewan
anjing ukuran limpa lebih besar dibandingkan ukuran organ
limpa pada kucing. Hewan yang dibius dengan menggunakan
golongan barbiturate atau golongan acepromazine, maka limpa
secara fisiologis akan membesar.
19
Gambar 16. Right lateral view for abdomen radiograph of the cat.
Hati (1), Fundus (2), pylorus (3), ginjal kanan (4), ginjal kiri (5), usus
halus (6), transverse colon (7), descending colon (8), bladder (9).
B. Left Lateral View Of Abdominal Radiograph Of The Cat
Gambar 17. Left lateral view for abdomen radiograph of cat. pylorus
(2), hati (3), spleen (4), ginjal(5), descending colon (6), usus halus (7),
fundus (8).
C. Ventrodorsal View Of Abdominal Radiograph Of The Cat
20
menghubungkan secara kaudoventral ke nasofaring dan
dipisahkan dari tengkorak oleh tulang ethmoid yang berbentuk
sabit. Etmoid dan maksila masing-masing membentuk turbinat
ethmoid dan hidung. Kucing memiliki sinus frontal berpasangan
yang terhubung ke rongga hidung ekor. Rongga hidung dan
sinus frontal secara fisiologis mengandung udara, menghasilkan
kontras yang khas pada radiografi (Gambar 19). Indikasi
radiografi cavum nasalis dan sinus paranasalis adalah
mengetahui adanya sekret hidung, lesi massa tumor atau
pembengkakan, kecurigaan adanya benda asing dan trauma,
serta mycotic rhinitis.
21
Indikasi radiografi laring dan trakea adalah kesulitan
bernafas, lesi massa tumor atau pembengkakan, sumbatan benda
asing, penyempitan/stenosis laring dan trakea, paralisis laring,
fraktur kartilago hyoideus, kolaps trakea dan bronkus,
tracheitis/tracheobronchitis, cidera dan ruptur trakea.
22
normal, hampir tidak terlihat. Organ ini terlihat menonjol
dengan penebalan atau kalsifikasi.
Interstitium paru mewakili jaringan perivaskular,
peribronkial, perilimfatik, dan perialveolar. Hal ini tidak terlihat
pada radiografi thoraks pada hewan normal. Penebalan/fbrosis
progresif dari struktur ini seiring bertambahnya usia
menyebabkan peningkatan bertahap opasitas pada parenkim
paru.
23
Gambar 24. Pengamatan radiografi lateral kiri (A), lateral kanan (B),
dan ventrodorsal (C). Perkiraan lokasi batas lobus paru ditunjukkan
oleh garis putih.
Paru-paru kanan pada kucing terdiri dari empat lobus
(kranial, tengah, kaudal dan aksesori) dan paru-paru kiri dua
lobus (kanial dan kaudal) (Gambar 23). Margin lobus paru
ditandai dengan celah pleura. Penting untuk mengetahui lokasi
masing-masing lobus paru dari sudut pandang diagnostik dan
terapeutik. Beberapa penyakit paru-paru terjadi di lokasi
tertentu, dan lokalisasi lesi yang tepat penting, misalnya untuk
perencanaan biopsi paru atau lobektomi. Indikasi radiografi
paru-paru adalah pneumonia, edema pulmoner, Feline Lower
Airway Disease (FLAD), neoplasia pulmoner, trauma dan
perdarahan pulmoner, serta torsio lobus paru.
3.5 Rontgen Bagian Sistem Kardiovaskuler
1. Jantung Dan Perikardium
Jantung dan perikardium terletak di dalam ruang mediastinum
tengah dan dikelilingi oleh pleura mediastinum. Siluet jantung yang
terlihat pada radiografi terdiri dari jantung itu sendiri (termasuk darah
di dalam ruang jantung), pangkal pembuluh darah besar (aorta dan
batang paru), arteri koroner dan perikardium (termasuk lemak
perikardial).
Ruang jantung pada suatu individu tidak dapat dibedakan pada
pencitraan radiografi. Demikian pula , perbedaan antara jantung dan
perikardium juga tidak mungkin terlihat. Lokasi ruang jantung dan
pembuluh darah besar dapat digambarkan menggunakan analogi muka
24
jam. Dengan ini, sebuah jam secara mental ditumpangkan pada siluet
jantung, dan struktur kardiovaskular diberi titik waktu tertentu.
Metode ini membantu dalam mengidentifikasi segmen kardiovaskular
yang membesar.
Pada anjing terdapat variabilitas individu dan ras terkait dalam
penampilan thorax dan siluet jantung, namun penampilan struktur
kardiovaskular pada kucing, cenderung mirip antar individu dan ras.
Perubahan tertentu dapat terjadi karena faktor pertambahan usia :
sumbu panjang jantung mengasumsikan orientasi sejajar dengan
tulang dada, dan tonjolan menonjol berkembang terkait dengan
lengkung aorta.
Evaluasi radiografi pasien hewan untuk penyakit kardiovaskular
sedikit sulit untuk dilakukan. Siluet jantung harus menempati sekitar
dua pertiga dari ketinggian rongga dada pada pandangan lateral. Lebar
siluet jantung kira-kira 2 hingga 2,5 ruang interkostal pada kucing.
Panjang jantung diukur dari bifurkasio trakea ke apeks jantung, dan
lebar jantung diukur tegak lurus terhadap sumbu panjang jantung pada
lebar terbesar dari siluet jantung. Mulai dari ujung kranial dari
vertebra torakalis keempat, panjang dan lebar siluet jantung diukur
berdasarkan jumlah vertebra toraks dan dijumlahkan. Skor jantung
vertebral normal pada kucing 7,5 ± 0,3.
25
mediastinum ventral dan sedikit ke kiri vertebra dan memasuki
abdomen melalui hiatus aorta (Gambar 25). Vena cava caudal terletak
di antara siluet jantung dan diafragma, di sebelah kanan vertebra pada
tampilan ventrodorsal, dan di tengah dada dan ditumpangkan dengan
lobus paru aksesori pada tampilan lateral. Pembuluh darah
mediastinum kranial (vena cava kranial, trunkus brakiosefalika, arteri
subklavia kiri) saling bersilangan dan tidak dapat dibedakan.
3. Pembuluh Darah Paru
Arteri pulmonalis utama (truncus pulmonalis) terbagi menjadi
arteri pulmonalis lobar kanan dan kiri pada tingkat bifurkasio trakea
(Gambar 26). Pada pandangan lateral, arteri pulmonalis lobar kaudal
kiri terletak di dorsal dan arteri pulmonalis lobar kaudal kanan terletak
di bagian ventral bronkus utama. Cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis berjalan sejajar dengan bronkus yang sesuai. Arteri dan
vena memiliki diameter yang sama pada tingkat yang sama dan
bercabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil di pinggiran
paru-paru.
26
INDIKASI
Indikasi untuk pemeriksaan radiografi sistem kardiovaskular di
antaranya adalah:
1. Murmur jantung pada pasien simtomatik atau asimtomatik,
dyspnoea, asites atau gejala lain dari gagal jantung kongestif.
2. Tindak lanjut pada pasien yang dirawat secara medis untuk
dekompensasi jantung.
3. Kardiomegali dan mikrokardia.
4. Penyakit jantung kongenital.
5. Patent Ductus Arteriosus (PDA).
6. Stenosis pulmoner.
7. Stenosis subaortis.
8. Ventricular Septal Defect (VSD).
9. Tetralogy of fallot.
10. Displasia katup mitral dan tricuspidalis.
11. Vena cava kranial persisten.
12. Arcus aorta kanan persisten.
13. Peritoneo-pericardial diaphragmatic hernia.
14. Katup arterioventrikular endokardiosis.
15. Cardiomyopathy.
16. Neoplasia jantung.
17. Efusi perikardium dan Pneumoperikardium.
3.6 Rontgen Bagian Traktus Gastrointestinal
1. Esophagus
Kerongkongan normal biasanya kosong dan jarang terlihat pada
radiografi thoraks pada kucing karena lokasinya di dalam
mediastinum dan siluet dengan otot dan struktur mediastinum yang
berdekatan. Pada radiografi thoraks lateral kiri, kerongkongan toraks
caudal normal kadang-kadang mengandung sejumlah kecil cairan dan
dapat divisualisasikan sebagai opasitas jaringan lunak tubular samar
antara aorta desendens dan vena cava caudal. Penampilan ini jarang
terjadi pada radiografi lateral kanan. Gas dapat menumpuk secara
27
fokal di kerongkongan pada hewan yang tereksitasi, dibius, dan
dispnea atau di bawah anestesi umum, akumulasi gas. Anestesi umum
atau aerophagia bahkan dapat menyebabkan dilatasi esofagus yang
parah, yang dapat tampak identik dengan megaesophagus patologis.
Pada kucing, sepertiga lapisan otot terdiri dari otot polos, yang
tersusun miring menciptakan pola lurik pada esofagram kontras.
Sfingter esofagus kaudal dibentuk oleh penebalan fokus otot polos
esofagus muskularis, pertemuan lipatan lambung yang berorientasi
melintang, dan selempang otot yang dibuat oleh krus kanan diafragma
dan otot polos oblik dalam dari kurvatura minor perut.
Indikasi radiografi esofagus adalah motilitas esofagus,
gastroesofagus, benda asing di esophagus, striktur esophagus,
perforasi esophagus, divertikulum esophagus, disfagia, vaskular dan
varises esophagus.
28
di antrum pilorus yang terlihat pada A dan B disebabkan oleh
peristaltik normal. Indikasi radiografi lambung adalah dilatasi
lambung dan ascites
29
4. Usus Besar
Usus besar kucing terdiri dari sekum, kolon, rektum, dan lubang
anus dan sekum. Sekum bergabung dengan usus besar melalui
persimpangan cecocolic. Gas intraluminal dan bentuk karakteristik
memungkinkan pengenalan sekum di perut bagian tengah kanan pada
sebagian besar radiografi survei. Sekum kucing jarang mengandung
gas atau feses. Rektum adalah bagian terminal dari usus besar, dimulai
dari bagian atas panggul dan berakhir di lubang anus. Indikasi
radiografi usus besar adalah adanya benda asing pada usus besar,
hernia dan perpindahan usus.
30
menyebabkan radiolusensi sentral fokal. Ginjal normal
digambarkan dengan halus oleh kapsul hyperechoic tipis dan
memiliki perbedaan yang jelas antara korteks dan medula. Pelvis
ginjal dikelilingi oleh sinus hyperechoic, yang mengandung
jaringan fibrosa padat dan lemak, terutama pada kucing yang
kelebihan berat badan. Ukuran ginjal normal pada kucing
berkisar antara 3,0 dan 4,3 cm.30-31 Pada anjing, ukurannya
jauh lebih bervariasi tergantung pada berat badan dan
konformasi. Indikasi radiografi ginjal adalah urolitiasis,
nefropati toksik, dan limfoma ginjal.
31
normal. Pemberian diuretik diperlukan untuk meningkatkan
produksi urin dan mengubah berat jenis urin yang dihasilkan
dibandingkan dengan urin yang sudah ada di kandung kemih ini
akan meningkatkan frekuensi dan vis ibilitas ureter. Indikasi
radiografi ureter adalah trauma ureter.
32
ketika sakit. Urothelium ditutupi oleh lapisan otot polos (otot
detrusor). Serosa adalah lapisan terluar dari kandung kemih.
Otot detrusor memiliki serat otot interdigitasi miring yang
menyambung dengan otot polos uretra, sehingga tidak ada
sfingter internal yang berbeda secara anatomis pada sambungan
vesikourethral. Indikasi radiografi vesika urinaria adalah cystitis
dan urolithiasis.
33
2. Fluoroscopy
Dosis radiasi besar. Melihat organ secara real time. Dosis
radiasi yang digunakan tinggi karena waktu pemeriksaan yang
lama. Waktu pemerikasaan lebih lama dibandingkan radiografi
konvensional. Dapat menyebabkan ionisasi jaringan karena
radiasi yang ditimbulkan dari sinar X, alergi media kontras pada
pasien dengan resiko alergi. Masih dalam katagori murah.
B. Meminimalkan Risiko Bahaya Sinar
Langkah-langkah dapat diambil untuk memastikan bahwa dosis
serendah yang dapat dicapai secara wajar. Prinsip ALARA (as low as
reasonably achievable) bertujuan untuk menurunkan dosis radiasi di
tempat kerja dengan memanfaatkan langkah-langkah praktis dan
hemat biaya. Untuk mempertahankan dosis serendah mungkin, staf
veteriner harus mengikuti tiga prinsip keselamatan sederhana:
Waktu: Gunakan waktu pemaparan sesingkat mungkin, batasi
waktu dalam rangkaian sinar-X, dan hindari pengambilan
gambar ulang.
Jarak: Berjarak sejauh mungkin dari sumber radiasi dengan
menggunakan obat penenang pada pasien untuk yang
memungkinkan memungkinkan restrain dan handling secara
hands-free.
Pelindung: Gunakan bahan penyerap seperti celemek timbal,
sarung tangan, dan pelindung tiroid, serta pelindung permanen
untuk menangkap sinar-X.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Radiografi merupakan sarana penunjang diagnostik yang telah
berkembang pesat dalam dunia fisika medis yang bertujuan untuk
kesejahteraan dengan cara menggunakan sinar pengion seperti sinar X dan
sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji dalam film.
Komponen penyusun Rontgen adalah Light Barrier, Konveyor, Motor Control
Board, Motor, Digital Image Processing Unit, Motherboard, Satu Daya PC,
Control System, Image Storage, X-ray Control Board, X-Ray Generating,
Diode Array Board, Monitor, dan Control Panel.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan rontgen pada kucing ini
dilakukan dari banyak faktor, yang termasuk persiapan terhadap hewannya,
operator, dan sarana seperti ruangan dan alat radiografi itu sendiri. Pada
radiografi kucing bisa dilakukan rontgen pada bagian kepala dan leher,
thoraks, abdomen, respirasi, kardiovaskular, trakus gastrointestinal, trakus
urinarius, dan bagian genitalia. Meminimalkan risiko bahaya sinar pada
kucing yaitu dengan mengatur waktu, jarak, dan memakai pelindung untuk
pemeriksa.
4.2 Saran
Kami berharap paper ini bisa menjadi pedoman dan sarana belajar bagi
mahasiwa FKH untuk mempelajari mengenai Rontgen pada Kucing di
Indonesia.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arisuddin, TM. 2016. Bagian-bagian Mesin X-Ray di Bandara.
https://nyakmad.blogspot.com/2016/08/bagian-bagian-mesin-x-ray-di-
bandara.html. Diakses pada tanggal 28 September 2021
Awang Teja Satria. 2019. Pendekatan Diagnosa Endocarditis Pada Anjing Mini
Pomeranian.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Swiss
Bel-inn Kristal Kupang.
Bansal GJ. 2006. Digital radiography. A comparison with modern conventional
imaging. Postgrad Med J; 82; 425-8
Bîrsan, O., Andrei, B., Diana, M., dan Vulpe, V. 2016. Cardio-Thoracic Ratio
Evaluation of Cardiac Sihlouette Compared with the Vertebral Heart Scale
in Cats. Bulletin UASVM Veterinary Medicine. 73(1): 36-39.
Corwin, T. S., & Cadeddu, J. A. (2001). Radio frequency coagulation to facilitate
laparoscopic partial nephrectomy. The Journal of urology, 165(1), 175-176.
Graham, J. P., McAllister, H., Kealy, J. K. (2011). Diagnostic Radiology and
Ultrasonography of the Dog and Cat. Britania Raya: Saunders.
Hecht, S. (2020). Diagnostic Radiology in Small Animal Practice. Britania Raya:
5m Publishing.
M. Fakhrul Ulum, Deni Noviana. 2008. Pemanfaatan Radiografi Sebagai Sarana
Diagnostik Penunjang Dalam Dunia Kedokteran Hewan yang Aman Bagi
Hewan, Manusia dan Lingkungan. Bagian Bedah dan Radiologi,
Departemen Klintk. Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Thrall, D. E., & Robertson, I. D. (2015). Atlas of Normal Radiographic Anatomy
and Anatomic Variants in the Dog and Cat-E-Book. Elsevier Health
Sciences.
Thrall, D. E., dan Robertson, I. D. 2016. Atlas of normal radiographic anatomy &
anatomic variants in the dog and cat. Missouri: Elsevier.
Thrall, DE. 2002. Textbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4 edition. London:
W. B. Saunders Company.
Widyananta, B. J., Saleh, C. P., Noviana, D., Rahmiati, D. U., Ulum, M. F.,
Soehartono, R. H., ... & Zaenab, S. (2017). Atlas of Normal Radiography in
the Dogs and Cats. PT Penerbit IPB Press.
Widyawati, R., Apritya, D., Wika Adi Pratama, J., dan Fahmi, A. 2020. Lung
Change Pattern On Domestic Cat (Felis Silvestris Catus) Exposed By
Factory Air Pollution With X-Ray Thorax Interpretation. Jurnal Riset
Veteriner Indonesia (Journal of The Indonesian Veterinary Research), 4(2).
Wright M. Treat radiation with respect, not anxiety. Veterinary Practice News.
36