Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PERENCANAAN ANGGARAN

Dosen Pengampu:
Dr. Siti Ronima, SE, M.Si.

Disusun Oleh:
FITRIYANTI

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG
2020
BAB.1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

   Sebagai suatu rumah tangga, seperti halnya rumah tangga keluarga, Pemerintah
(Rumah Tangga Negara) sama-sama membutuhkan biaya untuk membiayai kegiatan-
kegiatannya. Oleh karena itu harus ada dana untuk membiayai atas kegiatan yang
dilakukan. Pendapatan yang dikumpulkan oleh suatu negara adalah dana yang akan
dipergunakan untuk membiayai semua kegiatan yang akan dan sedang dilaksanakan
oleh negara tersebut sehingga tujuan utama negara tercapai yaitu menciptakan
masyarakat adil dan makmur. Untuk mencatat semua pendapatan dan pembiayaan
yang dilakukan oleh negara diperlukan adanya suatu daftar. Daftar terperinci
mengenai penerimaan dan pengeluaran suatu negara dalam jangka waktu tertentu
itulah yang dinamakan dengan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan dari usaha
dan kewajiban pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut pasal 23 ayat
( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa ‘’ Anggaran pendapatan dan belanja negara
adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun menurut
UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar – besarnya
untuk kemakmuran rakyat’’.

ADVERTISEMENT

Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana tahunan keuangan
pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan
UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu tahun,mulai dari tanggal 1 januari
sampai dengan 31 desember.
APBN terdiri dari :

 Anggaran pendapatan,yang meliputi penerimaan pajak,penerimaan bukan pajak dan


hibah.
 Anggaran belanja,yang di gunakan untuk keperluan penyelanggaraan tugas
pemerintah pusat dan melaksanakan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
 Pembiayaan,yaitu setiap penerimaan yang perlu di bayar dan/atau pengeluaran yang
akan di terima kembali,baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun
– tahun anggaran berikutnya.

APBN mempunyai beberapa fungsi,seperti fungsi ;


otorisasi,perencanaan,pengawasan,alokasi,distribusi,dan stabilisasi.Semua penerimaan
yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus di masukan dalam APBN.Surplus penerimaan negara dapat di
gunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

B.Tujuan Penyusunan Makalah    

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :    

 Agar kita dapat mengetahui seberapa besar pendapatan dan pengeluaran pemerintah
 Agar kita dapat mengetahui,seberapa besar peran hibah dalam pendapatan
pemerintah
 Agar kita dapat mengetahui,seberapa besar peran pajak dalam pendapatan
pemerintah
 Agar kita dapat mengetahui,seberapa besar pengeluaran pemerintah untuk berbagi
sektor

C.Rumusan Masalah                                              
Dalam makalah ini,penyusun hanya membatasi pembahasan pada beberapa aspek
yaitu sebagai berikut :

1. Apa sebenaranya pengertian dari APBN


2. Bagaimana analisis APBN secara umum
3. Bagaimana analisis pengeluaran dalam
4. APBN Bagaimana analisis pendapatan dalam APBN
5. Bagaimana analisis perpajakan dalam APBN
6. Bagaimana analisis hutang dalam APBN

BAB II
   PEMBAHASAN
1. Pengertian APBN

   Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan dari


usaha dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut pasal 23
ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa ‘’ Anggaran pendapatan dan belanja negara
adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun menurut
UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar – besarnya
untuk kemakmuran rakyat’’.

Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana tahunan keuangan
pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan
UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu tahun,mulai dari tanggal 1 januari
sampai dengan 31 desember.

APBN mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemakmuran. Suatu negara
dinilai berhasil melaksanakan pembangunan jika pertumbuhan ekonomi masyarakat
cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya
peningkatan pendapatan nasional suatu negara. Dan peningkatan pendapatan nasional
berarti terjadi peningkatan produktivitas masyarakat.

1. Analisis APBN secara umum                                                                                    

Gambar Tabel ,merupakan rincian pendapatan dan pengeluaran pemerintah lima tahun
terakhir :

Dari tabel dapat di ketahui bahwa pada tahun 2007,terjadi Defisit anggaran sebesar
Rp. 7.387,10 ( miliar ),sedangkan pada tahun 2008 terjadi Surplus anggaran yaitu
sebesar Rp. 79.950,40 ( miliar ),dan pada tahun 2009 terjadi Surplus anggaran
kembali yaitu sebesar Rp. 23.964,40 ( miliar ),serta pada tahun 2010 kembali terjadi
Surplus anggaran sebesar Rp. 44.706,30 ( miliar ) lalu pada tahun 2011 – 2012,malah
tidak terjadi anggaran Defisit atau Surplus,atau anggaran Berimbang.

Disisi lain terjadi defisit anggaran pada PDB,dengan rincian sebagai berikut :
 Tahun 2007 sebesar 1,3 ( miliar )
 Tahun 2008 sebesar 0,1 ( miliar )
 Tahun 2009 sebesar 1,6 ( miliar )
 Tahun 2010 sebesar 0,7 ( miliar )
 Tahun 2011 sebesar 2,1 ( miliar )
 Tahun 2012 sebesar 1,5 ( miliar )

Dan defisit anggaran PDB yang terbesar yaitu pada tahun 2011,sedangkan untuk
anggaran APBN defisit yang terbesar terjadi pada tahun 2009.

Tetapi di bagian pendapatan,selalu terjadi kenaikan/pertambahan pendapatan dari


tahun 2007 sampai tahun 2012,seiring dengan pengeluaran yang selau
meningkat,bahkan pada tahun 2007,jumlah penegeluaran lebih besar dari jumlah
pendapatan,yaitu selisih Rp. 7.387,10 ( miliar ).

APBN 2007 belum dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Belanja negara
akhirnya lebih banyak diporsikan membayar hutang dan belanja birokrasi. Hampir
seluruh departemen dan lembaga pemerintah, menghabiskan 60%-70% anggarannya
untuk kebutuhan birokrasi, Sekretariat Nasional Fitra mencatat, indikasi pemborosan
dalam belanja birokrasi yang dilakukan pemerintah pusat mencapai Rp102 triliun. Hal
yang sama terjadi pada realisasi APBD 2007. Belanja birokrasi dalam APBD 2007 di
467 daerah yang mencakup 33 provinsidan 434 kabupaten/ kota mencapai Rp130,4
triliun, atau menyedot 39% total dana APBD. Cermin buruknya kualitas belanja
pemerintah terlihat dalam besarnya porsi belanja birokrasi padasektorutama yang
seharusnya mendapat prioritas, yakni pendidikan dan kesehatan. Arif menyebutkan,
kedua sector tersebut hanya mendapat Rp66,6 triliun atau 8,9% dari total belanja
Negara dalam APBN 2007.Dari Rp51,3 triliun (6,9%) anggaran pendidikan sebagian
besar dihabiskan untuk birokrasi sebesar Rp29 triliun, gaji dan tunjangan Rp4,8 triliun
dan perkantoran Rp2,7 triliun.

Sejak disahkan menjadi undang-undang sekitar Oktober 2007 lalu, nasib APBN 2008
sudah mulai dikaji ulang pada usianya yang memasuki bulan ketiga. Mungkin ini usia
APBN terpendek sepanjang sejarah anggaran Indonesia. Menkeu mengungkapkan,
seluruh target anggaran dan asumsi dasar yang terkait dengan minyak sudah tidak
realistis lagi. Asumsi pokok APBN 2008 diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi
6,8%, inflasi 6%,nilai tukar Rp9.100 per USD, bunga SBI 3 bulan 7,5%, harga
minyak USD60 per barel, lifting minyak 1,034 juta barel per hari, dan PDB nominal
Rp4.306,607 triliun).Yang pertama mengenai asumsi harga minyak mentah Indonesia
di pasar dunia. Target 60 dollar AS per barrel di APBN 2008 jauh di bawah rata-rata
harga minyak sebenarnya, sehingga asumsi harga minyak diusulkan naik menjadi 80
dollar AS per barrel. Adapun lifting minyak yang ditargetkan 1,034 juta barrel per
hari dinilai terlalu tinggi sehingga perlu direvisi menjadi 910.000 barrel per hari.
Turunnya lifting dan membengkaknya harga minyak mentah dunia berdampak
langsung pada subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Mengapa demikian?
Mengingat negara kita tercinta ini belum bisa mengolah sendiri minyak mentah kita
menjadi produk BBM, sehingga minyak mentah yang dihasilkan dari perut bumi
Indonesia, harus diekspor terlebih dahulu, baru kita mengimpor produk BBM jadi dari
negara yang bisa mengolah minyak mentah kita. Sehingga bila harga minyak mentah
di pasaran dunia semakin menggila seperti sekarang ini praktis subsidi yang harus
dikeluarkan pemerintah untuk menutup selisih harga BBM yang diimpor dengan
harga jual dalam negeri akan semakin melonjak. Jika kondisi yang terjadi saat ini
dibiarkan apa adanya, subsidi BBM bakal naik dari Rp 45,8 triliun menjadi Rp 116,8
triliun, dan subsidi listrik bakal melonjak dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 54,2 triliun.

Lonjakan subsidi BBM dan listrik inilah menjadi penyumbang utama pembengkakan
anggaran belanja pemerintah pusat dari target awal Rp 573,4 triliun di APBN 2008
menjadi Rp 683,4 triliun. Lalu kewajiban pemerintah untuk mentransfer dana bagi
hasil sumber daya alam ke daerah pun meningkat Rp 7,2 triliun menjadi Rp 288,4
triliun. Kedua pos belanja itu saja membuat anggaran belanja negara bisa melonjak
dari Rp 854,6 triliun ke Rp 971,8 triliun atau membengkak Rp 117,2 triliun. Masalah
keuangan pemerintah itu semakin serius jika membandingkan potensi pembengkakan
belanja tersebut, dengan kemampuan negara menghimpun penerimaannya. Depkeu
memperkirakan, penerimaan negara hanya akan meningkat Rp 5,1 triliun menjadi Rp
786,4 triliun. Itu artinya akan terjadi defisit anggaran yang menganga lebar, yakni Rp
185,4 triliun atau setara 4,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Perkiraan
defisit itu jauh di atas target defisit APBN 2008 yang ditetapkan Rp 73,3 triliun atau
1,7 persen PDB.
Masalah panga menjadi salah satu bagian langkah pengamanan karena kenaikan
komoditas di pasar dunia juga melebar pada empat produk pangan, yaitu minyak
kelapa sawit, gula, gandum, dan kedelai. Menkeu menegaskan, optimalisasi
penerimaan negara akan dilakukan semaksimal mungkin, baik dari pajak maupun
setoran dividen. Adapun dana cadangan yang dialokasikan sebagai peredam gejolak
harga minyak sebesar Rp 6 triliun dipastikan akan habis diserap. Penghematan di
seluruh kementerian dan lembaga nondepartemen diharapkan akan menghasilkan Rp
30 triliun.

pemerintah berharap penerimaan negara akan meningkat dari rencana di APBN 2008
senilai Rp 781,3 triliun menjadi Rp 825,8 triliun. Itu lebih tinggi dibandingkan dengan
perkiraan perubahan APBN tanpa sembilan langkah tadi, yakni Rp 786,4 triliun.
Sementara anggaran belanja negara akan ditekan keposisi Rp 914,9 triliun. Itu lebih
rendah dari perkiraan anggaran belanja tanpa sembilan langkah pengamanan tersebut,
yakni Rp 971,8 triliun. Sembilan langkah itu pun diharapkan bisa meredam defisit
yang diperkirakan membengkak keangka Rp 185,4 triliun, menjadi hanya sekitar Rp
89,1 triliun.

Dalam APBN 2009,Jika ditinjau dari susunan atau komponen APBN yang sebagian
besarnya pendapatan Negara diterima dari sector pajak, jelas bahwa pajak sangat
berpengaruh pada pendapatan Indonesia Struktur pendapatan Negara didominasi
sumber-sumber penerimaan dari pos-pos perpajakan, karena Pemerintah lebih
memfokuskan menggali sumber-sumber dana di dalam neger idan menghindari utang
luar negeri, Penerimaan perpajakan didominasi oleh sumber sumber antara lain pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai barang atau pajak penjualan barang mewah,
pajak bumi dan bangunan dll. Dari tahun ketahun penerimaan/pendapatan Negara dari
pajak terus meningkat.

Sementara alokasi dana APBN yang didapat dari penerimaan perpajakan, penerimaan
bukan digunakan untuk belanja Negara dan pembiayaan lainnya. Belanja Negara
dalam tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp1.229,6 triliun. Jumlah itu terdiri atas belanja
pemerintah pusat Rp836,6 triliundan transfer kedaerah Rp393,0 triliun.
Menurut jenis belanja, belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai Rp180,6
triliun, belan jabarang Rp132,4 triliun, belanja modal Rp121,9 triliun, pembayaran
bunga utang Rp115,2 triliun, subsidi sebesar Rp187,6 triliun, belanja hibah Rp771,3
miliar, bantuan sosial Rp61,0 triliun, danbelanja lain-lain Rp15,3 triliun.

Subsidi sebesar Rp187,6 triliun terdiri atas subsidi energy sebesar Rp136,6 triliun,
subsidi listrik Rp40,7 triliun dan subsidi non energi Rp51,0 triliun.

“Subsidi non energy terdiri atas subsidi pangan Rp15,3 triliun, subsidi pupuk Rp16,4
triliun, subsidi benih Rp120,3 miliar, subsidi/bantuan PSO sebesar Rp1,9 triliun dan
subsidi pajak ditanggung pemerintah sebesar Rp14,8 triliun.

Pemerintah menyiapkan anggaran subsidi sebesar Rp 144,4 triliun untuk tahun 2010.
Angka ini berarti 14,3 % dari total APBN yang mencapai Rp 1.009,5 triliun.
“Dibanding subsidi tahun sebelumnya, alokasi subsidi pada anggaran tahun 2010 ini
lebih rendah seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, Akibat krisis ekonomi
global, pertumbuhan ekonomi hampir di semua Negara negatif. Kontraksi awal mulai
terlihat di akhir 2008, ditandai dengan kepanikan akibat kebangkrutan lembaga
ekonomi dan keuangan skala dunia. Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak
dunia yang di awal krisis melonjak sangat tinggi di luar prediksi.Namun demikian, di
tengah kondisi krisis global, pemerintah tetap berupaya untuk menggerak kansektor
riil yang menggairahkan dunia usaha dan ekonomi masyarakat. Dalam RAPBN 2010
ini pemerintah mengalokasikan anggaran belanja pegawai mencapai Rp 161,7 triliun.
Angka ini naik Rp 28 triliun atau 21 % dari perkiraan realisasinya dalam tahun 2009.
Kenaikan anggaran ini ditujukan untuk memperbaiki kinerja birok rasi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, anggaran juga dialokasikan untuk
kenaikan gaji PNS, prajurit TNI/Polri, dan pensiunan sebesar rata-rata 5 %.
Pertumbuhan 5% di tahun 2010 akan mengurangi tingkat pengangguran terbuka
menjadi 8 %. Jumlah penganggur diperkirakan 9,29 juta orang. Angkatan kerja baru
yang masuk pasar kerja diperkirakan sebesar 1,7 juta orang, sedang kesempatan kerja
mencapai angka 1,87 juta.
Pendapatan Negara yang diterima untuk digunakan di APBN 2011 dari pajak
penghasilan berjumlah 420.493,8 triliun.Pada APBN 2011, cukai yang menjadi
pendapatan Negara berjumlah 62.759,9 triliun. Pendapatan negara yang didapat dari
Pajak Pertambahan Nilai berjumlah 312.110,0 t belanja Negara dalam tahun 2011
ditetapkan sebesar Rp1.229,6 triliun. Jumlah itu terdiri atas belanja pemerintah pusat
Rp836,6 triliun dan transfer kedaerah Rp393,0 triliun. Menurut jenis belanja, belanja
pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai Rp180,6 triliun, belanja barang Rp132,4
triliun, belanja modal Rp121,9 triliun, pembayaran bunga utang Rp115,2 triliun,
subsidi sebesar Rp187,6 triliun, belanja hibah Rp771,3 miliar, bantuan sosial Rp61,0
triliun, dan belanja lain-lain Rp15,3 triliun.Subsidi sebesar Rp187,6 triliun terdiri atas
subsidi energy sebesar Rp136,6 triliun, subsidi listrik Rp 40,7 triliun dan subsidi non
energi Rp51,0 triliun. Subsidi non energy terdiri atas subsidi pangan Rp15,3 triliun,
subsidi pupuk Rp16,4 triliun, subsidi benih Rp120,3 miliar, subsidi/bantuan PSO
sebesar Rp1,9 triliun dan subsidi pajak ditanggung pemerintah sebesar Rp14,8
triliun,,riliun,Pajak Bumi dan Bangunan di pendapatan negara APBN 2011 berjumlah
27.682,4.

Pada APBN 2011, pertumbuhan ekonomi ditaksir sebesar6,4%,


artinya, outcome yangdihasilkan dari kegiatanperekonomian Indonesia selama tahun
2011 ini akanberkembang lebih besar 6,4% dibandingkan denganoutcometahun lalu.
KementerianKeuangan tanggal 3 Januari 2011 PDB harga berlaku2010 diproyeksi
akan terealisasi sebesar Rp 6.351,9trilyun, jadi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi
2011akan sebesar 6,4% dan ditambah asumsi inflasi 5,3%,maka PDB harga berlaku
2011 kira-kira akan sebesarRp 7.095 trilyun. Asumsi inflasi ini ditambahkan
denganpertumbuhan ekonomi (6,4% + 5,3% = 11,7%) untukmenghitung nilai
proyeksi PDB dalam harga berlakutahun 2011. Bila digunakan PDB harga konstan,
asumsiinflasi tidak lagi ditambahkan untuk menghitungperkiraan PDB tahun
2011.Dikaitkan dengan produksi minyak domestikyang dapat didorong naik serta alih
konsumsi pada sumberenergi lain dapat mengurangi beban subsidi BBM,sehingga
APBN kita menjadi lebih sehat. Pada APBNtahun 2011, pemerintah menetapkan
target harga minyaksebesar US$ 80 per barel. Kenaikan harga minyak duniayang
sudah mencapai lebih dari US$ 90 per barel saat inidiharapkan segera turun begitu
musim dingin berakhirkarena kebutuhan untuk mesin pemanas sudah mulaiberkurang.
1. Analisis Pengeluaran dalam ABN
2. Analisis pengeluaran pemerintah secara umum

Secara umum , dari tabel yang ada pengeluaran pemerintah selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun,kecuali pada tahun 2009,yang mengalami penurunan
sebesar Rp.628.812,4 di banding dengan tahun – tahun lainya yang di sebabkan
oleh,berkurangnya pembiayaan pada sktor energi dan non energi.

Dengan rincian sebagai berikut :

 Pengeluaran tahun 2007 sebesar Rp. 504.623,4


 Pengeluaran tahun 2008 sebesar Rp.693.356,0
 Pengeluaran tahun 2009 sebesar Rp.628.812,4
 Pengeluaran tahun 2010 sebesar Rp.697.406,4
 Pengeluaran tahun 2011 sebesar Rp.908.243,4
 Pengeluaran tahun 2012 sebesar Rp.954.136,8

Berdasarkan ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Negara dalam rangka


pelaksanaan APBN yeng di tetapkan dalam Undang – undang No 1 Tahun 2004
tentang perbendaharaan Negara yang lebih banyak menyangkut hubungan
administratif antara Kementrian Negara lembaga Di lingkungan pemerintah.

Setelah APBN ditetapkan dengan Undang – Undang pelaksanaannya dituangkan lebih


lanjut dengan kepusan presiden sebagai pedoman bagi Kementrian Negara/lembaga
dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan presiden tersebut terutama
menyangkut hal – hal yang belum diperinci didalam undang – undang APBN, antara
lain :

1. Alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian


Negara/lembaga.
2. Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai.
3. Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban Kementrian Negara/lembaga.

Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja pegawai memerlukan dana
mencapai Rp. 90.425,0 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 anggaran
pengeluaran belanja barang Negara mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai
nilai sebesar Rp.112.829,9 miliar, dari hasil peningkatan pengeluaran anggaran
belanja Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan
anggaran pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 22.404,9 miliar.

Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan     (APBN


Perubahan ) dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka
penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran belanja barang tahun
2008 senilai Rp. 112.829,9 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami
peningkatan karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai,
honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang Konstribusi sosisal dengan nilai
anggaran belanja pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan besar Rp.127.669,7 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai
kenaiakan anggaran APBN Rp. 14.839,8 miliar.

Dari hasil pengeluaran Negara dana APBN pada tahun 2008 / 2009 sangat kecil
terhadap kebutuhan belanja Negara dalam proses pembelanjaan pengawai pada dana
APBN, adapun yang menjadi dasar kebutuhan sebagai berikut, belanja pembayaran
gaji Pegawai, belanja honorarium dan vakasi, ataupun Konstribusi Sosial sehingga
menjadikan peningkatan permintaan dana APBN Di tahun 2010 senilai Rp. 148.078,1
miliar dan menapatkan selisih dari nilai anggaran yang telah direalisasikan pada tahun
2009 sebesar Rp. 20.408,4 miliar. Dalam proses penyusunan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran Di
lingkungan Kementrian Negara/lembaga untuk mengahasilkan dokumen Rencana
Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/lembaga ( RKL-KL ) dengan klasifikasi
anggaran belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja,
yang telah disusun sebagai dasar dalam pelakasanaan RAPBN ( Rencana Anggaran
Pengeluaran Belanja Negara ) dan jens belanja yang telah ditetapkan sehingga dapat
menjadikan peningkatan permintaan anggaran APBN terkait dengan belanja dasar
Pegawai.

Selain itu, penuangan dimaksud meliputi alokasi dan perimbangan untuk


provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
perusahaan/badan yang menerima. Berdasarkan keputusan dan penuangan dalam
keputusan presiden tersebut tentang pengalokasian dana APBN yang mengkut tentang
Alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian Negara/lembaga,
Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai, Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi
beban Kementrian Negara,pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam ranjangan ccpembayaran gaji
dan tunjangan, pembayaran honorarium dan vakasi Pegawai, serta Konstribusi Sosial
Pegawai dengan nilai anggaran pada tahun 2011Rp.182.874,9 miliar. Dengan selisih
nilai pada tahun anggran sebelumnya Rp. 34796,8 miliar.

Dalam hal ini perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah
dengan menerapkan prinsip – prinsip kepemerintahan yang baik yang sesuai dengan
lingkungan pemerintah sehingga pelaksanaan keuangan Negara dalam mengelola
segala belanja pegawai yang telah di tetapkan dalam penyusunan anggaran APBN
mengalami penigkatan dalam sistem penyusunan di tahun berikutnya yaitu tahun
anggaran pada tahun 2012 dengan nilai Rp 215.725,1 miliar yang telah ditetapkan
berdasarkan beban belanja pegawai seperti dijelaskan di atas di tahun tahun
sebelumnya, yang mandapatkan selisih Rp. 32.850,2 miliar.

Pada tahun 2011 berdasar pengrealisasian anggaran yang telah ditetapkan. Pada
undang – undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Negara atau
anggaran APBN dikelolah secara tertib kepada peraturan ( perundang – undangan ).
Semua pengeluaran Negara termaksud subsidi, hibah dan bantuan Negara lainnyayang
sesuai dengan program pemerintah pusat yang     di biayai melalui APBN sesuai
dengan ketentuan pemerintah tentang pelaksanaan kegiatan anggaran pengeluaran
Negara yang telah mengalami peningkatan dari tahun anggaran sebelumnya dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran pembelenjaan pegawai sehingga
mengalami peningkatan permintaan terhadap pembiayaan pegawai dan mencapai nilai
sebesar Rp. 182.874,9 miliar, sedangkan dalam peaksanaan tahun anggaran 2012
dapat mencapai permintaan anggaran APBN berkisar Rp. 215.725,1 miliar dan
menghasilkan selisih Rp. 32.850.2 sehingga dari semua kenaiakan beban benlanja
pegawai yang telah bersumber dari dana APBN pertahunnya mengalami peningkatan,
dan semua pembelanjaan pegawai dapat tertutupi dengan sesuai yang ditetapkan oleh
progres pemerintah.
1. Analisis pengeluaran pemerintah menurut fungsi
2. Pelayanan umum

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pelayanan umum tidak stabil dari
tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 316.139,3 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 534.567,2 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp. 417.771,9 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 471.557,6 ( miliar)
 Pada tahun 20811 pengeluaran sebesar   Rp. 580.283,2 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 609.604,9 (miliar )

Pengeluaran terbesar,terjadi pada tahun 2012,sedangkan yang paling rendah terjadi


pada tahun 2007.Dari berapa sub sektor , yang memperoleh alokasi dana terbesar
yaitu subsektor pelayanan umum ,dengan rata – rata sekitar

1. Pertahanan

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk bagian pertahanan juga tidak
stabil, tetapi hingga pada tahun 2008 – 2012,telah terjadi perkembangan pengeluaran
di bidang pertahanan. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 30.685,9 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 9.158,5 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp. 13.145,7 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 17.080,5 ( miliar)
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 61.275,0 (miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 64.371,2 ( miliar )

Alokasi dana untuk pertahanan yang terbesar adalah pada tahun 2012.

1. Ketertiban dan keamanan


Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk ketertiban dan keamanan,juga
hampir tidak stabi,tetapi mulai dari tahun 2008 – 2009 alokasi dana untuk ketertiban
dan keamanan,telah mulai meningkat. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 28.315,9 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 7.019,2 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.7.753,9 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 13.835,4 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 24.822,9 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 26.077,2 ( miliar )

Meskipun sempat mengalami,penurunan alokasi biaya untuk ketertiban dan


keamanan,yaitu terjadi pada tahun 2008 – 2009,tetapi alokasi dana untuk tahun 2010
– 2012 telah mulai berkembang.

1. Ekonomi

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk ekonomi tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 42.222,0 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 50.484,8 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.58.845,1 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 92.839,1 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 52.178,4 (miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 97.530,2 ( miliar )

Kondisi alokasi dana yang tidak stabil pada sektor ekonomi,mungkin bisa
menyebabkan pengebangan perekonomian,negara kita ikut tidak
stabil.                                                      

1. Lingkungan hidup
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk lingkungan hidup juga tidak stabil
dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 4.952,6 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 5.315,1 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.10.703,0 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 6.549,6 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 10.122,0 (miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 10.633,4 ( miliar )

Karena sifat lingkungan hidup yang selalu mudah berubah tanpa adanya penapsiran
yang jelas,menyebabkan alokasi dana untuk lingkungan hidup tidak stabil.

1. Perumahan dan pasilitas umum

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk perumahan dan pasilitas umum
selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 9.134,6 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp.12.448,7 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.14.648,5 (miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 20.053,2 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 24.741,2 (miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 25.991,3 ( miliar )
1. Kesehatan

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan,juga tidak stabil dari
tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 16.004,5 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp.14.038,9 ( mliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.15.743,1 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 18.793,0 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 13.986,6 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 14.693,3 ( miliar )
1. Pariwisata dan budaya

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pariwisata dan budaya tidak stabil
dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 1.851,2( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 1.293,7 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.1.406,2 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 1.408,7 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 2.353,5 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 2.472,4 ( miliar )

Meskipun alokasi dana untuk sektor pariwisata dan budaya sempat mengalami
penurunanpada tahun 2008 – 2010,tetapi ia mulai mengalami pembaikan di tahun
2011 dan 2012.

1. Agama

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk agama tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 1.884,2 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 745,7 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.773.5 ( mliar)
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp.878,8 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 1.808,8 ( miliar)
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 1.900,2 ( miliar )
1. Pendidikan

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan tidak stabil dari tahun
ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 50.843,3 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 55.298,0 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.84.919,5 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 90.818,3 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 91,001,36 (miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 95.599,6 ( miliar)
1. Perlindungan social

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk perlindungan sosial,juga tidak
stabil dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 2.650,4 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 2.986,4 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.3.102,3 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 3.41,6 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 5.009,8 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 5.262,9 ( miliar )
1. Analisis belanja pemerintah pusat

Untuk pengeluaran pada pos belanja pemerintah pusat,selalu terjadi kenaikan dari
tahun ke tahun,kecuali pada tahun 2009,dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 623,4 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp.536,0 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.812,4 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 406,4 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 243,4 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 136,8 ( miliar )
1. Belanja Pegawai

Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja pegawai memerlukan dana
mencapai Rp. 90.425,0 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 anggaran
pengeluaran belanja barang Negara mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai
nilai sebesar Rp.112.829,9 miliar, dari hasil peningkatan pengeluaran anggaran
belanja Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan
anggaran pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 22.404,9 miliar.

Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan     (APBN


Perubahan ) dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka
penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran belanja barang tahun
2008 senilai Rp. 112.829,9 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami
peningkatan karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai,
honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang Konstribusi sosisal dengan nilai
anggaran belanja pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan besar Rp.127.669,7 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai
kenaiakan anggaran APBN Rp. 14.839,8 miliar.

Dari hasil pengeluaran Negara dana APBN pada tahun 2008 / 2009 sangat kecil
terhadap kebutuhan belanja Negara dalam proses pembelanjaan pengawai pada dana
APBN, adapun yang menjadi dasar kebutuhan sebagai berikut, belanja pembayaran
gaji Pegawai, belanja honorarium dan vakasi, ataupun Konstribusi Sosial sehingga
menjadikan peningkatan permintaan dana APBN Di tahun 2010 senilai Rp. 148.078,1
miliar dan menapatkan selisih dari nilai anggaran yang telah direalisasikan pada tahun
2009 sebesar Rp. 20.408,4 miliar. Dalam proses penyusunan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran Di
lingkungan Kementrian Negara/lembaga untuk mengahasilkan dokumen Rencana
Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/lembaga ( RKL-KL ) dengan klasifikasi
anggaran belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja,
yang telah disusun sebagai dasar dalam pelakasanaan RAPBN ( Rencana Anggaran
Pengeluaran Belanja Negara ) dan jens belanja yang telah ditetapkan sehingga dapat
menjadikan peningkatan permintaan anggaran APBN terkait dengan belanja dasar
Pegawai.

Selain itu, penuangan dimaksud meliputi alokasi dan perimbangan untuk


provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
perusahaan/badan yang menerima. Berdasarkan keputusan dan penuangan dalam
keputusan presiden tersebut tentang pengalokasian dana APBN yang mengkut tentang
Alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian Negara/lembaga,
Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai, Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi
beban Kementrian Negara,pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam ranjangan ccpembayaran gaji
dan tunjangan, pembayaran honorarium dan vakasi Pegawai, serta Konstribusi Sosial
Pegawai dengan nilai anggaran pada tahun 2011Rp.182.874,9 miliar. Dengan selisih
nilai pada tahun anggran sebelumnya Rp. 34796,8 miliar.

Dalam hal ini perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah
dengan menerapkan prinsip – prinsip kepemerintahan yang baik yang sesuai dengan
lingkungan pemerintah sehingga pelaksanaan keuangan Negara dalam mengelola
segala belanja pegawai yang telah di tetapkan dalam penyusunan anggaran APBN
mengalami penigkatan dalam sistem penyusunan di tahun berikutnya yaitu tahun
anggaran pada tahun 2012 dengan nilai Rp 215.725,1 miliar yang telah ditetapkan
berdasarkan beban belanja pegawai seperti dijelaskan di atas di tahun tahun
sebelumnya, yang mandapatkan selisih Rp. 32.850,2 miliar.

Pada tahun 2011 berdasar pengrealisasian anggaran yang telah ditetapkan. Pada
undang – undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Negara atau
anggaran APBN dikelolah secara tertib kepada peraturan ( perundang – undangan ).
Semua pengeluaran Negara termaksud subsidi, hibah dan bantuan Negara lainnyayang
sesuai dengan program pemerintah pusat yang     di biayai melalui APBN sesuai
dengan ketentuan pemerintah tentang pelaksanaan kegiatan anggaran pengeluaran
Negara yang telah mengalami peningkatan dari tahun anggaran sebelumnya dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran pembelenjaan pegawai sehingga
mengalami peningkatan permintaan terhadap pembiayaan pegawai dan mencapai nilai
sebesar Rp. 182.874,9 miliar, sedangkan dalam peaksanaan tahun anggaran 2012
dapat mencapai permintaan anggaran APBN berkisar Rp. 215.725,1 miliar dan
menghasilkan selisih Rp. 32.850.2 sehingga dari semua kenaiakan beban benlanja
pegawai yang telah bersumber dari dana APBN pertahunnya mengalami peningkatan,
dan semua pembelanjaan pegawai dapat tertutupi dengan sesuai yang ditetapkan oleh
progres pemerintah.

1. Belanja Barang dan Jasa

Dalam proses pengolaan barang milik Negara dengan pokok – pokok pengurusan
barang milik Negara antara lain sebagai berikut :
1. Mentri keeuangan selaku pengelola fiskl dan wakil dari peerintah pusat dalam
kepemilikan asset Negara mengatur pengelolaan barang milik Negara
2. Penggunaan barang dan kuasa pengguna barang wajib mengelola dan
menataushakan barang milik Negara yang berada dalam penguasaannya dengan
sebaik – baiknya.
3. Dalam PPNo 6 Tahun 2006 tersebut ada ketetuan yang menyebutkan pejabat yang
identik dengan istilah bendahara barang/jasa milik Negara yaitu pada pasal 6 yang
menyatakan : menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan kementrian/lembaga
adalah pengguna barang milik Negara yang berwenag dan bertanggung jawab
menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang mengurus dan
menympan barang milik Negara.

Dari ketentuan – ketentuan tersebut pada dasarnya para bejabat/pegawai pengurus


barang milik Negara mempunyai tugas untuk mengelola, menyimpan,
mengeluarkan,dan membuat perhitungan/mempertanggung jawabkan barang milik
Negara pada instansi barang – barang tersebut baik dalam gudang Maupun ditepat lain
yang dikuasai oleh Negara,namun dalam proses pengeluaran belanja barang/jasa
ditahun 2007 membutuhkan dana atau anggaran APBN senilai Rp. 54.511,4 miliar
sedangkan ditahun 2008 telah mengalami peningkatan pesat terhadap kebutuhan
belanja barang/jasa milik Negara yang telah membutuhkan dana APBN berkisar Rp
55.963,5 sehingga dapat secara langsung menghasilkan selisih kenaikan nialai
anggaran APBN terhadap penegelolaan barang/jasa milik Negara dengan nilai selisih
Rp. 1452,1 miliar.

Setelah ditahun 2008 yang memasuki tahun anggaran berikutnya yaitu tahun anggaran
2009 permintaan untuk pembelanjaan barang/jasa milik Negara telah mengalami
permintaan yeng benar – benar besar dari sebelumnyasehingga dapat mengalami
kenaikan terhadap pembelanjaan barang/jasa milik Negara yang berkisar nilai
anggaran APBN   Rp. 80.667,9 miliar tetapi dalam hasil kenaikan anggaran terhadap
pembelanjaan berang/jasa milik Negara mendapatkan selisih sebesar berkisar Rp.
24.704,4 miliar akan tetapi kenaikan anggaran tersebt belum dapat menutupi
kebutuhan anggaran belanja barang/jasa milik Negara sehingga dapat mengalami lagi
kenaikan pesat di sektor pembelanjaan barang milik Negara pada tahun 2010 dengan
nilai kenaikan sebesar Rp. 97.596,8 miliar sehingga mendapatkan hasil selisih
terhadap kenaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010 sembilan dengan nilai berkisar Rp.
16928,9 miliar, namun dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan
pada ketersediannya barang/jasa milik Negara yang benar – benar mencerminkan
komitmen kementrian Negara/lembaga sebagai bagian dari proses penyusunan
anggaran berbasis kinerja, tedapat peningkatan nilai anggaran benlaja barang/jasa
milik Negara di tahun 2011 terkisar sebesar Rp. 142.825,9 miliar dan terdapat nilai
selisih nilai anggara APBN yang telah dinaikkan pada tahun sebelumnya di tahun
2010ketahun berikut yaitu tahun 2011 mendapatkan selisih nilai Rp.45.229,1 miliar,

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja
dalam proses pembelanjaan barang/jasa milik Negara disektor publik dilakukan
perubahan klasifikasi yang digunakan secara internasional perubahan dalam
pengelompokkan transaksi pemerintah dimaksud untuk melaksanakan anggaran
berbasisi kinerja, memberikan gambaran yang obyektif dan proposional mengenai
kegiatan – kegiatan kepemerintahaan, menjaga konsistensi dengan akutansi dalam
sector public, dan memudahkan penyajian dan peningkatan krebilitas kinerja berbasis
pembelanjaan barang/jasa milik Negara sehingga dari beberapa upaya di atas dapat
mendorong peningkatanya atau kenaikan anggaran belanja Negara di tahun 2011 yang
pembiayaannya di biayai oleh Negara bernilai Rp. 142.825,9 miliar sedangkan dari
hasil kenaikan tersebut mengshasilkan selisih nilai anggaran terdapat pada tahun 2012
memperoleh hasil selisih dengan nilai berkisar Rp. 4343,5 miliar .

Karena adanya upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja yang
dalam upayanya meningkatkan pembelanjaan barang/jasa milik Negara yang obyektif
pada kegiatan – kegiatan sebagaimana yang dimaksud diatas maka pembiayaan
belanja barang/jasa milik Negara telah mengalami penurunan anggaran biaya pada
anggaran APBN yang berkisar senilai Rp. 138.482,4 miliar dan memiliki hasil selisih
penurunan anggaran biaya belanja barang/jasa milik Negara yang dibiayai oleh
anggaran APBN bernilai selisih Rp 4.343,5 miliar.
1. Belanja modal

Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja modalmemerlukan dana


mencapai Rp. 64.288,7 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 anggaran
pengeluaran belanja modal Negara mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai
nilai sebesar Rp. 72.772,5 miliar, dari hasil peningkatan pengeluaran anggaran belanja
Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan anggaran
pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 8.483,8 miliar.

Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan     (APBN


Perubahan ) dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka
penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran belanja modal tahun
2008 senilai Rp. 72.772,5 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami
peningkatan karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai,
honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang Konstribusi sosisal dengan nilai
anggaran belanja modal pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan besar Rp. 75.870,8 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai kenaiakan
anggaran APBN Rp. 3.089,3 miliar.

Kebutuhan anggaran belanja modal milik Negara mengalami kenaikan pesat di sektor
pembelanjaan modal pada tahun 2010 dengan nilai kenaikan
sebesar Rp.80.287,1 miliar sehingga mendapatkan hasil selisih terhadap kenaikan
pada tahun 2009 ke tahun 2010 dengan nilai berkisar Rp. 4.416,3 miliar, namun
dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan pada ketersediannya
belanja modal milik Negara yang benar – benar mencerminkan komitmen kementrian
Negara/lembaga sebagai bagian dari proses penyusunan anggaran berbasis kinerja,
tedapat peningkatan nilai anggaran benlaja modal milik Negara di tahun 2011 terkisar
sebesar Rp. 140.952,5 miliar dan terdapat nilai selisih nilai anggara APBN yang telah
dinaikkan pada tahun sebelumnya di tahun 2010 ketahun berikut yaitu tahun 2011
mendapatkan selisih nilai Rp. 60.665,4 miliar,

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja
dalam proses pembelanjaan modal milik Negara disektor publik dilakukan perubahan
klasifikasi yang digunakan secara internasional perubahan dalam pengelompokkan
transaksi pemerintah dimaksud untuk melaksanakan anggaran berbasisi kinerja,
memberikan gambaran yang obyektif dan proposional mengenai kegiatan – kegiatan
kepemerintahaan, menjaga konsistensi dengan akutansi dalam sector publik, dan
memudahkan penyajian dan peningkatan krebilitas kinerja berbasis pembelanjaan
barang/jasa milik Negara sehingga dari beberapa upaya di atas dapat mendorong
peningkatanya atau kenaikan anggaran belanja Negara di tahun 2011 yang
pembiayaannya di biayai oleh Negara bernilai Rp. 140.952,5 miliar, dan pada tahun
2012 mengalami kenaikkan sebesar Rp. 168.125,9 miliar. Dari hasil kenaikan tersebut
mengshasilkan selisih nilai anggaran terdapat pada tahun 2012 memperoleh hasil
selisih dengan nilai berkisar Rp. 27.173,4 miliar.

1. Analisis pembiayaan anggaran


1. Pembiayaan dalam negeri

Untuk pengeluaran pada belanja pembiayaan anggaran dalam negeri,selalu terjadi


kenaikan dari tahun ke tahun,kecuali pada tahun 2010 dan 2007,dengan rincian
sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 032,3 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp.477,6 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp. 133,1 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 118,5 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp613,3 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 912,3 ( miliar )

Pada tahun 2011 penggunaan RDI untuk penerimaan cicilan pengembalian penerusan
pinjaman (RDI) defisit APBN mencapai Rp 48.750,7 dan tahun 2010 mencapai
Rp22.189,3 miliar serta pada tahun 2009 mencapai Rp41.056,8 miliar. Tahun 2008
diperkirakan saldo rekening RDI yang digunakan pembiayaan defisit hanya sebesar
Rp16.159,3 mililar. Besar kecilnya sumber pembiayaan yang berasal dari RDI/RPD
sangat dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan penerusan pinjaman maupun
kebijakan terkait dengan pengelolaan RDI/RPD. Kebijakan pengelolaan penerusan
pinjaman luar negeri memperhatikan prioritas pembangunan berdasarkan rencana
pembangunan jangka menengah.
 Non-Perbankan Dalam Negeri

Dana Investasi Pemerintah dan PMN terdiri atas beberapa komponen, yaitu: (1)
investasi Pemerintah; (2) PMN; dan (3) dana bergulir. Pada setiap tahun anggaran,
tidak semua jenis komponen tersebut dialokasikan dalam APBN. Dana investasi
Pemerintah dan PMN merupakan pengeluaran pembiayaan yang tidak dilakukan
secara reguler, namun merupakan kebijakan Pemerintah yang bersifat ad-hoc yang
dipengaruhi oleh kebutuhan atau kebijakan Pemerintah dalamsatu periode tertentu
seperti dukungan Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur, pendirian sebuah
BUMN untuk menjalankan kebijakan Pemerintah, dan dukungan terhadap sektor
KUMKM (koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah). Dalam periode 2011 sampai
dengan 2012, realisasi pembiayaan anggaran dana investasi pemerintah sedikit lebih
rendah dari target. Secara persentase, rasio realisasi terhadap target pembiayaan dari
tahun 2007 sampai 2011 masing-masing sebesar 72,8 persen, 89,0 persen, 86,7
persen, 68,5 persen, dan 86,8 persen. Dari sisi instrumen, pembiayaan nonutang
secara umum relatif lebih mendekati target dibandingkan pembiayaan utang. Hal ini
sejalan dengan kebijakan untuk mengoptimalisasikan dan mengefisienkan
penggunaan anggaran dengan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan pembiayaan
melalui nonutang. Sementara realisasi pembiayaan utang diupayakan menyesuaikan
kebutuhan pembiayaan anggaran, antara lain melalui pengurangan penerbitan SBN.
Pengurangan penerbitan SBN tersebut dilakukan antara lain pada tahun 2011 sebesar
Rp21.112,4 miliar, tahun 2012 sebesar Rp17.138,1 miliar.

1. Pembiayaan luar negeri

Untuk pengeluaran pada belanja pembiayaan anggaran luar negeri,selalu terjadi


penurunan dari tahun ke tahun,dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 575,7 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 405,9 ( milar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp. 549,8 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 566,5 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   R 2.776,6 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 292,3 ( miliar )
Dalam kurun waktu 2007-2012, pembiayaan anggaran melalui pinjaman luar negeri
lebihkecil dari pembayaran pokok pinjaman (net negative flow) dari waktu ke waktu.
Seiring dengan implementasi kebijakan tersebut, perbaikan peringkat kredit
Pemerintah dan masuknya Indonesia ke dalam kategori negara berpendapatan
menengah (middle income country) berdampak pada penurunan porsi pinjaman luar
negeri, khususnya yang bersifat lunak. Penurunan porsi pinjaman luar negeri tersebut
juga dipengaruhi oleh kecenderungan meningkatnya cost of borrowing akibat kondisi
pasar keuangan internasional yang tidak kondusif. Selama periode 2007-2012, rata-
rata realisasi penarikan pinjaman luar negeri mengalami peningkatan pada tahun
2007-2009 sebesar Rp.28.989,4 miliar dan mengalami penurunan pada tahun 2009-
2010 sebesar Rp.3.867,2 miliar , kemudian pada tahun 2010-2011 mengalami
peningkatan sekitar Rp.1.338,1 miliar dan teerakhir pada tahun 2011-2012 mengalami
penurun sebesar Rp.148,8 miliar. Yang terdiri dari realisasi penarikan pinjaman
proyek sebesar 73,5 persen dan pinjaman program sebesar 98,8 persen. Sampai
dengan tahun 2012, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar 12,5 persen dari
target yang ditetapkan di dalam APBNP, terdiri dari penarikan pinjaman proyek
sebesar 11,7 persen dan pinjaman program sebesar 14,4 persen.

Pada tahun 2007, pembiayaan anggaran mengalami peningkatan sebesar Rp 42.456,6


miliar dari tahun 2006 yang hanya sebesar Rp 29.415,6 miliar. Dimana sebagian besar
pembiayaan berasal dari sektor non-perbankan sebesar Rp 57.889,0 miliar dan sisanya
merupakan perbankan dalam negeri sebesar Rp 11.143,3 miliar. Bila dilihat dari
komposisinya sekitar Rp.57.889,0 miliar dari realisasi pengeluaran tahun 2007
bersumber dari sektor non-perbankan dalam negeri, dll. Sedangkan untuk penarikan
pembiayaan luar negeri yaitu sebesar Rp.29.672,6 miliar .

Sumber Pembiayaan dalam Negeri berasal dari rekening pemerintah (penerimaan


cicilan pengembalian penerusan pinjaman, rekening pembangunan hutang, rekening
pemerintah lainnya, rekening KUN untuk pembiayaan kredit investasi, SAL )
sebesar Rp.20.741,64 miliar sedangkan sisanya Eks. Moratorium MAD dan Nias,
Sumut sebesar Rp.6.342,6 miliar.

Dari sektor non-perbankan dalam negeri tahun 2007, sebagian besar pembiayaannya
bersumber dari surat berharga negara sebesar Rp.57.172,2 miliar. Sedangkan dari
sektor pembiayaan luar negeri penarikan pinjaman luar negeri adalah sebesar
Rp34.070,1 miliar, penelusuran pinjaman sebesar Rp.(2.723,4) miliar dan pembiayaan
cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp.(57.922,5) miliar. Dari ketiga pembiayaan
tersebut dua sektor mengalami Defisit.

1. Subsidi
2. Energi

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk energi dari sektor subsudi tidak
stabil dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 116.865,9 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 223.013,2 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.94.585,9 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 139.952,9 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 195.288,7 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 168.559,9 ( miliar )
1. Non energy

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk non energi dari sektor subsidi juga
tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

 Pada tahun 2007 pengeluaran sebesar Rp. 33.348,6 ( miliar )


 Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar   Rp. 52.278,2 ( miliar )
 Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar   Rp.43.496,3 ( miliar )
 Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar   Rp. 52.754,1 ( miliar )
 Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar   Rp. 41.906,0 ( miliar )
 Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar   Rp. 40.290,3 ( miliar )

Sejak 2007 hingga 2012, realisasi subsidi energi yang diberikan pemerintah melalui
alokasi anggaran di APBN mengalami peningkatan dari tahun 2007-2008
sebesar Rp.106.147,3 miliar, pada tahun2008-2009 terjadi penurunan yaitu dari Rp.
223.013,2 miliar (2008) menjadi Rp. 94.585,9 miliar (2009). Pada tahun 2009-2011
mengalami peningkatan sebesar Rp.100.702,8 miliar, dan pada tahun 2011-2012
terjadi penurunan yaitu dari Rp.26.728,8 miliar. Peningkatan realisasi anggaran
belanja subsidi energi dalam rentang waktu 2007-2012 itu antara lain disebabkan
oleh:

1. Perubahan parameter subsidi energi, antara lain harga jual minyak Indonesia (ICP),
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, volume konsumsi BBM bersubsidi, bauran
energy dalam produksi tenaga listrik dan penjualan tenaga listrik; serta
2. Kebijakan penetapan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif tenaga
listrik.

Dari jumlah subsidi energi tersebut, realisasi anggaran subsidi BBM dan listrik yang
diberikan pemerintah mengalami pelonjakan yang cukup signifikan dari 2007-2012,
yakni dari sebesar Rp.116.865,9 miliar (2007) menjadi Rp. 168.559,9 (2012). Bahkan,
pemerintah memperkirakan realisasi subsidi BBM dan listrik pada tahun 2012 akan
mencapai Rp 208.850,2 miliar. Besarnya kenaikan realisasi subsidi BBM dan listrik
itu, terutama terkait dengan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP), yaitu
dari 72,3 dolar AS per barrel (2007) menjadi 105 dolar AS per barrel (2012), dan juga
melonjaknya volume konsumsi BBM bersubsidi.

Kementerian Keuangan mengemukakan, guna mengendalikan tingkat konsumsi BBM


bersubsidi itu, pemerintah sudah melakukan berbagai langkah, di antaranya: 1.
Mengalihkan pemakaian minyak tanah bersubsidi, 2. Meningkatkan
pemanfaatan energy alternative dan diversifikasi energi; 3. Melakukan pembatasan
kategori pengguna BBM bersubsidi serta pembatasan volume; dan 4. Mengendalikan
penggunaan BBM bersubsidi melalui sistem distribusi tertutup secara bertahap dan
penyempurnaan regulasi.

Penyesuaian harga jual eceran BBM bersubsidi merupakan langkah terakhir yang
akan dilakukan pemerintah, apabila beban subsidi BBM dipandang sudah
memberatkan APBN sehingga mengganggu sustainabilitas fiskal dalam jangka
pendek maupun jangka menengah. Dalam kurun waktu 2007-2012 pemerintah telah
melakukan penyesuaian harga BBM sebanyak empat kali, yaitu pada Mei 2008, awal
Desember 2008, pertengahan Desember 2008, dan Januari 2009. Dari beberapa kali
penyesuaian itu, harga jual eceran premium dan solar bersubsidi pada 2012 sekarang
ini sama dengan harga jual eceran pada 1 Januari 2006, yaitu sebesar Rp4.500 per
liter.

Subsidi non-energi adalah alokasi anggaran yang disalurkan melalui


perusahaan/lembaga yang memproduksi dan/atau menjual barang atau jasa tertentu
yang ditetapkan oleh Pemerintah selain BBM jenis tertentu, LPG tabung 3 kg, LGV
dan tenaga listrik, sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat berpendapatan
rendah. Pada tahun 2007-2008 meningkat sebesar Rp. 18.929,6 miliar, kemudian pada
tahun 2008-2009 menurun senilai Rp. 8.781,9 miliar, pada tahun 2010-2012
mengalami penurunan sebesar Rp. 12.463,8 mil.

1. Analisis Pendapatan dalam APBN


1. Analisis Perpajakan dalam APBN
1. Analisis Utang dalam APBN
 Utang Negara dalam APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang biasa disingkat APBN
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). APBN memuat rincian yang sistematis atas rencana
pendapatan yang akan diterima dan nilai pagu maksimal yang akan dibelanjakan oleh
negara. APBN Indonesia hingga kini masih menerapkan sistem penganggaran defisit.
Hal inilah yang menyebabkan terdapat kolom pembiayaan dalam APBN untuk
mengisi nilai pendapatan pembiayaan (netto) yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan pendapatan negara. Untuk menutupi kekurangan pendapatan negara
tersebut banyak cara yang dapat dipilih dari sekian banyak opsi seperti penjualan aset
yang dimiliki, utang dan lainnya. Namun dari semuanya itu, utang (terlepas apapun
jenisnya) merupakan instrumen yang paling sering digunakan pemerintah dalam
pelaksanaan APBN, karena memiliki tingkat risiko yang dapat dikendalikan, tingkat
fleksibilitas yang tinggi (dari segi waktu, jenis dan sumbernya), dan kapasitas yang
sangat besar.

Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari
Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan.
 Tujuan Pengelolaan Ekonomi adalah:
 Menciptakan kemakmuran rakyat dalam bentuk:
 Penciptaan kesempatan kerja.
 Kementerian Mengurangi kemiskinan.
 Menguatkan pertumbuhan ekonomi.
 Menciptakan keamanan.

Utang terutama merupakan konsekuensi dari postur APBN (yang mengalami defisit),
dimana Pendapatan Negara lebih kecil daripada Belanja Negara.

Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan


negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara:

1. Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk


menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo (debt
refinancing); Refinancing dilakukan dengan terms & conditions (biaya dan risiko)
utang baru yang lebih baik.
2. Kenaikan jumlah nominal utang Pemerintah berasal dari:
 Akumulasi utang di masa lalu (legacy debts) yang memerlukan refinancing yang
cukup besar;
1. Dampak krisis ekonomi tahun 1997/1998:
 Depresiasi Rupiah terhadap mata uang asing;
 BLBI dan Rekapitalisasi Perbankan; Sebagian setoran BPPN dari asset-recovery
digunakan untuk APBN selain untuk melunasi utang/obligasi rekap.

Pembiayaan defisit APBN merupakan keputusan politik antara Pemerintah dan DPR-
RI antara lain untuk:

 Menjaga stimulus fiskal melalui misalnya pembangunan infrastruktur, pertanian dan


energi,dan proyek padat karya;
 Pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat misalnya PNPM, BOS,
Jamkesmas,Raskin, PKH,Subsidi;
 Mendukung pemulihan dunia usaha termasuk misalnya insentif pajak;
 Mempertahankan anggaran pendidikan 20%;
 Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista);
 Melanjutkan reformasi birokrasi.
 Akses terhadap pinjaman luar negeri dengan persyaratan sangat lunak dari lembaga
keuangan multilateral bagi Indonesia dibatasi oleh:
1. Status Indonesia yang tidak lagi tergolong sebagai low income country;
2. Batas maksimum pinjaman yang dapat disalurkan ke suatu negara (country limit).
1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang
1. Tujuan Jangka Panjang:
 Mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal
pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara
 Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga negara (SBN) yang
dalam, aktif dan likuid
1. Tujuan Jangka Pendek:
 Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran kewajiban
pokok utang secara tepat waktu dan efisien Kebijakan.
 Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan
SBN rupiah
 Kementerian maupun penarikan pinjaman dalam negeri;
 Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam
memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficent dan risiko yang
minimal;
 Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (Favourable) bagi
pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;
 Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode
jangka menengah;
 Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal,
terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening;
 Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.
1. Jenis-jenis Utang
1. Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri :
1. Pinjaman Luar Negeri
 World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank dan kreditor
bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Kredit Ekspor.
 Pinjaman Program:

Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix
di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan,
pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate

change dan infrastruktur.

 Pinjaman proyek :

Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi,dll);


proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM).

1. Pinjaman Dalam Negeri

Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah ;

 Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah Daerah,dan


Perusahaan Daerah;

Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan investasi yang
menghasilkan penerimaan.

1. Jenis Pinjaman Lainya.


 Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-
tradable, fixed & variable :
 Surat Utang Negara (SUN)
 Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d.12bln);
 Obligasi Negara (> 1 thn)
 Coupon Bond Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
 Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk penyehatan dan
restrukturisasi perbankan.
 Zero coupon
 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan valuta
asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah,Istisna dll
 SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri);
 SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk; SDHI/Sukuk Dana
Haji Indonesia).
1. Landasan Hukum Pengelolaan Utang
1. Ketentuan Perundang-undangan:
 Undang-Undang No 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
 Undang-Undang No 24/2002 tentang Surat Utang Negara
 Peraturan Pemerintah No 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah
 Peraturan Pemerintah No 54/2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan
Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah
 Mengatur a.l, prinsip-prinsip good governance:
 Pengadaan/penerbitan utang melalui mekanisme APBN/mendapatkan persetujuan
DPR
 Koordinasi Pemerintah (Kementerian Keuangan, Kementrian PPN/Bappenas), dan
BI dalam perencanaan dan pengelolaan utang
 Pengawasan perdagangan SBN di pasar sekunder oleh otoritas pasar modal
 Pertanggungjawaban pengelolaan utang dan publikasi data & informasi utang
1. Fungsi Utang Negara

Fungsi dari adanya utang negara ini diantaranya :

1. Menutupi Defisit Anggaran


2. Menutupi kekurangan kas atas kebutuhan kas jangka pendek dalam pelaksanaan
belanja yang tidak dapat ditunda
3. Solusi dalam penataan portofolio utang pemerintah yang tentu dimaksud untuk
mengurangi beban belanja untuk membiayai utang dalam APBN di tahun-tahun
berikutnya

Dari fungsi-fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa utang merupakan cara untuk
menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan permasalahan baru. Namun pendefinisian
ini baru bisa dibenarkan bila utang dapat dikelola dengan baik sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
1. Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 1
Agustus 2003 Mengenai Penyelesaian BLBI Serta Hubungan Keuangan
Pemerintah dan Bank Indonesia.
 Jumlah BLBI yang disepakati sebesar Rp144.536.094.294.530
 SU-001 sebesar Rp80.000.000.000.000
 SU-003 sebesar Rp64.536.094.294.530
 Kedua seri tersebut diganti dengan SU baru, seri SRBI-01/MK/2003Restrukturisasi
Surat Utang Kepada BI Tahun 2003 Kementerian sebesar Rp144.536.094.294.530,
efektif per 1 Agustus 2003.
 Pelunasan dengan skema burden sharing:
 Jika rasio modal terhadap kewajiban moneter BI lebih dari 10%, maka surplus yang
menjadi bagian Pemerintah digunakan untuk membayar sisa pokok SRBI-01
 Jika rasio dimaksud di bawah 3%, maka Pemerintah membayar charge sebesar
kekurangan untuk mencapai 3% tersebut.
 Tingkat bunga SRBI-01/MK/2003: 0,1% per tahun (fixed, semiannual)
1. Analisis pembayaran bunga utang terhadap Anggaran APBN dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2012.

Untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri
ataupun luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU APBN.
Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah tersebut dibebankan pada
anggaran belanja negara. Adapun tata cara pengadaan utang atau penerimaan hibah
baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pembiayaan utang terdiri atas pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri.
Dalam periode 2007-2009 mengalami peningkatan sebesar Rp.13.975,7 miliar.
Kemudian pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan biaya sebesar Rp. 5.398,9
miliar, dan pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 34.688,8
miliar.

Selama ini pembiayaan kegiatan-kegiatan prioritas lebih banyak memanfaatkan


instrumen pinjaman luar negeri. Namun dalam pelaksanaannya, realisasi penyerapan
pinjaman luar negeri cenderung rendah dari pinjaman dalam negeri. Salah satu
penyebabnya adalah proses pengadaan pembiayaan yang memerlukan waktu relatif
panjang atau bahkan tidak dapat diperoleh pada tahun anggaran berkenaan.
Keterlambatan pelaksanaan kegiatan prioritas di satu sisi dapat menimbulkan
tambahan biaya pinjaman, dan di sisi lain dapat menunda pencapaian target
pembangunan yang telah dirancang sebagaimana ditetapkan dalam APBN. Oleh
karena itu, diperlukan upaya-upaya agar pembiayaan kegiatan prioritas dapat dipenuhi
sesuai dengan target yang telah direncanakan untuk menjamin terlaksananya UU
APBN. Sejalan dengan itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan pemenuhan pembiayaan melalui utang, Pemerintah perlu menjalankan
kebijakan fleksibilitas pembiayaan utang. Dengan kebijakan ini, Pemerintah dapat
melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan
perubahan pada total pembiayaan utang. Perubahan komposisi instrumen pembiayaan
utang dimaksud, meliputi perubahan penerbitan SBN yang memungkinkan untuk
melebihi atau mengurangi jumlah neto, penarikan pinjaman dalam negeri, dan/atau
penarikan pinjaman luar negeri. Penerapan kebijakan fleksibilitas pembiayaan utang
merupakan suatu jaminan atas pembiayaan kegiatan (financing guarantee) mengingat
instrumen pembiayaan tidak dibatasi pada salah satu instrumen pembiayaan tertentu,
namun dapat memanfaatkan instrumen pembiayaan lain (financing flexibility).
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan tidak terhambat oleh permasalahan dalam
proses pengadaan pembiayaan.

BAB III
   PENUTUP

A.Kesimpulan
     Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan dari
usaha dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut pasal 23
ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa ‘’ Anggaran pendapatan dan belanja negara
adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun menurut
UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar – besarnya
untuk kemakmuran rakyat’’.

Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana tahunan keuangan
pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan
UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu tahun,mulai dari tanggal 1 januari
sampai dengan 31 desember.

Dari keseluruhan data , dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun pendapat maupun
pengeluaran selalu meniglat.

B.Saran

     Anggran pendapatan dan belanja negara,merupakan instrumen yag penting dalam


pembangunan suatu negara.penyusunan yang baik akan menghasilkan peningkatan
yang di harapkan ,begitupu sebaliknya.

Penyusun berharap,dengan adanya data – data dalam makalah ini,dapat menambah


wawasan dan cara fikir kritis kita akan APBN,.dan semoga makalah ini dapat berguna
di kalangan para pembaca yang budiman.

Anda mungkin juga menyukai