Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EDUKASI INDIVIDU

“Teknik Dan Keterampilan Konseling”

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Andini Ayu Pricilia (P10121258)
Fiana Natalia (P10121174)
Kadek Widia Pranata (P10121272)
Muhamad Alfaet Lasipi (P10121245)
Nahda Naura Reskiamparita (P10121132)
Nurul Saskira (P10121104)
Nur Salsabila (P10121265)
Nessa Agnithilda (P10121175)
Puji Triastuti Yuliandari (P10121057)
Rizkiah Ramadhani (P10121186)
Sofya (P10121259)
Zikrilah Nurfiddin Sarkam (P10121051)

Dosen Pengampuh:
Dr. Rasyika Nurul, S.KM., M.Kes

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU


PERILAKU PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Teknik Dan
Keterampilan Konseling” dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas semester 6 (enam) pada mata kuliah Edukasi Individu. Kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Rasyika Nurul, S.KM., M.
Kes. selaku Dosen mata kuliah ini.
Berkat tugas yang diberikan ini,dapat menambah wawasan kami berkaitan
dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah
ini masih banyak melakukan kesalahan.
Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. kami juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat buat kita semua.

Palu, 15 Februari 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Pengertian Konseling Dalam Pendidikan Kesehatan....................................4
B. Tujuan Konseling Dalam Bidang Kesehatan................................................5
C. Teknik-Teknik Konseling Dalam Bidang Kesehatan...................................7
D. Langlah-langkah Konseling Dalam Bidang Kesehatan..............................14
E. Pelaksanaan Konseling Dalam Bidang Kesehatan......................................15
F. Keterampilan Konseling Dalam Bidang Kesehatan....................................15
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling merupakan instrumen untuk menciptakan situasi yang
menimbulkan kemudahan bagi konseli dalam mengklarifikasi harapan dan
mengembangkan atau mengubah perilaku. Sifat terpercaya perlu dimiliki
oleh konselor sebagai pribadi yang mampu membantu. Sifat terpercaya ini
tumbuh apabila konseli menyadari reputasi dan peranan konselor sebagai
orang yang memberi bantuan dan tidak berorientasi pada minat dan
keuntungan pribadi. Persepsi konseli atau masyarakat terhadap konselor
sebagai seorang profesional yang dapat dipercaya akan terbentuk dari
sikap terbuka, jujur, tulus, dan keotentikan konselor itu sendiri dalam
bertindak.
Konselor diharapkan dapat membantu konseli untuk mencapai
tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai memungkinkan
tahapan perubahan tingkah laku konseli menjadi lebih terarah sehingga
konselor bertindak sebagai fasilitator pemberian bantuan dalam jangka
waktu yang singkat. Karakteristik tersebut melekat erat pada diri konselor,
namun dalam pengembangan dan penginternalisasiannya diperlukan
proses latihan yang panjang. Oleh karena itu, agar memiliki cukup bekal,
seorang konselor memerlukan latihan keterampilan konseling sebelum
terjun menangani konseli.
Dalam praktik konseling, teknik dan keterampilan memegang
peran sentral dalam membantu konselor memfasilitasi pertumbuhan dan
perubahan positif pada klien mereka. Teknik mengacu pada pendekatan
dan metode yang digunakan oleh konselor dalam sesi konseling,
sedangkan keterampilan mengacu pada kemampuan praktis yang
memungkinkan konselor untuk berinteraksi secara efektif dengan klien.
Baik teknik maupun keterampilan konseling mencakup berbagai aspek,
mulai dari keterampilan komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan
aktif dan menunjukkan empati, hingga keterampilan dalam mengelola
konflik, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu klien

1
mengidentifikasi solusi atas

2
masalah yang dihadapi. Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam
tentang teknik dan keterampilan konseling menjadi penting bagi konselor
untuk membangun hubungan yang saling percaya dengan klien,
memfasilitasi eksplorasi masalah yang mendalam, dan menyediakan
dukungan yang efektif dalam perjalanan kesejahteraan psikologis klien.
Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman yang lebih lanjut tentang
teknik dan keterampilan konseling menjadi krusial dalam upaya untuk
meningkatkan efektivitas intervensi konseling dan mencapai hasil yang
positif bagi klien. selain itu Dalam konteks kesehatan, konseling telah
menjadi bagian integral dalam penyediaan perawatan yang holistik. Tidak
hanya berfokus pada aspek fisik penyakit, kesehatan juga mencakup
dimensi psikologis yang berdampak signifikan pada keadaan keseluruhan
individu. Dalam realitas medis modern, pasien sering kali dihadapkan pada
tantangan psikologis yang kompleks, seperti stres yang terkait dengan
diagnosis penyakit kronis, kecemasan akan prosedur medis yang
mengintimidasi, atau depresi karena perubahan gaya hidup yang
dibutuhkan. Dalam konteks ini, konseling menawarkan platform yang
penting untuk pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk menjelajahi
dan mengatasi aspek-aspek emosional dan psikologis dari penyakit.
(Iskandar, 2022).
Teknik dan keterampilan konseling menjadi landasan dalam
memberikan bantuan psikologis yang efektif kepada pasien dalam bidang
kesehatan. Konselor kesehatan harus memiliki keterampilan komunikasi
yang kuat untuk membina hubungan terapeutik yang mendukung dengan
pasien, menciptakan lingkungan di mana pasien merasa aman dan dihargai
untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka. Selain itu, konselor harus
mampu menyampaikan empati secara efektif, mendengarkan secara aktif,
dan bertanya dengan tepat untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih
dalam tentang masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien. Lebih dari
sekadar mendengarkan dan memberikan dukungan emosional, konselor
kesehatan juga dilengkapi dengan keterampilan problem-solving yang

3
memungkinkan mereka membantu pasien mengatasi tantangan yang
mereka hadapi. Ini bisa meliputi membantu pasien mengidentifikasi
sumber stres, merumuskan strategi untuk mengelola kecemasan, atau
mengembangkan rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka. Dalam konteks kesehatan, konselor juga dapat berperan penting
dalam mendukung perubahan perilaku yang positif, seperti mengadopsi
gaya hidup sehat, mematuhi pengobatan, atau mengelola kondisi kronis.
(Iskandar, 2022).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling dalam pendidikan kesehatan?
2. Apa tujuan konseling dalam bidang kesehatan?
3. Apa saja teknik-teknik konseling dalam bidang kesehatan?
4. Bagaimana langkah-langkah konseling dalam bidang kesehatan?
5. Bagaimana pelaksanaan konseling dalam bidang kesehatan?
6. Bagaimana keterampilan konseling dalam bidang kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konseling dalam pendidikan kesehatan.
2. Untuk mengetahui tujuan konseling dalam bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling dalam bidang kesehatan.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah konseling dalam bidang kesehatan.
5. Untuk mengetahui pelaksanaan konseling dalam bidang kesehatan.
6. Untuk mengetahui keterampilan konseling dalam bidang kesehatan

4
BAB II

PEMBAHASA

N
A. Pengertian Konseling Dalam Pendidikan Kesehatan
Konseling dalam pendidikan kesehatan merupakan proses
pemberian bantuan melalui diskusi tatap muka antara seorang konselor
yang terlatih dan seseorang yang mengalami masalah tertentu. Konseling
di dalam konteks pendidikan kesehatan bertujuan untuk membantu
individu atau kelompok mengatasi masalah, memperluas kemampuan, dan
memperbaiki keseimbangan psikologis. Konseling dalam pendidikan
kesehatan dapat mencakup berbagai aspek seperti pengambilan keputusan,
pengembangan kesadaran, pemecahan masalah, dan perubahan sikap-sikap
baru. Konseling ini dapat dilakukan secara individual atau dalam grup, dan
konselor harus memiliki kemampuan dan etika professional (Iqbal, 2024).
Konseling adalah suatu hubungan profesional antara konselor
dengan klien, untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri
melalui pilihan-pilihan yang bermakna. Konseling merupakan proses
membantu seseorang atau kelompok untuk belajar menyelesaikan masalah
interpersonal, emosional dan atau memutuskan hal tertentu. Hubungan ini
biasanya dilakukan orang per orang maupun per kelompok. Konseling
adalah salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam pendidikan
kesehatan untuk menolong individu dan keluarga/ kelompok. Selama
konseling seseorang yang membutuhkan dan seseorang yang memberi
dukungan dan dorongan (konselor) bertemu dan berbicara satu sama lain
sehingga orang yang membutuhkan pertolongan akan memperoleh
kepercayaan dalam kemampuannya untuk mendapatkan pemecahan dari
masalah yang dihadapinya. Konseling juga menjadi bagian penting
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, karena konseling
membantu orang agar mengetahui apa yang dapat mereka lakukan atas
usaha mereka sendiri, supaya tetap sehat (Lubis, 2022).

5
Pelaksanaan konseling (helping relationship) sebenarnya bukan
hanya terjadi dalam setting pendidikan (formal) saja, tetapi juga dalam
semua bidang kehidupan dimana terjadi hubungan antar manusia dengan
manusia. Dengan kata lain bila ada interaksi antara individu dengan
individu lain yang membutuhkan bantuan, maka akan terjadi hubungan
yang membantu. Hubungan yang membantu dan hubungan konseling
adalah sama. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan, mengembangkan,
dan membantu individu yang membutuhkan. Teknik konseling yang
dipergunakan dalam bidang kesehatan, disesuaikan dengan tujuan atau
fungsinya. Teknik konseling yang dapat digunakan dalam bidang
kesehatan antara lain konseling eksistensialis, Cognitif Behavioral Terapi
(CBT), dan konseling spiritual (Ulin, 2018).
Menurut Abubakar Baraja, proses konseling terdapat unsur-unsur
dan tahapan rule dapat dilakukan konselor untuk lebih meringankan dalam
penyelesaian masalah rule dihadapi klien. Dalam secara umum proses
konseling dibagi tiga tahapan: Dalam tahap ini konselor dapat melakukan
beberapa proses, yaitu membangun hubungan baik antara konselor dengan
klien, memperjelas dan mendefinisikan masalah, dan membuat penafsiran
masalah.
B. Tujuan Konseling Dalam Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, kedokteran, maupun konseling bertujuan:
1. Preventif
Konseling bertujuan memberikan informasi untuk mencegah
perilaku yang tidak sehat atau mencegah timbulnya masalah misal
mencegah masalah dalam pernikahan. Kemudian mempersiapkan
individu dengan bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
keterampilan dalam menghadapi masalah yang akan muncul.
2. Kuratif
Konseling bertujuan menyembuhkan keluhan fisik yang
diakibatkan masalah psikis/psikososial (psikosomatis) atau pada.
Selain

6
itu juga untuk mengurangi depresi atau pada kecemasan pada penderita
penyakit stadium akhir atau penyakit yang sulit disembuhkan.
3. Promotif
Konseling bertujuan membantu meningkatkan derajat
kesehatan pasien. Melalui kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan.
Ada beberapa contoh dari tujuan konseling:
1. Tujuan Konseling Pranikah
dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk
menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul
dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk
memecahkan masalah. Konseling pra-nikah juga sebagai wahana
membimbing dua orang yang berbeda untuk saling berkomunikasi,
belajar menyelesaikan masalah dan mengelola konflik. Keterampilan
ini jelas-jelas sangat penting dalam perjalanan kehidupan rumah
tangga terutama pada Pasangan muda sangat membutuhkan konseling
terutama untuk memperjelas harapan-harapan mereka pada
pernikahannya dan memperkuat hubungan sebelum menikah.
2. Tujuan Konseling HIV/AIDS
a. Menyediakan dukungan psikologis, misalnya: dukungan yang
berkaitan dengan kesejahteraan emosi, psikologis, sosial dan
b. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang
perilaku berisiko (seperti seks aman atau penggunaan jarum
bersama) dan membantu orang dalam mengembangkan
keterampilan pribadi yang diperlukan untuk perubahan perilaku
dan negosiasi praktek lebih aman.
3. Tujuan Konseling Kb
bertujuan membantu klien membuat pilihan metoda kontrasepsi
yang tepat bagi diri sendiri dan mendapatkan solusi berbagai masalah

7
kesehatan reproduksi. Klien juga diharapkan untuk dapat membagi
informasi mengenai KB kepada wanita usia subur lainnya.
C. Teknik-Teknik Konseling Dalam Bidang Kesehatan
1. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri,
termasuk didalamnya adalah kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa
lisan. Perilaku attending yang baik dapat meningkatkan harga diri
klien, menciptakan suasana yang aman dan mempermudah ekspresi
perasaan klien dengan bebas.
2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasakan dan berfikir bersama klien. Terdapat dua
macam empati, yaitu:
a. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha
memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan
agar klien dapat terlibat dan terbuka.
b. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor
terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih
mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan
perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien
tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam,
berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
Contoh ungkapan empati tingkat tinggi
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya kepada klien. Terdapat tiga jenis refleksi,
yaitu:
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbal klien.

8
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan
pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan nonverbal klien.
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan
pengalaman- pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbal klien.
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien
menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti
halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi,
yaitu:
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan
klien yang tersimpan.
b. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan
pendapat klien.
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk
menggali pengalaman-pengalaman klien.
5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (paraphrasing) adalah teknik untuk
menyatakan kembali ungkapan klien, yang menjadi inti utama
pembicaraan. Tujuan paraphrasing adalah mengatakan kembali kepada
klien bahwa konselor memahami apa yang dikatakan klien,
mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan,
memberi arah wawancara konseling, dan mengecek kembali persepsi
konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing klien agar
mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan

9
pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak
menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan
semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau
sebab-sebabnya. Lebih baik gunakan kata tanya bagaimana, adakah,
dapatkah.
7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan
pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan
pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak
atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah
untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau memperjelas
sesuatu, dan menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh.
8. Dorongan Minimal (Minimal Encourgement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu
dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan
klien. Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat
mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan
pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya
dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan
atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
9. Interpetasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan
subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan
pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari
hasil rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien
melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran
dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.

1
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan
sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan
sementara adalah untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan,
menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap,
meningkatkan kualitas diskusi dan mempertajam fokus pada
wawancara konseling.
12. Memimpin (Leading)
Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam
wawancara konseling sehingga terlihat dengan jelas tujuan konseling.
13. Fokus
Yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian
pada pokok pembicaraan. Pada umumnya dalam wawancara konseling,
klien akan mengungkapkan sejumlah permasalahan yang sedang
dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogyanya dapat membantu
klien agar dia dapat menentukan apa yang fokus masalah.
14. Konfrontasi
Yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya
inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan,
ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan
sebagainya. Tujuannya adalah mendorong klien mengadakan
penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien; membawa
klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi
dalam dirinya.
Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati,
yaitu dengan memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak
konsisten dengan cara dan waktu yang tepat, tidak menilai apalagi
menyalahkan, dilakukan dengan perilaku attending dan empati.

1
15. Menjernihkan (Clarifying)
Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang
samar-samar, kurang jelas dan agak meragukan. Tujuannya untuk
mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas,
ungkapan kata-kata yang tegas dengan alasan-alasan yang logis, dan
agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya.
16. Memudahkan (Facilitating)
Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran,
dan pengalamannya secara bebas.
17. Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 –
10 detik, komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku nonverbal.
Tujuannya adalah menunggu klien yang sedang berfikir dan
menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas bicara.
18. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk
berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengajak
klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini
bertujuan mengambil inisiatif jika klien kurang semangat, atau jika
klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan dan jika klien
kehilangan arah pembicaraan.
19. Pemberian Informasi
Sama halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki
informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa dia mengetahui hal
itu. Kalau pun konselor mengetahuinya, sebaiknya tetap diupayakan
agar klien yang berusaha mencari informasi tersebut.

1
20. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk
membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan, perbuatan yang
produktif untuk kemajuan klien.
21. Ventilasi
Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan
isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia lega dan kecemasannya
(tentang penyakitnya) berkurang karena ia lalu dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh
dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi).
Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan,
masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
22. Persuasi
Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya
gejala-gejala serta baik buruknya atau fungsi gejala-gejala itu. Kritik
diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian
maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat
dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien
dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menggangu. Pasien pelan-
pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.
23. Sugesti
Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan
pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa
gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang
meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien
percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-
harapkan sesuatu dan ia mulai percaya.

1
24. Penjaminan Kembali
Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui
komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati,
bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai).
Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan
menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.
25. Bimbingan
Bimbingan ialah memberi nasihat-nasihat yang praktis dan khusus
(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan pasien agar ia
lebih sanggup mengatasinya, misalnya tentang cara mengadakan hubungan
antar- manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.
26. Penyuluhan
Penyuluhan ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu
pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi
suatu masalah lingkungan, atau dapat menyesuaikan diri.
27. Edukasi
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorangmelalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan
untuk mengingat faktaatau kondisi nyata, dengan cara memberi
dorongan terhadap pengarahan diri (selfdirection), aktif memberikan
informasi-informasi atau ide baru. Edukasi merupakan serangkaian
upaya yangditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari
individu, kelompok,keluarga dan masyarakat agar terlaksananya
perilaku hidup sehat. Jadi pendidikan kesehatan merupakan bentuk
rekayasa perilaku. Bila melihat teori Blum tentang faktor yang
mempengaruhi kesehatan, maka perilaku merupakan faktor kedua
setelah faktor lingkungan yang bisa memperngaruhi kesehatan.
Perilaku dapat berubah melalui dua hal, yaitu paksaan atau edukasi.
Perubahan perilaku melalui paksaan misalnya dengan sangsi atau
undang-undang dapat merubah perilaku dengan cepat tetapi seringkali
tidak dapat

1
bertahan lama. Hal ini karena perubahan perilaku kesehatan tersebut
tidak didasari pemahaman dan kesadaran tentang tujuan perilaku sehat
tersebut dilaksanakan. Perubahan perilaku dengan edukasi bisa
membutuhkan waktu yang lebih lama, namun akan bertahan lama.
D. Langlah-langkah Konseling Dalam Bidang Kesehatan
Menurut (Jones, 2021) Konseling dalam bidang kesehatan adalah
proses interaksi antara konselor (terapis) dan klien (pasien) untuk
membantu klien dalam memahami dan mengatasi masalah kesehatan
mereka. Berikut langkah-langkah umum dalam konseling kesehatan:
1. Pengumpulan Informasi: Konselor mengumpulkan informasi tentang
klien, termasuk riwayat medis, masalah kesehatan yang dihadapi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatannya.
2. Pembentukan Hubungan: Konselor membangun hubungan yang kuat
dan saling percaya dengan klien. Ini penting untuk memfasilitasi
komunikasi terbuka dan kerja sama dalam mencapai tujuan kesehatan.
3. Penilaian Kesehatan: Konselor melakukan penilaian menyeluruh
terhadap kesehatan klien, termasuk evaluasi fisik, mental, emosional,
dan sosial.
4. Penetapan Tujuan: Bersama dengan klien, konselor menetapkan tujuan
yang spesifik, terukur, realistis, dan dapat dicapai dalam proses
konseling.
5. Perencanaan Tindakan: Konselor dan klien merancang rencana
tindakan yang mencakup langkah-langkah konkret yang akan diambil
untuk mencapai tujuan kesehatan yang telah ditetapkan.
6. Implementasi: Konselor dan klien bekerja sama untuk
mengimplementasikan rencana tindakan tersebut, dengan konselor
memberikan dukungan dan bimbingan sesuai kebutuhan.
7. Evaluasi dan Pemantauan: Proses konseling terus dievaluasi untuk
menilai kemajuan yang dicapai, mengidentifikasi hambatan atau
tantangan yang muncul, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

1
8. Pengakhiran: Konselor dan klien mengevaluasi pencapaian tujuan,
merencanakan langkah-langkah selanjutnya, dan menutup proses
konseling dengan memastikan klien merasa siap untuk melanjutkan
perubahan positif yang telah dicapai.
E. Pelaksanaan Konseling Dalam Bidang Kesehatan
Pelaksanaan konseling dalam bidang kesehatan melibatkan
berbagai teknik dan pendekatan untuk membantu individu atau kelompok
dalam mencapai kesehatan optimal. Konseling kesehatan dapat dilakukan
oleh berbagai profesional kesehatan, termasuk psikolog, konselor, dokter,
perawat, dan terapis lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan
dukungan emosional, informasi, dan bimbingan kepada individu atau
kelompok dalam mengatasi masalah kesehatan mereka. Konseling dalam
bidang kesehatan juga sebuah layanan bimbingan dan konseling yang
membantu bidang kedokteran untuk mengobati penyakit degeneratif yang
notabene lebih sulit diatasi. Pelaksanaan konseling sebenarnya bukan
hanya terjadi dalam setting pendidikan (formal) saja, tetapi juga dalam
semua bidang kehidupan di mana terjadi hubungan antar manusia dengan
manusia. Konseling di bidang kesehatan juga dapat berfungsi kuratif
(curative) untuk membantu individu mengubah perilaku mereka ke arah
yang lebih maju, mengubah emosinya negatif, dan membantu mereka
dalam beradaptasi, membuat keputusan, dan mengelola krisis (Brown,
2019).
F. Keterampilan Konseling Dalam Bidang Kesehatan
Keterampilan konseling menurut Ivey (dalam Willis, 2004:86)
dipandang sebagai keterampilan minimal yang harus dimiliki seorang
konselor profesional, sehingga penguasaan keterampilan-keterampilan
konseling akan menjadi salah satu jaminan dalam keberlangsungan proses
konseling untuk mencapai tujuan konseling yang diharapkan. Penguasaan
ketrampilan konseling merupakan salah satu aspek penting bagi
keberlangsungan proses konseling. Hampir semua pakar bimbingan dan
konseling mengakui pentingnya konselor menguasai keterampilan-
ketrampilan dasar konseling.

1
Seorang konselor dituntut memiliki berbagai keterampilan
konseling serta karakteristik yang memadai. Beberapa karakteristik yang
perlu dipenuhi oleh konselor tanpa memandang pendekatan/teknik yang
digunakan antara lain: empati, selalu siap berdialog dengan konseli, dan
menumbuhkan keberanian konseli untuk berbicara (Dahlan, 1987:14).
Agar kinerja seorang konselor bisa dinilai efektif, maka konselor dituntut
untuk menguasai beberapa keterampilan dalam pemberian bantuannya.
Pada dasarnya, setiap tahapan dalam proses konseling memerlukan
keterampilan- keterampilan dasar yang harus dimiliki konselor untuk
membangun sebuah proses konseling yang komprehensif. Apabila
konselor tidak mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar dalam
konseling akan dimungkinkan tidak dapat mencapai tujuan konseling yang
diharapkan.
Gibson dan Mitchell (1995:150) menyebutkan ada empat
keterampilan dasar konseling yaitu:
1. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni keterampilan
komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi verbal.
2. Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam
mendiagnosa dan memahami konseli, memperhatikan konseli, dan
pengaruh lingkungan yang relevan. Konselor harus terampil dalam
menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar
untuk mendiagnosa konseli.
3. Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan
perilaku dan sikap konseli. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang
konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi konseli.
4. Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian
terhadap lingkungan dan pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur
proses membantu konseli bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam

1
proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan seorang
konselor.

1
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Konseling dalam pendidikan kesehatan merupakan proses pemberian
bantuan melalui diskusi tatap muka antara seorang konselor yang
terlatih dan seseorang yang mengalami masalah tertentu.
2. Tujuan Konseling Dalam Bidang Kesehatan, kedokteran, maupun
konseling bertujuan Sebagai Preventif, Kuratif, dan Promotif. Ada
beberapa contoh dari tujuan konseling diantaranya Tujuan Konseling
Pranikah, Tujuan Konseling HIV/AIDS, dan Tujuan konseling KB.
3. Teknik-Teknik Konseling Dalam Bidang Kesehatan diantaranya
Perilaku Attending, Empatu, Refleksi, Eksplorasi, Menangkap Pesan
(Paraphrasing), Pertanyaan Terbuka (Opened Question), Pertanyaan
Tertutup (Closed Question), Dorongan Minimal (Minimal
Encourgement), Interpetasi, Mengarahkan (Directing), Menyimpulkan
Sementara (Summarizing), Memimpin (Leading), Fokus, Konfrontasi,
Menjernihkan (Clarifying), Memudahkan (Facilitating), Diam,
Mengambil Inisiatif, Pemberian Informasi, Merencanakan, Ventilasi
atau katarsis, Persuasi, Sugesti, Penjaminan kembali, Bimbingan,
penyuluhan, dan edukasi.
4. Langlah-langkah Konseling Dalam Bidang Kesehatan diantaranya
Pengumpulan Informasi, Pembentukan Hubungan, Penilaian
Kesehatan, Penetapan Tujuan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
dan pemantauan, serta pengakhiran atau konselor dan klien
mengevaluasi pencapaian tujuan.
5. Pelaksanaan konseling dalam bidang kesehatan melibatkan berbagai
teknik dan pendekatan untuk membantu individu atau kelompok
dalam mencapai kesehatan optimal. Konseling kesehatan dapat
dilakukan oleh berbagai profesional kesehatan, termasuk psikolog,
konselor, dokter, perawat, dan terapis lainnya. Tujuan utamanya
adalah untuk

1
memberikan dukungan emosional, informasi, dan bimbingan kepada
individu atau kelompok dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
6. keterampilan dalam bidang kesehatan, menurut Gibson dan Mitchell
(1995:150) ada empat keterampilan dasar konseling yaitu
Keterampilan Komunikasi, Keterampilan Diagnostik, Keterampilan
Memotivasi, dan Keterampilan manajemen.
B. Saran
Walaupun penulis menginginkan kerapihan dan kesempurnaan
ketika menyusun makalah ini namun pada kenyatannya masih banyak
sekali kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki ulang oleh penulis.
Persoalan ini dikarenakan masih sangat sedikitnya pengetahuan penulis.
Maka dari itu penulis sangat berharap sekali bahwa para pembaca selalu
memberikan sebuah kritikan dan saran kepada penulis agar penulis bisa
menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh para pembaca ini
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.

1
DAFTAR PUSTAKA
EDUKASI DAN KONSELING KESEHATAN (HEALTH EDUCATION).
2018. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS
KEDOKTERAN
Iqbal, M. (2024). Menfess (Mental Health Confession), Komunitas Online
Untuk Pendidikan Kesehatan Mental Dan Konseling Psikologis.
Dinamika Sosial: Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Transformasi
Kesejahteraan, 1(1), 19-25.
Iskandar, A. M. (2022). HUMAN RELATIONS DALAM KOMUNIKASI
KESEHATAN. Komunikasi Kesehatan, 149.
Jones, D. et al. (2021). Riwayat Kesehatan Pasien: Pendekatan Sistematis.
Jurnal Kedokteran Keluarga, 15(3), 102-115.
Lianawati, A. (2017). Implementasi keterampilan konseling dalam layanan
konseling individual. In Seminar & Workshop Nasional Bimbingan dan
Konseling: Jambore Konseling 3.
LubisW., NurdayangS., & SyahputraD. (2022). Konseling Keluarga untuk
Mengatasi Kesehatan Mental Anak. Reslaj: Religion Education
Social Laa Roiba Journal, 5(5), 2522-2528.
Rosmalina, A. (2015). KONSELING DALAM BIDANG KESEHATAN. Orasi,
Vol. VI No.1
Smith, J., Johnson, A., & Brown, K., (2019), The Impact of Health Counseling
on Chronic Disease Management: A Systematic Review, Journal of
Health Psychology
Ulin Nihayah, Ajeng Meli Oktaviana, Wafa Saefitri, Hardiyanti Zainuddin,
Tarisa Sifa Gurnianingsih. (2018). Strategi Konseling Dalam
Menumbuhkan Kesehatan Mental Pada Penderita Gaming Disorder.
Hal. 72 – 89.

Anda mungkin juga menyukai