Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN DAN KESEHATAN SAPI BALI

Kelompok 1 Sapi Bali


Kelas C
Ferdy Olga Saputra 1809511050
Annisa Budiani 1909511068
Agil Adi Putri 1909511069
Kerisna Rendra Adi Putra 1909511078
Alviona Widyaputri Rambu Sedu 1909511075

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
1. Perbedaan sapi bali dan banteng?

Banteng Sapi Bali


 Banteng jantan berwarna biru-hitam atau  Warna bulunya pada badannya akan
coklat gelap. Tanduknya panjang berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya.
melengkung ke atas, dan punuk di bagian Pedet jantan / betina jenis sapi Bali sejak
pundak. lahir hingga berumur 1,5 tahun memiliki
 Kulit betina berwarna coklat kemerahan, warna bulu sawo matang kemerahan.
tanduknya pendek mengarah ke dalam dan Setelah berumur 1,5 tahun keatas warna
tidak berpunuk. bulu pedet jantan berubah menjadi hitam
 Tanduknya lebih besar dari sapi. hingga dewasa. Sedangkan, sapi betina
 Terdapat bagian putih pada kaki bagian tetap berwarna merah.
bawah dan pantat, punuk putih, serta warna  Warna hitam dapat berubah menjadi merah
putih di sekitar mata dan moncongnya. bata jika dikastrasi. Warna bulu sapi betina
 Umumnya aktif baik malam maupun siang tidak akan berubah.
hari.  Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke
 Memiliki kecenderungan untuk bagian luar kepala, tanduk sapi betina
berkelompok pada kawanan berjumlah dua tumbuh ke bagian dalam (ukuran tanduk
sampai tiga puluh ekor. lebih kecil dibandingkan banteng).

 Tinggi banteng bisa mencapai 1,6 m,  Memiliki ambing yang lebih besar.
panjang 2,3 m, dan bobotnya sekitar 680-  Punggung sapi Bali akan selalu ditemukan
810 kg. garis belut (bulu hitam yang membentuk
garis memanjang dari gumba hingga
pangkal ekor).
 Bulu pada kaki yang berada di bawah
persendian karpal dan tarsal berwarna
putih. Warna bulu putih pada bibir bagian
atas dan bawah, ujung ekor, tepi daun
telinga, pantat dan paha bagian dalam
berbentuk oval (white mirror).
 kepala agak pendek dengan dahi datar,
badan padat dengan dada yang dalam,
tidak berpunuk dan seolah tidak
bergelambir.
 Kakinya ramping, agak pendek
* Sapi bali menjadi salah satu kerabat dekat banteng asli Indonesia dengan kata lain sapi bali
ialah hasil domestikasi dari banteng (Bos-bibos banteng). Mempunyai bentuk dan karakteristik
sama dengan banteng. Sapi bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan hanya mengalami
perubahan kecil dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng).

2. Kenapa hasil keturunan dari IB lebih besar/berat dari lahir normal?


Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Wiramaya (2014) perbedaan bobot lahir
pedet sapi bali antara kawin alam dan IB di Kecamatan Jonggat Lombok Tengah menghasilkan
rataan bobot lahir pedet hasil IB adalah 14,845 kg dibandingkan dengan bobot lahir pedet sapi
hasil kawin alam yang hanya 10,55 kg. Karena salah satu tujuan dari inseminasi buatan ialah
untuk memperbaiki mutu genetika ternak maka pada IB dioptimalkan pada penggunaan bibit
pejantan unggul sehingga dapat menghasilkan anakkan berkualitas dalam jumlah banyak.
Hanya pejantan tertentu yang dapat menghasilkan bobot lahir yang tinggi, dengan demikian
karena IB diambil dari semen pejantan unggul maka kemungkinan menghasilkan bobot lahir
yang tinggi memang lebih besar.
Seperti yang telah dinyatakan oleh Muzani et al. (2004) bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi bobot lahir antara lain pejantan, bangsa, genetik, jenis kelamin pedet, lama
kebuntingan, umur induk dan berat induk. Oleh karena itu sebelum dilakukan IB didahului
dengan seleksi ketat pejantan donor agar anak sapi yang terlahir sebagai hasil IB diharapkan
mempunyai perfoman yang baik. Penilaian baik peternak terhadap keuntungan relatif dari
inseminasi buatan karena peternak telah melihat hasil ternak IB mempunyai kenaikan berat
badan yang cepat (Sultan, R,. 2018). Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaya (1999) bahwa
dengan menggunakan inseminasi buatan, peternak mendapatkan bibit yang unggul serta
memperoleh keturunan yang cepat besar disamping tinggi produksinya (kenaikan berat badan
dan produksi susu) dibandingkan dengan hasil kawin alam.

3. Mengapa pemotongan sapi betina produktif masih terjadi?


Kebutuhan permintaan daging nasional meningkat bersamaan dengan meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi, pendidikn yang lebih maju, serta kesadaran pentingnya kebutuhan
nutrisi asal ternak yang meningkat menyebabkan meningkatnya angka pemotongan sapi dari
berbagai breed. Jumlah produksi daging sapi nasional berjumlah 250.000 ton/tahun dan jumlah
konsumsi daging nasional sebesar 320.500 ton/tahun yang berarti stok produksi sapi kurang
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging secara nasional. Kekurangan tersebut
menyebabkan adanya pemotongan sapi betina produktif masuk ke dalam bagian pemotongan
sapi yang tidak terkendali. Tidak hanya itu, faktor lain yang menyebabkan pemotongan sapi
betina produktif masih terjadi yaitu :
1. Tidak cukup tersedia sumber bibit sapi potong yang baik dan kontinyu.
2. Pendapatan peternak kecil yang menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan
keluarga sehingga sapi betina produktif yang dimiliki dijual dan kemudian dipotong
oleh pemilik baru.
3. Laju pertumbuhan populasi yang lambat dari kebutuhan.
4. Jumlah kelahiran anak sapi yang rendah pertahun.
5. Kurang tersedianya sapi potong dengan jumlah cukup atau banyak.

4. Ide untuk pelestarian sapi bali


Pelestarian adalah suatu upaya untuk menjaga dan mempertahankan populasi dan keaslian
dari hewan tersebut. Banyak langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian sapi bali,
seperti memproduksi semen beku, mendirikan pusat pelestarian dan pemurnian plasma nutfah,
meniadakan pemasokan jenis sapi lain demi menghindari persilangan yang dapat menyebabkan
lunturmya kemurnian sapi bali serta edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga
kelestarian sapi bali sebagai hewan ternak lokal asli dari Indonesia.
Salah satu ide yang dapat kita lakukan untuk melestarikan sapi bali adalah dengan
menggelar festival kontes sapi bali yang diharapkan dapat mendorong masyarakat peternak
untuk memelihara sapi bali dengan baik sehingga dapat menjaga kelestarian sapi bali. Sapi bali
juga dapat dilestarikan dengan cara pemerintah memberi subsidi kepada para peternak yang
memiliki minat untuk beternak sapi bali dan juga tidak hanya pemberian subsidi tetapi juga
melaksanakan semacam seminar atau sosialisasi tentang bagaimana cara beternak sapi bali dan
juga diberikan teknologi yang memadai serta membantu efekvitas peternakan tersebut agar
mendapatkan hasil yang baik dan juga unggul. Karena seperti apapun usaha dari pemerintah
kalau jumlah peternaknya kecil/terbatas, apalagi cara pemeliharaan masih tradisional seperti
sekarang, tentu pengembangbiakan dan pembudidayaan kurang. Tetapi jika peternak diberi
wadah, subsidi, pelatihan serta teknologi yang memadai, akan ada banyak peminat yang ingin
beternak sapi bali dan juga hasil yang didapatkan akan optimal.

Sumber :
Muzani, A., W. R. Sasongko, dan T. S. Panjaitan. 2004. Dampak Penerapan Paket Manajemen
Terpadu terhadap Bobot Lahir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Prasapih Ternak
Sapi Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat
Soejosopoetro.Bambang. 2011. Studi tentang Pemotongan Sapi Betina Produktif di RPH
Malang. Universitas Brawijaya. 23.
Sultan, R. 2018. Kajian pelaksanaan program insiminasi buatan dalam mendukung program
pencapain sejuta ekor sapi pemerintah Sulawesi Selatan. AGROVITAL: Jurnal Ilmu
Pertanian, journal.lppm-unasman.ac.id

Anda mungkin juga menyukai