Disusun Oleh :
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Media Alat / Alat Peraga / Media Promosi Kesehatan”
ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Terima kasih penulis ucapkan untuk kedua orang tua atas dukungan dan
fasilitas yang mereka berikan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kepada petugas perpustakaan yang membantu penulis dalam mencari
buku referensi dengan sabar. Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik
dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih memiliki banyak kekurangan. Kami ucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama
proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Demikianlah yang
dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu
memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
PENDAHULUAN
Kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu masalah adalah suatu proses
yang dilakukan oleh proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
sekelompok orang dengan menggunakan metode-metode menggunakan metode-
metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai
yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai oleh sebagian besar staf
di bidang kesehatan sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada
titik ini dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam
penetapan penetapan prioritas. prioritas. Setelah Setelah prioritas prioritas dari
masalah masalah telah ditetapkan, ditetapkan, langkah langkah berikutnya dapat
dikatakan merupakan gerakan berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan
progresif menuju pelaksanaan.
Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara harapan dan
kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik adalah suatu rumusan
yang jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dapat
dikemukakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Identifikasi dan prioritas
masalah kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan yang harus
dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk
didalamnya adalah masyarakat. Dengan demikian, masalah yang akan ditanggulangi
merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
mananggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif
didalamnya.
PEMBAHASAN
Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu:
1. Pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang
cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu
dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku,
keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadaan
pemerintahan, kependudukan, pendidikan, , sosial budaya, pekerjaan, mata
pencaharian, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan data
Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah,
maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga
jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Teknik dalam
melakukan pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual,
elektrik, dan mekanik.
3. Penyajian data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang
lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan grafik.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua
masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah,
dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting.
Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik,
jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta
dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang
tau masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan.
Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab
utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan
yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah.
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat
ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat
sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang
semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan
mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.
Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan :
1. METODE HANLON
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan
berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki
kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar
Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and
Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic
Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
• Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
• Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
• Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan dinilai secara individual.
A. Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi
kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability,
resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima,
ketersediaan sumber daya, dan legalitas)
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang
merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka
penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D
(PEARL) dijelaskan.
Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan
berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan,
definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan
kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan
dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol
ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai
dengan data statistik dan akurat.
Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam
menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi
kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah
tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi
ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor
PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak."
Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk
mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini
merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu
dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi
dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun
demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan
langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di
masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima
penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat
mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa
mendatang.
2. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang
telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram,
emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama
memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter
diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat
pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan
dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab
problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan
memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu
permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram.
Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan
ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka
serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang
timbul.
A. Penggunaan
• Melakukan identifikasi penyebab masalah;
• Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang
sistematik;
• Mencari akar penyebab masalah;
• Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
B. Pedoman Pelaksanaan
• Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
• Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat
diukur atau diupayakan dapat diukur;
• Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin
seimbang peranan atau bobotnya;
• Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki,
bukan yang tidak mungkin diperbaiki ataudiselesaikan;
• Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya
akan memperbaiki faktor tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
• Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan
diagram tulang ikan.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana
dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa langkah dalam penyusunan pohon masalah dan
pengidentifikasian penyebab masalah. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama berdasarkan hasil Nominal
Group Technique (NGT). Langkah kedua menganalisis akibat atau dampak
adanya masalah utama yang telah dirumuskan pada langkah pertama. Ketiga,
menganalisis akibat tidak langsung dari masalah utama. Kemudian langkah
keempat yaitu menganalisis penyebab langsung dari masalah utama. Langkah
kelima mengidentifikasi penyebab tidak langsung dari masalah utama.
Langkah terakhir adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan.
Dalam menentukan prioritas masalah terdiri dari beberapa metode uuntuk
menetapkan prioritas masalah secara adil,masuk akan dan mudah dihitung
merupakan perangkat yang penting dengan menggunakan Metode Hanlon,
Fishbone Diagram dan Pohon Masalah
Daftar Pustaka
Falani, Zakki. nd. Decision Tree (Pohon Keputusan). Available at accessed on [Oct
7, 2014]