Anda di halaman 1dari 18

Sumpah dan Kode Etik Dokter Hewan Indonesia

KODE ETIK PROFESI Usulan Revisi melalui “Kongres XIX” Oktober


DOKTER HEWAN Tahun 2022
INDONESIA
Lampiran TAP. Nomor 07
/ Kongres Ke-16 / PDHI /
2010
[SUMPAH DOKTER HEWAN]
MUKADIMAH
Ilmu Kedokteran Hewan MUKADIMAH
adalah keilmuan yang
menunjang kesejahteraan Ilmu kedokteran hewan menjamin dan
manusia dan mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan
lingkungannya melalui manusia, hewan, dan lingkungan. Hal tersebut
suatu fungsi perlindungan hanya dapat dicapai melalui fungsi perlindungan
dan pengamanan dari dan pengamanan dari ancaman penyakit
adanya ancaman ancaman bersumber hewan, kemampuan melakukan
penyakit bersumber hewan penjaminan keamanan pangan asal hewan,
serta kemampuan memastikan kesehatan hewan dan kemampuan
melakukan penjaminan reproduksi hewan untuk peningkatan populasi
keamanan pangan asal dan pencapaian kecukupan pangan asal hewan,
hewan yang dikonsumsi serta penerapan pelayanan kedokteran hewan
manusia. Selain itu ilmu yang profesional sesuai dengan etika, standar,
kedokteran hewan juga dan profesionalisme yang ditetapkan oleh
untuk memastikan Organisasi Profesi.
kesehatan hewan
(assurance) serta Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
kemampuan reproduksi dengan kesungguhan dan keluhuran ilmu
hewan untuk peningkatan kedokteran hewan serta untuk memelihara
populasi dalam rangka penghormatan, penghargaan, dan kepercayaan
mencapai kecukupan masyarakat terhadap profesi haruslah didasarkan
bahan pangan hewani. Ilmu pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
kedokteran hewan dan keterampilan serta perilaku Dokter Hewan,
termasuk dalam rumpun baik kepada profesi, pasien dan klien, teman
ilmu kesehatan dan medis sejawat, masyarakat maupun kepada dirinya
dengan obyek hewan serta sendiri.
memenuhi ciri-ciri profesi
medis. Ilmu Kedokteran Dokter Hewan harus berpegang pada standar
Hewan yang melekat pada nilai luhur yang hidup di dalam pergaulan
gelar profesi dokter hewan masyarakat Indonesia yang bersumber dari
digunakan untuk fungsi Pancasila sebagai landasan ideal,
pelayanan praktik Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
kedokteran yang bukan struktural, dan juga kepada tata nilai etika
merupakan pekerjaan yang Dokter Hewan, kami para Dokter Hewan
boleh dilakukan oleh siapa Indonesia yang  tergabung dalam  Perhimpunan

1
saja, melainkan hanya Dokter  Hewan Indonesia, merumuskan dan
boleh dilakukan oleh menyepakati Kode Etik Dokter Hewan Indonesia.
kelompok profesional
kedokteran yang memiliki
kompetensi yang memenuhi
standar tertentu, diberi
kewenangan oleh institusi
yang berwenang di bidang
itu dan bekerja sesuai
dengan etik, standar dan
profesionalisme yang
ditetapkan oleh organisasi
profesinya. Dalam
pergaulan masyarakat yang
berbudaya tinggi seperti
diwariskan oleh para
leluhur kita, berlaku
standar-standar etika, yang
berisi norma-norma yang
mengatur dan memelihara
hubungan antar manusia
dengan lingkungannya
demikian pula sebaliknya,
Norma-norma / etika yang
luhur dan berbudaya
merupakan jati diri Bangsa
Indonesia. Unsur-unsur
untuk memperoleh
penghormatan,
penghargaan dan
kepercayaan masyarakat
itu terbentuk dari
keunggulan dalam
penguasaan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku
Dokter Hewan, baik
terhadap profesinya, pasien
dan kliennya, teman
sejawat maupun terhadap
dirinya sendiri. Untuk
memelihara penghormatan,
penghargaan dan
kepercayaan masyarakat
terhadap profesi Dokter
Hewan, maka Dokter
Hewan harus berpegang
pada standar-standar nilai
luhur yang hidup didalam

2
pergaulan masyarakat
Indonesia dan ini
bersumber dari dalam
falsafah Pancasila sebagai
landasan ideal dan
Undang-Undang Dasar
1945 sebagai landasan
struktural dan juga kepada
tata nilai etika dokter
hewan (veteriner) universal.
Kami Dokter Hewan
Indonesia, dibawah
naungan dan rahmat
Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, menyusun
nilai-nilai luhur etika
dokter hewan itu sebagai
pijakan tatakrama dalam
menjalankan tugas dan
kewajiban kami, yang
tersurat dan tersirat di
dalam butir-butir sebagai
berikut, yang untuk
seterusnya kami namakan
“KODE ETIK DOKTER
HEWAN INDONESIA”
BAB I KEWAJIBAN UMUM  BAB I
ETIKA UMUM
Pasal 1
Pasal 1
Dokter Hewan merupakan Warga Negara yang baik
Dokter Hewan merupakan yang memanifestasikan dirinya dalam cara berpikir,
Warga Negara yang baik bertindak, dan menampilkan diri dalam sikap, budi
yang memanifestasikan pekerti luhur, dan penuh sopan santun.
dirinya dalam cara berpikir,
bertindak dan
menampilkan diri dalam
sikap dan budi pekerti
luhur dan penuh sopan
santun.
Pasal 2
Pasal 2 Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya tidak
akan bertentangan dengan perikemanusiaan,
Dokter Hewan diharapkan mengutamakan kesejahteraan hewan dan
menjujung tinggi kelestarian alam.

3
Sumpah/Janji Kode Etik Pasal 3
Dokter Hewan.
(1) Dokter Hewan wajib menjunjung tinggi,
menghayati, dan mengamalkan sumpah
Dokter Hewan dan kode etik Dokter Hewan.
Pasal 3
(2) Dokter Hewan wajib melaksanakan profesinya
Dokter Hewan tidak akan sesuai dengan standar profesi tertinggi.
menggunakan profesinya
bertentangan dengan Pasal 4
perikemanusiaan dan
usaha pelestarian sumber (1) Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya
daya alam. harus menghormati hak pasien, klien, teman
sejawat, dan/atau tenaga kesehatan hewan
lainnya.
(2) Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya
harus saling menghormati dalam bekerjasama
dengan para pihak lintas sektoral di bidang
kesehatan hewan, bidang lainnya, dan/atau
masyarakat.
Pasal 5
(1) Pencantuman gelar selain gelar Dokter Hewan
harus mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dokter Hewan tidak mencantumkan gelar yang
tidak ada relevansinya dengan profesi dokter
hewan yang dijalankan.
Pasal 4
Pasal 6
Dokter Hewan tidak
mencantumkan gelar yang Dokter Hewan harus mematuhi peraturan
tidak ada relevansinya perundang-undangan dan peraturan lain yang
dengan profesi yang berlaku.
dijalankannya.

Pasal 5
Pasal 7
Dokter Hewan wajib
mematuhi perundangan Dokter Hewan dilarang mengumumkan dan
dan peraturan yang menerapkan setiap penemuan teknik terapi atau
berlaku. obat baru yang belum teruji secara ilmiah
kebenarannya.

4
Pasal 8
(1) Dokter Hewan dilarang mempublikasikan
Pasal 6 informasi dan atau menulis artikel atau hasil
analisis yang dapat menimbulkan polemik
Dokter Hewan wajib berhati maupun kekhawatiran/ keresahan publik tanpa
– hati dalam didasari kajian ilmiah yang telah teruji
mengumumkan dan kebenarannya.
menerapkan setiap
penemuan teknik therapi (2) Pelarangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
atau obat baru yang belum termasuk jika bertujuan untuk mencari
teruji kebenarannya. keuntungan.
Pasal 7 Pasal 9
Dokter Hewan wajib (1) Dokter Hewan yang melakukan pelayanan
berhati-hati dalam menulis dapat menerima imbalan sesuai dengan jasa
artikel atau hasil analisa yang diberikan, kecuali dengan keikhlasan,
yang dapat menimbulkan sepengetahuan dan kehendak klien sendiri.
polemik maupun
kekhawatiran publik tanpa (2) Dokter Hewan dilarang mencari keuntungan di
didasari kajian ilmiah atas penderitaan pasien dan/atau keawaman
klien atas tindakan medis yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara profesi.
Pasal 8
Pasal 10
Dokter Hewan menerima
imbalan sesuai dengan jasa Dokter Hewan dalam berkomunikasi kepada klien,
yang diberikan kecuali antar pribadi atau beberapa sejawat dokter hewan,
dengan keikhlasan, kepada masyarakat atau pemerintah harus
sepengetahuan dan mematuhi kaidah/etika komunikasi yang sesuai
kehendak klien sendiri. dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat ataupun budaya Indonesia.
BAB II KEWAJIBAN BAB II
TERHADAP PROFESI ETIKA TERHADAP PROFESI
Pasal 11
Pasal 9
Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya wajib
Dokter Hewan dalam mematuhi persyaratan umum dan khusus yang
menjalankan profesinya berlaku sehingga citra profesi dan korsa terpelihara
wajib mematuhi karenanya.
persyaratan umum dan Pasal 12

5
khusus yang berlaku
sehingga citra profesi dan Dokter Hewan harus berperan aktif dalam berbagai
korsa terpelihara kegiatan pengembangan profesi kedokteran hewan
karenanya. untuk meningkatkan kualitas keilmuan dan
layanannya.
Pasal 10
Dokter Hewan tidak
mengajarkan ilmu
kedokteran hewan yang Pasal 13
bisa mendorong ilmu
tersebut disalah gunakan. Dokter Hewan tidak mengajarkan ilmu kedokteran
hewan kepada pihak lain tanpa hak yang dapat
Pasal 11 mendorong ilmu tersebut disalahgunakan.
Dokter Hewan yang
melakukan praktek Pasal 14
memasang papan nama
sebagai informasi praktek (1) Dokter Hewan yang melakukan praktek wajib
yang tidak berlebihan. memasang papan nama sebagai informasi
praktek.
(2) Dokter Hewan wajib menetapkan tempat
praktek sebagai tempat kedudukan yang resmi
bila berpraktek, dan memasang identitas yang
sesuai aturan.
(3) Ukuran papan nama panjang 80 cm dan lebar
60 cm dengan dasar warna putih dan tulisan
berwarna hitam.
(4) Dalam papan nama hanya mencantumkan,
secara berurutan: nama Dokter Hewan, nomor
Surat Izin Praktek, nomor Surat Tanda
Registrasi Veteriner, dan jam praktek.

Pasal 15
(1) Dokter hewan dalam menjalankan pratek
kedokteran hewan harus menegakkan tata
hubungan dokter hewan dengan pemilik (klien)
berkaitan dengan hewan (pasien).
(2) Tata hubungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus ditegakkan sebelum dokter
hewan menjalankan layanan kedokteran hewan

6
dengan menggunakan media komunikasi
elektronik.
(3) Dokter Hewan harus mematuhi etika
komunikasi dalam menjalankan layanan
kedokteran hewan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4) Dokter Hewan dilarang mengunggah kegiatan
tindakan medik dalam pelayanan profesionalnya
di media sosial dan media dalam jaringan yang
dapat diakses masyarakat umum.
Pasal 16
Dokter Hewan yang tidak melakukan praktek,
hendaknya merujuk ke Dokter Hewan praktek
apabila ada klien yang meminta jasa pelayanan
medik.
Pasal 17
Pemasangan iklan hanya dalam rangka
pemberitahuan mulai buka, pindah, atau penutupan
prakteknya.

Pasal 18
(1) Dokter Hewan sebaiknya menulis artikel dalam
media massa dan terutama pada jurnal bidang
kedokteran hewan.
(2) Dokter Hewan sebaiknya membagikan
pengalaman profesionalnya dalam forum
profesi.

Pasal 19
Pasal 12 
Dokter Hewan tidak membantu praktek ilegal dan
Dokter Hewan yang tidak wajib melaporkan bilamana mengetahui adanya
melakukan praktek praktek ilegal.
hendaknya merujuk ke
Dokter Hewan praktek
apabila ada klien yang Pasal 20

7
meminta jasa pelayanan Dokter Hewan wajib melaporkan kejadian dan
medik. tindakan terhadap penyakit hewan menular dan
zoonosis kepada instansi yang berwenang sesuai
Pasal 13  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pemasangan iklan dalam
media massa hanya dalam Pasal 21
rangka pemberitahuan
mulai buka, pindah atau Dokter Hewan harus berperan aktif dalam kegiatan
penutupan prakteknya. bakti sosial dan sosialisasi terkait dengan profesi
dokter hewan, Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner, kesejahteraan hewan dan
pelestarian alam.
Pasal 14
Dokter Hewan dianjurkan
menulis artikel dalam
media massa dan jurnal
veteriner.

Pasal 15 
Dokter Hewan tidak
membantu atau mendorong
adanya praktek ilegal
bahkan wajib melaporkan
bilamana mengetahui
adanya praktek ilegal itu.

Pasal 16
Dokter Hewan wajib
melaporkan kejadian
penyakit menular kepada
instansi yang berwenang.

8
Pasal 17
Dokter Hewan ikut
berpartisipasi aktif dalam
mensosialisasikan
Kesehatan Masyarakat
Veteriner, kesejahteraan
hewan dan pelestarian
alam.

BAB III KEWAJIBAN BAB III


TERHADAP PASIEN ETIKA TERHADAP PASIEN

Pasal 22
(1) Dokter Hewan wajib melaksanakan layanan
kesehatan hewan (promotif, preventif,
Pasal 18 kuratif, dan rehabilitatif) secara kompeten.
Dokter Hewan (2) Dokter Hewan wajib melaksanakan layanan
memperlakukan pasien kesehatan hewan dengan perhatian dan rasa
dengan penuh perhatian hormat mengutamakan kesejahteraan hewan
dan kasih sayang dan demi kesehatan manusia, serta
sebagaimana arti tersebut kelestarian alam.
bagi pemiliknya, dan
menggunakan segala (3) Dokter Hewan wajib mempertimbangkan
pengetahuannya, kepentingan pasien untuk mencegah dan
keterampilannya dan meringankan penyakit, penderitaan,
pengalamannya untuk kecacatan, dan meminimalkan rasa sakit
kepentingan pasiennya. atau ketakutan.
Pasal 23
(1) Dokter Hewan wajib memberikan layanan
medik yang optimal pada pasien, dan apabila
tidak mampu wajib merujuk kepada sejawat
yang kompeten.
(2) Dokter Hewan wajib mengembalikan pasien
rujukan kepada sejawat yang merujuk.
Pasal 19
Pasal 24

9
Dokter Hewan siap Dokter Hewan berdasarkan pertimbangan medis,
menolong pasien dalam kesejahteraan hewan dan atas persetujuan klien
keadaan darurat dan atau dapat melakukan euthanasia dengan menggunakan
memberikan jalan metode yang etis, sesuai kesejahteraan hewan,
keluarnya apabila tidak terstandar, dan sesuai peraturan perundangan yang
mampu dengan merujuk ke berlaku.
sejawat lainnya yang
mampu melakukannya. Pasal 25
Dokter Hewan yang melakukan praktek pada suatu
Pasal 20 peternakan, harus mengutamakan kesehatan hewan
dan pencegahan terhadap masuk serta meluasnya
Pasien yang selesai penyakit hewan menular yang dapat berakibat
dikonsultasikan oleh kerugian ekonomi dan sosial.
seorang sejawat wajib
dikembalikan kepada
sejawat yang meminta
konsultasi.

Pasal 21
Dokter Hewan dengan
persetujuan kliennya dapat
melakukan Euthanasia
(mercy sleeping), karena
diyakininya tindakan itulah
yang terbaik sebagai jalan
keluar bagi pasien dan
kliennya.

Pasal 22
Dokter Hewan yang
melakukan praktek pada
suatu peternakan,
mengutamakan kesehatan
hewan dan pencegahan
terhadap perluasan
penyakit yang dapat
berakibat kerugian ekonomi
dan sosial.

10
BAB IV KEWAJIBAN BAB IV
TERHADAP KLIEN ETIKA TERHADAP KLIEN
Pasal 26
Pasal 23
(1) Dokter Hewan menghargai pilihan klien untuk
Dokter Hewan menghargai menggunakan jasa Dokter Hewan sesuai minat
klien untuk memilih Dokter dan keinginannya.
Hewan yang diminati.
(2) Dokter Hewan wajib memberikan penjelasan
Pasal 24 secara transparan kepada klien mengenai
penyakit yang diderita hewannya,
Dokter Hewan menghargai kemungkinan risiko yang dapat terjadi, serta
klien untuk setuju / tidak strategi terapi yang dilakukan.
setuju dengan prosedur
dan tindakan medik yang (3) Dokter Hewan wajib melindungi informasi
hendak dilakukan Dokter medis dari pihak yang tidak berkepentingan.
Hewan setelah diberi
penjelasan akan (4) Dokter Hewan menghargai klien untuk
alasan-alasannya sesuai setuju/tidak setuju dengan prosedur dan
dengan ilmu Kedokteran tindakan medik yang hendak dilakukan Dokter
Hewan. Hewan setelah diberi penjelasan yang memadai
sesuai ilmu Kedokteran Hewan.

Pasal 27
Dokter Hewan dilarang menanggapi keluhan klien
mengenai sejawat lainnya.
Pasal 25
Pasal 28
Dokter Hewan tidak
menanggapi keluhan Dokter Hewan yang melakukan praktek dan/atau
(complain) versi klien konsultasi veteriner wajib menggunakan
mengenai sejawat lainnya. argumentasi ilmiah dalam melakukan tindakan,
pemakaian obat, vaksin, peralatan, dan imbuhan
pakan.
Pasal 26
Dokter Hewan melakukan
client education dan
memberikan penjelasan
mengenai penyakit yang
sedang diderita hewannya
dan kemungkinan –
kemungkinan lainnya yang

11
dapat terjadi. Dalam segala
hal yang penting dan harus
dilakukan demi kebaikan
pasien dengan segala
resikonya maka dokter
hewan menyampaikan
secara transparan
termasuk segala resiko
yang terburuk sekalipun.
Pasal 27
Dokter Hewan yang
melakukan praktek,
tehnical service, tehnical
sales dan konsultan
veteriner tidak
memaksakan kehendak
dalam pemakaian obat,
vaksin maupun imbuhan
pakan tanpa argumentasi
ilmiah.
BAB V KEWAJIBAN BAB V
TERHADAP SEJAWAT ETIKA TERHADAP SEJAWAT DOKTER HEWAN
DOKTER HEWAN 
Pasal 29
(1) Dokter Hewan tidak akan merendahkan nama
Pasal 28  baik sejawat Dokter Hewan lainnya.
Dokter Hewan (2) Dokter Hewan wajib menghormati dan
memperlakukan sejawat memperlakukan sejawat lainnya dengan
lainnya seperti dia ingin bermartabat dan sebagai orang yang layak
diperlakukan seperti dihormati, sebagaimana dia sendiri ingin
dirinya sendiri. diperlakukan.
Pasal 29 (3) Dokter Hewan wajib bersikap jujur dan
menjaga hubungan baik dengan sejawat serta
Dokter Hewan tidak akan memelihara lingkungan kerja yang harmonis
mencemarkan nama baik agar dapat memberikan layanan kesehatan
sejawat Dokter Hewan hewan yang optimal.
lainnya

Pasal 30
Pasal 30

12
Dokter Hewan wajib
menjawab konsultasi yang Dokter Hewan harus menjawab konsultasi yang
diminta sejawatnya diminta sejawatnya menurut pengetahuan,
menurut pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dapat
keterampilan dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan etik serta
pengalaman yang dapat telah terbukti dapat menyelesaikan masalah yang
dipertanggung jawabkan sama dengan baik dan benar.
secara ilmiah dan etikal
serta telah terbukti Pasal 31
menyelesaikan masalah
yang sama dengan baik dan (1) Dokter Hewan dilarang menghasut klien
benar. dengan maksud untuk menyarankan
berpindah ke sejawat lainnya.
Pasal 31
(2) Dokter Hewan dilarang mengambil alih pasien
Dokter Hewan memberikan dari teman sejawat, kecuali dengan
pengalamannya yang persetujuan keduanya.
bermanfaat dalam
pertemuan sejawat. Pasal 32
Dokter Hewan yang akan membuka pelayanan
kesehatan hewan dan melakukan praktek di suatu
tempat harus memberitahukan kepada sejawat
Dokter Hewan yang lebih dahulu berpraktek di
lingkungan yang sama atau berdekatan.
Pasal 32
Dokter Hewan tidak
melakukan
pendekatan-pendekatan
/menghasut klien dengan
maksud untuk
menyarankan berpindah ke
sejawat lainnya.

Pasal 33
Dokter hewan yang akan
membuka pelayanan
kesehatan hewan/medik
veteriner dan melakukan
praktek di suatu tempat
dalam wilayah tertentu ,
harus membuat
pemberitahuan kepada
sejawat Dokter hewan yang
lebih dahulu berpraktek di

13
lingkungan yang sama atau
berdekatan .
BAB VI KEWAJIBAN BAB VI
TERHADAP DIRI SENDIRI ETIKA TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 33
Pasal 34
Dokter Hewan harus memelihara kesehatan diri dan
Dokter Hewan wajib berpenampilan prima dalam menjalankan
memelihara bahkan profesinya.
meningkatkan kondisi
dirinya sehingga selalu Pasal 34
berpenampilan prima
dalam menjalankan Dokter Hewan wajib memberi surat keterangan atau
profesinya. pendapat kesehatan hewan yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya sesuai dengan keahlian dan
kompetensi yang dimilikinya.

Pasal 35
Dokter Hewan harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilakunya dengan
cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
Pasal 35 dan teknologi Kedokteran Hewan terkini.
Dokter Hewan tidak Pasal 36
mengiklankan kelebihan
dirinya secara berlebihan. Dokter Hewan harus menghindari perbuatan yang
bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 36
Dokter Hewan wajib selalu
mempertajam pengetahuan,
keterampilan dan
meningkatkan perilakunya
dengan cara mengikuti
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Kedokteran Hewan terkini .

BAB VII
ETIKA TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 37

14
Dokter Hewan harus memberikan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang kesehatan hewan,
penyakit zoonotik, dan kesejahteraan hewan kepada
masyarakat.
Pasal 38
Dokter Hewan harus membantu negara dalam
pengendalian penyakit hewan menular dan
kesehatan masyarakat veteriner

BAB VIII
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
SERTA TATA-CARA PENEGAKAN ETIKA
Pasal 39
Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan etika
Dokter Hewan dilakukan secara berjenjang sesuai
kewenangannya oleh pengurus Perhimpunan Dokter
Hewan Indonesia
Pasal 40
Tatacara penegakan etika Dokter Hewan ditetapkan
oleh Pengurus Besar PDHI bersama-sama Majelis
Kehormatan Perhimpunan dan Etika Profesi
Veteriner.
- BAB IX
SANKSI
Pasal 41
(1) Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan dengan
sengaja dapat diberikan sanksi berupa:
a. sanksi ringan,
b. sanksi sedang, atau
c. sanksi berat.
(2) Sanksi ringan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a berupa teguran lisan.

15
(3) Sanksi sedang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa teguran tertulis sampai
pemberhentian sementara dari keanggotaan
PDHI.
(4) Sanksi berat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c berupa pemberhentian dengan tidak
hormat dari keanggotaan PDHI.

Pasal 42
(1) Jenis sanksi bagi dokter hewan yang melanggar
kode etik diputuskan melalui sidang Komisi Etik
Cabang atau Majelis Kehormatan Perhimpunan
dan Etika Profesi Veteriner PB-PDHI.
(2) Dokter Hewan yang memperoleh sanksi berat
berupa pemberhentian dengan tidak hormat
dari keanggotaan PDHI dapat melakukan
pembelaan diri pada Kongres PDHI.
(3) Keputusan Kongres PDHI sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bersifat final dan
mengikat.
BAB VII PENUTUP BAB X
PENUTUP
Pasal 43
Pasal 37
(1) Dokter Hewan wajib menghayati, mematuhi,
Dokter Hewan harus dan mengamalkan Kode Etik Dokter Hewan
berusaha dengan Indonesia dalam menjalankan profesinya, untuk
sungguh-sungguh untuk menjaga martabat profesi dan kepercayaan
menghayati, mematuhi dan masyarakat sesuai Manusya Mriga Satwa
mengamalkan Kode Etik Sewaka.
Dokter Hewan Indonesia
dalam pekerjaan profesinya (2) Kode Etik Dokter Hewan Indonesia merupakan
sehari-hari, demi martabat perjanjian yang mengikat setiap Dokter Hewan
profesi dan kepercayaan untuk mematuhi norma dan nilai yang
masyarakat kepada disepakati secara nasional dan berlaku bagi
pengabdian dokter hewan profesi Dokter Hewan di Indonesia.
bagi masyarakat, bangsa
dan negara melalui dunia (3) Dokter Hewan harus menjaga citra dan nama
hewan (Manusya Mriga baik profesi dan tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan peraturan

16
Satwa Sewaka). perundang-undangan, Kode Etik, dan Sumpah
profesi Dokter Hewan.
Kode Etik Dokter Hewan
Indonesia, merupakan
perjanjian yang mengikat Pasal 44
setiap Dokter Hewan untuk Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pelanggaran
mematuhi norma-norma Kode Etik Dokter Hewan disusun oleh Pengurus
dan nilai-nilai yang baik Besar PDHI.
dan buruk, salah dan benar
yang disepakati nasional
dan berlaku bagi korps
profesi dokter hewan di
Indonesia, harus dihayati
dan diimplementasikan
secara bertanggung jawab
dalam melaksanakan
pekerjaan profesinya .
Kode Etik dan nilai-nilai
etika yang bersifat spesifik Ditetapkan di Makasar Pada hari Sabtu tanggal 15
medik veteriner dan Oktober 2022
melekat pada tindakan
teknis medis oleh dokter
hewan sesuai dengan
kespesialisasian spesies
maupun disiplin ilmu
kedokteran hewan perlu
disusun tersendiri.
Oleh karena itu, setiap
Dokter Hewan harus
menjaga citra profesi dan
nama baik dokter hewan
sebagai profesi yang mulia
dengan menjauhkan diri
dari perbuatan yang
bertentangan atau tidak
sesuai dengan UU, Kode
Etik dan Sumpah profesi

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 12 Oktober
2010.
Jumlah BAB = 7 Jumlah BAB = 10
Jumlah Pasal = 37 Jumlah Pasal = 44

17
18

Anda mungkin juga menyukai