Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNIK LABORATORIUM KONSELING

“Teknik Penilaian, Tindak Lanjut dan Pengakhiran Konseling”

Dosen Pengampu:
Dr. Nurfarhanah, M.Pd., Kons.
Dr. Afdal, M.Pd., Kons.
Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons.
Gusni Dian Suri, M.Pd.

Oleh
KELOMPOK 6:
Awang Muhammad Ashabus Sunan 19006010
Dina Mardiana 21006011
Nur Adila Wafiqoh Zulvi 21006024
Siti Sri Rahayu 21006033

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Teknik Penilaian, Tindak Lanjut dan Pengakhiran Konseling”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Dr. Afdal, M.Pd., Kons., Ibu Dr.
Nurfarhanah, M.Pd., Kons., Ibu Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons., dan Ibu Gusni Dian Suri,
S.Pd., M.Pd. Pada mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Teknik Penilaian, Tindak
Lanjut dan Pengakhiran Konseling”.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Afdal, M.Pd.,
Kons., Ibu Dr. Nurfarhanah, M.Pd., Kons., Ibu Triave Nuzila Zahri, M.Pd., Kons., dan Ibu
Gusni Dian Suri, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Teknik Laboratorium Konseling.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 16 Mei 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Teknik Penilaian ......................................................................................................................... 2
B. Tindak Lanjut .............................................................................................................................. 3
C. Pengakhiran Konseling ............................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................................................... 7
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling merupakan interaksi antara konselor dengan klien dalam rangka
membahas masalah-masalah yang dialami oleh klien. Proses ini dilakukan sampai
permasalahan klien terpecahkan, sehingga klien benar-benar merasa terbantu dalam
pertemuan itu. Proses seorang individu membantu individu lain dalam mengenali
dirinya, dunianya, dan memecahkan masalah pada dirinya disebut sebagai proses
konseling. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menamakan teknik konseling
yaitu keterampilan konseling, strategi konseling dan teknik-teknik konseling. Semua
istilah tersebut mengandung pengertian yang sama yakni cara yang digunakan oleh
seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang
potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan yakni nilai sosial, nilai budaya dan nilai agama.
Bagi seorang konselor, teknik konseling adalah hal yang mutlak diperlukan.
Sebab dalam proses konseling, penguasaan teknik merupakan kunci keberhasilan untuk
mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons
klien dengan teknik yang benar sesuai dengan keadaan klien saat itu. Jadi, seorang
konselor yang profesional harus mampu menggunakan teknik-teknik konseling dengan
semestinya, jangan sampai seorang konselor salah menggunakan teknik dalam proses
konseling yang nantinya menyebabkan proses konseling tersebut tidak berjalan dengan
efektif.

B. Rumusan Masalah
Adanya latar belakang, dapat dirumuskan rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana teknik penilaian dalam konseling individual?
2. Bagaimana teknik tindak lanjut dalam konseling individual?
3. Bagaimana teknik pengakhiran dalam konseling individual?

C. Tujuan
Adanya rumusan masalah, dapat dirumuskan tujuannya adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui teknik penilaian dalam konseling individual.
2. Mengetahui teknik tindak lanjut dalam konseling individual.
3. Mengetahui teknik pengakhiran konseling.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Penilaian
Konselor perlu melakukan apakah konseling yang dilaksanakan dapat berhasil
dengan baik atau tidak. Penilaian konseling dapat dilakukan penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses menyangkut dengan bagaimana dilakukan penilaian
proses konseling yang dijalani bersama klien, apakah dapat mencapai sasaran yang
diinginkan atau masih belum. Sejumlah indikator keberhasilan proses konseling dapat
dilihat dari gejala-gejala ekspresi yang ditampilkan klien dapat menjadi instrumen
untuk menentukan keberhasilan dalam konselin. Rasa puas dengan anggukan bahwa
klien mendapatkan pemahaman yang diharapkan, sebaliknya apabila klien banyak diam
dan kurang berekspresi puas ini menunjukkan bahwa konseling belum menghasilkan
sesuatu yang berarti (Taufik & Karneli, 2021).

Konseling sebagai layanan dapat ditemukan hasilnya segera dalam jangka


pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Mendapatkan informasi tentang
keberhasilan konseling, konselor dapat melakukan penilaian segera yaitu dengan
menanyakan langsung kepada klien menyangkut dengan pemahaman atau
pengetahuan baru yang diperoleh klien, perasaan klien setelah menjalani konseling
dan rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan klien (Kasmadi, 2018). Menurut
Saputra et al. (2022) penilaian hasil kegiatan pelayanan BK dilakukan melalui:
1. Penilaian segera (LAISEG)
Penilaian segera yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengetahui perolehan
peserta didik yang dilayani. Penilaian segera dilaksanakan pada setiap akhir
sesi layanan.

2. Penilai jangka pendek (LAIJAPEN)


Penilai jangka pendek yaitu penilaian dalam jangka waktu tertentu
setelah satu jenis layanan atau kegiatan pendukung diselenggarakan untuk
mengetahui dampak layanan terhadap klien. Penilaian jangka pendek
dilakukan setelah satu minggu sampai satu bulan.

2
3

3. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG)


Penilaian jangka panjang yaitu penilaian dalam jangka waktu tertentu
(1-6 bulan) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung
diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampaknya terhadap klien.

Segera sesudah klien melaksanakan rencana pengubahan tingkah lakunya


konselor hendaklah membicarakan pengalaman itu dengan klien. Faktor-faktor yang
ikut memberikan andil terhadap keberhasilan yang dicapai hendaknya dikenali
supaya klien merasa tergugah untuk melakukannya lagi. Urutan kejadian yang
menyangkut usaha yang telah dilakukan itu hendaknya diperinci dan unsur-unsur
yang menyertainya diperhitungkan. Konselor hendaknya membicarakan dengan
klien bagaimana perasaan klien, dan mengingatkan kembali kepuasan-kepuasan yang
diperolehnya. Klien hendaknya didorong untuk mengenang dengan sejelas-jelasnya
perasaan-perasaan yang menyenangkan. Hal ini dilakukan sebagai rangsangan
baginya untuk mengulang keberhasilan yang pernah dicapainya (Munro et al., 1983).
Pentingnya pengulangan dan latihan hendaknya ditekankan, dan klien
didorong untuk mengulangi kegiatan atau tingkah laku sesuai dengan keperluan. Jika
klien ragu-ragu atau enggan, konselor hendaknya meningkatkannya kembali tentang
keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan usaha-usaha, kegiatan, atau
tingkah laku yang dimaksud (Munro et al., 1983).
B. Tindak Lanjut
Mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya dari latihan yang dilakukan
maka adalah amat perlu sekali menyelenggarakan beberapa usaha tindak lanjut.
Pelajaran baru dikuatkan dengan adanya kegiatan-kegiatan praktis dan diskusi-
diskusi. Tanpa adanya tindak lanjut pengaruh dari latihan akan hanya berlangsung
beberapa minggu saja, sedangkan semangat yang ditumbuhkannya (mungkin) masih
tetap hidup. Taufik & Karneli (2021) menyatakan tindak lanjut konseling hendaklah
didasarkan dari hasil penilaian penyelenggaraan konseling. Hasil penilaian ada
kemungkinan berkenaan dengan empat hal antara lain sebagai berikut.
1. Konseling telah dapat berjalan dengan baik dan telah menghasilkan keputusan
yang sesuai dengan masalah yang dialami klien.
2. Pada akhir pembicaraan konseling diketahui bahwa masalah yang dialami
klien bukan bidang keahlian konselor. Misalnya: klien adalah masalah
4

kesehatan fisik yang merupakan keahlian dokter. Hal ini konselor hendaklah
melakukan tindakan referal (alih tangan) kepada dokter.
3. Masalah klien adalah bukan wewenang konselor seperti masalah pidana. Hal
ini konselor dapat segera memutuskan hubungan konseling.
4. Apabila klien enggan untuk melakukan keputusan konseling dengan alasan-
alasan yang dibuat-buat atau menangguhkan pelaksaanaan keputusan
konseling tanpa batas waktu yang jelas. Menanggapi kondisi ini, konselor
hendaklah menerapkan teknik no excuse (tiada ada maaf), dalam arti sekali-
sekali konselor tidak menerima alasan-alasan yang dikemukakan klien
tersebut.

Tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk satu atau serangkaian pertemuan
singkat. Pertemuan ini para peserta dapat saling bertukar pengalaman dalam
menggunakan keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari, meminta dorongan
atau pengarahan lebih lanjut, atau meminta bantuan dalam meningkatkan
keterampilan-keterampilan tersebut. Selain dari itu, tindak lanjut dapat juga diadakan
dalam bentuk kontak surat-menyurat, baik langsung maupun dengan perantaraan
media massa. Keefektifan latihan dapat dinilai dengan mengadakan survei tentang
pengaruh latihan itu terhadap pelaksanaan kerja peserta di lapangan (Munro et al.,
1983).
Bentuk lain dari tindak lanjut adalah para peserta saling mengemukakan
pengalaman kepada teman sejawat, atau jika mereka telah benar-benar
berpengalaman dan benar-benar merasa mampu mengajar sejawat yang lain tentang
keterampilan yang dimaksud. Tindak lanjut para peserta dimungkinkan untuk dapat
lebih mengenal orang lain, berpandangan lebih luas, lebih mau lagi menghadiri
latihan-latihan seperti itu. Tindak lanjut penting sekali untuk memper kuat dampak
latihan dan merangsang untuk mau terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki.
C. Pengakhiran Konseling
Kegiatan mengakhiri konseling pada dasarnya adalah seni masing-masing
konseling, namun penting diperhatikan bahwa hendaknya klien pada saat
meninggalkan pertemuan konseling memiliki kesan yang positif tentang konseling
yang dijalaninya dan juga terhadap pribadi konselor. Alangkah lebih baiknya apabila
konselor melakukan hal-hal sebagai berikut pada saat mengakhiri konseling (Taufik
5

& Karneli, 2021).


1. Konselor menegaskan peranan penting klien untuk berusaha semaksimal
mungkin melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disimpulkan konselor di
bagian akhir dari konseling. Konselor dapat berkata bahwa keberhasilan klien
keluar dari masalah yang dialaminya amat tergantung dari usaha klien
menjalankan keputusan hasil konseling secara baik. Oleh karena itu,
selanjutnya konselor meminta agar klien memiliki komitmen yang tinggi
dalam menjalankan keputusan tersebut dalam arti berusaha dengan sungguh-
sungguh melaksanakannya dan tidak mudah berputus asa.
2. Konselor dapat memberikan dorongan dan semangat kepada klien dan juga
menempatkan harapan konselor terhadap klien, misalnya: konselor
menyatakan bahwa “keberhasilan dan kebahagiaan yang akan diraih klien
adalah juga merupakan keberhasilan dan kebahagiaan konselor juga”. Bahwa
konselor merasa berhasil membantu klien melalui pelayanan konseling yang
baru dijalaninya.
3. Konselor mendoakan agar apa yang akan dilakukan klien dapat berjalan
dengan baik dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Misalnya konselor
mengatakan “saya mendo’akan semoga Anda dapat menjalankan rencana-
rencana kegiatan yang sudah kita putuskan dalam konseling tadi, Tuhan
memberikan kemudahan kepada Anda dan tidak banyak menemukan kendala
serta Anda dapat keluar dari situasi masalah yang sudah Anda alami pada saat
sekarang ini”.
4. Konselor membuka kesempatan pada klien untuk memperoleh layanan
konseling berikutnya, apa bila di kemudian hari klien membutuhkannya. Hal
ini konselor dapat mengatakan bahwa “apabila pada suatu waktu Anda
membutuhkan layanan konseling lagi, Anda dapat menemui saya di tempat ini,
ya... tentunya pada hari-hari sebelumnya Anda dapat mendaftar atau
menghubungi saya melalui SMS pada nomor HP saya ini” (sambil konselor
memberikan kartu nama kepada klien).
5. Konselor mengakhiri konseling dengan cara menyampaikan “selamat ya...”,
sambil mengulurkan tangan untuk menyalami klien. Bagi klien yang berjenis
kelamin sama dengan konselor, konselor dapat juga memberikan sentuhan
fisik, seperti menepuk dengan lembut punggung klien, sambil mengantar klien
ke pintu keluar ruangan konseling.
6

Munro et al. (1983) menyatakan konselor hendaknya selalu menyadari bahwa


mengakhir suatu hubungan konseling dengan melalui alih tangan (referral) atau
penghentian layanan memerlukan prosedur dan pemenuhan persyaratan tertentu.
1. Alih tangan (referral)
Jika konselor memutuskan bahwa kliennya memiliki kebutuhan-
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh konselor, maka konselor harus
mempertimbangkan untuk mengalih tangan klien kepada orang lain. Setelah
konselor terlebih dahulu mengungkapkan dan menilai:
a. Konselor terlebih dahulu mengetahui badan lain yang mungkin
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan klien.
b. Konselor memilih suatu badan yang tepat, konselor membicarakan
kemungkinan alih tangan itu dengan badan yang dimaksud.
c. Jika alih tangan tampaknya memang mungkin, hal itu selanjutnya di
bicarakan dengan klien.
2. Penghentian layanan
Penghentian layanan setiap waktu terutama bilamana tujuan-tujuan
hubungan konseling telah tercapai. penghentian juga dapat dilakukan
berdasarkan persetujuan yang telah ditetapkan pada permulaan pertemuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian konseling dapat dilakukan penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses menyangkut dengan bagaimana dilakukan penilaian proses konseling
yang dijalani bersama klien, apakah dapat mencapai sasaran yang diinginkan atau
masih belum. Konseling sebagai layanan dapat ditemukan hasilnya segera dalam
jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Tindak lanjut adalah para
peserta saling mengemukakan pengalaman kepada teman sejawat, atau jika mereka
telah benar-benar berpengalaman dan benar-benar merasa mampu mengajar sejawat
yang lain tentang keterampilan yang dimaksud. Tindak lanjut para peserta
dimungkinkan untuk dapat lebih mengenal orang lain dan berpandangan lebih luas.
Konselor hendaknya selalu menyadari bahwa mengakhir suatu hubungan konseling
dengan melalui alih tangan (referral) atau penghentian layanan memerlukan prosedur
dan pemenuhan persyaratan tertentu.

B. Saran
Pada pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki banyak kekeliruan yang
mungkin tidak disadari oleh penulis. Maka dari itu, diharapkan kepada seluruh
pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat, maka penulis
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun,
supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Serta demi mewujudkan
karya-karya ilmiah yang lebih baik.

7
DAFTAR RUJUKAN
Kasmadi. (2018). Pelaksanaan Layanan Konseling Individual dalam Pembinaan Spritual Siswa
SMP Negeri 2 Banda Aceh [Universitas Islam Negeri Ar-Raniry]. In Energies (Vol. 6,
Issue 1).

Munro, E. A., Manthei, R. J., & Small, J. J. (1983). Penyuluhan (Counselling) Suatu
Pendekatan Berdasarkan Keterampilan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Saputra, I., Firman, & Neviyerni. (2022). Penilaian Bk di Sekolah dan Implikasi Pengelolaan.
Education & Learning, 2(2), 58–63.

Taufik, & Karneli, Y. (2021). Teknik dan Laboratorium Konseling I. Padang: Universitas
Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai