Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

RUAS TAKE HOME EXAM


(THE) SEMESTER 2022/22.1
(2022.1)

Nama Mahasiswa :Tika Puspita murni

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041608973

Tanggal Lahir : 23/02/1997

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4410/kebijakan publik

Kode/Nama Program Studi : Ilmu admistrasi negara s1

Kode/Nama UPBJJ : 18/Palembang

Hari/Tanggal UAS THE : jumat /23/12/2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUTKAAH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Tika Puspita murni


NIM : 041608973
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4410/kebijakan publik
Fakultas : Administrasi negara
Program Studi : Ilmu admistrasi negara s1
UPBJJ-UT : Palembang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Lahat,23-desember-2022
Yang Membuat Pernyataan

Tika Puspita Murni


Jawaban :

1. A. Adalah data sebagai pendukug EBP penggunaan data yang valid bagi konsep EBP harus mutlak di sediakan .
data yang sudah tersedia kemudian dibaca dan diinterprestasikan untuk menopang suatu kebijakan.
Perspektif EBP yang di gunakan dalam penerapan EBP yang di antarannya pengetahuan politik, pengetahuan
ilmiah dan pengetahuan implementasi praktis.

B. Pendekatan Proses menekankan pada proses atau tahapan-tahapan kebijakan. Pendekatan Substantif
menekankan pada spesialisasi keahlian dalam bidang substantive, misalnya spesialis kebijakan energy, special
kebijakan kesejahteraan dan sebagainya. Pendekatan Logical-Positivist dikenal juga sebagai Pendekatan
Behavioral atau pendekatan keilmuan. Pendekatan ini menggunakan alat-alat analisa yang canggih.
Pendekatan Ekonometrik dikenal juga dengan pendekatan ekonomi politik. Pendekatan ini menjelaskan
bahwa sifat alami manusia adalah “rasional”. Pendekatan Fenomologik atau postpositivist merupakan
pendekatan yang lebih menggunakan studi-studi kasus secara berkelanjutan. Pendekatan Partisipatori,
memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi sehingga para pembentuk kebijakan bisa membuat
rekomendasi dan keputusan yang lebih baik. Pendekatan ini bisa bermanfaat untuk pembentukan agenda,
perumusan kebijakan, dan implementasi kebijakan. Pendekatan Normatif atau Preskriptif, biasanya
digunakan oleh ilmuwan praktisi, seperti Henry Kissinger. Pendukung pendekatan ini seringkali menyarankan
suatu posisi kebijakan dengan menggunakan retorika dalam suatu cara yang lihai untuk meyakinkan pihak lain
tentang manfaat dan posisi mereka. Pendekatan Ideologik, disebut juga sebagai “visi” yang dimiliki oleh
ilmuwan politik, terbagi atas “visi yang dibatasi” dan ”visi yang tidak dibatasi”. Pendekatan Historis,
mengandalkan pada pola-pola yang ada dalam pembuatan kebijakan public. Seperti di Amerika Serikat yang
memiliki kecenderungan-kecenderungan konservatis dan juga liberal.

2. pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan (UU Penanganan Covid-
19),negara harus dapat menjamin perlindungan bagi seluruh warga, baik dalam kondisi normal maupun
kondisi tidak normal atau kondisi luar biasa. Bentuk perlindungan yang diberikan oleh negara tidak sebatas
perlindungan dari ancaman fisik, namun juga perlindungan keseluruhan aspek kehidupan dari keselamatan
269 juta jiwa penduduk Indonesia. Negara harus mampu menjaga ketahanan seluruh elemen bangsa dari
segala ancaman yang membahayakan negara dan masyarakat. Dengan segala sumber daya yang ada, ia harus
mewujudkan ketahanan negara yang kokoh dari segala ancaman, termasuk ancaman terhadap perekonomian
nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan yang menimbulkan dampak pada aspek sosial, ekonomi, politik
dan kesejahteraan masyarakat.Terhadap dalil para Pemohon yang merasa dilanggar hak konstitusional
dengan berlakunya UU Penanganan Covid-19, Pemerintah menyatakan bahwa penerbitan UU Penanganan
Covid-19 justru dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi kehidupan masyarakat yang sangat nyata
terancam dengan merebak dan menyebarnya Covid-19, baik itu dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman
kesehatan, keselamatan maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat.Seluruh kebijakan dalam
UU No. 2 Tahun 2020, terutama kebijakan dalam keuangan negara yang telah diimplementasikan saat ini,
telah didasarkan pada perhitungan dan menggunakan data faktual dampak dari ancaman Covid-19 bagi
masyarakat dan negara akibat terpaparnya Indonesia dengan Covid-19. Perhitungan, perlu upaya
penyelamatan masyarakat yang harus dilakukan secara sangat cepat dengan penyiapan bantuan biaya
kesehatan dan dukungan bantuan sosial serta mendukung ekonomi untuk memenuhi kehidupan dan juga
bantuan bagi dunia usaha, terutama bagi usaha kecil dan menengah
3. A. Mengurangi dampak bencana di sebut sebagai suatu tahap yang harus diadakan secara terus menerus dan
juga berkelanjutan baik oleh individu, kelompok, maupun komunitas serta masyarakat dalam rangka
mengelola semua bahaya dengan cara meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan dari sebuah bencana yang
tidak bisa diprediksi kapan akan datang (mitigasi). Mitigasi adalah salah satu proses tahapan yang dilakukan
dalam penanganan bencana, yang berarti membuat persiapan sebelumnya atau kewaspadaan untuk lebih
dapat meminimalisir dampak yang akan terjadi ataupunmusibah dimana akan dialami oleh suatu warga dalam
daerah disamping tindakan lainnnya, seperti evaluasi, rehabilitasi, rekonstruksi, dan lain sebagaimana
mestinya. Maka dengan demikian, penanggulangan wajib dilaksanakan bersamaan mengikuti kegiatan dalam
pemerintah, ataupun ndividu pada ketika pra, saat terjadi, serta pasca bencana dengan cara mengelola dan
mengevaluasi agar tidak memperbesar bencana yang ada. Analisis seperti ini berhubungan dari segi fisik bumi
yang dianggap familiar dengan kata analisis seperti resiko bumiTerdapat langkah yang penting tentang
penetapan agenda yaitu perubahan dalam pengenalan isu atau sering dikemukakan pada sekelompok aktor
kepentingan dan juga para aktor yang terkena dampak dari perubahan dianggap sebagai agenda politik
formal. Langkah tersebut termasuk beberapa tahapan dimana di lakukan pemilihan isu yang selanjutnya nanti
jika kapasitas dalam teknik pemecahan masalah tidak terlalu memadai. Singkatnya isu mampu masuk di setiap
kegiatan masyarakat, tidak hanya mengenai kejadian objektif saja, misalnya : (perencanaan dalam lingkungan
sekitar-pencemaran air) tetapi pengertian yang dapat dicerna akal akan permasalahan dan juga
penggambaran masalah yang dapat menghubungkan pada solusinya. Variabel inilah yang dikenal sebagai
kunci yang mampu mempengaruhi pengesahan agendaDalam pengambilan kebutuhan dan juga saat
kebijakan di rumuskan, adalah bagian penting untuk dipertimbangkan yang melibatkan para aktor untuk
menentukan keputusan. Para aktor akan memutuskan sesuatu yang masuk akal dan saling menawar dengan
aktor lainnya yang pendapatnya bertolak belakang dan tidak sejalan. Hasil dapat ditentukan dengan
menempuh jalan konstelasi kekuatan dan juga seberapa kuatnya sumber kepentingan. Tahapan ini dikenal
sebagai 'jaringan kebijakan' yang ditandai dengan non hierarkis dan tidak sejajar di tengah aktor dalam
jaringan.

B. Komunikasi Menurut Edward III (Widodo, 2017: 97), dalam komunikasi terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan untuk melihat apakah komunikasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik atau tidak. Tiga
hal penting tersebut yaitu transmisi, konsistensi, dan kejelasan
Sumber Daya Faktor sumber daya menurut Edward III (Widodo, 2017: 98) mempunyai peranan penting
dalam implementasi program. Bagaimanapun jelas dan konsistennya serta akuratnya penyampaian
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan (faktor komunikasi),Manusia merupakan sumber daya yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi program. Setiap tahap implementasi menuntut
adanya sumber daya manusia yang berkompeten sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Sumber daya manusia yang berkompeten meliputi sumber daya manusia yang telah menempuh jenjang
pendidikan formal dan memiliki pengalaman serta pelatihan tentang kebencanaan.
Disposisi atau Sikap Faktor disposisi menurut Edward III (Widodo, 2017: 104) merupakan kemauan dan
keinginan para pelaku kebijak
Struktur Birokrasi Menurut Edward III (Widodo, 2017: 106), implementasi kebijakan bisa jadi belum efektif
karena adanya ketidak efisien struktur birokrasinya. Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti
struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi
yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya. Oleh karena itu, struktur
birokrasi mencakup dimensi fragmentasi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan memudahkan
dan menyeragamkan tindakan dari para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan apa yang menjadi bidang
tugasnya.
4. A. Dari hasil pemeriksaan tersebut menemukan sejumlah fakta bahwa pelaksanaan vaksin tidak tepat
sasaran/pendataan sasaran penerima vaksinasi Covid 19 tidak sesuai kriteria. Terdapat hasil monitoring
pelaksanaan vaksin Covid 19 tidak ditindaklanjuti, pelaporan kegiatan vaksinasi melalui aplikasi tidak optimal,
pelayanan vaksinasi tidak mematuhi protokol kesehatan, dan belum optimalnya pelaksanaan Sistem
Mekanisme dan Prosedur pelaksanaan vaksinasi Sebagaimana Keputusan Direktur jenderal Pencegahan dan
Pengendalian penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam
rangka penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Sebagaimana  kewenangan yang
diatur dalam pasal 34 UU No 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman
Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan  perlu melakukan pengawasan dan menyampaikan saran korektif
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Mengingat pentingnya keberadaan Vaksin/Vaksinasi
COVID-19, negara-negara didunia, termasuk Indonesia menjadikan pemberian Vaksin/Vaksinasi COVID-19
sebagai prioritas dalam penanggulangan Pandemi COVID-29. Selama tahun 2020 terdapat beberapa negara
yang telah melakukan vaksinasi, seperti: Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Pemerintah akan terus
mengikuti perkembangan vaksinasi yang telah dilakukan oleh berbagai negara sebagai bahan masukan untuk
program vaksinasi nasionl. Di Indonesia, Pemerintah mengambil kebijakan yang dituangkan dalam bentuk
Program Pengadaan Vaksin dan pemberian Vaksinasi COVID-19 sebagai bagian dari Penanganan COVID-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Pemberian vaksin tersebut secara umum bertujuan untuk mengurangi
transmisi atau penularan Covid-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19, mencapai
kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity), selain itu juga melindungi masyarakat dari Covid-19 agar
tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Mengingat keberadaan Vaksin COVID-19 adalah untuk membentuk
kekebalan kelompok di masyarakat, maka diperkirakan setidaknya 70% dari populasi masyarakat indonesia
atau setara dengan 182 Juta jiwa harus mendapatkan Vaksin COVID-19. Namun tidak mudah untuk
mendapatkan Vaksin COVID-19 mengingat hampir semua negara terdampak COVID-19 juga memiliki
prioritas/target untuk dapat meng-akses Vaksin COVID, ditambah dengan kondisi terbatasnya Penyedia
Vaksin yang sudah memenuhi kualifikasi untuk COVID-19, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden RI
bahwa semua negara di dunia berlomba-lomba untuk memperoleh Vaksin COVID-19, hal ini bertujuan untuk
memulihkan warga dan membangkitkan kondisi perekonomian. Dengan kebutuhan akan Vaksin yang besar
dan kondisi Penyedia Vaksin yang terbatas ditengah banyaknya negara-negara di dunia yang juga
membutuhkan Vaksin COVID-19, maka Pemerintah Indonesia menempuh beberapa cara sekaligus, yakni
melalui 3 cara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pertama, mengembangkan vaksin COVID-19 Merah
putih secara mandiri di dalam negeri, kedua melakukan pembelian vaksin dari luar negeri, dan yang ketiga
melakukan kerja sama dengan lembaga internasional.

B. meminta pemerintah daerah menindaklanjuti dengan segera melakukan monitoring dan evaluasi program
vaksinasi serta memperkuat ketepatan sasaran pelaksanaan termasuk melaksanakan secara profesional baik
advokasi, sosialisasi dan koordinasi kepada seluruh pihak, baik lintas program maupun lintas sektor terkait,
memperketat protokol kesehatan, dan membentuk tim pengawas pelaksanaan layanan vaksinasi COVID-19,
agar tetap berjalan sesuai dengan aturan.
meminta segera dilakukan supervisi, kepada puskesmas dan fasyankes baik secara langsung maupun daring
dengan memprioritaskan semua aspek pelaksanaan sesuai dengan daftar tilik. Hasil supervisi tersebut selain
dianalisa dan didiskusikan juga ditindaklanjuti bersama pelaksana lain dan dilakukan pemecahan masalah
bersama dengan kepala puskesmas dan petugas. Bila ditemukan pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai
prosedur atau berpotensi maladministrasi, segera dilakukan tindak lanjut perbaikan misalnya dengan
melakukan "on the job training" pada petugas, dan memperbaiki layanan serta menegakan sanksi tegas
(apabila diperlukan) untuk menjamin kualitas pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai