ARTIKEL ILMIAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Ekonomi Uang dan Bank AA
Dosen Pengampu:
Tsumma Lazuardini Imamia, SE., ME.
Disusun oleh:
Muhamad Zulhan Fikri 195020100111031
EKONOMI PEMBANGUNAN
ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Analisis Dampak Pengaruh COVID-19 Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat DKI Jakarta
Muhamad Zulhan Fikri
zulhan@student.ub.ac.id
Universitas Brawijaya, Indonesia
Abstract
In March 2020 the first case of COVID-19 was confirmed in Indonesia, precisely
in Depok, West Java. The nature of the very fast spread of the virus in a very short
time from one person to another has caused COVID-19 cases to continue to
increase and led to the emergence of new policies by the government to limit
people's mobility and reduce the spread of the virus. The existence of the COVID-
19 pandemic and the policies that have emerged have caused separate obstacles
for the community's economy which have a direct impact on the level of welfare.
This study aims to determine the impact of COVID-19 on the welfare of the people
in DKI Jakarta Province. The method used is descriptive quantitative method based
on literature review. The data used is secondary data originating from related
institutions or agencies such as Badan Pusat Statistik (BPS) and also previous
research journals that are still related to welfare and the COVID-19 pandemic.
The existence of the COVID-19 pandemic has had an impact such as an increase
in the number of residents in DKI Jakarta, an increase in the number of poor people
and an increase in the percentage of people who have health complaints in DKI
Jakarta.
Abstrak
Pada bulan maret 2020 kasus COVID-19 pertama kali dikonfirmasi di Indonesia,
tepatnya di Depok Jawa Barat. Sifat penyebaran virus yang sangat cepat dalam
waktu yang sangat singkat dari satu orang ke orang lain menyebabkan kasus
COVID-19 terus bertambah semakin banyak dan menyebabkan munculnya
kebijakan-kebijakan baru oleh pemerintah untuk membatasi mobilitas masyarakat
dan mengurangi penyebaran virus. Adanya pandemi COVID-19 dan kebijakan-
kebijakan yang bermunculan menyebabkan hambatan tersendiri bagi
perekonomian masyarakat yang berdampak secara langsung pada tingkat
kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
pengaruh COVID-19 terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif berdasarkan kajian
kepustakaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari lembaga
atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan juga jurnal-jurnal
penelitian sebelumnya yang masih berkaitan dengan kesejahteraan dan pandemi
COVID-19. Adanya pandemi COVID-19 memberikan dampak seperti
bertambahnya tingkat pengangguran terbuka di DKI Jakarta, bertambahnya jumlah
penduduk miskin dan bertambahnya presentase penduduk yang mempunyai
keluhan kesehatan di DKI Jakarta.
Virus Corona merupakan kelompok virus yang menyebabkan penyakit ada manusia
dan hewan. Pada manusia, beberapa jenisnya diketahui dapat menyebabkan infeksi saluran
nafas mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus Corona jenis
baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Pada akhir tahun 2019, penyakit
menular jenis baru yang berasal dari virus Corona yaitu COVID-19 ditemukan dan mulai
mewabah di Kota Wuhan, China. Kasus tersebut terus berkembang hingga menyebar ke
negara-negara lain hingga pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization
(WHO) yang mana merupakan organisasi kesehatan dunia menetapkan bahwa COVID-19
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Di Indonesia, pada tanggal 2
Maret 2020 terdapat 2 kasus COVID-19 pertama kali dikonfirmasi di Depok dan COVID-
19 ditetapkan sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO.
Dari data kasus terkonfirmasi COVID-19 Jakarta diatas hingga saat ini terdapat
858.921 kasus positif, 843.738 sembuh, dan 13.541 meninggal. Hal ini menempatkan
Jakarta menjadi salah satu kota dari beberapa kota yang paling banyak terkonfirmasi
COVID-19. Dampak pandemi COVID-19 menyebabkan berkurangnya pasokan tenaga
kerja, pengangguran, berkurangnya penghasilan. Dan pengurangan konsumsi karena
pergeseran preferensi konsumen atas setiap barang, kerentanan masyarakat terhadap
penyakit serta kerentanan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Pembatasan sosial yang
diberlakukan oleh pemerintah menyebabkan seluruh masyarakat terkena dampak, terutama
masyarakat golongan pendapatan menengah ke bawah dan pekerja harian. Kelompok
masyarakat yang sebelumnya tidak termasuk miskin akhirnya menjadi miskin karena
pembatasan berskala luas ini.
Gambar 2. Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi DKI Jakarta
Angka kemiskinan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap total kasus
COVID-19. Salah satu alasan hal ini terjadi adalah bahwa individu dan populasi miskin
tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dan mungkin mendapat informasi yang salah
dan miskomunikasi karena kurangnya akses ke saluran informasi, sehingga, mereka lebih
cenderung mengabaikan peringatan kesehatan masyarakat (Ahmed, Ahmed, Pissarides, &
Stiglitz, 2020).
2. Metodologi Penelitian
Sumber data utama yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini berupa dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil penelitian yan terdahulu berupa lapoan dan bahan pusaka lainnya
(Soerjono Soekamo, 1986). Data sekunder yang dijadikan sumber data utama didapatkan
dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta tanggap
Covid dan penelitian-penelitian yang terdahulu.
Pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia, khususnya pada saat wabah virus corona
DKI Jakarta mengalami penurunan. Ini karena pedoman yang diterapkan pada oleh
pemerintah untuk mencegah dari penyebaran virus corona. Kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dan Blokade menjadi salah satu dari kebijakan yang diterapkan
Pemerintah. Kegiatan ekonomi mempersulit kelancaran operasional. Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dari menjadi akibat pandemi COVID-19.
Berdasarkan perkiraan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun
2019 adalah 10.557.810, dengan laju pertumbuhan penduduk tahunan sebesar 1,19%.
Kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2019 akan menjadi 15.900 per km2. Jakarta
Barat memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi DKI Jakarta, yaitu 20.813
jiwa/km2.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2020 menyebutkan, perekonomian DKI
Jakarta masih mengalami kontraksi namun sudah mulai membaik dari sebelumnya, karena
peningkatan langkah-langkah stimulus keuangan di DKI Jakarta dan di masyarakat. Dari
sisi belanja, perlambatan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi Pemerintah yang
tumbuh positif, sementara komponen belanja lainnya terus terkontraksi. Peningkatan
konsumsi pemerintah bersumber dari peningkatan belanja barang dan dukungan sosial
dalam menghadapi pandemi COVID-19.
2020
2019
2018
0 2 4 6 8 10 12
2020
2019
2018
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pada grafik diatas (Gambar 4) Keluhan Kesehatan Masyarakat DKI Jakarta pada
tahun 2018 memiliki persentase sebesar 28,83 persen dimana Kepulauan Seribu memiliki
tingkat persentase tertinggi 41,30 persen. Pada tahun 2019, Keluhan Kesehatan
Masyarakat DKI Jakarta memiliki persentase sebesar 29,28 persen, Tingkat Keluhan
Kesehatan Masyarakat DKI Jakarta pada tahun 2018-2019 mengalami kenaikan sebesar 0,5
persen. Setelah adanya pandemi COVID-19, Keluhan Kesehatan Masyarakat DKI Jakarta
pada tahun 2020 memiliki persentase sebesar 33,80 persen dengan Jakarta Pusat memiliki
tingkat persentase tertinggi 41,22 persen. Tingkat Keluhan Kesehatan Masyarakat DKI
Jakarta pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sebesar 4,52 persen. Pemicu kenaikan
Keluhan Kesehatan Masyarakat DKI Jakarta antara lain yaitu karena adanya pandemi
COVID-19.
Presentase Penduduk
Kabupaten/Kota Miskin
2018 2019 2020
Kepulauan Seribu 11,98 12,09 14,87
Jakarta Selatan 2,83 2,73 3,43
Jakarta Timur 3,14 3,12 4,16
Jakarta Pusat 3,59 3,68 4,51
Jakarta Barat 3,39 3,25 4,25
Jakarta Utara 5,35 5,04 6,78
DKI Jakarta 3,57 3,47 4,53
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta, 2021
Tabel 4. Presentase Penduduk Miskin
2020
2019
2018
0 1 2 3 4 5
Pada grafik diatas (Gambar 5) Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta pada tahun
2018 memiliki persentase sebesar 3,57 persen dimana Kepulauan Seribu memiliki tingkat
persentase tertinggi 11,98 persen. Pada tahun 2019, Persentase Penduduk Miskin DKI
Jakarta memiliki persentase sebesar 3,47 persen, Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta
pada tahun 2018-2019 mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Setelah adanya pandemi
COVID-19, Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta pada tahun 2020 memiliki
persentase sebesar 4,53 persen. Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta pada tahun 2019-
2020 mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen Pemicu Penduduk Miskin DKI Jakarta
antara lain yaitu karena adanya pandemi COVID-19, Persentase Penduduk Miskin DKI
Jakarta pada tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen.
Pada grafik diatas (Gambar 6), Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta di tahun
2016 memiliki total sebesar 79,60 Pada tahun 2017 Indeks Pembangunan Manusia
memiliki total sebesar 80,06, Indeks Pembangunan Manusia dari tahun 2016-2017
mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Pada tahun 2018 Indeks Pembangunan Manusia
memiliki total sebesar 80,47. Indeks Pembangunan Manusia dari tahun 2016-2017
mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen. Pada tahun 2019 Indeks Pembangunan Manusia
memiliki total sebesar 80,76. Indeks Pembangunan Manusia dari tahun 2016-2017
mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen. Setelah adanya pandemi COVID-19, di tahun
2020 Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta memiliki total sebesar 80,77. Tren
kenaikan Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami kenaikan,
tetapi di tahun 2020 Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta memiliki tren kenaikan
yang paling sedikit dari tahun-tahun sebelumnya dengan total kenaikan hanya 0,01 persen.
Hal ini dipicu karena adanya Pandemi COVID-19 kenaikan Indeks Pembangunan Manusia
pada tahun 2020 hanya mengalami kenaikan 0,01 persen saja.
4. Kesimpulan
Menurut hasil dan pembahasan diatas, adanya pandemi COVID-19 memberikan
dampak seperti bertambahnya Tingkat Pengangguran Terbuka, bertambahnya Jumlah
Penduduk Miskin, dan bertambahnya persentase penduduk yang mempunyai keluhan
Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini bisa dilihat dari bertambahnya Tingkat
Pengangguran Terbuka, Jumlah Penduduk Miskin, dan persentase Penduduk yang
mempunyai Keluhan Kesehatan di tahun 2020. Ketiga hal tersebut dapat dijadikan
indikator Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi DKI Jakarta. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arapah, N. (2020). Analisis Pengaruh Bantuan Sosial PKH Dan Sembako Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Ditengah Pandemic Covid 19 Di Kabupaten Barito Utara.
JURNAL ILMU EKONOMI (MANAJEMEN PERUSAHAAN) DAN BISNIS, 4(02),
57-65.
URL : https://jurnal.stiemuarateweh.ac.id/index.php/JIMB/article/view/58
Gorahe, L. V., Waani, F., & Tasik, F. (2021). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Dalako Bembanehe Kecamatan Tatoareng
Kabupaten Kepulauan Sangihe. JURNAL EKSEKUTIF, 1(1).
URL : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/34597
Indayani, S., & Hartono, B. (2020). Analisis Pengangguran Dan Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai Akibat Pandemi Covid-19. Jurnal Perspektif, 18(2), 201-208.
URL : https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/perspektif/article/view/8581
Ilpaj, S. M., & Nurwati, N. (2020). Analisis pengaruh tingkat kematian akibat COVID-19
terhadap kesehatan mental masyarakat di Indonesia. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial,
3(1), 16-28.
URL : http://journal.unpad.ac.id/focus/article/view/28123