ANSIETAS
SUB KATEGORI : INTEGRITAS EGO
KATEGORI : PSIKOLOGIS
DOSEN PENGAMPU :
Anita Puri, S.Kp., M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Ansietas”.
Kami mengucapkan terima kasih pada Ibu Anita Puri, S.Kp., M.Kes. selaku Dosen
Mata Kuliah Metodologi Keperawatan jurusan keperawatan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
0099 Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
0100 Risiko Distres Spiritual
0101 Risiko Harga Diri Rendah Kronis
0102 Risiko Harga Diri Rendah Situasional
0103 Risiko Ketidakberdayaan
0104 Sindrom Pasca Trauma
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), ansietas
merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017). Ansietas didefinisikan sebagai suatu respon perasaan yang
tidak terkendali. Ansietas merupakan respon terhadap ancaman yang
sumbernya tidak diketahui, internal, dan samar-samar. Ansietas berbeda dengan
rasa takut, yang merupakan respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui,
eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik (Anggit, 2019).
Ansietas dapat dialami siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin,
latar belakang sosial maupun ekonomi. Namun menurut American Psychiatric
Association, wanita lebih rentan mengalami ansietas dibandingkan pria karena
terdapat perbedaan pada otak dan hormon dari keduanya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Penyebab Ansietas
Menurut Stuart (2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya ansietas, yaitu:
A. Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman yang mengancam akan
kebutuhan sehari-hari seperti kekurangan makanan, minuman,
perlindungan dan keamanan. Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga mengalami
ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi ansietas.
B. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
benda/ orang berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi.
C. Faktor perkembangan, ancaman yang menghadapi sesuai usia
perkembangan, yaitu masa bayi, masa remaja dan masa dewasa.
Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012) menambahkan bahwa individu yang
menderita penyakit kronik seperti diabetes melitus, kanker, penyakit jantung
dapat menyebabkan terjadinya ansietas. Penyakit kronik dapat menimbulkan
kekhawatiran akan masa depan, selain itu biaya pengobatan dan perawatan
yang dilakukan juga akan menambah beban pikiran.
4
c. Gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder).
Suatu kondisi yang ditandai dengan tindakan mengulang-ulang sesuatu
yang sama sebagai perwujudan dari ketidakpuasaan atau takut membuat
kesalahan.
d. Gangguan kecemasan pemisahan (separation anxiety disorder)
Takut berada jauh dari rumah atau orang yang dicintai.
e. Hypochondriasis
Kecemasan atau ketakutan berlebih yang membuat penderitanya merasa
menderita penyakit serius sekalipun dari hasil pemeriksaan menunjukkan
hasil negatif.
f. Gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder)
Gangguan kecemasan yang di picu oleh peristiwa tragis di masa lalu.
a. Gejala somatik berupa jantung berdebar, mual, pusing, nyeri fisik pada
bagian tubuh tertentu seperti nyeri dada, nyeri otot dan lain sebagainya.
b. Gejala vegetatif berupa gangguan tidur, pola makan dan aktivitas seksual.
c. Gejala kognitif berupa kesulitan berkonsentrasi, tidak bisa tenang dan
mudah lupa.
Tanda dan gejala ansietas lainnya sebagia berikut.
a. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada,
letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.
b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf
simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare.
c. Khawatir berlebihan.
d. Kewaspadaan berlebihan.
e. Sulit konsentrasi.
f. Tidur terganggu.
5
2.4 Cara Mengatasi Ansietas
Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan
menghilangkan segala hal yang menjadi penyebab timbulnya kecemasan
tersebut 21 (Annisa & Ifdil, 2016). Berdasarkan sebuah penelitian yang
dilakukan di Paris, dikatakan bahwa ketahanan seseorang terhadap ansietas
terbukti dapat memperlambat penuaan dan meningkatkan kesehatan serta
kualitas hidup secara keseluruhan (Faye et al. 2018).
Kecemasan dapat diatasi dengan komunikasi yang baik dengan pasien dan juga
bisa diatasi dengan cara di bawah ini:
1. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing)
a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
b.Tahan napas selama 3 detik
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d.Ulangi selama 3 kali
2. Teknik guided imagery
a. Diri dalam keadaan rileks
b.Teman dan konselor membimbing seseorang dengan kondisi verbal (bicara
perlahan dan lembut)
c.Pasien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh
suara hatinya.
d.Saat terbangun dari proses imagery, pasien akan merasa damai, dan akan
mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani, atau
lebih siap menghadapinya.
3. Tertawa dan olahraga.
Untuk mengatasi rasa ansietas ini, para pakar menyarankan agar kita banyak
tertawa. Karena cara tersebut ampuh mengusir emosi dengan sesuatu positif
sifatnya. Tak ubahnya dengan olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan
olahraga bisa membantu mengurangi rasa ansietas.
4. Menulis rasa ansietas dalam secarik kertas
6
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi dan rasa
sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur ketakutan dan ansietas yang
ada dalam benak seseorang, seperti "Saya ansietas karena...", "Saya nggak
yakin kalau harus...', atau "Saya takut ketika."
5. Bersantai
Rasa ansietas yang muncul merupakan salah satu akibat dari banyaknya
pekerjaan atau tugas lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu
buat bersenang-senang dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula
digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena
kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa ansietas.
6. Dengar musik.
Dengan mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu menjalani
ritme hidup yang menyenangkan.
7
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Gol. Darah : O Rh (+)
Alamat : Sukarame, Bandar Lampung
8
2. Keluhan Utama saat Pengkajian :
Pasien sudah dirawat di RS Melati selama 2 hari, dengan diagnosa
medik TB Paru, pasien mengatakan cemas dengan penyakit yang
tidak kunjung sembuh, kilen mengatakan takut dijauhi oleh orang-
orang.
9
Bagan Genogram
30
Keterangan :
= Laki - laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Pasien
30 = Usia
10
V. RIWAYAT POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN PASIEN
1. Pola Aktivitas Sehari-Hari
ADL Di Rumah Di rumah sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Pasien mengatakan makan 3x Pasien diberi makan 3x sehari,
nutrisi dan cairan sehari dengan nasi, sayur dan pasien menghabiskan ½ porsi
Makan / Minum lauk bervariasi dengan porsi makanan dan minum 5 gelas
Jumlah : sedang. Pasien minum 10 gelas perhari.
Jenis : perhari Pasien mengatakan tidak
- Nasi : ada pantangan makan dan tidak
- Lauk : mengalami kesulitan saat makan
- Sayur : dan minum.
- Minum :
Pantangan :
Kesulitan Makan/Minum:
Usaha Mengatasi kesulitan :
Pola Eliminasi
BAK : Jumlah, Warna, Bau, BAK pasien lancar kurang BAK pasien 3-4 kali sehari
Masalah, Cara Mengatasi. lebih 5x sehari
BAB : Jumlah, Warna, Bau,
BAB pasien lancar 1x sehari BAB pasien 1x 2 hari dengan
Konsistensi, Masalah, Cara
Mengatasi. konsistensi lembek.
11
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil
b. Gaya Komunikasi
Pasien mudah diajak komunikasi
c. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Pasien tampak bosan dan rindu dengan anak-anaknya
d. Kondisi emosi / perasaan pasien
Pasien tampak cemas
3. Riwayat Sosial
Pasien mudah berkomunikasi dengan orang lain, pasien dekat dengan
suaminya, pasien berkomunikasi aktif, pasien mengikuti pengajian di
desanya.
4. Riwayat Spiritual
Pasien mengatakan selalu menjalankan kewajiban sholat dan rajin
mengaji.
12
Mata sipit, mata pasien simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis,
sclera tidak ikterik, pasien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, visus pasien 6/6.
c. Telinga
Bentuk daun telinga normal, telinga pasien bersih, pedengaran
pasien baik, tidak ada tanda-tanda infeksi pada telingan pasien.
d. Hidung
Bentuk hidung normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
sekret pada hidung pasien, penciuman pasien baik.
e. Mulut
Bibir pasien pucat, tidak terdapat karang gigi pada gigi pasien, tidak
ada stomatitis pada mulut pasien.
f. Leher
Tidak ada pembesaran pada leher, arteri karotis teraba, tidak ada
benjolan pada leher pasien.
g. Dada
Bentuk dada normal, frekuensi pernapasan 24x/menit dalam
kondisi terpasang O2, tidak ada pembengkakkan pada dada pasien,
ukuran payudara normal.
h. Abdomen
Perut pasien tidak kembung, tidak ada penonjolan pada perut
pasien, tidak terdapat nyeri tekan pada perut pasien.
i. Kulit
Warna kulit sawo matang, integritas kulit baik, CRT < 2 Detik, kulit
pasien akral dingin.
j. Ekstremitas
Anggota ektremitas lengkap, tidak terdapat edema, tidak terdapat
luka, tangan kanan terpasang IVFD NaCl 20 tpm
k. Genitalia
Vagina bersih, tidak terdapat luka, tidak terdapat edema.
13
3.2 Diagnosa Keperawatan
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Integritas Ego
Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran akan penyakitnya dibuktikan
dengan
Data Mayor :
Subjektif :
- Pasien merasa bingung
- Pasien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
- Pasien sulit berkonsentrasi
Objektif
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
- Pasien sulit tidur
Data Minor
Subjektif :
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien merasa tidak berdaya
Objektif
- Frekuensi nadi meningkat 89x/menit
- Tekanan Darah meningkat 130/80 mmHg
- Wajah pasien pucat
14
3.3 Intervensi Keperawatan
No Tujuan Rencana Intervensi Keperawatan Rasional
Dx.
15
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
Kolaborasi
16
3.4 Implementasi Keperawatan
IMPLEMENTASI
- Mengidentifikasi saat
tingkat ansietas berubah
20 Oktober 2022 - Mengidentifikasi
13.00WIB
kemampuan mengambil
keputusan
- Memonitor tanda-tanda
ansietas
17
3.5 Evaluasi Keperawatan
EVALUASI
TGL&JAM Evaluasi Paraf
S : Suami pasien mengatakan
pasien masih gelisah dan masih
khawatir dengan penyakitnya.
20 Oktober 2022 O:
16.00 WIB - Pasien tampak gelisah
- Pasien sering terbangun di
malam hari
- Tubuh akral dingin
P : Lanjutkan intervensi
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas didefinisikan sebagai suatu respon perasaan yang tidak
terkendali. Ansietas merupakan respon terhadap ancaman yang sumbernya
tidak diketahui, internal, dan samar-samar. Ansietas dapat dialami siapa saja
tanpa memandang usia, jenis kelamin, latar belakang sosial maupun ekonomi.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1926-manajemen-
ansietas (Diakses pada 02 Oktober 2022)
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15644/F.%20BAB%202.pdf
?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada 02 Oktober 2022)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI
20