Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEMAS”

Mata kuliah: Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu: Ns. Mather, S. Kep., M. Sos.

DISUSUN OLEH:

Egy sheryl nurhardanti 211121022


Farhan apryanto 211121028
Irmas bayyati 211121038
Meti 211121046
Sri suhartini 211121078

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK

JURUSAN D4 KEPERAWATAN PONTIANAK

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada klien cemas”dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah keperawatan jiwa.
Dalam penyusunan makalah ini penulis melewati proses bimbingan dengan dosen
pembimbing/Fasilitator. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Ns. Mather, S. Kep,
M. Sos. selaku dosen pembimbing/Fasilitator yang telah memberikan masukan serta bimbingan
kepada penulis sehingga tersusunnya makalah ini.

Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu karya
tidaklah lepas dari sebuah kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Pontianak ,10 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..3
2.1 Konsep Dasar Kecemasan……………………………………………………………3
2.1.1 Etiologi…………………………………………………………………….....4
2.1.2 Patofisiologi……………………………………………………………....…..4
2.1.3 Manfestasi Klinis……………………………………………………………..4
2.1.4 Penatalaksanaan………………………………………………………………5
2.1.5 Mekanisme Koping…………………………………………………………...6
2.1.6 Pohon Masalah……………………………………………………………….9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.....………………………………………………9
2.2.1 Pengkajian……………………………………………………………………9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….11
2.2.3 Intervensi Keperawatan………………………………………………………11
2.2.4 Implementasi Keperawatan…………………………………………………12
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………12
3.1 Pengkajian…………………………………………………………………………..12
3.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………..22
3.3 Intervensi……………………………………………………………………………23
3.4 Implementasi dan Evaluasi…………………………………………………………26
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………….29
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….29
4.2 Saran…………………………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah ketidaksesuaian proses pikir, alam perasaan dan perilaku seseorang
yang mengalaminya. Gangguan jiwa yang paling banyak dialami oleh individu meliputi gangguan
depresi, gangguan kecemasan, serta gangguan psikotik seperti skizofrenia. Salah satu gejala yang
umum yang terjadi pada penderita gangguan jiwa adalah gangguan pada kemampuan interaksi
sosial atau penarikan diri dari lingkungan sosial. Orang gangguan jiwa akan mengalami masalah
penyesuaian diri dalam kehidupannya, masalah pembangunan relasi sosial, serta permasalahan
dalam melakukan interaksi sosial sehingga dapat mengakibatkan gangguan interaksi sosial.
Banyaknya stigma negatif dari masyarakat, kurangnya dukungan keluarga, halusinasi serta waham
yang dirasakan oleh penderita gangguan jiwa dapat mempengaruhi kemampuan interaksi sosial
pada penderita gangguan jiwa sehingga dapat menyebabkan masalah gangguan interaksi sosial.
Perubahan kemampuan interaksi sosial pada orang dengan gangguan jiwa dapat menjadi salah satu
aspek yang dikaji dalam pengkajian orang dengan gangguan jiwa untuk merumuskan masalah
kesehatan pada orang dengan gangguan jiwa, seperti penurunan kemampuan interaksi sosial pada
orang dengan gangguan jiwa dapat menyebabkan penarikan diri, penurunan minat untuk
berinteraksi dengan orang lain, serta ingin menyendiri dapat menjadi indikasi terjadinya masalah
keperawatan isolasi sosial.

Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi
terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan. Bahkan pada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas. Di Indonesia
prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta
penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala kecemasan dan depresi. Terkait dengan mahasiswa dilaporkan bahwa 25% mahasiswa
mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas sedang, dan 15% mengalami cemas berat.

1
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat mengalami kecemasan
baik cemas ringan, sedang atau berat. Dalam kesehariannya, ada banyak pekerjaan, tantangan dan
tuntutan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Tantangan dan tuntutan tersebut antara lain
pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang merupakan bentuk dari evaluasi
yang secara rutin dihadapi oleh mahasiswa. Berbagai hal dan kondisi tertentu juga dapat
berpengaruh terhadap kesuksesan mahasiswa atau justru menghambat mahasiswa itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana memberikkan asuhan keperawatan pada klien cemas”
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah
dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien cemas dengan
menggunakan pendekatan proses perawatan.
2. Tujuan khusus : Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data,
menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan,
mengimplementasikan tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan
keperawatan jiwa kepada pasien dengan kecemasan serta pendidikkan kesehatan.
1.4 Manfaat
Meningkatkan praktek keperawatan khususnya pengembangan ilmu keperawatan jiwa
dengan masalah kecemasan, serta memberikakan hal yang postif terutama kepada pasien,
institusi pendidikkan dan juga rumah sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kecemasan
2.1.1 Definisi
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang dapat dialami oleh setiap orang
dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya kita mengalami kondisi cemas ketika menghadapi
hal-hal diluar rutinitas atau kebiasaan aktivitas sehari-hari, atau ketika menghadapi
sesuatu yang datang tiba-tiba, misalnya menghadapi ujian, pindah tempat pekerjaan,
pindah rumah, atau menghdapi perubahan suasana lainnya.
Cemas dapat merupakan suatu kondisi yang wajar namun dapat pula merupakan
kondisi yang tidak wajar, yaitu merupakan suatu tanda dan/atau gejala dari suatu
penyakit. Kondisi cemas dikatakan wajar apabila dapat ditoleransi oleh individu yang
mengalami, dan cemas itu akan hilang dengan sendirinya. Bila peristiwa yang
mencetuskannya telah berlalu atau telah diselesaikan, namun individu masih merasakan
kecemasan yang berlebihan dan menganggu aktivitasnya sehari-hari, maka kecemasan
tersebut merupakan kecemasan yang tidak wajar.
Kecemasan yang tidak wajar itu disebut sebagai gangguan cemas atau gangguan
ansietas (anxiety disorder). Terdapat gangguan cemas, antara lain gangguan panik,
gangguan cemas menyeluruh dsb.
Kecemasan juga sering dikatakan sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaaan khawatir, gelisah, takut. Tidak tentram disertai berbagai
keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan
dan berbagai gangguan kesehatan. Kecemasan berbeda dengan takut. Takut merupakan
peniaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas.
1. Rentang respon ansietas

Adaptif Maladaptif

• Adaptif: hal yang dapat diterima oleh penderita, seperti dapat beradaptasi
dengan keadaan sekelilingnya secara wajar

3
• Maladaptif : hal yang kurang dapat diterima oleh penderita, seperti tidak
dapat beradaptasi dengan keadaan sekelilingnya secara wajar
2. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatfitas.
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan menyampingkan hal lain.
c. Kecemasan berat
Pada kecemasam berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

2.1.2 Etiologi

Adapun penyebab dari masalah kecemasan, yaitu:

a) Faktor prediposisi
- Teori psikoanalitik
Kecemasan merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu
ide, ego, dan super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls
primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator
antara ide dan super ego. Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego
tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
- Teori interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan
juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.

4
Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengelami
kecemasan berat.
- Teori perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini
diperkirakan turut berperan dalam mengatur kecemasan.
b) Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti: ancaman terhadap integritas fisik
meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan melaksanakan
fungsi kehidupan sehari-hari. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan
identitas, harga diri dan integritas fungsi sosial.
c) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan kecemasan.

2.1.3 Patofisiologi

Dimulai dari Hormon kecemasan yang terdapat dalam sistem saraf pusat adalah
norepinephrine, serotonin, dopamine, dan gammaaminobutyric acid (GABA). Sistem saraf
otonom simpatetik bertindak sebagai perantara dari kebanyakan gejala. Amygdala
berperan penting untuk meredakan ketakutan dan kecemasan. Klien dengan gangguan
kecemasan telah terbukti menunjukkan respon amygdala yang meningkat, yang berarti
merupakan isyarat terhadap tingginya level kecemasan sehingga amygdala bekerja lebih
keras.

2.1.4. Manifestasi klinis

Keluhan-keluhan cemas yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami


gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:

5
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

Selain keluhan-keluhan cemas secara umum diatas, ada lagi kelompok cemas yang lebih
berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan phobik dan gangguan
obsesif-kompulsif.

2.1.5 Penatalaksanaan

Menurut Harini (2013) berbagai macam situasi dan kondisi yang akan menekan
seseorang dalam menjalankan rutinitas dan kegiatannya, juga dapat mengakibatkan
munculnya situasi yang mencemaskan. Kecemasan dapat diatasi dengan pendekatan
Farmakologis dan Nonfarmakologis diantaranya :

1) Farmakologis Pendekatan farmakologis hanya diberikan pada kecemasan


tingkat berat dan panik, yaitu pemberian dengan alprazolam,
benzodiazepin, buspiron, dan berbagai antidepresan lainnya. Farmakologi
untuk kecemasan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena dapat
menyebabkan toleransi dan ketergantungan panda individu tersebut
(Sepriani, 2014).
2) Non-farmakologis
a. Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perlakuan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Relaksasi merupakan
suatu terapi agar individu menjadi lebih rileks dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi (Potter &
Perry, 2010). Teknik ini juga dapat dilakukan oleh pasien tanpa
bantuan terapis dan dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah. Relaksasi akan

6
meningkatkan sekresi hormon endorfin dari dalam tubuh sehingga
individu menjadi nyaman dan tidak akan berfokus pada kecemasan
yang dialami. Terapi musik klasik 22 termasuk salah satu contoh
musik yang memiliki fungsi untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan (relaksasi).
b. Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga
individu akan lupa terhadap kecemasannya bahkan dapat
menigkatkan toleransinya terhadap cemas yang dialami. Stimulus
sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan hormon
endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditrasmisikan ke
otak (Potter &Perry, 2010).
c. Pengendalian Pernafasan Pengendalian pernafasan merupakan
suatu teknik untuk mengendalikan nafas yang sifatnya cepat dan
memfokuskan diri pada pernafasan. Orang yang sedang mengalami
kecemasan cenderung bernafas dengan cepat dan dangkal karena
adanya perasaan panik dan khawatir, padahal hal ini dapat
meningkatkan rasa cemas. Pernafasan yang lebih lambat dan dalam
selalu memiliki efek menenangkan, hal ini merupakan salah satu
cara yang paling cepat untuk menghentikan serangan panik.
d. Cognitif Behavior Therapy merupakan suatu pendekatan belajar
terhadap terapi yang menggabungkan teknik kognitif dan
behavioral. Terapi ini berupaya untuk mengintegrasikan teknik-
teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu
melakukan perubahan, tidak hanya pada perilaku yang nyata, tetapi
juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap yang mendasarinya.

2.1.6 Mekanisme Koping

Ketika klien mengalami kecemasan, individu menggunakan bermacam-macam


mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan kecemasan dapat

7
diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga, atau merokok. Bila terjadi kecemasan
berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
merupakan penyebab utama perilaku yang patologi, individu akan menggunakan energi
yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)


Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perlaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan
keseimbangan.

8
2.2 Pohon Masalah

Defisit Perawatan Diri (Akibat)

Isolasi sosial (Masalah utama)

Pola koping individu tidak efektif (Penyebab)

Kecemasan (Ansietas) (Prepitasi)

2.3 Konsep dasar asuhan keperawatan

2.3.1 Pengkajian

a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, suku,
agama, status perkawinan, pendidikkan, tanggal MRS (masuk rumah sakit),
dan nama orang tua serta mengkaji alasan klien dibawa kerumah sakit dan
lain sebagainya.
b. Keluhan utama
Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah klien
c. Faktor predisposisi
1. Gangguan jiwa pada masa lalu
Ada tidaknya riwayat masa lalu pasien mengidap gangguan jiwa/sudah
pernah dirawat.
2. Faktor biologis
Ada tidaknya terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbuk.
3. Faktor perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan dalam keluarga akan menyebabkan
orang tersebut kehilangan masa nya sejak kecil.
4. Faktor sosiokultural

9
Seseorang yang tidak diterima dalam lingkungannya akan merasa
sendirian dan dikucilkan.
5. Faktor psikologis
Biasanya pasien akan melakukan hal yang dapat membuat ia merasa
tenang seperti menangis, merokok dan minum-minuman keras.
6. Faktor genetik
Apakah di dalam keluarga pasien ada yang memiliki riwayat yang sama
sehingga diturunkan kepada keturunan nya.

2.3.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan


memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba. Pemeriksaan
fisik dilakukan secara menyeluruh/head to toe. Pemeriksaan fisik meliputi
pengecekan tanda-tanda vital, kepala dan wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
gigi, leher, thorax, jantung, abdomen, integumen, dan keluhan fisik pada pasien.
Pengecekan dilakukan secara sistematis agar mendapatkan hasil yang sesuai
dengan kondisi pasien.
• Psikososial
Menurut asmadi (2008) Psikososial merupakan istilah yang menggambarkan
hubungan antara kondisi social seseorang dengan kesehatan mental/emosinya.
Psikososial melibatkan aspek psikologis dan social. Didalam psikosial ini meliputi
genogram, konsep diri (gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri),
hubungan sosial (orang yang berarti, peran serta dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain), spiritual (nilai dan
keyakinan, kegiatan ibadah), status mental (penampilan, pembicaraan, aktivitas
motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, daya titik diri), kebutuhan perencanaan pulang (kemampuan pasien
memenuhi kebutuhan, kegiatan hidup sehari-hari (seperti perawatan diri pasien,
nutrisi pasien, skala tidur pasien) kemampuan pasien dalam mengantisipasi

10
kebutuhan sendiri, sistem pendukung)), aspek medis (meliputi terapi medik untuk
pasien).

2.3.3 Analisa data

Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang dilakukan


perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data tersebut dengan
konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien.
2.3.4 Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Dalam kasus ini terdapat beberapa diagnosis
secara umum meliputi:
• Ansietas
• Isolasi sosial
• Defisit perawatan diri
• Harga diri rendah kronis
2.3.5 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan awal yang
memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk
bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan, adapun
intervensi sesuai diagnosa diatas adalah:
Ansietas Isolasi Sosial Defisit perawatan diri Gangguan identitas diri
• Reduksi ansietas • Promosi • Dukungan • Orientasi realita
• Terapi relaksasi sosialisasi perawatan diri • Promosi
• Terapi aktivitas • Dukungan kesadaran diri
perawatan diri : • Promosi koping
BAB/BAK
• Dukungan
perawatan diri :
Makan/Minum

11
• Dukungan
perawatan diri:
Mandi

2.3.6 Implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KECEMASAN

Kasus

Ny. A adalah seorang buruh, ia bekerja di salah satu pabrik baju, suatu ketika Ny. A selesai bekerja
sekitar pukul 22.00 WIB, Ny. A pun bergegas untuk pulang, namun saat itu jalanan sudah tidak
ada pengendara lain dan disisi lain warga sekitar sudah tidak kelihatan, ada sebuah pengemudi dari
belakang yang menghampiri Ny. A, ternyata pengemudi tersebut adalah seorang begal/penjahat.
ia menodongkan pisau dan mencakar lengan Ny. A sehingga lengannya luka dan berdarah,
akhirnya ada beberapa warga yang mendengar dan bergegas menghampiri, penjahat tersebut
langsung meninggalkan Ny. A dalam keadaan lengannya terluka dan berdarah, warga pun segera
membantu. Semenjak kejadian tersebut Ny. A takut, cemas dan gelisah menyendiri dikamarnya,
namun hal itu tidak terjadi begitu lama, Ny. A pun kembali bekerja, namun ia memiliki kinerja
yang kurang baik semenjak kejadian itu, akhirnya ia dipecat dengan total bekerja selama 5 tahun,
semenjak hari itu Ny. A hanya bisa diam dirumah dan mengurung diri. sehingga puncaknya,
awalnya pasien berteriak keras kepada keluarganya dikarnakan keinginan nya tidak dituruti dan ia
merasa cemas, gelisah, dan wajah pasien sangat tegang, ia mondar-mandir di ruang tamu rumah
dan selang beberapa waktu keluarga pasien mencoba untuk menenangkan pasien, namun pasien
mulai memberontak dengan cara berteriak keras sehingga tetangga pun mendengar teriakan pasien
tersebut, hal itu tidak dapat dikontrol oleh keluarga karna saat di suruh berhenti pasien semakin
mengencangkan teriakkannya. Ny. A pernah masuk RSJ di masa lalu pada tanggal 07 maret 2019.
namun dikarnakan keluarga pasien melihat pasien sudah berangsur membaik jadi terkadang sering
beberapa kali jadwal pemberian obat tidak teratur atau melupakannya, sehingga pada puncaknya
tanggal 09 Februari 2023 saat keinginan pasien tidak dituruti pasien mulai memunculkan gejala
yang sama seperti yang ia alami pada masa lalu. Saat dilakukan pengkajian pasien tampak cemas,
takut dan gelisah, kontak mata saat berbicara kurang dan pasien tampak lesu. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg, N : 89x/Menit, RR : 22x/Menit, T : 36℃, BB : 50 Kg.

3.1 Pengkajian
Nama mahasiswa : 1. Egy sheryl Nurhardanti
2. Farhan apryanto

12
3. Irmas bayyati
4. Meti
5. Sri Suhartini
Ruangan : Melati
Hari/tanggal pengkajian : 10 Februari 2023 Jam : 14.00 WIB

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. A No. Reg : 010203
Jenis kelamin : Perempuan Tgl. MRS : 09 Maret 2023
Suku/bangsa : Melayu Diagnosa : Bipolar disorder
Agama : Islam
Tanggal lahir : 10 Januari 1995
Status : Belum menikah
Pendidikkan : SMA
Alamat : Jl. Merpati No. 10A
Penanggung : Askes/Jamkesda/Jamkesmas/Sendiri
II. ALASAN MASUK
Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat bersama keluarga.
Alasan keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa karena pasien awalnya
berteriak keras kepada keluarganya dikarnakan keinginan nya tidak dituruti dan ia
merasa cemas, gelisah, dan wajah pasien sangat tegang, ia mondar-mandir di ruang
tamu rumah dan selang beberapa waktu keluarga pasien mencoba untuk
menenangkan pasien, namun pasien mulai memberontak dengan cara berteriak
keras sehingga tetangga pun mendengar teriakan pasien tersebut, hal itu tidak dapat
dikontrol oleh keluarga karna saat di suruh berhenti pasien semakin
mengencangkan teriakkannya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Gangguan jiwa pada masa lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu pada tanggal 07 maret 2019.
Setelah keluar kondisi pasien berangsur-angsur membaik, dan juga saat itu pasien
rutin meminum obat karna dibantu oleh kelurga/orangtua nya, namun dikarnakan

13
keluarga pasien melihat pasien sudah berangsur membaik jadi terkadang sering
beberapa kali jadwal pemberian obat tidak teratur atau melupakannya, sehingga
pada puncaknya tanggal 09 Februari 2023 saat keinginan pasien tidak dituruti
pasien mulai memunculkan gejala yang sama seperti yang ia alami pada masa lalu.
2. Faktor perkembangan
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki banyak teman saat usia anak-anak, dan juga
ia sering bermain bersama teman-temannya.
3. Faktor Biologis
Pasien mengatakan ia pernah mengalami trauma saat ia berusia 22 tahun,
dikarnakan waktu itu ia hampir menjadi korban pembegalan, namun berhasil
selamat karna ada beberapa warga yang membantunya.
4. Faktor psikologis
Pasien mengatakan biasanya saat memiliki masalah sering melamun, mengurung
diri dan menyendiri serta emosi tidak jelas, namun beberapa kali masih bisa di atasi
oleh keluarga pasien.
5. Faktor genetik
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit yang sama
sepertinya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Pasien kooperatif
Kesadaran : Pasien Compos Mentis
Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 89x/Menit
RR : 22x/Menit
T : 36℃
BB : 50 Kg
2. Kepala dan Wajah
Bentuk kepala normal, kebersihan kepala kurang baik, tidak terdapat kelainan pada
kepala, dikepala tidak terdapat benjolan atau luka, rambut pasien terpotong pendek
± 1 cm, warna rambut hitam, lembab dan terdapat ketombe.

14
3. Mata
Bentuk mata simetris, pergerakan bola mata baik, konjungtiva agak pucat, mata
pasien terlihat cekung dan hitam. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
seperti kacamata dan lain sebagainya. Tidak terdapat kelainan pada mata seperti
adanya lesi atau benjolan.
4. Telinga
Bentuk telinga simetris dan tampak kotor, tidak terdapat kesi di telinga dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
5. Hidung
Bentuk hidung simetris, bulu hidung pasien panjang dan kebersihan hidung sedikit
kotor, tidak terdapat lesi maupun benjolan pada hidung.
6. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi buruk, gigi bagian depan berwarna kuning, mukosa bibir
dan mulut agak kerng, bentuk mulut dan bibir simetris.
7. Leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah
bening.
8. Thorax
Bentuk thorax normal, bentuk dada simetris, suara nafas vesikuer, tidak terdengar
suara nafas tambahan.
9. Jantung
Tidak terlihat adanya pembesaran jantung, ictus cordis tidak teraba, tidak terdapat
nyeri tekan.
10. Abdomen
Perut pasien rata. Tidak ada lesi dan benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
kelainan pada abdomen.
11. Integumen
Mukosa lembab, turgor kulit normal, warna kulit sawo matang, terdapat bekas
cakaran di tangan pasien.
12. Keluhan fisik
Pasien mengatakan tubuhnya terasa pegal-pegal.

15
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

KETERANGAN :

: Laki-laki

C : Perempuan

: Pasien

: Meninggal

------------- : Tinggal Satu Rumah

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan bahwa ia menyukai matanya karna mata ia dapat
melihat segalanya didunia ini.
b. Identitas
Pasien mengatakan bahwa ia pernah bekerja disebuah pabrik baju selama 5
tahun, namun ia dipecat dikarnakan kinerja yang kurang baik.

16
c. Peran
Ketika ia berlibur dikampung ia biasanya membantu orang tuanya bertani
sesekali, dan ia mengatakan hal itu menyenangkan.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ia berharap sembuh dari penyakitnya dan dapat kembali
ke kampung halamannya
e. Harga diri
Psaien mengatakan dirinya terkadang takut untuk keluar dari rumah.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah orangtua dan
adiknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan biasanya dia aktif dalam kegiatan yang diadakan di
tempatnya seperti kerja bhakti sebelum kejadian yang ia alami
c. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain
Pasien mengatakan dirinya biasanya sesekali berkomunikasi dengan orang
disekelilingnya namun hanya sebentar.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, pasien mengatakan suatu saat nanti Allah akan
menyembuhkan penyakitnya.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan dirinya terkadang beribadah seperti sholat dirumah dan
dimasjid serta berdzikir.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien cukup rapi saat dirumah sakit, pasien menggunakan pakaian sesuai dengan
waktu, tempat, dan kondisi. Kebersihan tubuh cukup bersih, warna kulit sawo
matang, postur tubuh kurus, pasien menggunakan sendal, pakaian, dan cukup
bersih, tetapi masih ada beberapa anggota tubuh yang terdapat kotorannya, keluarga

17
pasien mengatakan bahwa biasanya pasien diingatkan untuk mandi, jika tidak dia
tidak mandi.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara lumayan lancar dan kooperatif saat bicara namun kontak mata
yang kurang.
3. Aktivitas motorik
Tidak ada aktifitas motorik yang abnormal, namun pasien tidak dapat menatap
lawan bicara terlalu lama, pasien lebih banyak menunduk atau menatap arah lain
saat diajak bicara.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan ia merasa cemas, gelisah dan takut masih menghampirinya saat
ia memikirkan kasus pembegalan tersebut.
5. Afek
Afek pasien adekuat yaitu ekspresi wajah pasien stabil dan sesuai dengan perasaan
hatinya dan rangsangan yang ada.
6. Interaksi selama wawancaraa
Selama wawancara pasien kooperatif, kontak mata negatif, pasien sering menatap
ke arah lain saat wawancara, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
7. Persepsi
Pasien mengatakan saat ia mendengar atau memikirkan kasus pembegalan ia sangat
takut, hal itu yang membuatnya merasa cemas, gelisah, dan berdebar-debar. Hal itu
kadang membuatnya emosi tidak jelas dan terkadang berlebihan. Pasien
mengatakan tidak mengetahui cara untuk menghilangkan rasa cemas nya akan hal
tersebut.
8. Proses pikir
Pembicaraan pasien dapat dipahami. Pasien berbicara dengan lancar tanpa ada
pengulangan kalimat.
9. Isi pikir
Pasien mengatakan ia tidak senang saat ada orang ramai-ramai datang kerumahnya,
sehingga terkadang emosi nya bisa muncul kapan saja.
10. Tingkat kesadaran

18
Pasien tampak kooperatif, pasien mengetahui dimana ia berada dan waktu saat
pengkajian.
11. Memori
Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat, ketika ditanya pasien masih ingat
dengan namanya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien fokus dengan pertanyaan yang ditanyakan, ia bisa berhitung dari 1-30.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mampu dalam menilai hal yang baik dan buruk. Saat ditanya lebih baik
membersihkan rumah terlebih dahulu atau mandi, ia menjawab membersihkan
rumah dahulu baru mandi agar bersih. Namun untuk menjalani perawatan diri
memang masih dibantu oleh keluarga.
14. Daya titik diri
Pasien menyadari bahwa ia sedang dirawat di RSJ, dan berharap agar cepat pulih.
VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
Pasien mampu memenuhi kebutuhannya, namun jika sudah mulai kambuh pasien
biasanya dibantu
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Pasien mandi 1-2x sehari dengan menggunakan sabun, namun hal itu
biasanya memang diingatkan oleh keluarga. pasien juga terkadang
mengatakan tidak mau untuk mandi kepada keluarga.. pasien biasa dapat
makan secara mandiri, pasien juga bisa mandiri saat BAB/BAK.
b. Nutrisi
Pasien makan 3x sehari secara teratur dengan porsi yang diberikan RSJ.
Makanan yang dimakan oleh pasien terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah.
Pasien makan dengan baik, terkadang dibantu keluarga, terkadang pasien
makan dengan mandiri.
c. Tidur

19
Pasien biasanya kesulitan tidur, namun setelah diberikan obat, ia dapat
tertidur seperti biasanya.
3. Kemampuan pasien dalam mengantisipasi kebutuhan sendiri
Pasien mampu dalam mengambil keputusannya sendiri, ia menyadari pentingnya
pemeriksaan kesehatan ditandai pasien mau di cek tekanan darahnya setiap hari
kamis, dan pasien makan agar tidak kelaparan, namun dalam penggunaan obat
pasien masih diingatkan dan diperintahkan oleh perawat.
4. Sistem pendukung
Pasien mempunyai sistem pendukung yaitu keluarga dan terapi obat.
VIII. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : Bipolar disorder
Terapi medis
a. Carbamazepine
b. Lamotrigine
c. Lithium

20
3.2 Analisa Data

NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Ansietas
• Pasien mengatakan bahwa ia merasa cemas,
gelisah dan bingung karna kasus yang menimpa
nya di masa lalu.
DO:
• Pasien tampak cemas, gelisah dan bingung saat
di wawancara, dan juga pasien kurang menatap
mata sesama lawan bicara
• Pasien sulit tidur sebelum diberikan obat
• Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 89x/Menit
RR : 22x/Menit
T : 36℃
BB : 50 Kg
2. DS: Isolasi sosial
• Pasien mengatakan ia sering mengurung diri dan
menyendiri dikamarnya, Pasien juga tidak suka
jika dirumahnya banyak orang
DS:
• Pasien kurang dalam kontak mata saat berbicara
• Pasien tampak lesu
• Pasien menarik diri dari orang sekitar

21
3. DS: Defisit perawatan diri
• Pasien mengatakan biasanya ia menolak untuk
mandi
DO:
• Kepala pasien tampak kotor dan lembab, telinga
pasien terdapat kotoran dan hidungnya kotor
serta ada rambut-rambut panjang.
• Mulut dan gigi pasien kotor dan area gigi depan
berwarna kuning.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF


MUNCUL TERATASI
Ansietas b.d Krisis Situasional 10 februari 2023 Egy sheryl

Isolasi Sosial b.d Perubahan Status 10 februari 2023 Egy sheryl


Mental

Defisit Perawatan Diri b.d Gangguan 10 februari 2023 Egy sheryl


Psikologis dan/atau Psikotik

22
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Ansietas b.d Krisis Situasional Setelah dilakukan intervensi REDUKSI ANSIETAS 1. Mengetahui perubahan
keperawatan selama 2 x 24 • Identifikasi saat tingkat kondisi
DS: jam, maka tingkat kecemasan ansietas berubah 2. Membantu konsentrasi klien
• Pasien mengatakan menurun dengan kriteria hasil: • Identifikasi 3. Mengantisipasi perubahan
bahwa ia merasa • Verbalisasi khawatir kemampuan 4. Agar pasien merasa nyaman
cemas, gelisah dan akibat kondisi yang mengambil keputusan 5. Agar menciptakan situasi
bingung karna kasus dihadapi menurun • Monitor tanda-tanda yang aman
yang menimpa nya di • Perilaku gelisah dan ansietas 6. Membuat pasien merasa
masa lalu. tegang menurun • Ciptakan hubungan diperhatikan
DO: • Frekuensi pernafasan saling percaya 7. Agar pasien merasa
• Pasien tampak cemas, dan nadi menurun • Pahami situasi yang memiliki support system
gelisah dan bingung • Kontak mata membaik membuat ansietas
saat di wawancara, dan • Dengarkan dengan
juga pasien kurang penuh perhatian
menatap mata sesama • Motivasi
lawan bicara mengidentifikasi situasi
• Pasien sulit tidur yang memicu
sebelum diberikan obat kecemasan

23
• Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 89x/Menit
RR : 22x/Menit
T : 36℃
BB : 50 Kg
Isolasi Sosial b.d Perubahan Setelah dilakukan intervensi Promosi Sosialisasi 1. Mengetahui perkembangan
Status Mental keperawatan selama 2 x 24 • Identifikasi pasien dalam berinteraksi
jam, maka tingkat isolasi sosial kemampuan melakukan 2. Membantu pasien dalam
DS: meningkat dengan kriteria interaksi dengan hambatan yang ada
• Pasien mengatakan ia hasil: oranglain 3. Agar memiliki hubungan
sering mengurung diri • Perasaan nyaman • Identifikasi hambatan yang baik sesama lingkungan
dan menyendiri dengan situasi sosial melakukan interaksi sekitar
dikamarnya, Pasien meningkat dengan orang lain 4. Mengetahui tingkat emosi
juga tidak suka jika • Perasaan mudah • Motivasi meningkatkan pasien
dirumahnya banyak menerima dan keterlibatan dalam 5. Membantu meningkatkan
orang mengkomunikasikan suatu hubungan kemampuan pasien dalam
DS: perasaan meningkat • Motivasi kesabaran berinteraksi
• Pasien kurang dalam • Responsif pada dalam mengembangkan 6. Agar pasien lebih
kontak mata saat oranglain meningkat suatu hubungan bersemangat dan termotivasi
berbicara • Motivasi berinteraksi dalam melakukan peningkatan
• Pasien tampak lesu diluar lingkungan kemampuan

24
Pasien menarik diri dari orang • Minat melakukan • Berikan umpan balik
sekitar kontak emosi positif pada setiap
meningkat peningkatan
• Kontak mata kemampuan
meningkat

Defisit Perawatan Diri b.d Setelah dilakukan intervensi DUKUNGAN PERAWATAN 1. Mengetahui kemampuan
Gangguan Psikologis dan/atau keperawatan selama 2 x 24 DIRI pasien
Psikotik jam, maka tingkat perawatan • Monitor tingkat 2. Agar pasien merasa
diri meningkat dengan kriteria kemandirian memiliki privasi/nyaman
DS: hasil: • Sediakan lingkungan 3. Membantu pasien agar lebih
• Pasien mengatakan • Verbalisasi keinginan yang teraupetik mudah dalam melakukan
biasanya ia menolak melakukan perawatan • Siapkan keperluan perawatan diri
untuk mandi diri meningkat pribadi 4. Membantu pasien dengan
DO: • Minat melakukan • Dampingi dalam cara memberi arahan agar bisa
• Kepala pasien tampak perawatan diri melakukan perawatan mandiri
kotor dan lembab, meningkat diri sampai mandiri
telinga pasien terdapat • Mempertahankan
kotoran dan hidungnya kebersihan diri
kotor serta ada rambut- meningkat
rambut panjang.

23
• Mulut dan gigi pasien • Mempertahankan
kotor dan area gigi kebersihan mulut
depan berwarna meningkat
kuning.

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


TANGGAL,
DAN JAM
1 Jum’at, 10 Ansietas b.d Krisis Situasional Subject: IRMAS
Februari 2023. SP 1- Pasien • Pasien menjawab salam yang
08.00 WIB 1) Membina hubungan saling percaya diberikan
R: Pasien mau berkenalan dan duduk • Pasien mengatakan bahwa dirinya
dekat perawat merasa cemas, gelisah, dan takut,
2) Mengidentifikasi tanda, gejala, dan dirinya juga tidak bisa tidur jika
kecemasan yang terjadi sebelum diberikan obat.
R: Pasien mengatakan bahwa dirinya • pasien mengatakan dirinya merasa
merasa cemas, gelisah, dan takut, nyaman setelah melakukan latihan
dirinya juga tidak bisa tidur jika relaksasi.
sebelum diberikan obat. Object:

25
3) Memberikkan penjelasan tentang • pasien tampak mengerti apa yang
kecemasan yang dirinya alami dijelaskan perawat
R: pasien tampak mengerti apa yang • Pasien mau berbincang dan
dijelaskan perawat pembicaraan berjalan dengan lancar
13.00 WIB 4) Mengajak pasien berbincang tentang • Tanda-tanda vital
dirinya TD : 130/90 mmHg
R: Pasien mau berbincang dan N : 89x/Menit
pembicaraan berjalan dengan lancar RR : 22x/Menit
5) Mengajarkan pasien latihan relaksasi T : 36℃
R: Pasien dapat melakukan latihan Analysis :
relaksasi, dan pasien mengatakan Masalah Ansietas teratasi sebagian
dirinya merasa nyaman setelah Planning:
melakukan latihan relaksasi. Intervensi dilanjutkan

2. Jum’at, 10 Isolasi Sosial b.d Perubahan Status Mental Subject: METI


Februari 2023. • Pasien mengatakan dirinya akan
08.00 WIB 1) Memberikkan motivasi kepada pasien berubah
agar dapat menjalani hidupnya kembali • pasien mengatakan dirinya merasa
R: Pasien tampak menerima motivasi lega karna dapat memulai interaksi
dan Mengatakan dirinya akan berubah sesama masyarakat sekitar.
Object:

26
2) Berikan pasien suasana yang nyaman • Pasien tampak menerima motivasi
saat berkomunikasi agar pasien lebih pasien tampak nyaman dan mudah
percaya diri dalam berinteraksi dalam menjawab pertanyaan yang
R: pasien tampak nyaman dan mudah diajukan
dalam menjawab pertanyaan yang • pasien tampak mengerti cara
diajukan bersosialisasi dengan orang
13.00 WIB 3) Mengajarkan pasien bersosialisasi sekitarnya
dengan orang sekitarnya • pasien tampak mengerti dengan
R: pasien tampak mengerti cara penjelasan perawat
bersosialisasi dengan orang sekitarnya Analysis:
4) Berdiskusi dengan pasien mengenai hal Masalah isolasi sosial teratasi
positif dalam bersosialisasi Planning:
R: pasien tampak mengerti dengan Intervensi selesai
penjelasan perawat, dan pasien
mengatakan dirinya merasa lega karna
dapat memulai interaksi sesama
masyarakat sekitar

27
3 Sabtu, 11 Defisit Perawatan Diri b.d Gangguan Subject: FARHAN
Februari 2023. Psikologis dan/atau Psikotik • Pasien dapat menyebutkan alat-alat &
08.00 WIB untuk perawatan diri, seperti shampo SRI
1) menjelaskan kepada pasien apa yang dan sabun.
dimaksud perawatan diri dan Object:
pentingnya perawtan diri kepada pasien • Pasien mengerti apa yang dimaksud
R: Pasien mengerti apa yang dimaksud dengan perawatan diri dan
dengan perawatan diri dan pentingnya pentingnya perawatan diri
perawatan diri • pasien mengerti dengan cara
2) Mengajukan pertanyaan mengenai alat- perawatan diri yang benar dan pasien
alat untuk perawatan diri dapat melakukan secara mandiri
R: Pasien dapat menyebutkan alat-alat Analysis:
untuk perawatan diri, seperti shampo Masalah defisit perawatan diri teratasi
dan sabun. Planning:
13.00 WIB 3) Mengajarkan pasien cara perawatan diri Intervensi selesai
dengan benar dan membantu pasien
melakukan perawatan diri secara
mandiri
R: pasien mengerti dengan cara
perawatan diri yang benar dan pasien
dapat melakukan secara mandiri

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan materi diatas bahwa ansietas adalah suatu kecemasan yang terjadi
bukan hanya karna suatu hal yang dapat secara umum kita jumpai, namun dimanapun tempat
yang memungkinkan maka ansietas akan terjadi, pentingnya dukungan serta bantuan dari orang-
orang terdekat, karna hal ini akan sangat berpengaruh terhadap psikologis atau psikotik
seseorang. Tanpa dukungan orang terdekat hal ini akan rentan terjadi terhadap semua orang.
Tanda dan gejala dapat berkurang jika ada dorongan dari diri sendiri untuk berubah. Dan juga
pemberian tindakan yang sesuai dengan diagnosa pasien juga penting, agar penangananya
sesuai/sistematis oleh perawat profesional. Hal yang paling penting adalah pendekatan terhadap
pasien, serta bina hubungan saling percaya agar satu sama lain merasa nyaman dan tentram saat
melakukan interaksi.

4.2 Saran

Pentingnya membina dan mewujudkan kesehatan pada pasien, dengan cara memberikkan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan panduan yang berlaku.

29
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC

Dalami, ermawati (2015), Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial/ermawati


dalami, SKP, suliswati, SKP, Mkes, pipin farida, SKP, Mkes, Ns. Rochimah, Skep, Ns.
Endang banon, Skep.; Copy editor; Agung wijaya, Amd – jakarta: TIM, 2015.

Hawari, dadang. (2010), Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Edisi 1, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Elvira, Sylvia D. (2010), Gangguan Panik, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prigunawan, Arif (2019), Gambaran Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Yang Praktik Diruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD), fakultas ilmu kesehatan UMP.

30

Anda mungkin juga menyukai