Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Purbalingga, 18 Juni 2022
Jawaban:
A. Tingkat prakonvensional
Belum ada internalisasi nilai moral (apa yang benar dan apa yang salah),
Penalaran moral dikendalikan oleh penghargaan eksternal dan hukuman.
Pada tingkat ini si anak mengakui adanya aturan-aturan dan baik serta buruk mulai
mempunyai arti baginya, tapi hal itu semata-mata dihubungkan dengan reaksi orang
lain. Penilaian tentang baik buruknya perbuatan hanya ditentukan oleh faktor-faktro
dari luar. Motivasi untuk penilaian moral terhadap perbuatan hanya didasarkan atas
akibat atau konsekuensi yang dibawakan oleh perilaku si anak: hukuman atau
ganjaran, hal yang pahit atau hal yang menyenangkan. Yang mencolok ialah bahwa
motif-motif ini bersifat lahiriah saja dan bisa mengalami banyak perubahan. Pada
tingkat prakonvensional ini dibedakan menjadi 2 tahap:
1) Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan. Anak mendasarkan perbuatannya atas
otoritas konkret (orangtua, guru) dan atas hukuman yang akan menyusul, bila ia
tidak patuh. Perspektif si anak semata-mata egosentris. Ia membatasi diri pada
kepentingannya sendiri dan belum memandang kepentingan orang lain.
Ketakutan untuk akibat perbuatan adalah perasaan dominan yang menyertai
motivasi moral ini.
2) Tahap 2 : Orientasi relativis-instrumental. Perbuatan adalah baik, jika ibarat
instrumen (alat) dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan kadang-kadang juga
kebutuhan orang lain. Anak mulai menyadari kepentingan orang lain juga, tapi
hubungan antara manusia dianggapnya seperti hubungan orang di pasar: tukar-
menukar. Hubungan timbal-balik antara manusia adalah soal “jika kamu
melakukan sesuatu untuk saya, maka saya akan melakukan sesuatu untuk
Contoh:
Anak kecil tidak memukul adiknya, karena hal itu dilarang oleh ibu dan karena
melanggar kemauan ibu dan akan membawa hukuman.
B. Tingkat konvensional
Internalisasi menengah pada norma-norma umum dan kewajiban serta otoritas
dijunjung tinggi,
Anak mulai menyesuaikan penilaian dan perilakunya bertindak sesuai dengan
standar internal tertentu yang ditentukan oleh orang lain seperti: orangtua atau kode
yang berlaku/hukum dalam masyarakat.
Pada tingkat ini perbuatan-perbuatan mulai dinilai atas dasar norma-norma umum
dan kewajiban serta otoritas dijunjung tinggi. Tingkat ini oleh Kohlberg disebut
“konvensional”, karena di sini anak mulai menyesuaikan penilaian dan perilakunya
dengan harapan orang lain atau kode yang berlaku dalam kelompok sosialnya.
Memenuhi harapan keluarga, kelompok atau bangsa dianggap sebagai sesuatu yang
berharga pada dirinya sendiri, terlepas dari konsekuensi atau akibatnya. Dalam
sikapnya si anak tidak hanya menyesuaikan diri dengan harapan orang-orang tertentu
atau dengan ketertiban sosial, melainkan juga menaruh loyalitas kepadanya dan secara
aktif menunjang serta membenarkan ketertiban yang berlaku. Singkatnya, anak
mengidentifikasi diri dengan kelompok sosialnya beserta norma-normanya. Tingkat
kedua ini mencakup juga dua tahap:
1) Tahap 3 : Anak cenderung mengarahkan diri kepada keinginan serta harapan dari
para anggota keluarga atau kelompok lain (sekolah di sini tentu penting). Perilaku
yang baik adalah perilaku yang menyenangkan dan membantu orang lain serta
disetujui oleh mereka. Anak mengambil sikap: saya adalah “anak manis” (good
boy-nice girl), artinya ia adalah sebagaimana diharapkan oleh orangtua, guru dan
sebagainya. Ia ingin bertingkah laku secara “wajar”, artinya menurut norma-norma
yang berlaku. Jika ia menyimpang dari norma-norma kelompoknya, ia merasa malu
dan bersalah. Dalam hal ini untuk pertama kali si anak mulai memperhatikan
pentingnya maksud perbuatan. Perbuatan adalah baik, asal maksudnya baik.
Contoh:
Waktu anak membantu ibunya di dapur dengan mencuci piring, ada gelas
pecah. Dulu perbuatan itu dinilai secara moral merupakan moral buruk, karena
bisa mendatangkan hukuman. Dalam tahap ketiga perbuatan itu dianggap baik,
karena di baliknya ada maksud baik.
2) Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban (law and order). Paham “kelompok”
dengan mana anak harus menyesuaikan diri di sini diperluas: dari kelompok akrab
(artinya, orang-orang yang dikenal oleh anak secara pribadi) ke kelompok yang
lebih abstrak, seperti suku bangsa, negara, agama. Tekanan diberikan pada aturan
aturan tetap, otoritas dan pertahanan ketertiban sosial. Perilaku yang baik adalah
melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan mempertahankan ketertiban
sosial yang berlaku demi ketertiban itu sendiri. Orang yang melanggar aturan aturan
tradisional atau menyimpang dari ketertiban sosial, jelas bersalah. Peribahasa
Inggris right or wrong, my control adalah contoh spesifik tentang sikap orang dalam
tahap 3 ini.
Contoh:
Siswa harus mematuhi tata tertib sekolah. Seperti misalnya: memakai seragam
lengkap dalam upacara bendera.
C. Tingkat Pasca Konvensional
Internalisasi moral sepenuhnya,
Penalaran moral tidak didasarkan pada standar eksternal,
Individu memutuskan kode moral yang terbaik untuk dirinya.
Pada tingkat ini hidup moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi
atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin. Norma-norma yang ditemukan
dalam masyarakat tidak dengan sendirinya berlaku, tapi harus dinilai atas dasar prinsip-
prinsip yang mekar dari kebebasan pribadi. Orang muda mulai menyadari bahwa
kelompoknya tidak selamanya benar. Menjadi anggota suatu kelompok tidak
menghindari bahwa kadang kala ia harus berani mengambil sikapnya sendiri. Tingkat
ketiga ini pun mempunyai dua tahap:
1. Tahap 5 : Orientasi kontrak-sosial legalistis. Di sini disadari relativisme nilainilai
dan pendapat-pendapat pribadi dan kebutuhan akan usaha-usaha untuk mencapai
konsensus. Di samping apa yang disetujui dengan cara demokratis, baik buruknya
tergantung pada nilai-nilai dan pendapat-pendapat pribadi. Segi hukum ditekankan,
tapi diperhatikan secara khusus kemungkinan untuk mengubah hukum, asal hal itu
terjadi demi kegunaan sosial (berbeda dengan pandangan kaku tentang law and
order dalam tahap 4). Selain bidang hukum, persetujuan bebas dan perjanjian adalah
unsur pengikat bagi kewajiban. Suatu janji harus ditepati juga kalau berkembang
menjadi merugikan, karena berasal dari persetujuan bebas.
Contoh:
Jawaban:
1 2 3 4 5 6
Jawaban :
Bahasa Indonesia
IPS
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengidentifikasi kenampakan alam buatan dan
kenampakan alam dengan percaya diri.
Dengan mengamati gambar pada peta, siswa dapat menyebutkan kondisi geografis
masing-masing pulau besar di Indonesia dengan percaya diri.
Dengan mengamati peta, siswa dapat memahami kondisi iklim di Indonesia dengan
peduli.
Dengan membaca, siswa mengidentifikasi keragaman flora dan fauna di Indonesia
dengan tanggung jawab.
Dengan mengamati gambar, siswa dapat mengidentifikasi perilaku yang sesuai dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan peduli.
Dengan membaca, siswa dapat menemukan ide pokok bacaan dengan tanggung jawab.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa 15 menit
berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing. Religius
Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu
tentang ”Manusia dan Lingkungan”. Gotong Royong
Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
Catatan:
Bentuk instrumen penilaian (penskoran) dapat dilihat contohnya pada Pembelajaran 1
2. Pengetahuan
Siswa mengerjakan soal-soal latihan tertulis, remedial, dan pengayaan pada buku siswa.
Format Penilaian
Hasil Penilaian Pengetahuan
Aspek 1 Aspek 2
Nama Siswa Belum Tercapai Belum
Tercapai
Tercapai () Tercapai
()
() ()
Keterangan:
1. Aspek 1: Mengenal perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam sila-sila
Pancasila.
2. Aspek 2: Mengidentifikasi kondisi geografis wilayah Indonesia.
3. Keterampilan
Penilaian Unjuk Kerja
a. Mencari Ide Pokok Bacaan
Perlu Bimbingan
Aspek Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2)
(1)
Ketepatan Menemukan Hampir semua Ada beberapa ide Sebagian ide
keseluruhan ide ide pokok pokok yang tidak pokok yang
pokok dengan ditemukan tepat. ditemukan tidak
tepat. dengan tepat. tepat
Menunjukkan Mampu Mampu Ada beberapa Sebagian besar
Bukti menunjukkan menunjukkan bukti pendukung bukti pendukung
Pendukung bukti pendukung, hampir semua yang ditunjukkan yang ditunjukkan
bukti pendukung. tidak tepat tidak tepat.
Waktu Keseluruah ide Keseluruhan ide Keseluruhan ide Keseluruhan ide
pokok ditemukan pokok ditemukan pokok ditemukan pokok ditemukan
dengan sangat dengan cepat. dengan cukup dengan sangat
cepat. cepat. lambat.
Keterampilan Keseluruhan Keseluruhan Sebagian besar Hanya sebagian
Penulisan: hasil penulisan hasil penulisan hasil penulisan kecil hasil
Ringkasan ringkasan yang ringkasan yang ringkasan yang penulisan
dibuat dengan sistematis sistematis sistematis ringkasan yang
benar, dan benar dan benar dan benar sistematis
sistematis menunjukkan menunjukkan menunjukkan dan benar
dan jelas, yang keterampilan keterampilan keterampilan menunjukkan
menunjukkan penulisan yang penulisan yang penulisan keterampilan
keterampilan sangat baik, di yang terus penulisan yang
penulisan yang atas rata-rata baik. berkembang. masih perlu terus
baik. kelas. ditingkatkan.
Jawaban:
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai sifat dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting
(STP).
Untuk penilaian ekspektasi, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Sangat Penting
(SP) = 5, Penting (P) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Penting (TP) = 2 , Sangat Tidak Penting (STP)
= 1.
Sedangkan untuk penilaian persepsi, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Sangat
Baik (SB) = 5, Baik (B) = 4, Cukup Baik (CB) = 3, Tidak Baik (TB) = 2 Sangat Tidak Baik (STB)
= 1 Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.