Anda di halaman 1dari 19

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa Batrotul layli:

Nomor Induk Mahasiswa/NIM 858721117

Tanggal Lahir 12 Januari 1987

Kode/Nama Mata Kuliah PDGK4201

Kode/Nama Program Studi S1 PGSD –BI

Kode/Nama UPBJJ POKJAR PAMEKASAN UPJJ SURABAYA

Hari/Tanggal UAS THE 19 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa Batrotul layli:


NIM 858721117
Kode/Nama Mata Kuliah PDGK4201
Fakultas PENDIDIKAN
Program Studi S1 PGSD –BI
UPBJJ-UT POKJAR PAMEKASAN UPJJ SURABAYA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
19 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Dari wikipedia, menjelaskan perkembangan moral seseorang menurut Kohlberg. Lawrence


Kohlberg berdasarkan perkembangan kognitif menjadi tiga tingkatan yaitu pra konvensional,
konvensional dan pasca konvensional.

Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang
dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam
tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya

langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral,
dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari

tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah
secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan
dianggap semakin salah tindakan itu.[12] Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang
orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai
sejenis otoriterisme.

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan
dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada
kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga
punggungmu.”[4] Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau
faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-
konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan
untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat
sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

Konvensional

Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di
tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan
pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan
keempat dalam perkembangan moral.

Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau
menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba
menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut,[4] karena telah mengetahui ada
gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan
dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai
menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terima kasih, dan golden rule. Keinginan untuk
mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini.
Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap
ini; 'mereka bermaksud baik…'.[4]

Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi
sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap
empat lebih dari sekadar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga;
kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan
apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang
bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau
tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah
secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena
memisahkan yang buruk dari yang baik.

Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima
dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang
terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat
sebelum perspektif masyarakat. Akibat ‘hakikat diri mendahului orang lain’ ini membuat
tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.

Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-
nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak.
Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai
ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut -
'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum
dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak
mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan
terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang.[8] Hal tersebut diperoleh melalui keputusan
mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan
pada penalaran tahap lima.

Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip
etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap
keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak
perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan
dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara
kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant[13]). Hal ini bisa dilakukan dengan
membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga
memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls[14]).
Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi
cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada
maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin
bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang
menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa
mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.

Dari penjabaran di atas Lawrence Kohlberg dalam pengalaman maupun pendapatnya


menunjukkan bahwa pendidikan moral merupakan hal yang sangat penting dan sangat
fundamental bagi manusia. Sejalan dengan itu, ia telah menunjukkan fakta bahwa
perkembangan moral manusia berjalan bersamaan dengan perkembangan kognitifnya. Proses
ini bisa terlaksana dalam lingkungan pendidikan dimana guru memberikan pendidikan moral
dan anak belajar langsung dari lingkungan sosialnya.

Di Indonesia, dengan segala krisis kesadaran moral, budayanya dan lingkunagnnya, tentu saja
bisa memasukkan pendidikan moral dalam kurikulum pendidikannya. Membiasakan anak untuk
berpikir kritis, ilmiah dan penuh pertimbangan moral merupakan bagian dari tujuan pendidikan
nasional. Tidak cukup manusia Indonesia menjadi cerdas, ia juga harus memiliki moral dan
akhlaq agar dapat bertindak secara baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari
2. Berikut adalah contoh hubungan antara pembelajaran moral, nilai dan norma dalam
pembelajaran PKN di SD

N Konsep Hal yang ditanamkan


o Kompetensi Materi Nilai Moral norma
dasar esensial
1.1. Menjelaskan Hidup rukun dalam  Kebersamaa  Kerukunan Norma agama
perbedaan perbedaan n  Kekeluargaa Norma sosial
jenis kelamn,  Kebeagaman n
agama, dan
suku bangsa  Kesadaran
gender
1.2. Memberikan
contoh hidup
rukun
melalui
kegiatan di
rumah dan di
sekolah
1.3. Menerapkan
hidup rukun
di rumah dan
di sekolah
3.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SDI Al munawwara


Kelas/Semester : VI/ I
Tema 1 : organ hewan dan manusia
Sub Tema 1 : organ hewan
Pembelajaran ke :3
Alokasi Waktu : 1 hari

Kompetensi Dasar (KD)


PPKn
1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2.1 Bersikap tanggung jawab, cinta tanah air, dan rela berkorban sesuai nilai-nilai sila Pancasila
3.1 Mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan hasil identifikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari- hari.

Bahasa Indonesia
3.1 Menentukan pokok pikiran dalam teks lisan dan tulis
4.1 Menyajikan hasil identifikasi pokok pikiran dalam teks tulis dan lisan secara lisan, tulis, dan visual.
Indikator
PPKn
1.1.1 Mengamalkan nilia- nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1 Menerapkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila secara
tepat.
3.1.1 Menunjukkan Nilai-nilai pancasila yang tedapat dalam lingkungan sekitar.
4.1.1 Membuat laporan tentang nilai-nilai pancasila yang tedapat dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia
3.1.1 Menunjukkan pokok pikiran pada sebuah paragaraf
4.1.1 Mengidentifikasi pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah teks.
4.1.2 Menunjukkan pokok pikiran dari sebuah percakapan.

Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membaca teks tentang organ gerak hewan dan manusia, siswa dapat menyebutkan alat gerak hewan
dan manusia secara benar.
2. Dengan kegiatan membaca, siswa dapat menentukan ide pokok setiap paragraf dalam bacaan secara tepat.
3. Dengan menulis, siswa dapat mengembangkan ide pokok menjadi sebuah paragraf secara runtut.
4. Dengan berdiskusi, siswa dapat menebutkan pengertian, fungsi, dan cara menentukan ide pokok bacaan
secara percaya diri.
Karakter siswa yang diharapkan:
Materi Ajar
1. Bacaan organ gerak hewan dan manusia
2. Bacaan beberapa paragarap.
3. Gambar dan percakapan.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Scientific
Metode : Penugasan dan diskusi

Langkah-langkah Pembelajaran

Awal
1. Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kabar mereka.
2. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa, hormat bendera merah putih, dan menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
3. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar Soekarno sedang membaca teks proklamasi,
kemudian melakukan Tanya jawab.
4. Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran materi yang akan disampaikan.

Inti
1. Guru membagi kelompok
2. Siswa membentuk kelompok sesuai arahan guru.
3. Guru memberikan siswa permasalahan tentang berbagai sikap yang mencerminkan dan tidak
mencerminkan nilai-niai yang terkandung dalam Pancasila
4. Perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dan kelompok yang lain memberi
tanggapan.
5. Masing-masing kelompok mengembangkan informasi dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dan kemudian mengumpulkan kepada guru.
6. Selanjutnya siswa mengamati gambar kemudian menjawab pertanyaan dan
mendiskusikannya dengan teman kelompoknya.
7. Guru menugasi salah satu siswa untuk membacakan hasil diskusi, sedangkan teman yang lain menanggapi.
Akhir
1. Guru bersama siswa mendiskusikan kembali tentang pengamalan nilai persatuan dan kesatuan.
2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini.
3. Guru memberikan pesan moral untuk penerapan dalam kehidupan sehari-hari
4. Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa.
5. Guru menutup pembelajaran hari ini dengan mengucapkan salam.

Penilaian
1. Pengetahuan :
Teknik : tes tertulis
Bentuk : Isian (Terlampir)
2. Keterampilan : Portofolio
3. Instrumen Penilaian Bahasa Indonesia

Media, Alat, dan Sumber Belajar


• Buku Guru Kelas V Tema 1 Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, 2018. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
• Buku Siswa Kelas V Tema 1. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, 2018. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
• Gambar Soekarno

Mengetahui Pamekasan,
Kepala Sekolah Guru Kelas

.................................... ....................................

4.
NO ASPEK KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SB B CB TB STB
SEKOLAH SDI ALMUNAWWARAH
1 Membuang sampah pada tempatnya
2 Melaksanakan piket sesuai dengan jadwal yang telah di
buat
3 Menyiram tanaman setiap hari
4 Menyiram kamar mandi/toilet setelah di gunakan
5 Mengelap kaca kelas setiap hari

SB = sangat baik (81-100)


B = baik (61-80)
CB = cukup baik (41-60)
TB = tidak baik (21-40)
STB = sangat tidak baik (0-20)
BUKU JAWABAN UJIAN

UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai