Disusun oleh :
Kelompok 2 :
1. FITRA PUSPITA SARI
2. NEDI NARWOTO
3. OVITA PERMATA SARI
4. ETRIKA PURNAMA SARI
5. ADE MURSID IRAWANSYAH
6. EVA RAMADONA
7. YETI AYUSTINI
8. ARNI PRIBADI
9. EKA DESTINA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “perilaku caring perawat dengan tingkat
Kelompok 3
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Smeltzer and Bare (dalam Arbani, 2015), penatalaksanaan kecemasan
ialah psikoterapi, farmakoterapi, dan pendekatan suportifiyang berkaitan dengan
perilaku caring perawat. Dijelaskan lebih lanjut oleh Caplan (2010), bahwa kecemasan
pasien preoperatif dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu usia, jenis
kelamin, pengalaman pasien menjalani operasi, konsep diri dan peran, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi,
jenis tindakan medis dan komunikasi terapeutik yang diiringi dengan perilaku caring
perawat terhadap pasien. Perilaku caring perawat merupakan faktor penting dalam
mengatasi kecemasan pasien preioperasi laparatomi, karena perawat merupakan tenaga
kesehatan yang profesional selama 24 jam menjalin kontak dengan pasien yang
mempunyai kesempatan untuk memberi pelayanan kesehatan berupa asuhan
keperawatan yang komprehensif dengan membantu pasien dalam mengatasi kecemasan
dengan memenuhi kebutuhan dasar yang holistik bersifat caring (Ananda & Asmawati,
2018).
Caringiibukan merupakaniiperlakuan “khusus yang diberikan kepada klien,
namun caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk memberikan
pelayanan kepada klien” (Potteri&iPerry, 2015). Perilakuicaring merupakaniiintisari
“keperawatan dan karakteristik yang dominan, khusus, serta tidak terpisahkan dalam
keperawatan, sehingga penting bagi seorang perawat dalam meningkatkan perilaku”
icaringnya. “Perilaku caring dapat meningkatkan aktualisasi diri, mendukung
pertumbuhan individu, menjaga martabat dan nilai manusia, membantu penyembuhan
diri, dan mengurangi kecemasan ataupun distress” (Kozier, 2010). “Perilaku caring
terhadap pasien pra operasi dengan cara memberikan kepedulian baik secara verbal
maupun nonverbal dan memahami terhadap pasien supaya dia bisa mengungkapkan
perasaan atau pemahamannya, serta memberikan informasi yang tepat pada perawat
untuk membantu menyingkirkan” kecemasanipasien (Stuart, 2009).
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui konsep teori
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kecemasan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konsep teori tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kecemasan
Tujuan Khusus
Terdapat beberapa tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu:
a. Mengetahui pengertian kecemasan
b. Mengetahui tanda dan gejala kecemasan
c. Mengetahui faktor kecemasan
d. Mengetahui tingkat kecemasan
e. Mengetahui mekanisme koping
f. Mengetahui mekanisme ego
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Definisi kecemasan
intensitas yang berbeda-beda (Bedaso dan Ayalew, 2019). Menurut Stuart (2016)
menyebar yang dapat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya,
Association kecemasan adalah respon yang normal, emosional, masuk akal dan
diharapkan terhadap suatu bahaya nyata atau potensial (Woldegerima dkk, 2018).
Dari berbagai pengertian kecemasan yang dijelaskan para ahli dapat disimpulkan
2. Penyebab Kecemasan
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
ansietas.
b. Keluarga
c. Psikologis
Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah mengalami kecemasan.
Selain itu faktor ketahanan terhadap stress juga dapat mempengaruhi terjadinya
kecemasan.
d. Perilaku
2. Faktor Presipitasi
hari. Ancaman dapat berasal dari internal, contohnya sistem kekebalan tubuh,
pengaturan suhu maupun eksternal seperti infeksi, cidera, dan bahaya keamanan.
Ancaman sistem diri melibatkan bahaya identitas, harga diri dan fungsi
1. Kecemasan ringan
lapang persepsi. Kecemasan pada tingkat ringan juga dapat memotivasi belajar
2. Kecemasan sedang
yang nyata dan mengesampingkan yang lain. Lapang persepsi seseorang menjadi
mendengar. Pada tingkat ini seseorang masih mampu mengikuti perintah jika
diarahkan.
3. Kecemasan berat
Seseorang akan cenderung memfokuskan pada hal yang rinci dan spesifik serta
tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua tindakan yang dilakukan
4. Tingkat panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror. Seseorang akan kehilangan kendali diri,
serta tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik ini dapat
4. Rentang Kecemasan
Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan Model Adaptasi Stres Stuart (Stuart,
2016)
1. Respon Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis,
2. Respon Maladaptif
koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping
9
maladaptive mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas,
isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat
terlarang.
1. Usia
bahwa perbedaan usia dapat dijadikan sebagai faktor yang menyertai individu
mengalami kecemasan akibat stresor dan proses kematangan usia. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa semakin bertambah usia maka tingkat kecemasan pasien
akan menurun.
2. Jenis kelamin
3. Tingkat Pendidikan
seseorang tinggi maka akan terjadi pengingkatan tingkat kecemasan sesorang. Hal
yang dirasakan, mencari sumber informasi dan sadar akan adanya komplikasi.
berpendidikan tinggi.
10
4. Tahap Perkembangan
ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang dirinya dan dapat
5. Tipe kepribadian
dari pada yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih
memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab
mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan
6. Status kesehatan
menghadapi stress.
yang akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak
seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh pengalaman
seseorang dengan keluarga, sahabat rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan
metode evaluasi diri (self report) yang telah digunakan pada lebih dari 3000
penelitian mengenai kecemasan (Tulloch dan Rubin, 2018). STAI saat ini telah
berbagai bahasa (Nigussie dkk., 2014). STAI terdiri dari dua kategori yaitu State
Anxiety dan Trait Anxiety. STAI terdiri dari 40 pernyataan dengan empat pilihan
jawaban. State Anxiety Scale terdiri dari 20 pernyataan yang digunakan untuk
mengevaluasi perasaan cemas yang dirasakan responden saat ini yang muncul
menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban yang dapat dipilih
responden sesuai dengan apa yang dirasakan yaitu skor 4 untuk pilihan sangat
merasakan, dan skor 1 untuk jawaban tidak merasakan. Skor ini digunakan untuk
(Bedaso dan Ayalew, 2019). Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner STAI
telah dilakukan di berbagai negara, seperti di Iran dengan nilai alpha cronbach
1 = Jarang (ringan)
2 = Kadang-kadang (sedang)
7. Manifestasi Klinis
2) Tampak gugup
3) Sulit tidur
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Gemetar
14
8. Mekanisme koping
Ketika pasien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas bentuk
ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok.
Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan
menggunakan energy yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) merupakan pemecahan
masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang
ada secara realistis yaitu :
i. Perilaku menyerang (Agresif) biasanya digunakan individu untuk mengatasi
rintangan agar memenuhi kebutuhan.
ii. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik
secara fisik maupun psikologis.
iii. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) mekanisme ini membantu mengatasi
ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara
sadar untuk mempertahankan keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego :
i. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
ii. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia
kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-pikiran, perilaku dan selera
orang tersebut.
iii. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
iv. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana seseorang
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok
kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani, contohnya rasa benci atau
kecewa terhadap kematian orang yang dicintai, dialihkan dengan cara
menyalahkan diri sendiri.
v. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
15