Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS INDONESIA

SELF ASSESSMENT VS OFFICIAL ASSESSMENT

MAKALAH TOPIK KHUSUS PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :
AGUS ADIWAHANA (1406659165)
IRHAM AKBAR (1406659524)
M ZAENY JAUHARI (1406659631)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
KEKHUSUSAN PAJAK
JAKARTA
MARET 2015

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami
gunakantanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah pada mata
ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Kelas

: PJK14-2S

Mata Ajaran

: Topik Khusus

Judul Makalah

: Self Assessment vs Official Assesstment

Hari, Tanggal

: Jum'at, 4 Maret 2016

Nama Pengajar

: Prof. Dr. Gunadi

Agus Adiwahana

Irham Akbar

M Zaeny Jauhari

I.

DEFINISI UMUM
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (UU KUP pasal 1 ayat 2). Sedangkan yang dimaksud dengan
Fiskus adalah orang atau badan yang mempunyai tugas untuk memungut pajak
atau iuran kepada masyarakat (wajib pajak), yang gunanya untuk pengeluaran
rutin dan pembangunan nasional, dan untuk me-nyelenggarakan Pemerintahan.
Istilah official assessment mengacu pada sistem pemungutan pajak yang
keseluruhan proses pelaksanaannya, mulai dari penetapan NPWP hingga
timbulnya pajak terutang melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak dilakukan
oleh apparat pemungut pajak. Pelaksanaan sistem official assessment di
Indonesia hanya sampai tahun 1967 (Siti Kurnia Rahayu, 2010:101).
Kemudian pada tahun 1983, Indonesia mengadakan perombakan undangundang perpajakan. Sehingga sistem pemungutan pajak berubah menjadi self
assessment yang artinya adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang
setiap tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku (Siti
Resmi, 2003:27). Sistem self assessment diterapkan hingga saat ini.

II.

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK


a. Kewajiban Wajib Pajak
-

Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

Kewajiban melakukan pembayaran, pemotongan/pemungutan, dan


pelaporan SPT tahunan dan Masa pajak yang sesuai dengan sistem self
assessment yang diterapkan

dalam hal dilakukannya pemeriksaan, wajib pajak diharuskan untuk


memenuhi

panggilan

untuk

datang

menghadiri

pemeriksaan,.

Memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan atau dokumen yang


menjadikan dasar pencatatan dan penghitungan pajak. Memberikan
tanggapan secara tertulis atas srat pemberitahuan hasil pemeriksaan.
Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dianggap perlu untuk menunjang pemeriksaan.

Kewajiban memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan


perpajakan (pasal 35A UU KUP)

b. Hak Wajib Pajak


Dalam hal dilakukan pemeriksaan:
-

Meminta Surat Perintah Pemeriksaan

Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa

Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan

Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Dirjen


Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak.

Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak, dalam


waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan diterima.

Apabila belum puas dengan Putusan Banding, WP berhak mengajukan


Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung.

Wajib Pajak berhak mendapatkan perlindungan kerahasiaan atas segala


informasi yang disampaikan kepada DJP, misalnya:

III.

SPT

Laporan Keuangan

Data dari pihak ketiga yang

bersifat rahasia

HAK DAN KEWAJIBAN FISKUS


Beberapa hak dan kewajiban Fiskus yang diatur menurut UU KUP antara lain :
-

Menerbitkan NPWP atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara


jabatan

Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, yang terdiri dari SKPKB,


SKPKBT, SKPLB dan SKPN serta Surat Tagihan Pajak

Melakukan pembetulan atas kesalahan tulis dan penghitungan atas Surat


Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan
dengan terlebih dahulu mendapatkan permohonan dari wajib pajak yang
bersangkutan

Melakukan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak

Melakukan penagihan pajak melalui Surat Tagihan Pajak

Mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi perpajakan, dengan


catatan sanksi tersebut sebelumnya diberikan karena kealpaan wajib
pajak

IV.

Berwenang melakukan penyegelan

Menjamin kerahasiaan data wajib pajak

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SELF ASSESSMENT VS OFFICIAL


ASSESSMENT
Berikut disajikan tabel perbedaan antara self assessment vs official assessment :
No. Uraian
1.
Penentuan

Self-Assessment
pajak Wajib
Pajak

yang terutang

Official-Assessment
yang Fiskus yang menghitung,

menghitung,

memperhitungkan,

memperhitungkan,

menyetorkan

menyetorkan

dan

dan melaporkan sendiri pajak

melaporkan sendiri pajak yang terutang


2.

yang terutang
Wewenang untuk Wajib Pajak Sendiri

Fiskus

menetapkan
besarnya

pajak

3.

yang terutang
Timbulnya Utang Fiskus tidak ikut campur Fiskus menetapkan Surat

4.

pajak
Tingkat

dan hanya mengawasi


Wajib Pajak

Ketetapan Pajak
Fiskus

penyalahgunaan
wewenang
(sumber : kabarpajak.com)
http://www.kabarpajak.com/2015/08/perbedaan-self-assesment-danofficial.html
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peralihan
tanggung jawab perpajakan yang semula berada di Fiskus dengan sistem
official assessment menjadi self assessment dan membebankan semua kepada
wajib pajak dalam melakukan proses penghitungan dan pelaporan pajak.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelemahan sistem self
assessment yang paling utama adalah masalah pengawasan ataupun
pemeriksaan Fiskus terhadap Wajib Pajak. Apakah Wajib Pajak dapat benarbenar dipercaya untuk menghitung sendiri dan melaporkan pajaknya?

Sedangkan kelemahan sistem official assessment yang paling utama adalah


keterbatasan jumlah Fiskus untuk menghitung dan menetapkan pajak terhutang,
mengingat jumlah Wajib Pajak di Indonesia sangatlah banyak. Selain itu,
pelaksanaan kewajiban perpajakan menjadi sangat tergantung kepada Fiskus.
Sehingga Wajib Pajak menjadi kurang mendapatkan pembinaan yang mendalam
dalam masalah perpajakan.
Kondisi official assessment cocok diterapkan di suatu negara yang
memiliki jumlah wajib pajak yang sedikit, dan memiliki struktur organisasi
aparatur pajak yang kuat. Sedangkan self assessment lebih cocok diterapkan di
suatu negara yang memiliki jumlah wajib pajak yang sangat besar, dan
pemahaman wajib pajak yang mendalam tentang berbagai peraturan perpajakan
terkait dengan kewajibannya

V.

HUBUNGAN ADVANCE RULLING DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM


Advance Rulling erat kaitannya dengan self assessment pajak. Karena
merupakan

kewajiban

dari

Fiskus

untuk

selalu

menjawab

dan

mengkonsultasikan berbagai pertanyaan dari Wajib Pajak guna mengatasi


kebingungan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Fungsi
advance ruling adalah untuk memberikan kepastian hukum pajak kepada Wajib
Pajak perihal isu pajak dalam transaksi tertentu yang akan dilakukannya di
masa yang akan datang. Advance ruling juga penting untuk mengurangi potensi
sengketa yang seringkali terjadi antara Wajib Pajak dan otoritas pajak.
Terjadinya sengketa antara Wajib pajak dengan Fiskus seringkali disebabkan
karena pesatnya perubahan hukum pajak yang tidak sebanding dengan
perkembangan

dunia

bisnis.

Ketidakmampuan

hukum

pajak

dalam

mengakomodasi kebutuhan Wajib Pajak dalam menghadapi perubahan pesat


dari aktivitas bisnis dan ekonomi kiranya bertentangan dengan prinsip kepastian
hukum. Aturan hukum yang baik seharusnya berisi aturan-aturan yang dapat
mejadi pedoman bagi individu untuk bertingkah laku dalam hidup
bermasyarakat sehingga pada akhirnya menciptakan kepastian hukum
(Marzuku, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

2015.

Perbedaan

Self

Assesment

dan

Official

Assesment

(Online),

(http://www.kabarpajak.com/2015/08/perbedaan-self-assesment-dan-official.html.
Diakses 3 Maret 2016)
Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang no 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal.
Bandung: Graha Ilmu
Resmi, Siti. 2003. Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai