DISUSUN OLEH :
AGUS ADIWAHANA (1406659165)
IRHAM AKBAR (1406659524)
M ZAENY JAUHARI (1406659631)
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami
gunakantanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah pada mata
ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Kelas
: PJK14-2S
Mata Ajaran
: Topik Khusus
Judul Makalah
Hari, Tanggal
Nama Pengajar
Agus Adiwahana
Irham Akbar
M Zaeny Jauhari
I.
DEFINISI UMUM
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (UU KUP pasal 1 ayat 2). Sedangkan yang dimaksud dengan
Fiskus adalah orang atau badan yang mempunyai tugas untuk memungut pajak
atau iuran kepada masyarakat (wajib pajak), yang gunanya untuk pengeluaran
rutin dan pembangunan nasional, dan untuk me-nyelenggarakan Pemerintahan.
Istilah official assessment mengacu pada sistem pemungutan pajak yang
keseluruhan proses pelaksanaannya, mulai dari penetapan NPWP hingga
timbulnya pajak terutang melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak dilakukan
oleh apparat pemungut pajak. Pelaksanaan sistem official assessment di
Indonesia hanya sampai tahun 1967 (Siti Kurnia Rahayu, 2010:101).
Kemudian pada tahun 1983, Indonesia mengadakan perombakan undangundang perpajakan. Sehingga sistem pemungutan pajak berubah menjadi self
assessment yang artinya adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan
wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang
setiap tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku (Siti
Resmi, 2003:27). Sistem self assessment diterapkan hingga saat ini.
II.
panggilan
untuk
datang
menghadiri
pemeriksaan,.
III.
SPT
Laporan Keuangan
bersifat rahasia
IV.
Self-Assessment
pajak Wajib
Pajak
yang terutang
Official-Assessment
yang Fiskus yang menghitung,
menghitung,
memperhitungkan,
memperhitungkan,
menyetorkan
menyetorkan
dan
yang terutang
Wewenang untuk Wajib Pajak Sendiri
Fiskus
menetapkan
besarnya
pajak
3.
yang terutang
Timbulnya Utang Fiskus tidak ikut campur Fiskus menetapkan Surat
4.
pajak
Tingkat
Ketetapan Pajak
Fiskus
penyalahgunaan
wewenang
(sumber : kabarpajak.com)
http://www.kabarpajak.com/2015/08/perbedaan-self-assesment-danofficial.html
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peralihan
tanggung jawab perpajakan yang semula berada di Fiskus dengan sistem
official assessment menjadi self assessment dan membebankan semua kepada
wajib pajak dalam melakukan proses penghitungan dan pelaporan pajak.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelemahan sistem self
assessment yang paling utama adalah masalah pengawasan ataupun
pemeriksaan Fiskus terhadap Wajib Pajak. Apakah Wajib Pajak dapat benarbenar dipercaya untuk menghitung sendiri dan melaporkan pajaknya?
V.
kewajiban
dari
Fiskus
untuk
selalu
menjawab
dan
dunia
bisnis.
Ketidakmampuan
hukum
pajak
dalam
DAFTAR PUSTAKA
2015.
Perbedaan
Self
Assesment
dan
Official
Assesment
(Online),
(http://www.kabarpajak.com/2015/08/perbedaan-self-assesment-dan-official.html.
Diakses 3 Maret 2016)
Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang no 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal.
Bandung: Graha Ilmu
Resmi, Siti. 2003. Perpajakan: Teori dan Kasus (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat