Anda di halaman 1dari 52

Chaerul Basri

PENGANTAR
EKONOMI VETERINER

Laboratorium Epidemiologi
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

1
Program
Penyakit Pengendalian
Pada dan
Populasi Pemberantasan
Penyakit

Evaluasi Ekonomi
(Ekonomi Veteriner)

2
EKONOMI VETERINER
1. Pengertian Ekonomi Veteriner

2. Input dan Output

3. Menghitung berbagai input dan output

4. Menghitung Inventaris Ternak Awal dan Akhir

5. Rate Produktivitas

6. Farm Profit
3
Pengertian Ekonomi Veteriner

 Penyakit salah satu faktor yang mempengaruhi


produksi ternak
 Perlu dipahami aspek ekonomi dari sistem produksi
ternak
 Upaya meningkatkan kesehatan untuk peningkatan
produksi
 Peningkatan produksi untuk kepentingan manusia:
keuntungan ekonomi
 Economic Benefits dalam bentuk uang, lainnya :
keuntungan sosial

4
Pengertian Ekonomi Veteriner ….

Produksi Peternakan
 Aktifitas manusia untuk kepentingan manusia dengan
menggunakan ternak sebagai objeknya

 Aktifitas Ekonomi
– zat-zat kurang berguna (rumput, limbah pertanian)
diubah jadi produk berguna (daging, susu, telur)

 Untuk memahami aspek ekonomi


- identifikasi input dan output peternakan

5
Pengertian Ekonomi Veteriner ….

 Ekonomi Veteriner :
penggunaan prinsip-prinsip ekonomi dalam
bidang kesehatan hewan dan peternakan

 Prisip ekonomi :
- Supply dan Demand
- Alokasi sumber-sumber langka
untuk mendatangkan keuntungan

6
Pengertian Ekonomi Veteriner ….

 Ekonomi tidak semata-mata menyangkut uang, tetapi


berhubungan dengan alokasi sumber-sumber langka,
berdasarkan prioritas penggunaannya untuk
menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya

 Setiap program kesehatan hewan dan harus dikaitkan


dengan keuntungan yang diperoleh.

 Keuntungan tidak selalu materi tetapi yang bisa dirasakan


manusia adalah uang atau keuntungan ekonomi

7
Pengertian Ekonomi Veteriner ….
Perlu suatu penilaian/pengukuran yang tepat dalam mengalokasikan
dana/sumber-sumber --- sehingga lebih terarah dan mencapai sasaran

Teknik analisa secara ekonomi dapat membantu para perencana untuk


berfikir lebih cepat dan tepat

Teknik Ekonomi
 Menjelaskan tingkah laku produsen, sistem produksi, meramalkan,
menghitung efek dari suatu program terhadap output, harga, permintaan
dan pendapatan

 Digunakan juga menghitung kerugian akibat penyakit, disamping


menghitung keuntungan yang diperoleh bila dilakukan pengendalian.

Keputusan diambil tidak berdasarkan pertimbangan ekonomi semata

8
Pengertian Ekonomi Veteriner…

Metode ekonomi yang tersedia dimaksudkan untuk :

 Menghitung keuntungan
 Melakukan efisiensi
 Pengambilan keputusan secara ekonomi

9
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Mengenal Input Produksi Peternakan

Definisi Input :

 Barang-barang atau jasa yang dapat digunakan


untuk menghasilkan Output (Gittinger,1992)

 Sumberdaya yang digunakan pada proses


produksi (Belletin ADAS)

10
Dikatagorikan Input dalam Sistem Peternakan :

 Nilai awal peternakan


 Pembelian ternak atau pemberian ternak dari orang
 Biaya kesehatan hewan
 Kandang/Bangunan, alat peternakan dan kendaraan
 Pakan : Konsentrat, suplemen, mineral dan hijauan
 Tanaga kerja
 BBM, Gas, air dan listrik
 Biaya sewa dan pembayaran bunga

11
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Mengenal Output Produksi Peternakan

Definisi Output

 Barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu


aktifitas (Gittinger, 1992)

 Hasil produksi suatu perusahaan atau peternakan


baik yang dikonsumsi sendiri atau dijual/diberikan
keluar peternakan (Bulletin ADAS)

12
Dikatagorikan Output dalam Sistem Peternakan :

Penjualan ternak atau hadiah ke orang lain

Pemotongan ternak di kandang

Hasil produksi : susu, telur, daging, wool, dll

Nilai akhir peternakan

Pertambahan nilai : jumlah, dewasa, berat

Manure, tenaga tarik, nilai karkas

13
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Nilai Opportunity Cost dan Harga

Opportunity Cost

Nilai uang dari input-output dapat direfleksikan dengan OC

Keuntungan yang tidak didapatkan bila menggunakan suatu sumberdaya


untuk mendapatkan suatu hal tapi mendapatkan hal daripada untuk
mendapatkan hal lainnya (Gittinger, 1989)

Contoh :
 Peternak memberikan susu sapinya ke pedet
 Keuntungan penjulan susu jadi hilang
 Memberikan ke pedet sebagai tujuan alternatif
 Opportunity cost adalah harga pasaran untuk susu tersebut

14
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Nilai Opportunity Cost dan Harga
Harga
 Harga merupakan ukuran atau indikator terbaik dari
opportunity cost
 Gunakan harga pasar untuk menilai input dan output

 Hitung output dengan nilai ekuivalennya jika barang


tersebut dapat digantikan dengan barang lain (misal tenaga
ternak untuk membajak : 4 orang bekerja sehari)
 Hitung keuntungan yang didapatkan dari adanya produksi
ekstra yang berhubungan dengan penggunaan output
peternakan (misal padi dengan pupuk manure
dibandingkan tanpa pupuk)

15
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Tenaga Kerja Keluarga dan Pemilihan Harga

Tenaga Kerja Keluarga


 Tenaga kerja keluarga harus dihitung dengan prinsip opportunity
cost

 Bila keluarga petani tidak bekerja maka tidak ada penghasilan

 Keuntungan dari usaha tersebut sebagai opportunity cost

 Bila tidak mempertimbangkan tenaga kerja, profit yang dihitung


disebut : NET FARM INCOME - Pendapatan Bersih Usahatani
(adalah semua penghasilan yang didapat peternak dan
keluarganya untuk kegiatan mereka sebagai input tenaga kerja)

16
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Tenaga Kerja Keluarga dan Pemilihan Harga

Pemilihan Harga Pasar


Beberapa harga didapat untuk barang tertentu

Contoh : Harga daging (supermarket, pasar hewan atau blantik)

Gunakan “Farm Gate Prize” yaitu harga jual pada peternakan

Untuk mendapatkan Farm Gate Prize sisihkan cost untuk penjualan


atau masukan sebagai input.

17
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Input dan Output Produksi Peternakan

Menghitung Input

Input Rumus
- Inventaris Ternak Awal : Nilai Total ternak dalam peternakan
- Pembelian Ternak : Jumlah Ternak yang dibeli X Harga pasar

(harga pasar = berat hidup x harga per Kg Daging)


- Pakan : Jumlah rata-rata hewan x Jumlah pakan x Harga pasar
- Tanaga Kerja : Jumlah rata-rata ternak x Tenak/Jam x upah/Jam
- Biaya dokter Hewan : Jumlah Kunjungan x Ongkos/kunjungan
- Bangunan, dll : (Nilai Pembelian – Nilai Afkir) / masa produktif / thn
- Barang habis : Gunakan kuitansi tahunan
- Pemliharaan : Gunakan kuitansi tahunan
- Bensin, Gas, air, listrik : Gunakan kuitansi tahunan
- Sewa dan bayar bunga : Gunakan kuitansi tahunan

18
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Input dan Output Produksi Peternakan
Menghitung Output
Output Rumus

- Inventaris Ternak akhir : Nilai total ternak dalam peternakan


- Penjualan Ternak : Jumlah Ternak yang Dijual x Harga Pasar
(Harga Pasar = Berat Hidup x Harga per Kg Daging)
- Susu, telur, daging, : Jumlah Hasil x Jml ternak Produktif x harga pasar
Manur, dll
- Ternak dipotong : Jumlah ternak dipotong x Harga pasar
- Nilai Karkas : Jumlah Kematian x Nilai karkas

Keterangan :
- Penjualan dan hewan yang dihadiahkan dihitung sesuai harga pasar
- Semua produksi hewan (susu, telur, daging, kulit dll) outputnya harus tetap
dihitung walau untuk konsumsi atau digunakan sendiri

19
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Inventaris Ternak Awal

 Pada awal tahun (siklus produksi) buat sebuah inventaris ternak

 Ternak akan berbeda nilainya, tergantung umur dan jenis kelamin

 Setiap katagori hitung nilai ternak sesuai harga pasar

 Bila tidak ada harga pasar, nilai berat dikali harga daging perkilo

 Harga per kilo kurang tepat, karena seekor jantan beda dengan
betina

 Contoh dari 10 usaha tani, karena skala di Indonesia kecil

20
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Inventaris Ternak Akhir

 Pada akhir tahun (akhir siklus produksi) inventaris ternak


yang dimiliki harus dirubah

 Ternak akan berbeda nilainya. Beberapa ternak


mungkin mati, dijual, dibeli atau lahir.

 Beberapa bahkan dewasa sehingga nilainya naik

21
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Rate Produktivitas

 Productivity Rate adalah mengukur jumlah kejadian (misal : kematian,


kelahiran penjualan, pembelian) dalam periode waktu tertentu pada
suatu populasi ternak.

 Jumlah ternak dalam populasi x rate = jumlah ternak yang dimaksud

 Contoh : - Birth rates


- Puchase rates
- Mortality rates
- Morbidity rates, dll

 Formulasi : Jumlah kejadian (a) / Jumlah yang diamati (a+b)

 Parameter produkstivitas dinyatakan dalam persen (%) atau per 100


ekor

22
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Rate Produktivitas
Penerapan : Input yang diperkirakan dengan rate, misalnya :

Pembelian ternak = Jumlah ternak yang dibeli x harga pasar


Pembelian ternak =
Jumlah ternak dalam populasi x rate pembelian x harga pasar

Biaya dokter hewan = Jumlah kunjungan Drh x biaya kunjungan


Biaya dokter hewan =
Jumlah ternak dalam populasi x rata morbiditas x % kunjungan

(case visit rate) x biaya kunjungan

23
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :

Contoh untuk 10 usaha tani


Struktur Awal Rata-rata Peternakan dari 10 Usaha Tani Sapi
Potong di Sumba

Nilai Ternak Awal


Umur Jumlah jantan Jumlah betina
0-1 27 38
1–2 21 18
2–3 11 14
Dewasa 7 100

24
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :

Contoh untuk 10 usaha tani di atas :

Sebagai contoh untuk 10 usaha tani diatas :

 3 pedet hilang (mati) terdiri dari : 1 jantan dan 2 betina dengan umur 1
jantan belum dewasa dan 1 sapi betina dewasa mati dalam tahun
tersebut.

 Kesepuluh peternakan tersebut juga menjual 12 ekor jantan berumur 15-


18 bulan. Sebagai tambahan mereka menjual 3 pedet betina dan dan 6
betina dewasa

 Dalam tahun itu juga, ada 80 pedet lahir (separuh jantan) dan 2 betina
dewasa dibeli

25
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Contoh Menghitung Inventaris Ternak Awal

Tabel A . Struktur Rata-rata Peternakan dari 10 Usaha


Tani Sapi Potong di Sumba

Umur Jumlah Berat Nilai Jumlah Berat Nilai


Jantan (Kg) (Rp) Betina (Kg) (Rp)
0–1 27 83 ? 38 68 ?
1–2 21 65 ? 18 128 ?
2–3 11 240 ? 14 180 ?
Dewasa 7 300 ? 100 225 ?

Harga : Rp 14.000 Kg

Nilai Total :……………………?


26
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Contoh Menghitung Inventaris Ternak Awal

Tabel A . Struktur Rata-rata Peternakan dari 1 Usaha


Tani Sapi Potong di Sumba

Umur Jumlah Berat Nilai Jumlah Berat Nilai


Jantan (Kg) (Rp) Betina (Kg) (Rp)
0–1 2,7 83 ? 3,8 68 ?
1–2 2,1 65 ? 1,8 128 ?
2–3 1,1 240 ? 1,4 180 ?
Dewasa 0,7 300 ? 100 225 ?

Harga : Rp 14.000 Kg

Nilai Total :……………..?


27
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Inventaris Ternak Akhir
Tebel B : Struktur Akhir Rata-rata Peternakan dari 10 Usaha Tani Sapi
Potong di Sumba

Nilai Ternak Awal Nilai Ternak Akhir


Umur Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jantan Betina Jantan Betina
0-1 27 38 40 40
1–2 21 18 26 33
2–3 11 14 8 18
Dewasa 7 100 18 109
Harga : Rp.14.000 per Kg
Catatan : Untuk 1 usaha tani, masing-masing katagori dibagi 10
28
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Menghitung Inventaris Ternak Akhir
Tebel B : Struktur Akhir Rata-rata Peternakan dari 10 Usaha Tani Sapi
Potong di Sumba

Nilai Ternak Awal Nilai Ternak Akhir


Umur Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jantan Betina Jantan Betina

0-1 27 38 (80 lahir/2)


(27-1mati) (38-3mt-3jl) 40 40
1–2 21 18
(21-1mt-12jl) (18) 26 33
2–3 11 14 (21-1-12) (18)
(11) (14) 8 18
(7 + 11) (100-1mt-6jl+2bl+14)
Dewasa 7 100 18 109

29
Nilai :…..?
Bujet Usaha Tani (Farm Budget) :
Keuntungan Usaha Tani (Farm Profit)

Adalah keseimbangan antara input dan output

Profit C : Nilai Total Output / B dikurang Nilai


Total Input /A dimana C harus lebih
besar dari Nol

30
EKONOMI VETERINER :
Kerugian Ekonomi Penyakit

Laboratorium Epidemiologi
Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
PRINSIP EKONOMI DALAM
KESEHATAN HEWAN

Ekonomi selalu berhubungan dengan alokasi sumber-sumber


dana yang penggunaannya berdasarkan prioritas untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Keuntungan dalam kesehatan hewan belum tentu langsung


dapat dikategorikan sebagai keuntungan finansial, tetapi
setiap keuntungan yang bisa dirasakan oleh manusia secara
alamiah adalah keuntungan ekonomi.
PRINSIP EKONOMI DALAM
KESEHATAN HEWAN

Setiap program kesehatan hewan selalu dikaitkan dengan


bobot keuntungan yg diperoleh, baik bagi peternak/
kelompok ternak, maupun ekonomi suatu daerah, bahkan
ekonomi secara nasional. Oleh karena itu dalam
mengevaluasi suatu program, kita tidak bisa lepas dari
teori-teori ekonomi yang mampu menjelaskan : “Bagaimana
manfaat program tersebut apabila dijalankan?”

Tehnik-tehnik analisa ekonomi memungkinkan pengambil


keputusan untuk berfikir lebih tepat, teliti dan cepat,
terutama bila menyangkut sumber dana yang besar.
PRINSIP EKONOMI DALAM
KESEHATAN HEWAN

Dengan tehnik tersebut, para pengambil keputusan dapat


menentukan kebijakan yang paling tepat untuk dijalankan
berdasarkan prioritas maupun strategi yang paling
menguntungkan.

Prinsip ekonomi digunakan untuk menghitung kerugian penyakit


dan keuntungan program pengendalian penyakit

Namun demikian pertimbangan ekonomi bukanlah satu-satunya


dasar untuk pengambilan sebuah keputusan / kebijakan
Produksi sebagai Aktivitas Ekonomi

Input : Barang-barang (pakan, obat-obatan, dll), jasa (tenaga kerja) yang dapat
digunakan untuk menghasilkan output (daging, telur, susu)
 Input adalah sumber daya yang dapat digunakan pada proses produksi
Output : Barang, jasa yang dihasilkan dari suatu aktivitas
 Output adalah nilai produksi suatu badan usaha, baik yang dikonsumsi
maupun di jual ke konsumen.

Nilai dari input dan output

 Nilai uang dari semua unsur input dan output direfleksikan dengan
opportunity cost-nya
 Opportunity cost adalah keuntungan yang tidak kita dapatkan bila
menggunakan suatu sumberdaya untuk mendapatkan suatu hal lainnya.
 Semua input dan output dinilai dengan menggunakan harga pasarnya.
Pengaruh Penyakit pada Input-Output

sehat
output
sakit

Penyakit
Y1
mengurangi hasil
output untuk biaya
Y2
input yang sama

input
Pengaruh Penyakit pada Input-Output

output
sehat sakit

Penyakit meningkatkan
biaya input untuk hasil
output yang sama

input
X1 X2
METODA PERHITUNGAN KERUGIAN EKONOMI

I. Kerugian Langsung Akibat Penyakit


Yaitu
Kerugian penurunan atau kehilangan produksi yang secara langsung
disebabkan oleh adanya penyakit.

Perlu mengetahui parameter produksi dan efek penyakit terhadap


sistem peternakan, sehingga dapat dibandingkan nilai output pada
keadaan dengan dan tanpa penyakit

Dalam menghitung kerugian langsung akibat penyakit digunakan 2


metoda pendekatan, yaitu :

1. Perhitungan kerugian sebagai fungsi dari nilai ternak


2. Perhitungan kerugian sebagai efek dari penyakit terhadap
produk ternak
I. Kerugian Langsung Akibat
Penyakit
1. Perhitungan kerugian sebagai fungsi dari nilai ternak :

- Kematian :
dihitung dengan mengalikan % mortalitas menurut kelompok
umur, jenis kelamin dll dengan harga per ekor untuk tiap
kelompok.

- Kesakitan :
dihitung dengan mengalikan % penurunan nilai ternak akibat
sakit menurut umur, jenis kelamin, dll dengan harga per ekor
untuk tiap kelompok.
PERHITUNGAN KERUGIAN EKONOMI
PENYAKIT HEWAN

METODA I : PERHITUNGAN KERUGIAN SEBAGAI FUNGSI DARI NILAI TERNAK

DATA PENYAKIT DATA PRODUKSI HARGA PROYEKSI

Jumlah/Popuasi Perkembangan
% kelompok umur/
MORTALITAS Sistem Produksi
Jenis kelamin ternak Per ekor ternak
X menurut kelompok
X X umur/jenis kelamin X
MORBIDITAS Perkembangan
% Penurunan Nilai Komposisi
Ternak Penyakit
Perhitungan kerugian akibat kematian

Jumlah Jumlah
% Harga per ekor
ternak kerugian
Kategori Mortalitas (Rp)
(ekor) (Rp)
Anak sapi 25 42 100.000 1.050.000
Sapi dara 14 68 200.000 1.904.000
Sapi jantan muda 14 20 200.000 560.000
Induk sapi 3 200 350.000 2.100.000
Sapi jantan 5 20 400.000 400.000

Jumlah kerugian 6.014.000


Perhitungan kerugian akibat Surra

a) Perhitungan nilai ternak

Jantan Betina

Kelompok umur ( tahun) 3 - 4 3 - 4


Nilai ternak (Rp) 300.000 400.000
Rasio jantan/betina (%) 30 70
Nilai berat badan (Rp) -------- 350.000 --------
Perhitungan kerugian akibat Surra

b) Perhitungan kerugian penyakit dalam Rupiah (Tinggi dan Rendah)

Efek penyakit % Tinggi Rendah


Mortalitas * 4 14.800 11.000

Penurunan nilai ternak 20 35.000 24.500


(bagi ternak gemuk) **
Penurunan nilai ternak 65 34.125 22.750
(bagi ternak kurus) ***
Jumlah kerugian 83.925 58.250

Asumsi untuk perkiraan tinggi dan rendah :


* Tinggi = nilai ternak hilang seluruhnya
Rendah = 1/3 nilai ternak masih bisa diselamatkan
** Tinggi = 50% penurunan nilai ternak
Rendah = 35% penurunan nilai ternak
*** Tinggi = 15% penurunan nilai ternak
Rendah = 10% penurunan nilai ternak
I. Kerugian Langsung Akibat Penyakit

2. Perhitungan kerugian sebagai efek dari penyakit


terhadap produk ternak

 Kerugian kematian dihitung seperti pendekatan pertama


 Kerugian akibat sakit dihitung dengan melihat efek penyakit terhadap
parameter produksi, seperti :
- infertilitas
- keguguran
- keterlambatan dewasa kelamin
- penurunan produksi
- penurunan tenaga kerja
- penurunan berat badan dan lain sebagainya
 Kerugian akibat mortalitas dan morbiditas ini selanjutnya diproyeksikan
dengan perkembangan populasi ternak dan perkembangan penyakit
per tahun
PERHITUNGAN KERUGIAN EKONOMI
PENYAKIT HEWAN

METODA II : PERHITUNGAN KERUGIAN SEBAGAI EFEK DARI PENYAKIT


TERHADAP PRODUK TERNAK

DATA PRODUKSI HARGA PROYEKSI


DATA PENYAKIT

Pendapatan yang
hilang akibat
MORTALITAS % kelompok umur/ kematian ternak
Jenis kelamin X Susu
Perkembangan
Jumlah/populasi Anak sapi
sistem produksi
ternak Daging
% Angka Keguguran X Telur X
% Penurunan Komposisi ternak Wol Perkembangan
MORBIDITAS Fertilitas penyakit
Tenaga
% Penurunan Parameter produksi
Produksi susu, normal
telur, wol dsb Efek penyakit
% Penurunan Berat X terhadap tingkat
badan produksi output
% Penurunan (susu, daging, anak
Tenaga Kerja sapi, telur, wool,
tenaga kerja
Contoh :
Menghitung kerugian per tahun yang diakibatkan oleh scabies
pada domba di Kecamatan Cijeruk.

- Populasi domba di Kecamatan Cijeruk 1.200 ekor


- Rata-rata nilai kulit domba per ekor Rp. 8.000,-
- Nilai domba yang mati per ekor Rp. 40.000,-
- Harga domba potong per ekor Rp. 50.000,-
- Insidens per tahun = 5.5% = 660 ekor
- Kematian pada kelompok domba yang terinfeksi = 25% = 165 ekor
- Sisa domba yang terinfeksi dalam kelompok = 75% = 495 ekor
- Penurunan berat badan pada domba yang terinfeksi = 10%
- Kerugian akibat kematian :
Kehilangan nilai kulit 165 x Rp. 8.000,- = Rp. 1.320.000,-
Kematian domba 165 x Rp. 40.000,- = Rp. 6.600.000,-
- Kerugian akibat sakit :
Penurunan berat badan 10%
terjadi pada 14% dari
populasi domba yang
terinfeksi 495 x 0,14 x 0,10 x Rp. 50.000,- = Rp. 346.500,-

Jumlah kerugian per tahun = Rp. 8.266.500,-


II. Perhitungan Kerugian Tidak Langsung

Yaitu
Kerugian yang timbul akibat adanya usaha - usaha untuk mencegah
penyakit sebagai penghambat produksi.

Sebaliknya jika pengendalian penyakit dapat menghilangkan faktor


- faktor penghambat produksi tersebut, maka keuntungan/
keberhasilan dari perubahan itu adalah keuntungan tidak
langsung.

Contoh dari kerugian tidak langsung :


akibat Trypanosomiasis yang ditularkan lalat dapat
menyebabkan terhambatnya produksi pertanian akibat
penggunaan insekstisida yang berlebihan.
3. Kerugian lain akibat penyakit adalah :

Kerugian lain akibat penyakit adalah :

 Zoonosis
 Perdagangan internasional
 Kerugian tidak teraba (intangible), dan lain sebagainya

Secara umum dapat dikatakan bahwa kerugian-kerugian


semacam ini ada dan perlu dipertimbangkan dalam
setiap perhitungan kerugian penyakit hewan.
Kerugian lainnya :
ZOONOSIS

 Efek zoonosis terhadap produksi atau output yang


dihasilkan oleh manusia berupa kehilangan
pendapatan dan biaya pengobatan masih bisa
dihitung

 Kematian dan penderitaan manusia yang diakibatkan


oleh zoonosis sangat sulit untuk dihitung.

 Seperti halnya kerugian langsung diatas, kerugian


tidak langsung akibat zoonosis dapat berupa
terbatasnya aktifitas manusia akibat rasa takut
terhadap berjangkitnya zoonosis.
Kerugian lainnya :
Perdagangan Internasional

Kejadian wabah seperti misalnya wabah penyakit mulut


dan kuku (PMK), akan mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap pemasaran ekspor ternak suatu negara.

Perhitungan kerugian dapat dilakukan misalnya dengan


mengasumsikan bahwa pemasaran ternak dengan harga
rendah terpaksa dilakukan menghindari kerugian ekspor
selanjutnya.
Kerugian lainnya :
KERUGIAN TIDAK TERABA

 Yang dimaksud dengan kerugian tidak teraba atau


”intangible effects” dari penyakit adalah kerugian yang
sebenarnya dirasakan akan tetapi sangat sulit untuk
dihitung.
 Sebagai contoh, kesejahteraan dan keamanan
masyarakat terganggu akibat rasa takut terhadap
rabies atau brucellosis, atau rasa khawatir kehilangan
seluruh ternaknya akibat rinderpest.
 Secara umum dapat dikatakan bahwa kerugian-
kerugian semacam ini ada dan perlu untuk
dipertimbangkan dalam setiap perhitungan kerugian
ekonomi penyakit hewan.

Anda mungkin juga menyukai