Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : UMI SAHDIAH

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 858416545

Tanggal Lahir : BALIKPAPAN, 28 AGUSTUS 1995

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4201 / PEMBELAJARAN PKN DI SD

Kode/Nama Program Studi : 118 / PGSD – S1

Kode/Nama UPBJJ : 50 / SAMARINDA

Hari/Tanggal UAS THE : MINGGU, 19 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN


TEKNOLOGI UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : UMI SAHDIAH


NIM : 858416545
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4201 / PEMBELAJARAN PKN DI SD
Fakultas : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Program Studi : PGSD – S1
UPBJJ-UT : 50 SAMARINDA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
PENAJAM, 19 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

UMI SAHDIAH
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBU

JAWABAN :
1. Jelaskan perbedaan moralitas ketaatan hukum pada level pra konvensional, konvensional, dan pasca
konvensional! Berikan contohnya !
JAWABAN : Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg.
Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia
buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap
dilema. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka
berada dalam persoalan moral yang sama.Setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan,
dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.
- Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
a) Orientasi kepatuhan dan hukuman
b) Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
- Tingkat 2 (Konvensional)
a) Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)
b) Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
- Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
a) Orientasi kontrak sosial
b) Prinsip etika universal
(Principled conscience)
- Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun
orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam
tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya
langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan
murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan
diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu
tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras
hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa
sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai
sejenis otoriterisme.Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar
didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan
perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh
terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga
punggungmu.Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor
yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional,
berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani
kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang
bersifat relatif secara moral.
- Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di
tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan
dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam
perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidak setujuan dari orang-orang lain karena hal
tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba
menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya
melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal
seperti rasa hormat, rasa terima kasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan
otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan
memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; mereka bermaksud baik.
Dalam tahap empat , adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial
karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih
dari sekadar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat
harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang
salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang
lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila
seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang
signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
- Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima
dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah
dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif
masyarakat. Akibat ‘hakikat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional
sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang
sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka
dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti
kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang
pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan
dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang
tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan
terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang.Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas,
dan kompromi. Dalam hal ini,pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran
tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan
prinsip etika universal . Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap
keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu
sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara
kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif
kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan
dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila
berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah
hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil;
seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal,
atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan
untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar,
kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
- Contoh moral yang digunakan
Kohlberg menyusun Wawancara Keputusan Moral dalam disertasi aslinya pada tahun
1958.Selama kurang lebih 45 menit dalam wawancara semi-terstruktur yang direkam,
pewawancara menggunakan dilema-dilema moral untuk menentukan penalaran moral tahapan
mana yang digunakan partisipan. Dilemanya berupa ceritera fiksi pendek yang menggambarkan
situasi yang mengharuskan seseorang membuat keputusan moral. Partisipan tersebut diberi
serangkaian pertanyaan terbuka yang sistematis, seperti apa yang mereka pikir tentang tindakan
yang seharusnya dilakukan, juga justifikasi seperti mengapa tindakan tertentu dianggap benar atau
salah. Pemberian skor dilakukan terhadap bentuk dan struktur dari jawaban-jawaban tersebut dan
bukan pada isinya; melalui serangkaian dilema moral diperoleh skor keseluruhan
2. Isikan dalam tabel ini contoh tuntutan perilaku yang terkait langsung antara konsep, nilai, norma dan
moral.
JAWABAN :

NO KONSEP HAL YANG DI TANAMKAN

KOMPETENSI
MATERI ESENSIAL NILAI MORAL NORMA
DASAR
1 2 3 4 5 6

Pengenalan nilai dengan pengalaman nilai tidak sama pengertiannya. Kaitan konsep nilai, moral,
dan norma dalam hubungan antara warga negara dengan negara sangat erat dan mempunyai pengaruh
timbal balik.
- Konsep : Pengertian yang menunjuk kepada sesuatu. Pengertian ini tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk kata-kata, nama atau pernyataan. Konsep didefinisikan sebagai kata yang
menunjuk kepada sesuatu. Konsep Nilai adalah pengertian yang menunjuk pada nilai
tertentu.
- Nilai : Sesuatu yang menunjuk kepada tuntunan perilaku yang membedakan perbuatan yang baik
dan buruk atau dapat diartikan sebagai kualitas kebaikan yang melekat pada sesuatu.
- Moral : Keharusan perilaku yang dibawakan oleh nilai.
- Norma : Sumber dasar hukum yang menguatkan kedudukan konsep, nilai, dan
Moral serta perilaku yang dilakukan. Mengubah sikap seseorang tidak mudah, tapi memerlukan proses
dan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung kearah itu pula. Mengenai hal tersebut ada beberapa
pendekatan yang kita kenal :
a) Pendekatan emosional bertujuan menggugah perasaan dan emosi siswa dalam memahami,
menghayati dan meyakini nilai yang akan ditanamkan.
b) Pendekatan rasional bertujuan memberikan peranan kepada akal dalam memahami dan menerima
kebenaran nilai tersebut.
Untuk menyampaikan hal-hal tersebut, tidak hanya dengan informasi tetapi kita sebagai guru harus
melakukan seperti apa yang diharapkan.Tujuan pendidikan Nasional diperjelas dalam pasal 36 ayat (3)
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yang mengatur tentang
kurikulum. Dinyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :
a) Peningkatan iman dan taqwa;
b) Peningkatan akhlak mulia;
c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) Tuntutan dunia kerja;
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) Agama;
i) Dinamika pembangunan global;
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Esensi dari rumusan tujuan Pendidikan Nasional tersebut, meliputi :
a) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
b) Mengembangkan potensi peserta didik,
c) Berakhlak mulia,
d) Sehat,
e) Berilmu,
f) Cakap,
g) Kreatif,
h) Mandiri, dan
i) Menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di bidang Ekonomi berlandaskan pada Pasal 33 UUD 1945. Bahwa cara pandang Integralistik
Indonesia di bidang perekonomian ini menurut beberapa unsur di antaranya berikut ini.
a) Perkonomian disusun sebagai usaha bersama, maksudnya produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua di bawah pimpinan anggota masyarakat.
b) Perekonomian disusun atas kekeluargaan, maksudnya kemakmuran masyarakat yang diutamakan,
bukan kemakmuran orang-orang. Oleh karena itu cabang produksi yang penting bagi negara
dikuasai oleh negara bila tidak demikian maka tempat produksi akan jatuh ke tangan orang
seorang, yang akan berkuasa dan rakyat banyak ditindasnya.
Hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang mengandung berikut ini.
a) Adanya keselarasan, keserasian, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan Pembangunan.
Meskipun Pembangunan ekonomi mendapat tempat utama dalam Pembangunan Nasional dewasa
ini dan di dalam jangka jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial budaya dan unsur lainnya
mendapat perhatian seimbang.
b) Pembangunan merata untuk seluruh masyarakat dan seluruh wilayah tanah air.
c) Hal yang ingin dibangun manusia dan masyarakat Indonesia sehingga pembangunan harus
berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap
berkepribadian Indonesia pula. Demikian pula di bidang-bidang lainnya (sosial budaya dan
pertahanan keamanan) peran serta aktif warga negara sangat diperlukan. Tiap warga negara
memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap negara, terutama peran serta dalam
pembangunan. Pembangunan mengandung arti bahwa warga negara adalah objek dan subjek
pembangunan karena warga negara sebagai subjek pembangunan maka warga negara sebagai
manusia harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu mengajak subjek pembangunan untuk
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
3. Rancanglah RPP tematik yang bermuatan PKn menggunakan model pembelajaran PKn Berbasis
portofolio kelas V
JAWABAN :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SDN 023 Sepaku


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : V (Lima)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 pertemuan).

1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kompetensi Dasar
1.1. Medeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

A. Tujuan Pembelajaran
a) Siswa dapat mengetahui batas utara, selatan, timur, dan barat NKRI.
b) Siswa dapat mengetahui luas wilayah NKRI dengan menyebutkan posisi lintang dan bujurnya.
c) Siswa dapat memahami tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI.
d) Siswa memahami fungsi wilayah darat NKRI.
e) Siswa memahami fungsi wilayah laut NKRI.
Siswa memahami fungsi wilayah udara NKRI.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ),
Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ), Jujur ( fairnes ) dan Kewarganegaraan ( citizenship )
B. Materi Ajar
a) Batas wilayah NKRI, luas wilayah NKRI, posisi lintang dan bujurnya, serta tujuan penetapan batas-
batas fisik NKRI.
b) Fungsi wilayah darat, laut, dan udara NKRI.

C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


a) Pendekatan Kontekstual.
b) Pendekatan Cooperative Learning.
c) Diskusi dengan teman sebangku.
d) Tanya jawab.
e) Ceramah.
f) Penugasan.

D. Langkah-langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal
- Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran.
- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang fungsi peta dunia.

B. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) Guru menyiapkan sebuah peta dunia yang besar dan dapat dilihat oleh semua siswa.
b) Guru menjelaskan batas-batas utara, selatan, timur, dan barat NKRI, sementara itu siswa
menyimaknya.
- Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) Guru menunjuk batas-batas tersebut pada peta secara acak dan berulang-ulang, dan siswa menebaknya
dengan cepat.
b) Guru menyiapkan kelas diskusi.
c) Siswa berdiskusi tentang tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI dengan panduan guru.
d) Siswa menceritakan hasil diskusi secara bergiliran
- Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
b) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
C. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
- Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dalam pertemuan itu untuk
mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
- Siswa dan guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
- Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pertemuan Kedua
D. Kegiatan Awal
- Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing,
untuk mengawali pelajaran.
- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengalaman bepergian ke pegunungan, laut, dan pengalaman
naik pesawat terbang.

E. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) Guru dan siswa bertanya jawab secara general tentang fungsi wilayah darat, laut, dan udara NKRI.
F. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) Guru membagi jumlah siswa di kelas dalam 3 kelompok atau kelipatannya.
b) Guru mengundi topik darat, laut, atau udara untuk semua kelompok.
c) Siswa berdiskusi tentang topik yang mereka dapatkan.
d) Siswa melaporkan hasil dikusi secara lisan di depan teman-teman.
e) Teman-teman dari kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok teman.

G. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik,
b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan,
d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
• berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
• membantu menyelesaikan masalah;
• memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
• memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
• memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

H. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

I. Sumber/Bahan Belajar
a) Peta dunia.
b) Gambar/foto tempat-tempat indah di Indonesia yang menunjukkan pemandangan darat, laut, dan
udara.
c) Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas V, terbitan Narasumber
umum.)

J. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen/ Soal
Kompetensi Penilaian Instrumen
§ Menjelaskan pengertian NKRI § Diskusi § Penilaian lisan. § NKRI adalah …..
§ Menyebutkan dasar hukum NKRI. kelompok § Penilaian sikap § Indonesia merupakan negara
§ Menjelaskan satuan daerah otonom dalam NKRI. (pengamatan berbentuk ....
§ Menjelaskan tentang hubungan luar negeri yang perilaku). § Satuan daerah otonom dalam
dilakukan NKRI § Penilaian NKRI misalnya ....
§ Menjelaskan fungsi pemilihan umum dan unjuk kerja § Indonesia memiliki bentuk
pengaruhnya terhadap NKRI. (hasil diskusi). negara kesatuan karena ....
§ NKRI perlu mengadakan
§ Menunjukkan sisi utara selatan, timur, dan barat Pemilihan Umum untuk …
NKRI, serta menyebutkan nama negara atau § Batas utara NKRI adalah ....
perairan yang menjadi batas NKRI. § Penilaian lisan. § Batas selatan NKRI adalah
§ Menyebutkan posisi lintang dan bujur NKRI. § Penilaian sikap ....
§ Diskusi
§ Memahami tujuan penetapan batas-batas fisik NKRI. (pengamatan § Batas barat NKRI adalah ....
kKelompok perilaku).
§ Menjelaskan fungsi wilayah daratan NKRI. § Batas timur NKRI adalah ....
§ Menjelaskan fungsi wilayah laut NKRI. § Penilaian § Indonesia terletak di ...
unjuk kerja derajat ...
§ Menjelaskan fungsi wilayah udara NKRI.
(keberanian § sampai ... derajat ..., dan ...
anak bercerita derajat ...
dan
§ sampai ... derajat ....
keterlibatan
dalam § Fungsi wilayah daratan
diskusi). NKRI adalah ....
§ Fungsi wilayah laut NKRI
adalah ....
§ Fungsi wilayah udara NKRI
adalah ....
§ Zona Ekonomi Eksklusif
adalah ....

Format Kriteria Penilaian


PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar 4
* sebagian besar benar 3
* sebagian kecil benar 2
* semua salah 1

PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1. Pengetahuan * Pengetahuan 4
* kadang-kadang Pengetahuan 2
* tidak Pengetahuan 1
2.
Sikap * Sikap 4
* kadang-kadang Sikap 2
* tidak Sikap 1

Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Nilai
Pengetahuan Sikap Skor
1.
2.
3.
4.
5.

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

Penajam, 19 Juni 2022


Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PKN.

.................................. ..................................

NIP : NIP :

4. Susunlah minimal 5 aspek pengamatan perilaku menjaga kebersihan lingkungan di sekolah berikut
petunjuk penskoran dengan menggunakan skala bertingkat model Likert !
Jawaban : SKALA LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :. Preferensi 1.Sangat Setuju 2.Setuju 3.Ragu-
ragu 4.Tidak Setuju 5.Sangat Tdk Setuju Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat
bersifat unfavorable (negatif). Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative.
Bagaimana Cara Menjaga Lingkungan Sekolah?
Layaknya rumah, sekolah harus selalu dijaga kebersihannya dan dirawat dengan baik. Tugas
menjaga kebersihan sekolah tidak hanya diemban oleh petugas kebersihan saja melainkan juga tugas
warga sekolah, baik guru maupun siswa. Cara untuk menjaga lingkungan sekolah sebenarnya sangat
mudah. Berikut cara-caranya:
- Membuang Sampah di Tempat Sampah
Sejak kecil anak-anak harus dibiasakan untuk membuang sampah di tempat sampah. Jika hal
ini tidak diajarkan maka akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.
Membuang sampah di tempat sampah harus dilakukan dimanapun berapa, tanpa terkecuali saat berada
di sekolah. Supaya lingkungan sekolah selalu bersih dan sehat maka warga sekolah harus membuang
sampah di tempat sampah. Jika ada yang melanggarnya bisa diberikan sanksi. Supaya sampah menjadi
lebih mudah dipilih sebaiknya pisahkan sampah organik dan sampah anorganik.
- Hindari Penggunaan Plastik
Penggunaan plastik yang cukup tinggi memberikan dampak buruk kepada lingkungan. Kondisi
ini dikarenakan sampah plastik menjadi salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai. Butuh waktu
yang lama hingga ratusan tahun untuk mengurai sampah ini. Bayangkan saja jika jumlah sampah
plastik sangat banyak tentu sangat tidak baik untuk lingkungan. Oleh karena itu, hindari penggunaan
plastik menjadi salah satu cara untuk menjaga lingkungan sekolah supaya tetap bersih dan sehat.
Caranya yaitu dengan menggunakan produk-produk yang terbuat dari kaca, stainless atau kaya. Selain
itu, hindari untuk membeli makanan di luar sekolah karena biasanya menggunakan kemasan berbahan
plastik.
- Rutin Melakukan Kegiatan Jumat Bersih
Cara menjaga lingkungan sekolah selanjutnya yaitu rutin melakukan kegiatan jumat bersih.
Kegiatan yang dilakukan pada hari jumat ini mengajak semua warga sekolah baik guru maupun siswa
untuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah. Dengan dilakukannya kegiatan ini maka
akan tercipta lingkungan sekolah yang terawat dan pastinya bersih. Meski rutin dilakukan tetapi
kegiatan ini tidak akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas. Hanya butuh waktu kurang lebih
30 menit hingga 1 jam untuk menjalankannya.
- Menjaga Kebersihan Toilet
Salah satu fasilitas sekolah yang harus disediakan adalah toilet yang bersih. Namun, tidak
jarang ada sekolah yang memiliki toilet yang sangat kotor. Kondisi ini tentu membuat guru maupun
siswa yang menggunakan merasa tidak nyaman. Maka dari itu, kebersihan toilet harus dijaga dengan
baik. Bersihkan kembali toilet setelah digunakan dan jangan membuang sampah di toilet.
- Melakukan Piket Kelas
Melakukan piket kelas menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk menjaga ruang kela
supaya tetap bersih dan sehat. Piket kelas ini harus dilakukan setiap hari dan dilakukan berdasarkan
regunya. Artinya siswa yang bertugas untuk piket kelas setiap harinya akan berganti-ganti. Saat piket
kelas siswa yang bertugas harus menyapu lantai, membersihkan kursi dan meja dari debu, mengepel
lantai, membersihkan papan tulis dan masih banyak lagi. Rutin menjalankan piket kelas maka ruang
kelas menjadi lebih bersih dan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai