Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN DESKRIPTIF PROGRAM DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD)

PUSKESMAS SEBENGKOK
TAHUN 2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai wilayah tropik dan wilayah dinamik secara sosial ekonomi
merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular. Sekaligus merupakan kawasan
yang berpotensi tinggi untuk hadirnya penyakitinfeksi baru. Salah satu penyakit infeksi yang
ditakuti karena dapat dengan cepat menyebabkan kematian adalah Demam Berdarah.
Demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia.
Sejak tahun 1986 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya
bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan
dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan
nyamuk penularannya diberbagai wilayah Indonesia. Jumlah kasus terus meningkat baik
dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis, selalu menjadi KLB
setiap tahun. KLB yang terbesar terjadi pada tahun1998 dilaporkan dari 16 Provinsi dengan
IR = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR 2,0%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam
sebesar 10,17 per 100.000 penduduk berturut-turut pada tahun 2000 sampai 2002.
Epidemiologi deskriftif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau
frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan
waktu. Epidemiologi deskriftif pada umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi
yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan
penyakit.
Untuk mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriftif
dengan mengajukan beberapa pertanyaan, antara lain : (1) Siapa yang terkena?, (2)
Bilamana hal tersebut terjadi?, (3) Dimana kejadian tersebut?, (4) Berapa jumlah orang
yang terkena?, (5) Bagaimana penyebarannya?, (5) Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena
penyakit tersebut?.

B. TUJUAN :
1. Tujuan Umum :
Secara umum kajian deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran masalah penyakit
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Sebengkok Tahun 2018-2019.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk menggambarkan distribusi penyakit, keadaan masalah kesehatan
sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak
terserang
b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok
c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis)

C. SASARAN :
Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :
1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari
2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA)

D. WAKTU PELAKSANAAN :
Kegiatan Larvasidasi Massal ini dilaksanakan secara serentak di Kota Tarakan pada tanggal
03 – 05 Nopember 2017.

E. TEMPAT PELAKSANAAN :
Kegiatan Larvasidasi Massal ini dilaksanakan pada semua RT di Kelurahan Pantai Amal.

F. PELAKSANA :
Mahasiswa Akper Kaltara, Akper dan Akbid Universitas Borneo.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


1. Definisi dan Etiologi Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demam, manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. Puncak kasus DBD terjadi pada musim hujan yaitu antara
bulan September sampai dengan Maret. Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan
oleh virus Dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Serotipe
Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
2. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Orang yang beresiko terkena demam
berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di
lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah
tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat
pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
3. Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun
1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
4. Kriteria klinis  :
a. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2 – 7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tornikuet positif dan salah satu
bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), perdarahan
mukosa, saluran cerna, hematemesis, dan atau melena.
c. Pembesaran hati.
d. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistol menurun
sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin atau lembab terutama
pada ujung hidung,jari dan kaki, penderita menjadi gelisah, timbul sianosis di sekitar
mulut.

B. AEDES AEGYPTI
Nyamuk Aedes aegypti berwaran hitam dan belang-belang putih pada seluruh
tubuhnya. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan/got, atau kolam
yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. Nyamuk betina meletakkan telurnya di
dinding tempat penampungan air (TPA) atau barang-barang yang memungkinkan air
tergenang sedikit di bawah permukaan air. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk
memerlukan waktu 7-10 hari. Jentik Aedes aegypti berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak aktif
dalam air, dan pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. (PSN-
DBD)

C. LARVASIDASI
Pemakaian bahan kimia untuk memberantas larva nyamuk dikenal sebagai
larvasidasi. Bahan kimianya disebut larvasida. Pada umumnya nyamuk membutuhkan air
pada periode perkembangannya.
1. Keuntungan pemakaian larvasida antara lain:
 Semua larva dari berbagai stadium dapat dibunuh.
 Daerah yang dilarvasidasi terbatas pada tempat perindukan (breeding places).
2. Kerugiannya adalah pengaruh larvasida bersifat sementara sehingga membutuhkan
aplikasi ulangan dan beberapa larvasida mempunyai pengaruh yang tidak
menguntungkan terutama terhadap predator complex.(anti larva) Larvasidasi dilakukan
pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras/ jarang dibersihkan, juga
dianjurkan pada daerah yang sulit air. Bila wadah telah diberi larvasida maka jangan
dikuras selama 2-3 bulan. Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi
penyakit penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi
dimana KLB mungkin timbul. Menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk
pelaksanan larvasidasi sangat penting untuk memaksimalkan efektivitasnya.
3. Kegiatan larvasidasi meliputi :
a. Larvasidasi Selektif
Larvasidasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA)
baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di
desa/kelurahan endemis dan sporadis serta penaburan bubuk larvasida pada TPA yang
ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun (3 bulan sekali). Pelaksana
larvasidasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas. Tujuan
larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan masyarakat
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.

b. Larvasidasi Massal
Larvasidasi massal adalah penaburan bubuk larvasida secara serentak diseluruh
wilayah/daerah tertentu di semua tempat penampungan air baik terdapat jentik
maupun tidak ada jentik di seluruh bangunan termasuk rumah, kantor-kantor dan
sekolah. Kegiatan larvasidasi massal ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB.
BAB III
PEMBAHASAN

A. HASIL
Berikut data ABJ dari hasil pemeriksaan jentik yang dilaksanakan yaitu:
Tabel. 1
Jumlah Rumah Yang Di Larvasidasi
Kelurahan Pantai Amal
Tahun 2017
Rumah Rumah Bebas
No. RT Rumah Diperiksa ABJ (%)
Berjentik Jentik

1 RT. 01 30 21 17 56.67
2 RT. 02 30 18 12 40.00
3 RT. 03 30 21 9 30.00
4 RT. 04 30 20 10 33.33
5 RT. 05 48 36 12 25.00
6 RT. 06 72 27 45 62.50
7 RT. 07 50 32 18 36.00
8 RT. 08 36 21 15 41.67
9 RT. 09 61 41 20 32.79
10 RT. 10 71 39 32 45.07
11 RT. 11 45 30 15 33.33
12 RT. 12 30 19 11 36.67
13 RT. 13 60 38 22 36.67
14 RT. 14 46 27 19 41.30
15 RT. 15 28 15 13 46.43
JUMLAH 667 405 270 40.48
Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah diperiksa sebanyak 667 rumah
dengan jumlah dengan rumah yang berjentik sebanyak 405 dan yang bebas jentik
sebanyak 270 rumah dan persentase ABJ sebesar 40.48 %.

Grafik. 1
Angka Bebas Jentik (ABJ) Berdasarkan RT
Kelurahan Pantai Amal
Tahun 2017

JUMLAH; 40.48 RT. 01; 56.67


RT. 15; 46.43
RT. 02; 40.00

RT. 14; 41.30 RT. 03; 30.00

RT. 13; 36.67 RT. 04; 33.33


RT. 05; 25.00
RT. 12; 36.67
RT. 06; 62.50

RT. 11; 33.33

RT. 10; 45.07 RT. 07; 36.00


RT. 09; 32.79 RT. 08; 41.67
B. PERMASALAHAN :
Permasalahan yang dihadapi pada saat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. Pada saat pelaksanaan kegiatan banyak warga yang tidak berada di rumah sehingga
hanya penampungan air yang diluar rumah saja yang diberikan BTI oleh mahasiswa.
2. Tidak semua mahasiswa yang sudah ditunjuk, hadir dalam kegiatan larvasidasi ini.
3. Keterbatasan mahasiswa yang ikut pada kegiatan ini sehingga ada RT yang dilakukan
larvasidasi tidak serentak.

Mengetahui Tarakan, 04 Januari 2018


Kepala Puskesmas Pantai Amal Pemegang Program DBD

drg. Ummi Wajdiyah Irsal, SKM


NIP.19781017 200604 2 012 NIP. 19861027 201101 1 001

Dokumentasi Kegiatan :
Sosialisasi Kegiatan Larvasidasi Lintas Sektor
Briefing Mahasiswa Sebelum Kegiatan Larvasidasi Massal
Pelaksanana Kegiatan Larvasidasi Massal

Anda mungkin juga menyukai