Anda di halaman 1dari 6

APBN DAN APBD TAHUN 2019 DAN 2020

Nama Kelompok
1. Ajeng Dian Pertamasari
2. Ayu Rahmawati
3. Chika Maulidyah Sari
4. Febriyati Putri Ahdiat
5. Nadilah
6. Siti Nayla Cerry Afriyanti

SMA YASPIH RAJEG


PENGERTIAN APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN
berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN,
perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan
Undang-Undang. Dijabarkan dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

APBN berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan


stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran serta kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan ke dalam APBN.

PENGERTIAN APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang
meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan
Penerimaan lainnya), Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus serta Pendapatan lain-lain yang sah
seperti Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.

Menurut Ateng Syafruddin, fungsi dan kedudukan APBD yaitu: Sebagai dasar
kebijakan menjalankan keuangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
untuk masa tertentu yaitu satu tahun anggaran. Sebagai pemberian kuasa dari pihak
legislatif yaitu DPRD kepada kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif untuk
melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda pemerintahan daerah.
APBN DAN APBD TAHUN 2019
Tema besar APBN Tahun Anggaran 2019 adalah “Adil, Sehat, dan
Mandiri”. Sehat artinya APBN memiliki defisit yang semakin rendah dan keseimbangan
primer menuju positif. Adil karena APBN digunakan sebagai instrumen kebijakan meraih
keadilan, menurunkan tingkat kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi
disparitas antarkelompok pendapatan dan antarwilayah.
Dari sisi kemandirian APBN Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat dari penerimaan
perpajakan yang tumbuh signifikan sehingga memberikan kontribusi dominan terhadap
pendapatan negara serta mengurangi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari
utang. Dengan APBN yang Sehat, Adil dan Mandiri diharapkan kebijakan fiskal akan
mampu merespon dinamika volatilitas global, menjawab tantangan dan mendukung
pencapaian target-target pembangunan secara optimal.

APBN tahun 2019 mengalami defisit sebesar Rp296,0 triliun atau sebesar 1,84 persen


terhadap PDB (sama dengan defisit RAPBN tahun 2019). Upaya menjaga keberlanjutan

fiskal juga terlihat dari defisit keseimbangan primer yang mendekati nol sebesar minus
Rp20,1 triliun.
PERUBAHAN POSTUR DAN RINCIAN APBN
2020 DI MASA PANDEMI COVID-19
Jakarta, 27 April 2020

Kemenkeu - Jakarta, 6 April 2020. Dengan adanya pandemi COVID-19, Pemerintah


Indonesia telah bersiap dan menyiapkan berbagai strategi untuk melakukan
penanganan, seperti penambahan anggaran di sisi kesehatan, bantuan sosial, dukungan
industri, dan pemulihan perekonomian nasional serta kebijakan di sisi keuangan daerah
dan sektor keuangan. Dalam rangka memastikan ketersediaan anggaran dengan tetap
mempertahankan kesehatan dan kesinambungan keuangan negara, pemerintah
menetapkan perubahan atas Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun Anggaran 2020, yang meliputi: i) Anggaran Pendapatan Negara; ii)
Anggaran Belanja Negara; iii) Surplus/ defisit anggaran; dan iv) Pembiayaan Anggaran.
Perubahan Postur dan Rician APBN 2020 ini ditetapkan dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2020.

Anggaran Pendapatan Negara yang semula diperkirakan sebesar Rp2.233 triliun


berubah menjadi Rp1.760 triliun. Anggaran Pendapatan Negara ini terdiri dari
Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.462 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar
Rp297,75 triliun dan Penerimaan Hibah sebesar Rp498,74 miliar.

Sementara itu, Anggaran Belanja Negara yang semula diperkirakan sebesar Rp2.540,422
triliun mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp2.613,8 triliun. Anggaran Belanja Negara
ini terdiri dari Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (ABPP) sebesar Rp1.851,10 triliun
(termasuk di dalamnya tambahan belanja untuk penanganan pandemic COVID-19
sebesar Rp255,110 triliun), serta Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
yang diperkirakan sebesar Rp762,718 triliun.

Berdasarkan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Negara di atas,


diperkirakan akan terjadi defisit sebesar Rp852,935 triliun atau 5,07% terhadap PDB,
sehingga untuk Pembiayaan Anggaran dari semula diperkirakan sebesar Rp307,225
triliun berubah menjadi Rp852,935 triliun.

Struktur Anggaran Pemerintah Pusat (ABPP) diprioritaskan penggunaannya untuk


penanganan pandemic COVID-19 serta dampak yang ditimbulkannya berupa ancaman
yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan
dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan
perekonomian. Selain itu, untuk Anggaran Belanja TKDD, pemerintah telah menentukan
bahwa Anggaran Dana Desa dapat digunakan antara lain sebagai dana jaring pengaman
sosial di desa berupa bantuan langsung tunai kepada penduduk miskin di desa dan
kegiatan penanganan wabah COVID-19.

Dengan adanya perubahan terhadap Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ini, Anggaran Pendidikan juga mengalami penyesuaian untuk memenuhi
mandatory spending. Anggaran Pendidikan ini termasuk di dalamnya Dana Abadi
Investasi pemerintah di bidang pendidikan sebesar Rp29 triliun untuk pengembangan
pendidikan nasional, penelitian, kebudayaan, dan perguruan tinggi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan bahwa APBD Provinsi


DKI Jakarta Tahun Anggaran 2020 mengalami perubahan atau penyesuaian menjadi Rp
63,23 triliun. harus digunakan secara efektif dengan memperhatikan situasi pandemi
yang masih berlangsung. Penyesuaian ini tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19
di Jakarta sehingga APBD DKI Tahun 2020 tidak sesuai dengan yang direncanakan.

“Saya sampaikan bahwa APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2020 yang semula
direncanakan sebesar Rp 87,95 triliun mengalami penyesuaian menjadi Rp 63,23 triliun,”
ujar Anies saat menyampaikan Raperda APBD-P 2020 dalam rapat paripurna bersama
DPRD DKI, Selasa (3/11/2020).

Prioritas perubahan APBD 2020 ini, kata Anies dalam rangka penggunaan APBD 2020
untuk penanganan pandemi Covid-19 khususnya di sektor kesehatan, ekonomi, dan
jaring pengaman sosial. Pemprov DKI, tutur dia, telah menggelontorkan anggaran
belanja tak terduga sebesar Rp 5,19 triliun untuk penanganan Covid-19.

“Secara umum, penambahan anggaran dilakukan pada jenis Belanja Tidak Terduga dari
Belanja Tidak Langsung yang semula Rp 188 miliar menjadi Rp 5,19 triliun atau naik
lebih dari 27 kali lipat dalam rangka percepatan penanganan Covid-19,” ungkap Anies.

Anda mungkin juga menyukai