Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pangetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Oleh karena

itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi

untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Kemampuan

berfikir kritis, sistematis, logis serta kreatif dapat dikembang melalui matematika,

karena memungkinkan seseorang terampil berpikir rasional. Inilah kenyataan yang

menjadi salah satu penyebab matematika berkembang pesat dan dipelajari oleh

semua lembaga pendidikan.

Matematika adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang dipelajari

disetiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Definisi dari matematika makin lama makin berkembang dan makin bercampur satu

sama lainnya, sehingga sampai sekarang diantara para ahli matematika belum ada

kesepakatan yang bulat untuk memberikan jawaban membuat definisi tentang

matematika. Matematika timbul dari hasil pemikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran. Dengan mempelajari matematika juga dapat

bermanfaat sebagai alat bantu untuk mempelajari bidang studi lainnya, misalnya

pelajaran fisika, ekonomi, agama dan lain-lain.

Pada kenyataannya pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa

merupakan pelajaran yang sulit, tidak menarik dan membosankan, apalagi

1
2

kebanyakan guru memberikan rumus seringkali siswa dituntut untuk menghafalnya.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika guru harus mampu

menguasai materi dan memilih model mengajar atau model pembelajaran yang tepat,

sehingga matematika tidak dianggap lagi sebagai mata pelajaran yang sulit tetapi

mudah dan menyenangkan.

Salah satu materi matematika yang diajarkan di MAN adalah materi

sukubanyak yang diberikan pada siswa MAN kelas XI semester II. Dari hasil

wawancara peneliti dengan guru matematika kelas XI bahwa siswa mengalami

permasalahan pada materi manentukan nilai sukubanyak, baik dengan cara subtitusi

maupun skema. Hal ini terjadi karena pembelajaran masih banyak menggunakan

pendekatan konvensional, guru menerangkan, guru menekankan pada hafalan, siswa

mencatat dan mendengar, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan. Selain itu, pendekatan yang digunakan masih sangat teoritik, karena

guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam membangun pengetahuan baru atau

pengetahuan yang telah ada dipikirannya, sehingga menyebabkan nilai ulangan

harian tidak mencapai 65, bahkan ada yang mendapat nilai 50, sedangkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika di MAN Jangka 65.

Salah satu dari beberapa pembelajaran yang menarik dan bermakna yaitu

sebuah pembelajaran yang menciptakan lingkungan kelas yang alamiah dan

berhubungan dengan dunia nyata siswa. Oleh karena itu pembelajaran matematika

perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sebagaimana yang dikatakan

Whitehead (dalam Nurjumiati 2008:4) bahwa seorang anak seharusnya membuat

2
3

sendiri ide-ide mereka, dan memahami sendiri penerapan dan situasi aktualnya”,

sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk

memahami secara benar suatu materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar siswa

meningkat sesuai dengan harapan dan tujuan kurikulum.

Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa yaitu pembelajaran

Kooperatif tipe the power of two. karena menurut pendapat Muqowin yang dikutip

(Ramadhan, 2009:1) mengatakan model belajar kekuatan berdua (The Power Of

Two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan

mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik

dari pada satu. Berdasrkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengungkapkan permasalahan ini dalam penelitian dengan judul “Meningkatkan

Prestasi Belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of

Two Pada Materi Sukubanyak di kelas XI MAN Jangka”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah meningkatkan prestasi

belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe The Power Of Two pada

materi sukubanyak di kelas XI MAN Jangka ?

1.3 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran

yang dapat meningkatan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran koopertif

tipe The Power Of Two pada materi sukubanyak di kelas XI MAN Jangka.
3
4

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil dapat direalisasikan oleh

guru-guru matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang materi

lingkaran.

Adapun manfaat bagi siswa diharapkan akan dapat meningkatkan lagi hasil

belajar yang sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran tersebut.

1.5 Definisi Operasional

1. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Prestasi belajar adalah suatu pencapaian suatu pencapaian hasil belajar atau

penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe the power of two yaitu menggabungkan kekuatan

dua kepala. Dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil yaitu masing-

masing siswa berpasangan.

4. Sukubanyak atau polinom dalam variabel x yang berderajat n secara umum dapat
n n−1 n−2 2
ditulis sebagai berikut an x +a n−1 x +an−2 x +. .. ..+a2 x +a 1 x+a0 . Materi

ini merupakan salah satu materi yang dipelajari di kelas XI MAN pada awal semester

genap. Untuk penelitian ini materi yang diteliti adalah nilai sukubanyak.

4
5

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Belajar dalam Pembelajaran di SMA

Dalam proses pengajaran, unsur proses memegang peranan penting.

Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan belajar hanya

bermakna jika terjadi kegiatan belajar siswa. oleh karena itu, penting sekali

memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar guru dapat memberikan

bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

Slameto (2003:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan,sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar akan

berjalan dengan baik apabila disertai dengan tujuan belajar. Sedangkan menurut

Sadirman (2007:20) belajar dinyatakan sebagai perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar

adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 unsur yaitu jiwa dan raga.

Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian prestasi

5
6

dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar adalah hasil

yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan. Bentuk

perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu :1) aspek kognitif, 2) aspek

efektif, dan 3) aspek spikomotor.

Pembelajaran berasal dari kata belajar yaitu proses menjadikan manusia

(makhluk hidup) yang peran sentralnya berada pada siswa yaitu saat belajar.

pembelajaran yang efektif bukan memindahkan pengetahuan yang dimiliki seseorang

kepada orang lain. Jadi pembelajaran adalah studi yang mempelajari tentang belajar

mengajar aplikasi dari proses mengajar.

2.2 Tujuan Pelajaran Matematika di MAN Jangka

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk

menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini. 

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

6
7

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. 

Setiap aktifitas tentunya harus mempunyai tujuan, begitu pula tujuan orang

mengajar atau orang belajar. Tujuan pelajaran matematika harus bisa dipahami

bersama baik oleh guru atau peserta didik. Pemahaman yang sama terhadap tujuan,

akan berdampak positif terhadap guru dalam mengajarkan pelajaran. Sedangkan

siswa akan lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha berlatih dan berlatih apabila

tujuan pelajaran juga dipahami dengan baik.

Mata pelajaran matematika di Indonesia sesuai ketetapan pemerintah melalui

BSNP, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep


dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

2.3 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau cara penerapan dalam

strategi belajar, dimana siswa dibagi dalam suatu kelompok yang dituntut untuk

memahami suatu pelajaran, memeriksa bahkan dapat memberikan suatu penelitian

7
8

terhadap hasil kerja, serta kegiatan lainnya. Adapun tujuan dari metode pembelajaran

ini yaitu mencapai prestasi tertinggi. Suatu proses belajar belum dianggap selesai dan

mencapai target jika salah satu teman kelompoknya belum menguasai pelajarannya.

Sanjaya mengatakan (2009:240) bahwa pembelajaran koperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok,

yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau

penguasaan materi. Jhonson & Jhonson (dalam Trianto, 2011:57) menyatakan bahwa

“tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara

kelompok”. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat

memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis, dan

kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan

pemecahan masalah. Zamroni (dalam Trianto, 2011:57) mengemukakan bahwa

manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan

pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.

2.4 Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two

Pembelajaran kooperatif tipe the power of two berarti menggabungkan

kekuatan dua kepala. Menggabungkan dua kepala dalam hal ini adalah membentuk

kelompok kecil, yaitu masing-masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan

8
9

agar munculnya suatu sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu (Silberman,

2006:173).

Menurut Mafatih ( Ramadhan, 2009:1 ), model belajar kekuatan berdua (the

power of two ) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam

kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan

pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang didalamnya untuk

mecapai kompetensi dasar.

2.4.1 Langkah-langkah pembelajaran the power of two

Menurut Muqoin (Ramadhan, 2009:1) langkah-langkah the power of two

sebagai berikut :

1. Guru memberi siswa satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan


refleksi dan pikiran.
2. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri
3. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa
kedalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing)
jawabannya dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
4. Guru meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk
masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-
masing individu.
5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru
membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan
kepasangan yang lain.

2.4.2 Kelebihan dan kelemahan the power of two

a. Kelebihan the power of two

Menurut Muqowin (2007) kelebihan the power of two yaitu sebagai berikut :

1. Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat


menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.

9
10

2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan


dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide
atau gagasan-gagasan orang lain.
3. Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan
menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala
kekurangannya.
4. Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
5. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berfikir.
6. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

b. Kelemahan the power of two

Menurut Muqowin (2007) kelemahan the power of two yaitu sebagai berikut :

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,


disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan
fasilitas alat dan biaya.
3. Saat diskusi kelas terkadang di dominasi seseorang, hal ini
mengakibtkan siswa yang lain menjadi pasif.

2.5 Materi Pembelajaran Nilai Sukubanyak

Suatu sukubanyak berderajat n dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi f(x)

yang dinyatakan dalam bentuk:


n n−1 n−2 2
f (x )=a n x +a n−1 x +an−2 x +. .. . .+a2 x +a1 x+a0 ,

Nilai f(x) tersebut merupakan nilai sukubanyak.Dimana n ϵ bilangan cacah

dan an ≠ 0. Untuk menentukan nilai sukubanyak dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu dengan metode subtitusi dan metode bagan/skema

A. Metode Subtitusi

Nilai suatu sukubanyak untuk sebuah nilai variabel tertentu dapat dicari

dengan aturan metode subtitusi sebagai berikut:

10
11

n n−1 n−2 2
Misalnya Nilai sukubanyak f (x )=a n x +a n−1 x +an−2 x +. .. . .+a2 x +a1 x+a0 ,

jika nilai x diganti dengan k, maka nilai sukubanyak f(x) untuk x = k adalah :
n n−1 n−2 2
f (k )=an (k ) +a n−1 ( k ) +a n−2 ( k ) +. .. ..+a2 ( k ) +a1 ( k )+a 0 .

Contoh:

3 2
1. Hitunglah nilai sukubanyak f (x )=2 x +4 x −18 untuk nilai-nilai x berikut:

a. x = -1 b. x = 3

Jawab:

a. f (x )=2 x3 +4 x 2 −18

3 2
f (−1 )=2(−1) +4 (−1 ) −18

=−2+4−18

f (−1 )=−16

Jadi, nilai sukubanyak f(x) untuk x = -1 adalh -16

b. f (x )=2 x3 +4 x 2 −18

3 2
f (3 )=2(3 ) +4(3 ) −18

=2(27 )+4 (9 )−18

=54 +36−18

f (3 )=72

Jadi, nilai sukubanyak f(x) untuk x = 3 adalah 72


3 2
2. Diketahui nilai suku banyak f (x )=x −x −2 x , tentukan nilai k yang

memenuhi persamaan f(k) = 0?

Jawab :
11
12

3 2
Jika f(k) = 0, maka k −k −2k =0

2
k ( k −k−2 )=0

k ( k+1)(k −2)=0

k=0 , k +1=0 , k −2=0

k =−1 , k =2

Jadi, nilai k adalah 0, -1 dan 2

B. Metode Bagan/Skema
4 3 2
Misalkan sukubanyak f (x )=a 4 x +a3 x +a2 x +a1 x+a0 . Jika akan

ditentukan nilai suku banyak f(x) untuk x = k, maka:


4 3 2
f (k )=a 4 k + a3 k +a 2 k + a1 k + a0
3 2
⇔ f (k )=( a4 k +a3 k +a2 k +a1 )k +a 0
2
⇔ f ( k )={( a 4 k +a3 k +a 2 )k + a1 }k +a0

⇔ f (k )=[ {(a 4 k + a3 )k +a2 }k + a1 ]k + a0

Bentuk tersebut dapat disajikan dalam skema sebagai berikut:


a4 a3 a2 a1 a0
x=k

2 3 2 4 3 2
a4 k a 4 k +a3 k a 4 k +a 3 k +a2 k a 4 k +a3 k +a 2 k +a1 k
2 3 2 4 3 2
a4 a 4 k +a3 a 4 k +a3 k +a 2 a 4 k +a 3 k + a2 k + a1 a 4 k + a3 k +a 2 k + a1 k + a0

Contoh:

1. Hitunglah nilai sukubanyak untuk nilai x berikut ini:

12
13

1
3 2 x=
f (x )=2 x −3 x +9 x +12 untuk 2
a.

4 3 2
f (x )=2 x −x +4 x −2 x+ 5 untuk x=3
b.

Jawab:

1
a. 2 2 -3 9 12

1 -1 4

2 -2 8 16

1
Jadi, nilai suku banyak untuk x = 2 adalah 16.
1
Keterangan: tanda menyatakan “kalikan dengan 2 ”
b. 3 2 -1 4 -2 5

6 15 57 165

2 5 19 55 170 = f(3)

Jadi, nilai suku banyak untuk x = 3 adalah 170.

Keterangan: tanda menyatakan “kalikan dengan 3”

2. 6 Penerapan pembelajaran tipe the power of two pada materi sukubanyak

13
14

1. Guru memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada siswa yang

membutuhkan perenungan dan pemikiran dalam menentukan jawaban yang

berkaitan dengan materi menentukan nilai suku banyak.

2. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara

sendiri-sendiri.

3. Setelah semua siswa melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa

kedalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawaban

dengan teman yang lain.

4. Guru meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam

proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baru untuk

masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki jawaban masing-masing

individu.

5. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses

pembelajaran ini, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk

membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti.

Semua pasangan memiliki jawaban, guru meminta setiap pasangan untuk

membandingkan jawaban-jawaban baru di dalam kelas dengan pasangan

yang lain. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa

menyimpulkan materi pembelajaran.

BAB III
METODE PENELITIAN

14
15

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu bersifat deskriptif dan

tanpa menggunakan analisis statistik, data hasil penelitian berupa kata-kata dan

dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dilapangan dan analisis secara

innduktif.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen utama, hal ini sesuai

dengan karakteristik yang di kemukakan oleh Moleong (2010: 8-13) bahwa:

(1) Latar alamiah, (2) manusia sebagai alat, (3) metode kualitatif,
(4) analisis data secara kualitatif, (5) teori dari dasar, (6) deskriptif, (7)
lebih mementingkan proses dari pada hasil, (8) adanya batas waktu
yang ditentukan oleh focus, (9) adanya kriteria khusus untuk
keabsahan data, (10) desain yang bersifat sementara, (11) hasil
penelitian di rundingkan dan disepakati bersama.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan kelas


Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2005: 11) bahwa:
Penelitian tindakan kelas, untuk penilaian kelas, adalah penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakatan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,
sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

3.2 Kehadiran Penelitian

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya, kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat diperlukan. Selain sebagai

instrumen utama, peneliti juga sebagai pemberi tindakan. Sebagai instrumen utama

sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat rencana

pembelajaran dan sekaligus menyampaikan bahan ajarnya kepada siswa. Dalam hal
14
15
16

ini peneliti juga bertindak sebagai pewawancara kepada subjek wawancara

(responden) dengan berpedoman pada hasil tes. Dan dalam pelaksanaan kegiatan

peneliti, peneliti juga dibantu oleh guru matematika dan teman yang bertugas

mengamati proses pembelajaran tindakan.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di salah satu kelas XI MAN Jangka. Alasan

memilih lokasi tersebut adalah didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

1. Belum pernah dilaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe The Power Of Two pada siswa kelas XI MAN Jangka.

2. Selama ini siswa XI MAN Peusangan masih banyak mengalami kesulitan dalam

pembelajaran matematika khususnya pada materi sukubanyak.

3.4 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh:

a. Nilai siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berupa tes awal dan tes akhir

tindakan.

b. Hasil observasi atau pengamatan selama pembelajaran berlangsung.

c. Hasil wawancara merupakan hasil dari beberapa pernyataan yang diajukan kepada

siswa yang dilakukan sesudah pembelajaran

d. Catatan lapangan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendokumentasikan

semua peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

16
17

Sumber data dalam penelitian ini akan diambil satu kelas dari 3 kelas siswa

kelas XI MAN Jangka tahun pelajaran 2012/ 2013 yang langsung dijadikan subjek

penelitian. Dari subjek penelitian diambil 5 orang siswa sebagai sub-subjek

penelitian yang berkemampuan heterogen untuk diwawancarai.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini prosedur yang di gunakan dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

1) Tes

Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir, tes

awal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai

prsayarat yang dimilki oleh siswa. Tes akhir tindakan dilakukan pada akhir

tindakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

dipelajari.

2) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati semua aktivitas yang berlangsung dikelas

yang meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh 2 orang

pengamat yaitu guru mata pelajaran matematika dan seorang teman sejawat dari

Universitas Almuslim.

3) Wawancara

17
18

Wawancara dilakukan dengan bebas dengan sub-subjek penelitian yang

tujuannya untuk menelusuri dan mengetahui respon tingkat motivasi belajar

siswa dalam mempelajari materi sukubanyak yang diikuti.

4) Cacatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak termuat dalam

lembar observasi dan bersifat penting sehubungan dengan kegiatan

pembelajaran.

3.6 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif, maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis

dengan dengan menggunakan analisis data kualitatif yaitu model Alir (Flow Model)

yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008:246-253)

yang mengatakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga jenuh”. Aktivitas

dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3)

Menarik kesimpulan.

1. Reduksi data

Reduksi data, yaitu proses kegiatan menyelesaikan data dan menyederhanakan

semua data yang telah diperoleh mulai dari awal pengumpulan data sampai

penyusunan laporan penelitian.

2. Penyajian data

18
19

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan

menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga

dapat memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan

evaluasi yang disajikan.

Semua tahapan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan menyeleksi data,

fokus dalam mencari data, menyederhanakan data yang telah ditemukan di lapangan,

kemudian disampaikan secara naratif, yang ditulis dalam bentuk laporan.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data akan digunakan 3 dari 7 teknik yang

dikembangkan oleh Moleong (2010:326-338) yaitu:

1. Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan data yang memenfaatkan


sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini tiangulasi
yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode.
2. Ketekunan pengamat dilakukan pengamatan dengan cara mengadakan
secara teliti, rinci dan terus menerus selama kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini akan diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif
sehingga data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Pemeriksaan teman sejawat adalah mendiskusikan proses dan hasil
penelitian dengan dosen pembimbing, teman sejawat dan guru mata
pelajaran matematika.

3.8 Tahap-Tahap Penelitian

Prosedur kerja yang di tempuh dalam penelitian ini mengikuti alur tindakan

sesuai dengan jenis tindakan yang telah disebutkan diatas yaitu dengan menggunakan

19
20

siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan meliputi:

a. Refleksi awal, pada tahap ini dilakukan kegiatan menentukan lokasi

penelitian, menentukan sumber data, dan melaksanakan tes awal, dalam

kegiatan ini juga dilakukan kegiatan konsultasi mengenai rencana kegiatan

penelitian yang akan dilaksanakan dengan guru mata pelajaran matematika.

b. Menetapkan dan merumuskan jenis kegiatan, yaitu kegitan merumuskan

tujuan pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan materi

pembelajaran, menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), menyiapkan

lembar obsrvasi, dan membuat pedoman wawancara.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan, pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dengan

materimya adalah sukubanyak.

Tindakan siklus I dilaksanakan denga materi sukubanyak. Apabila tindakan

siklus I belum berhasil akan dilakukan tindakan siklus II, apabila tindakan siklus II

telah berhasil maka tindakan selesai. Siklus ini akan dilaksanakan terus menerus

sampai kriteria yang ditetapkan dalam setiap siklus tindakan tercapai.

3. Obesrvasi

20
21

Kegiatan ini adalah mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan

dengan pemberian tindakan (pembelajaran). Observasi dilakukan dengan teman

sejawat dan seorang guru mata pelajaran matematika yang meliputi aktivitas siswa

dan guru selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disiapkan sebelumnya.

4. Refleksi

Semua data yang berhubungan dengan penelitian ini, baik itu evaluasi,

observasi dan wawancara akan dideskripsikan hasilnya pada refleksi, apakah subjek

penelitian telah memahami dengan baik materi yang di ajarkan. Berdasarkan hasil

refleksi tersebut, barulah dapat disimpulkan apakah pemberian tindakan perlu

diulangi atau tidak.

Kriteria untuk tindakan terdiri dari kriteria proses dan kriteria hasil. Maidiyah

(2008:23) menyatakan bahwa:

Kriteria suatu siklus berhasil jika hasil pelaksanaan pembelajaran


tercapai dan proses pembelajaran termasuk kategori baik. Hasil
pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai bila 85% dari jumlah
siswa (subjek penelitian) memperoleh skor akhir tindakan ≥ 65 dari
skor total. Sedangkan proses pembelajaran dikatakan baik jika telah
mencapai nilai taraf keberhasilan minimal 80%.

Berdasarkan ketentuan diatas maka kriteria suatu tindakan dikatakan berhasil

bila hasil observasi telah mencapai skor 80% dan kriteria hasil adalah jika 85% siswa

mencapai nilai ≥ 65 pada tes akhir tindakan. Jika ≥ 85% siswa tidak mencapai nilai

65 maka tindakan belum berhasil, untuk itu peneliti mengulang siklus II dan

memperbaiki kelemahan yang ada.

21

Anda mungkin juga menyukai