Anda di halaman 1dari 23

DASAR PEMECAHAN MASALAH

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

Disusun Oleh :

Pravangasta Rakha Pradhama P21345120049

Rahmat Khairullah P21345120051

Rizky Sugiarto P21345120057

Rizqi Alfi Syahri P21345120058

Sultan Michael Syahbani P21345120069

Muhammad Rangga Putra P23133017070

PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA III


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Media Alat / Alat Peraga / Media Promosi Kesehatan”
ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Terima kasih penulis ucapkan untuk kedua orang tua atas dukungan dan
fasilitas yang mereka berikan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kepada petugas perpustakaan yang membantu penulis dalam mencari
buku referensi dengan sabar. Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik
dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih memiliki banyak kekurangan. Kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama
proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Demikianlah yang
dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu
memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta, 6 Februari 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Langkah – Langkah Menentukan Prioritas Masalah................................4
2.2 Penyusunan Prioritas Masalah.................................................................7
2.3 Macam-Macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah........................10
2.4 Menentukan Prioritas Masalah.................................................................13
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya peningkatan kualitas perencanaan program kesehatan, dibutuhkan


suatu upaya perencanaan yang dapat menghasilkan rencana yang komprehensif dan
holis komprehensif dan holistik. Perencanaan tik. Perencanaan kesehatan adal
kesehatan adalah kegiatan ah kegiatan yang penting yang penting untuk dilakukan di
masa yang akan datang guna menghadapi berbagai masalah dalam bidang kesehatan.
Langkah-langkah perencanaan pada dasarnya sama dengan alur pikir siklus
pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah analisis
situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan,
melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun rencana
operasional.

Kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu masalah adalah suatu  proses
yang dilakukan oleh  proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
sekelompok orang dengan menggunakan metode-metode menggunakan metode-
metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai
yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai oleh sebagian besar staf
di  bidang kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada
titik ini dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam
penetapan  penetapan prioritas. prioritas. Setelah Setelah prioritas prioritas dari
masalah masalah telah ditetapkan, ditetapkan, langkah langkah  berikutnya dapat
dikatakan merupakan gerakan berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan
progresif menuju pelaksanaan.

Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara harapan dan
kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik adalah suatu rumusan
yang jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dapat
dikemukakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Identifikasi dan prioritas
masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan yang harus
dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk
didalamnya adalah masyarakat. Dengan demikian, masalah yang akan ditanggulangi
merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
mananggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif
didalamnya.

Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat


ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk dilakukan. Manajer
kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan
dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas
secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.

Dari berbagai masalah kesehatan yang diidentifikasi, ada beberapa masalah


kesehatan yang sangat penting untuk diatasi. Munculnya sejumlah masalah dari
analisis permasalahan secara simultan, yang nampaknya mempunyai bobot
permasalahan yang sama, menghadapkan pengambil keputusan kepada pertanyaan,
masalah manakah yang memerlukan penanggulangan segera. Dalam menetapkan
prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Yakni :
besarnya masalah yang terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat, bisa
tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Langkah-Langkah Menentukan Prioritas Masalah


Penentuan terhadap masalah yang akan diteliti merupakan tahap yang  penting
penting dalam melakukan melakukan penelitian, penelitian, karena pada hakikatnya
hakikatnya seluruh seluruh proses  penelitian  penelitian yang dijalankan dijalankan
adalah untuk menjawab menjawab pertanyaan pertanyaan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Menentukan masalah juga merupakan hal yang tidak mudah karena
tidak adanya panduan yang baku. Meskipun demikian, dengan latihan dan kepekaan
ilmiah, penentuan masalah utama yang harus segera diatasi dapat dilakukan dengan
tepat. Kriteria berikut ini akan mempermudah kita menemukan masalah:
1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar dua variable
atau lebih.
2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada
umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu
dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan
untuk menjawab masalah yang sedang dikaji.
4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika.

Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu:
1. Pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang
cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu
dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku,
keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadaan
pemerintahan, kependudukan, pendidikan, , sosial budaya, pekerjaan, mata
pencaharian, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan data
Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah,
maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga
jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Teknik dalam
melakukan pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual,
elektrik, dan mekanik.
3. Penyajian data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang
lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan grafik.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua
masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah,
dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang  penting.
Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik,
jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta
dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

2.2 Penyusunan Prioritas Masalah


Masing-masing organisasi secara garis besar mempunyai pernyataan yang
jelas mengenai mengenai prioritas prioritas program program yang diacu secara
resmi dan diperbarui diperbarui setiap  jangka  jangka waktu tertentu. tertentu.
Prioritas tersebut menjadi dasar pengambilan pengambilan keputusan keputusan
yang juga dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya. Akan tetapi, dalam
kenyataannya banyak organisasi yang baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki
prioritas yang jelas hingga organisasi tersebut mengalami masalah dan krisis.
Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang  paling
paling penting penting dalam sebuah organisasi. organisasi. Prioritas Prioritas
( priority  priority setting  setting ) dikembangkan sebagai dasar pembuatan
keputusan. Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumber-
sumber daya yang bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan pengaruh
(impact) yang diharapkan. Ketersediaan dari sumber daya dapat menjadi faktor
utama dalam penentuan prioritas.
Prioritas masalah disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan disesuaikan
dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, penyusunan
prioritas  prioritas akan memperhatikan memperhatikan masalah-masalah masalah-
masalah dasar yang dihadapi dihadapi maupun faktor-faktor yang menghambat
tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap akar hadap akar
permasalahan permasalahan yang dihadapi yang dihadapi menjadi modal utama bagi
pengambil keputusan, khususnya pengambil keputusan, khususnya yang terkait
dengan yang terkait dengan masalah fundamental. masalah fundamental.
Efektifitas penentuan prioritas masalah berhubungan erat dengan proses
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan tujuan organisasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Setiap langkah yang dilakukan memiliki tujuan sendiri. Analisis situasi sebagai
langkah awal dalam perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga dapat
diperoleh gambaran diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan tentang masalah
kesehatan yang ada serta faktor-faktor yang yang mempengaruhi masalah kesehatan
tersebut, yang merupakan tujuan dari anali akan tujuan dari analisis ini. sis ini. Pada
akhirnya akan diperoleh hasil dari analisis ini yang merupakan titik tolak
perencanaan kesehatan terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan
anjutnya diikuti oleh kegiatan untuk merumuskan masalah secara jelas, sekaligus
menentukan prioritas masalah-masalah tersebut. Yang dimaksud dengan masalah
dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan kesehatan saja,
akan tetapi meliputi semua.
faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku,
kependudukan dan pelayanan kesehatan). Beberapa poin berikut ini merupakan
alasan mengapa penentuan prioritas masalah dipandang penting:
1. Agar tetap fokus pada hal-hal yang berada pada prioritas utama atau menuntun
perencanaan dan proses update program.  
2. Untuk mengawasi agar penggunaan sumber daya langka dapat lebih efektif.
3. Untuk membangun komunikasi mengenai proyek/aktivitas antar stakeholder.
4. Untuk menghubungkan antara kebijakan dan tujuan ekonomi sosial
pemerintah.

2.3 Macam-Macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah


kesehatan, yakni :
1. Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas,
morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam
masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit
dan rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian
ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya
masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang
berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar
pendapat orangorang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-
tokoh masyarakat).
Dalam menentukan prioritas, terdapat beberapa pertanyaan petunjuk
( guidance question) yang dapat digunakan, yaitu:
1. Apa prioritas utama berdasarkan pemikiran dan kebutuhan yang diidentifikasi
selama analisis situasi?
2. Apa yang kita ketahui mengenai prioritas-prioritas tersebut?
3. Apakah sumber daya tersedia dan dapat diakses untuk menjalankan prioritas
tersebut?
4. Apakah ada orang, kelompok, atau organisasi lain yang lebih mampu
melaksanakan prioritas tersebut?
5. Siapa yang sudah atau sedang terlibat dalam pekerjaan berkaitan dengan
prioritas tersebut?
6. Siapa partner yang potensial?

2.4 Menentukan Prioritas Masalah

Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang
tau masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan.
Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab
utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan
yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat
ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat
sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang
semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan
mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan :
1. METODE HANLON
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan
berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki
kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar
Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic
Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
• Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
• Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
• Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan dinilai secara individual.
A. Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi
kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability,
resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima,
ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang
merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka
penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D
(PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan
berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan,
definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan
kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan
dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol
ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai
dengan data statistik dan akurat.

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah


Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan
biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena
dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan
angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik
keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat
menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada
umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan
secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau
dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut
dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan.
Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa
ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.

Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah


Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan
tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus
dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak
membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi,
karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan
bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20),
keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.

B. Faktor yang dapat digunakan adalah:


• Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat
kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses
terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
• Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,
kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
• Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk
masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila


menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi
manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan
dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya
akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-
batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik.
Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya
sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan
keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan
menjadi 0.

Komponen C - Efektivitas dari Intervensi


Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat
diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10.
Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif.
Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang
mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang
diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan
dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah
yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai
sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi
tujuan yang ditetapkan.

Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam
menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi
kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah
tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi
ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor
PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak."
Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk
mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini
merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu
dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi
dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun
demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan
langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di
masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima
penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat
mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa
mendatang.

2. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang
telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram,
emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama
memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter
diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat
pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan
dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab
problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan
memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu
permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram.
Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan
ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka
serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang
timbul.

Ishikawa mengurai secara rinci prinsip plan-do-check-act W.Edward Deming,


sang kreator P-D-C-A menjadi;
1. Plan-P
>> Tentukan gol dan target
>> Tentukan cara/metode mencapai gol
2. Do-D
>> Terlibat dalam pendidikan dan pelatihan
>> Implementasi pekerjaan
3. Check-C
>> Cek akibat dari implementasi
4. Act-A
>> Mengambil tindakan yang sesuai

A. Penggunaan
• Melakukan identifikasi penyebab masalah;
• Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang
sistematik;
• Mencari akar penyebab masalah;
• Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.

B. Pedoman Pelaksanaan
• Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
• Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat
diukur atau diupayakan dapat diukur;
• Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin
seimbang peranan atau bobotnya;
• Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki,
bukan yang tidak mungkin diperbaiki ataudiselesaikan;
• Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya
akan memperbaiki faktor tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
• Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan
diagram tulang ikan.

Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana
dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

C. Kelebihan diagram tulang ikan


• Lebih terstruktur;
• Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara
yang sistematik;
• Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.

D. Kekurangan diagram tulang ikan


• tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin)
harus didukung data.

3.      POHON MASALAH

A. ANALISA MASALAH DENGAN TEHNIK POHON MASALAH


Secara visual menggambarkan hubungan ‘sebab-akibat’ dari masalah yang ada
sekarang. Gunakan kartu metaplan.
Cara menggunakan kartu metaplan:
1. Identifikasi hanya masalah yang ada, jangan yang bersifat teoritis
2. Hanya satu masalah per kartu
3. Masalah harus ditulis dengan gaya negative
4. Masalah bukan tidak adanya jawaban melainkan keadaan yang negative. Oleh
karena itu hindarkan penggunaan kalimat seperti “kurangnya ini” atau “tidak ada”

B. Kekurangan pohon masalah


• membutuhkan waktu yang banyak dan jika masalah semakin kompleks akan
lebih sulit dalam menentukan penyebab utama masalah

C. Proses pelaksanaan pohon masalah


• Membuat kerangka pohon masalah;
• Menentukan masalah yang akan dianalisis;
• Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada
diagram;
• Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD
atau brainstorming;
• Dengan cara yang sama seperti langkah 4, dilakukananalisis penyebab
masalah sampai tidak terjawabpertanyaan, apa yang menjadi penyebab
tersebutmelalui proses FGD maupun brainstorming

D. MEMILIH MASALAH INTI


• Sebelum melakukan analisa masalah, pastikan orang yang terlibat dengan
suatu permasalahan terlibat dalam perumusanmasalah. Contoh: ”
Banyaknya kecelakaan bus”.
• Tulislah rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dia anggap
sebagai titik pusat dari masalah yang ada sekarang dalam wilayah proyek.
• Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan
menyepakati satu “masalah paling inti”. Masalah inti tidak harus berarti
masalah paling penting karena ia hanya berfungsi sebagai titik awal dari
pembuatan pohon masalah.
• Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh
dalam wilayah masalah cocok menjadi masalah inti.
• Jika kelompok tidak dapat menyetujui masalah inti, pilihlah secara tentative
satu masalah dan lanjutkan bekerja. Kemudian kembali mendiskusikan
masalah inti nanti. Contohnya: Bis sering kecelakaan.

E. BUAT POHON MASALAH


• Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan
tulis atau dinding.
• Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang
merupakan penyebab lansung dari masalah inti tersebut.
• Tambahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah,
sehingga membentuk sebuah pohon (pohon masalah)
• Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah
inti diatasnya.
• Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum
menyelesaikan bagian atas dari pohon.
• Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat per masalah. Juga kartu
masalah yang mempunyai tingkat kepentingan yang sama harus
ditempatkan pada tingkatan yang sama pula.
• Tunjukan semua hubungan sebab-akibat yang utama dan penting dengan
tanda panah.
• Sambil menyelesaikan Pohon Masalah, periksa diagram secara keseluruhan
danperiksa penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat,
dan kelengkapannya. Langkah –langkah ini pada akhirnya memunculkan
satu gambar yang lengkap dan terinci - dengan akar yang diwakili oleh
penyebab masalah, dan akibat dari masalah tersebut (lihat contoh)

F. MENCARI BEBERAPA STRATEGI UTAMA PROYEK DARI POHON


MASALAH
• identifikasi beberapa kelompok cabang sebab akibat yang mengarah
ketengah. Lingkari kelompok tersebut. Satu cabang atau gabungan cabang-
cabang bisa dijadikan strategi proyek.
• Kalau cabang-cabang diambil sebagai pendekatan proyek maka daun-
daunnya adalah komponen-komponen proyek.
• Teliti kembali hasil analisa stakeholder untuk menentukan siapa yang akan
terpengaruh dan terlibat dalam penggabungan cabang-cabang tersebut.
• Rumuskan beberapa alternatif strategi utama proyek dalam bentuk hasil
dengan mengganti kalimat yang negatif dipohon masalah dengan yang
positif.

G. MEMBUAT POHON HASIL SEBAGAI LOGIKA PROYEK


Dari strategi utama yang telah dirumuskan, bangun logika Pohon Hasil atau
Logika Proyek. yang menjelaskan cara un tuk memecahkan masalah dan efek dari
pemecahan. Pohon HASIL mengidentifikasi “kondisi yang diinginkan” setelah
masalah dipecahkan, dan menjadi landasan untuk pemeriksaan pendekatan yang
digunakan untuk meningkatkan keadaan.
1. Gantilah kata-kata hubungan ‘sebab-akibat’ yang bersifat negative dari pohon
masalah menjadi hubungan ‘cara-hasil yang bersifat positif, “kondisi yang
diinginkan di masa depan” (hasil) dapat dicapai.
2. Telitilah semua hasil dan hubungannya agar masuk akal dan layak, kalau
diperlukan sesuaikanlah analisis hasil.Adanya penambahan ”sopir disiplin dan tepat
waktu”
3. Periksa diagaram secara menyeluruh dan pertajamlah agar mendapatkan
kesempurnaan analisis.
4. Bila pernyataan dalam kartu tidak dapat diubah menjadi pernyataan positif,
periksalah kembali pohon masalahnya yang dicoba digambarkan oleh kartu itu. Juga,
jika “keadaan yang diinginkan (hasil) “ sangat tidak masuk akal, atau tidak logis,
logika sebab-akibat harus diperiksa kembali. Struktur Pohon Hasil mungkin berbeda
dengan Pohon masalah.
Bagaimana Cara memilih satu atau dua dari strategi utama.
1. Nilailah setiap strategi utama proyek tersebut dengan menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini.
2. Secara realistis dapat dilakukan. Tidak terlalu banyak hambatan, baik dalam
staffing, secara politis, maupun potensi resistenskomunitas dampingan, situasi
kedaan dilokasi misalanya keadaan darurat.
3. Memiliki kontribusi terhadap kebijakan-kebijakan penting di sektor ybs,
misalnya: kontribusi mengatasi kemiskinan, menjaga kelestarian hutan
4. Secara teknis feasible untuk mencapainya dalam kurun waktu Program
5. Mengarah pada keberlanjutan hasil/dampak dan berkontribusi pada
peningkatan kapasitas
6. Tidak terlalu mahal
7. Manfaat yang besar bagi kelompok sasaran – laki-perempuan, tua-muda,
kelompok minoritas, kelompok cacat.
8. Pengalaman kesuksesan di proyek sejenis sebelumnya.
9. Kemungkinancomplementary (saling mendukung) dengan proyek-proyek lain
yang dilakukan oleh kelompok/organisasi lain.
10. Kesesuaian tingkat teknologi dalam hubungannya dengan keberlanjutan
11. Kelayakan biaya dan tenaga.
12. Kemungkinan kesinambungan /perkembangan kegiatan dan dampak setelah
proyek selesai.
13. Dampak lingkungan, biaya vs. manfaat Berapa orang yang tercakup dalam
proyek
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa langkah dalam penyusunan pohon masalah dan
pengidentifikasian penyebab masalah. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama berdasarkan hasil Nominal
Group Technique (NGT). Langkah kedua menganalisis akibat atau dampak
adanya masalah utama yang telah dirumuskan pada langkah pertama. Ketiga,
menganalisis akibat tidak langsung dari masalah utama. Kemudian langkah
keempat yaitu menganalisis penyebab langsung dari masalah utama. Langkah
kelima mengidentifikasi penyebab tidak langsung dari masalah utama.
Langkah terakhir adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan.
Dalam menentukan prioritas masalah terdiri dari beberapa metode uuntuk
menetapkan prioritas masalah secara adil,masuk akan dan mudah dihitung
merupakan perangkat yang penting dengan menggunakan Metode Hanlon,
Fishbone Diagram dan Pohon Masalah
Daftar Pustaka

Asmoko, Hindri. 2014. Memahami Analisis Pohon Masalah. Available at accessed


on [Oct 7, 2014] Dillon, Leonellha Barreto. 2014. Problem Tree Analysis. Available
at accessed on [Oct 8, 2014]

Falani, Zakki. nd. Decision Tree (Pohon Keputusan). Available at accessed on [Oct
7, 2014]

Pasinringi, Syahrir A. Perencanaan Pelayanan Kesehatan. 2002. Makassar. FKM


Unhas. Available Available from : http://www.scribd.com/doc/2908460
http://www.scribd.com/doc/2908460/ Perencanaan- PerencanaanPelayanan-
Kesehatan.

Nangi, Moh.Guntur. Problem  Nangi, Moh.Guntur. Problem Solving Kesehatan Ma


Solving Kesehatan Masyarakat. 2010. Available syarakat. 2010. Available from :
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. 1996. Jakarta,

Reinke, William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas


Manajemen. 1994. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai