Disusun oleh :
Alfina Azkiana, S.KH
061823143059
Sanitasi kandang sapi pejantan (bull) dilakukan setiap pagi dan sore. Pada
pagi hari dimulai pukul 06.00 WIB sedangkan sore hari dimulai pukul 15.00 WIB.
Pembersihan kandang dilakukan dengan menyemprotkan air mengalir dan
membuang limbah kotoran dan urin sapi ke selokan. Hal ini penting dilakukan
karena selain menghilangkan bau feses, sapi terhindar dengan feses yang akan
menempel pada tubuhnya, hal ini dilakukan agar sapi selalu dalam kondisi bersih
dan agar tidak meningkatkan resiko penularan penyakit memalui kontaminasi feses.
Setelah itu, memandikan sapi dengan cara menyiram dan menggosok
bagian tubuhnya dan menyikat badan sapi secara menyeluruh. Selain untuk
membersihkan kulit dari kotoran dan parasit, juga untuk merangsang vasodilatasi
sehingga aliran darah lancar, membantu menyingkirkan sel-sel kulit mati pada
permukaan kulit sapi dan merangsang terbentuknya sel-sel kulit baru. Pembersihan
kandang bertujuan untuk menjaga kondisi kandang dan ternak agar tetap bersih dan
sehat, menjaga kesehatan ternak agar menunjang produktivitas ternak (Sudono,
2003). Membersihkan tempat pakan dan minum dilakukan dengan cara membuang
sisa-sisa pakan baik yang berada didalam tempat pakan dan minum maupun yang
berceceran di lantai. Melakukan pengurasan tempat minum dengan cara
penyemprotan dengan air mengalir dari selang dan mengisinya kembali dengan air
bersih.
2.1.3 Manajemen Pakan
Pemberian pakan juga dilakukan setiap pagi dan sore, di berikan setelah
tempat pakan dan minum sudah bersih. Pakan yang diberikan yaitu konsentrat,
hijauan, kecambah dan kulit kacang hijau. Untuk kecambah dan kulit kacang hijau
biasanya diberikan pada pagi hari. Pada pagi hari konsentrat diberikan terlebih
dahulu untuk menyuplai makanan bagi mikroba rumen, sehingga ketika pakan
hijauan masuk kedalam rumen, mikroba rumen telah siap dan aktif mencerna
hijauan. Setelah sekitar 30 menit, konsentrat biasanya sudah dihabiskan oleh sapi
(Fikar dan Ruhyadi, 2010). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik ransum (Siregar, 2008). Pemberian air minum perlu
ditingkatkan apabila sapi diberi konsentrat yang kering (Rianto dan Purbowati,
2009). Air bersih harus tersedia setiap saat, sehingga ketika sapi sedang haus bisa
langsung minum air yang ada di depannya. Pemberian air minum juga bisa
dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan (Fikar dan Ruhyadi, 2010).
Kebutuhan air minum untuk sapi perhari adalah 20 – 40 liter (Abidin, 2008).
Kebutuhan hijauan tiap ekor sapi adalah 30 kg per hari, pemberian hijauan
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Hijauan merupakan bahan
pakan utama ternak sapi dapat berupa rumput, baik itu rumput unggul (rumput
gajah), rumput lapangan, atau sebagian jenis leguminosa. Hijauan merupakan menu
utama bagi ternak ruminansia dengan tingkat konsumsi mencapai 70% dari total
ransum. Hijauan sangat berperan dalam menjaga kesehatan dan 14 fungsi rumen,
keberadaan serat dalam hijauan pakan (selulosa dan hemiselulosa) menjadi sumber
energy bagi mikroba rumen, demikian halnya dengan mineral serta protein
(terutama dari legume) merupakan sumber N bagi bakteri dan protein produk.
Kebutuhan konsentrat tiap ekor sapi berkisar antara 7-8 kg, dengan
pemberian sebanyak dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari. Konsentrat merupakan
bahan makanan yang memiliki kadar protein dan karbohidrat yang tinggi serta
memiliki kadar serat kasar yang rendah, yaitu di bawah 18%. Fungsi utama
konsentrat bagi ternak adalah untuk meningkatkan mutu gizi dari beragam bahan
makanan yang dijadikan satu atau dicampur, konsumsi pakan lebih baik, serta
mempercepat pertumbuhan ternak (Sugeng, 1998).
Tauge kacang hijau yang terbentuk melalui proses perkecambahan ini
ternyata dapat mencegah berbagai macam penyakit dan mampu mempertahankan
fertilitas pada individu jantan (Astawan, 2007). Hal tersebut terkait dengan
kandungan antioksidan vitamin E yang dominan yaitu 1.5287 mg/10g, selain
antioksidan lain seperti vitamin C dan selenium, antioksidan yang dikandungnya
mampu melindungi sel dari serangan radikal bebas pada saat spermatogenesis.
Vitamn E merupakan agen pendorong/pemacu fertilitas, yaitu dengan menormalkan
epitel pada tubuli seminiferi. Degenerasi epitel tubuli seminiferi akibat defisiensi
vitamin E pada hewan jantan dapat menyebabkan penghambatan spermatogenesis
dan menghentikan produksi sperma. Kacang hijau memiliki kandungan gizi yang
cukup baik, kacang hijau mengandung karbohidrat, lemak, selenium, magnesium
dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin B1, B2, B3, C dan E. Kandungan protein
kacang hijau mencapai 24% dengan kandungan asam amino esensial seperti
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan. Kandungan protein
yang tinggi tersebut sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak yang mampu
meningkatkan fertilitas/kualitas spermatozoa jantan.
Pada keadaan tertentu, ada beberapa sapi pejantan yang dilakukan sedikit
berbeda, contohnya adalah sapi Guard dan Devon. Pemberian konsentrat
seharusnya diberikan sebanyak 1-2% dari berat badan per hari, berat badan yang
diketahui untuk Guard berkisar 984 kg, tetapi konsentrat yang diberikan hanya 8
kg. Sedangkan Devon memiliki berat lebih kurang 778 kg, tetapi diberikan
sebanyak 8 kg. Guard diketahui memiliki umur yang sudah cukup tua yaitu 9 tahun,
dengan keadaan seperti itu, dilakukan pengurangan jumlah pakan yang harus di
konsumsi dikarenakan pertumbuhan otot dan tulang sudah berhenti. Jika konsumsi
pakan di sesuaikan dengan berat badan hanya akan menambah berat badan dan
tulang akan semakin berat dalam menahan tubuh sapi sehingga dapat memicu
bahaya pada tulang dan otot sapi. Sedangkan untuk Devon yang berumur 4 tahun,
dia dikategorikan masih muda dan masih dalam masa petumbuhan sehingga
memerlukan nutrisi yang lebih. Hal ini dapat dikatakan pemberian pakan dilihat
dari kondisi, berat badan, kesehatan ternak, dan faktor usia (Prakkasi, 1999).
b. Penampungan Semen
Sebelum pengambilan semen, sebaiknya pejantan dirangsang berjalan-
jalan mengelilingi sapi pemancing beberapa kali, agar menambah libidonya, atau
sekali-kali boleh menaiki pemancing tersebut tetapi dicegah terjadinya ejakulasi.
Pada saat demikian biasanya beberapa ml cairan asesoris mungkin akan menetes
keluar dari preputium dan penis mulai ereksi. Dengan cara ini maka saat
penampungan sebenarnya akan diperoleh air mani dalam volume besar dan kualitas
baik. Cara pengambilan yaitu vagina buatan dipegang dengan tangan kanan,
operator berdiri disebelah kanan sapi pemancing, dengan posisi membuat sudut 45°
dengan garis horizontal. Pada saat sapi pejantan menaiki sapi pemancing dan ereksi
terjadi maka preputium ditarik ke samping dan penis diarahkan masuk ke dalam
vagina buatan sehingga terjadi ejakulasi (Hardijanto dkk., 2010).
Pemberian pakan kambing dan domba dilakukan setiap pagi dan sore. Pada
pagi hari dimulai pukul 07.00 WIB sedangkan sore hari dimulai pukul 15.00 WIB.
Rendeng kangkung diberikan sebanyak 1 nampan (1 kg) untuk 2 ekor, sedangkan
ampas tahu diberikan 1-2 kg/ekor. Pemberian minum untuk kambing dilakukan step
by step, karena kambing tidak terlalu banyak minum. Sedangkan untuk domba
memiliki ember untuk wadah minum sendiri, di isi dengan air setiap pagi dan sore.
Dilakukan pemberian air susu sebanyak 250 ml setiap pagi dan sore kepada anak
domba yang baru lahir pada Senin pada tanggal 23 September 2019.
2.2.4 Perawatan Kambing dan Domba
Upaya menjaga kesehatan kambing dan domba di Teaching Farm antara lain
menjaga kebersihan kandang dengan membersihkan kandang dua kali sehari,
mengganti minum bila tidak habis pada pemberian sebelumnya, mencukur bulu
secara berkala, dan memotong kuku ternak.
2.2.5 Sistem Pemeliharaan, Perkandangan, dan Sanitasi Sapi Potong Betina
Sistem pemeliharaan sapi potong di Teaching Farm yaitu dengan metode
intensif yaitu dimana sapi dikandangkan sepanjang hari. Dalam hal ini pemenuhan
pakan wajib terpenuhi dikarenakan sapi tidak digembalakan untuk mencari rumput
sendiri. Secara umum kandang yang digunakan bisa berupa kandang individu
maupun kandang kelompok. Sebelumnya di TF kandang untuk sapi potong yaitu
kandang individu dengan ukuran dengan ukuran 2,5 x 1,5 m untuk tiap individu
sapi. Tujuan dibuatnya kandang individu adalah memacu pertumbuhan sapi potong
lebih pesat dimana ruang gerak sapi terbatas. Kondisi sapi di kandang individual
lebih tenang dan tidak mudah stres. Selain itu keberadaan kandang juga harus
diberhatikan. Kandang yang baik harus memperhatikan beberapa aspek untuk dapat
dipenuhi. Aspek – aspek yang setidaknya ada dalam kandang antara lain:
Cukup mendapat sinar matahari
Mempunyai saluran pembuangan dan tempat penampungan kotoran yang
memadai
Terbuat dari bahan yang cukup kuat dan tahan lama
Bila mungkin lantai kandang disemen/dikeraskan dan dihampiri jerami biar
hangat
Kandang hendaknya dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum
Lantai diusahakan agak miring dengan kemiringan 2 derajat kearah pantat sapi
dan diusahakan agar selalu kering dan hangat
Untuk saat ini dikarenakan kandang masih dalam tahap renovasi sapi
dipindahkan dalam 1 kandang dengan 2 tali diikatkan pada 2 tiang, untuk kandang
sementara ini sapi pasti tidak nyaman karena tempat pakan dan minum yang kurang
memadai dan kandang yang tidak bisa dibersihkan tuntas dan hanya diambil
kotorannya saja tanpa disiram air. Dari segi kenyamanan tentu kandang ini sangat
tidak nyaman. Oleh karena itu diharapkan untuk terus memperhatikan kebersihan
kandang untuk meminimalisir sapi yang kurang nyaman. Hal itu dapat
mempengaruhi pertumbuhan sapi, terlebih jika bertujuan untuk penggemukan sapi
akan lebih susah digemukkan karena suasana lingkungan yang juga kurang
mendukung. Tidak ada saluran air dan juga pembuangannya. Sehingga kandang
masih cukup kotor dan air minum terbatas saat pemberian pagi dan sore hari saja.
Pembersihan kandang dilakukan setiap pagi dan sore, pagi dimulai pukul 07.00
WIB dan sore mulai pukul 15.00 WIB.
(+) (+)
1 A1 Positif mastitis
(+++) (+)
(++) (+)
2 A2 Positif mastitis
(+) (++)
(-) (-)
3 A4 Negatif
(-) (-)
(++) (++)
4 K1 Positif mastitis
(-) (+)
(+) (+)
5 K2 Positif mastitis
(+) (++++)
(+) (+)
6 K3 Positif mastitis
(+) (+)
(+) (-)
7 K4 Positif mastitis
(-) (-)
Dari hasil yang didapat dari CMT sapi yang positif mastitis adalah sapi
A1, A2,, K1, K2, K3, K4. Hal ini terjadi karena kurang dilakukannya SOP oleh
perawat ternak sehingga menimbulkan mastitis pada ternak.
1. Jenis ternak yang dipelihara adalah ternak dengan kualitas yang cukup baik
2. Pakan yang diberikan berupa hijauan (rumput), konsentrat dan ampas tahu
dengan timbangan yang baik, walaupun secara kuantitas dan kualitas belum
memenuhi kebutuhan sapi
3. Kebersihan kandang sudah cukup baik
4. Sistem perkandangan yang ada sudah memenuhi persyaratan kandang yang baik
dan benar
5. Recording sudah dijalankan cukup baik
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J., dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi 4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Dahlan, Mufid, Wardoyo, H. Prasetyo. 2013. Suplay Produksi Bahan Kering Jerami
Kangkung Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia Di Kabupaten
Lamongan (Studi Musim Tanam MK II Tahun 2012). Jurnal Ternak. Vol
4:2.
Ensminger, M. E., 1989. Beef Cattle Science. The Interstate Printers and Publisher,
California
Fikar dan Ruhyadi. 2010. Buku Pintar dan Bisnis Ternak Sapi Potong. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Masturi, A., Lestari dan R. Sukadarwati. 1992. Pemanfaatan Limbah Padat Industri
Tahu Untuk Pembuatan Isolasi Protein. Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri. Departemen Perindustrian, Semarang.
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi
Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Perah Moeria Kudus Jawa
Tengah). Tesis. Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.
Semarang.
Putri, V.E. 2018. Perbedaan Kualitas Semen Segar Sapi Limousin Pada Umur Yang
Berbeda Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari. Sarjana thesis,
Universitas Brawijaya.
Resnawati, H. 2008. Kualitas Susu Pada Berbagai Pengolahan Dan Penyimpanan.
Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju
Perdagangan Bebas–2020, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Bogor
Siregar, S. 1993. Jenis, Tehnik Pemerahan, dan Analisis Usaha Sapi Perah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudono, A., F. Rosdiana, dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Suheri, G. 2010. Teknik Pemerahan Dan Penanganan Susu Sapi Perah. Lokakarya
Fungsional Non Peneliti, Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Syamsu, A.J. 2005. Daya Dukung Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak
Ruminansia Di Indonesia. Wartazoa.
Tomaszweska, M.W., I.K. Sutama, I.G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi,
Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.