Ini merupakan wejangan yang teramat mulia, diceritakan dalam setiap tubuh manusia
terdapat hurup hurup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa - dewa dari hurup
suci tersebut bersatu menjadi sang hyang dasa aksara.
Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol
dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari
sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan
menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara
(satu hurup). Ini hurupnya: OM. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar
selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang
terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung) .
Dan ketahuilah kandaning Sang Hyang Aksara, kawruhake na lungguhe, pasurupe,
hanaring Buwana Alit, ring angga sariranta. 20 akweh ikang aksara, ane dadi bungkahing
sastra, yang kawruhe, away wera, apan mula dahat tutur iki, wenang managa buwana. Iki
luwirnya:
ha na ca ra ka = ada utusan,
da ta sa wa la = pada peperangan,
Disini yang digunakan referensi aksara Jawa. Karena lebih lengkap dan mudah
dipahami. Ke 20 aksara itu menggambarkan suatu proses penciptaan Tuhan, yang dilewatkan
kepada manusia.
Maka penjelasannya sebagai berikut:
ha na ca ra ka = Ada utusan, utusan dari Hyang Widhi, dua orang manusia, laki dan
perempuan. Yang dalam mitos cerita Aji Saka bernama Dora dan Sembada.
da ta saw a la = Membawa pesan atau tugas yang tidak boleh tidak, harus dilaksanakan.
Tugas Dora adalah mempertahankan keris, yang ditipkan Aji Saka kepadanya. Sedangkan
tugas Sembada kembali meminta keris tersebut.
pa da ja ya nya = perintahnya pasti, Dora kutitip keris ini kepadamu, dan tidak boleh
siapapun mengambil kembali, selain aku, kata Aji Saka. Dan setelah itu, Sembada pun
diperintah. Semada ambilah keris yang kutitipkan pada Dora, jangan pernah kembali
tanpa keris tersebut, kata Aji Saka pula.
ma ga bat ha nga = Itulah alasannya, kenapa kedua utusan itu lalu bertempur. Namanya
juga murid Aji Saka, pastilah bukan manusia sembarangan. Karena sama-sama saktinya,
maka keduanya pun akhirnya sama-sama mengalami kematian.
Aji Saka melambangkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Saung keris yang dibawa Sembada, sebagai bukti ia utusan Aji Saka, adalah simbol
predana = vagina; kemaluan wanita.
pa dha ja ya nya, unggwanya Kulon (barat) berarti bapak-ibu kelonan (tidur bersama),
Dengan adanya kelahiran manusia inilah ajaran Kanda Pat menjadi ada. Bila tidak ada
kelahiran ini, maka ajaran Kanda Pat pun takkan pernah ada.
Menurut sastra Kejawen, aksara 20 itu, bila diucapkan secara terbalik, akan menjadi
ilmu penolak yang sangat ampuh. Bisa menolak segala malapetaka. Termasuk menolak tuju,
teluh, teranjana, leak, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan dan sebagainya. Inilah
mantranya :
Nga Tha Ba Ga Ma, Nya Ya Ja Dha Pa. La Wa Sa Ta Da, Ka Ra Ca Na Ha.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Lebih jauh penjabaran aksara 20 dalam kaitannya dengan ajaran Kanda Pat Dewa,
adalah begini:
Dari aksara 20 (dwidasa aksara) inilah kemudian lahir dari Dasaksara, dadi pancaksara,
dadi triaksara, dadi Rwabhineda.
Sabdaning Pancaksara adalah Na Ma Si Wa Ya. Catatan : Mang, Ang, Ong, Ung, Yang, Sa,
Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya. Semua disebutkan Pancaksara.
Sabdaning Rwabhineda adalah : Ang Ah, dadi Purusa-Predana, Akasa-Pretiwi, LemahPeteng, dan Urip kelawan Pati.
Triaksara ring Buwana Alit, Ang ring ati, Ung ring ampru, Mang ring papusuh. Dan juga,
Ang ring bayu, Ung ring sabda dan Mang ring idep. Ang berwujud api, Ung berwujud air,
dan Mang berwujud angin. Ang Dewanya Brahma, Ung Dewanya Wisnu, dan Mang
Dewanya Iswara.
Begini caranya menyatukan ataupun menempatkan sang hyang dasa aksara dalam badan ini.
Yang pertama;
sang hyang sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau
bertapa-beryoga sehingga beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi.
Sang hyang eka jala rsi beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau.
Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat jahat yang
sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang sangat
berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba,
nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah hurupnya
adalah dua puluh hurup. Aksara modre bersatu dengan sembilan hurup wreasta
yaitu dari ha wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara swalelita, bersatu
dengan sembilan hurup wreasta lainnya yaitu dari la nya, yang kemudian
disebut dasa sila dan dasa bayu. Bertemu ketiga induk dari aksara suci
tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi dasa aksara.
Kedua;
aksara swalalita ini dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu
kelengkapan aksara berupa ardha-candra berbentuk bulan sabit, windu yang
melambangkan matahari berbentuk bulatan dan nada melambangkan bintang
yang dilukis sebagai segi tiga.
Ketiga;
pangangge sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i,
u, e, o sehingga dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini
disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti ini
disebut modre.
Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering dihubungkan dengan
kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah lambang agni,
Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah lambang
air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang
udara, Dewa Siwa sama dengan aksara Mang.
Ketiga aksara ini jika disatukan akan menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M
yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong. Aksara Ong-kara inilah sumber
dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang
Dewa Trimurti.
Kedudukan kedelapan belas aksara Bali tersebut di dalam tubuh manusia atau bhuana
alit adalah sebagai berikut:
Ha di ubun-ubun
Ra di kedua telinga
Ka di dalam hidung
Da di dalam mulut
Ta di dalam dada
La di hidung
Ba di pusar
Ya di tulang belakang
Taling di hidung
Surang di rambut
Wisah di telinga
Cecek di lidah
Guwung di kulit
Carik di persendian
ini merupakan maksud/arti dari sastra wreastra, dibaca dari belakang. diantaranya;
ini pertemuan sastra yang delapan belas (wreastra) , bertemu ujung dengan pengkalnya
menjadi dasa aksara, diantaranya;
ha nya menjadi sa
na ya menjadi na
ca ja menjadi ba
ra pa menjadi ma
ka nga menjadi ta
da ba menjadi si
ta ga menjadi a
sa ma menjadi wa
wa la menjadi i dan ya
begini cara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan, yang merupakan
linggih (stana) dewata nawasanga di dalam tubuh manusia, diantaranya;
Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu
mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu:
Sa berarti satu
Ba berarti bayu
Ta berarti tatingkah
A berarti awak
I berarti idep
Ya berarti yukti
Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang
mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan beyu
kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu
mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.
Dasa aksara tersebut terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca
brahma.
yang disebut panca tirta, adalah sebagai berikut:
Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya;
Bila Dasa aksara diringkas, aksara yang ada di panca tirtha dipasangkan dengan aksara
panca brahma akan muncul Sang Hyang Panca Aksara. Inilah panca aksara tersebut:
Sa + Na menjadi Mang
Ba + Ma menjadi Ang
Ta + Si menjadi Ong
A + Wa menjadi Ung
I + Ya menjadi Yang
Panca brahma dan panca tirta diringkas menjadi tri aksara (a, u, m). Setelah itu baru
turun arda candra (bulan sabit), windu (lingkaran) dan nada (titik). Baru boleh di ucapkan sang,
bang, tang, ang, ing, nang, mang, sing, wang, yang. Jika panca tirtha digabung dengan panca
brahma ditambah dengan tri aksara dan eka aksara akan terjadi catur dasa aksara.
Catur dasa aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i ditambah na-ma-si-wa-ya, serta digabung
dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan catur-dasa-bayu, suatu
kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung, yang memungkinkan manusia dan
dunia hidup dengan wajar.
Ini menyimpan Rwa bhineda (dua sisi dunia), ini suaranya; Ong Ung.
lafalkan aksara tersebut lalu letakkan dalam tubuh kita dan alam semesta. Ini
rangkuman intisari dari sastra yang berjumlah lima hurup, yang digunakan untuk memuja
tuhan, memanggil, menghaturkan persembahan, memohon anugrah dari tuhan YME,
diantaranya:
mantra untuk memanggil agar tuhan berkenan hadir, Ang Ong Ung Yang Mang
mantra untuk mempersembahan sesajen jamuan dari kita, Ong Ung Yang Mang Ang
mantra untuk memohon anugrah dari tuhan YME, Ung Yang Mang Ang Ong
Ini suara inti sari; ekam evam dwityam Brahman, disebut ONG. Berupa api rwa bhineda Ang,
berupa air rwa bineda Ah.
10
iki pengeraksa jiwa antuk catur aksara; Mang Ang Ung Ong
pemageh bayu ring raga antuk catur resi; Ung Ong Mang Ang
Menurut Lontar Kanda Pat, jika manusia dapat menguasai cara penggunaan pangangge
sastra atau sastra busana, maka dia dianggap telah menguasai ajaran Durga, dewi kematian
yang ada di kuburan. Seseorang yang mampu mempergunakan wisah, yakni, huruf h, maka
orang tersebut akan mampu melakukan aneluh, membencanai orang lain. Bila dia mampu
mempergunakan aksara wisah dan taling maka dia dapat melakukan tranjana (ilmu sihir). Kalau
dia mampu mempergunakan wisah dan cecek, maka dia akan dapat melaksanakan hanuju,
menunjukkan kekuatannya ke suatu sasaran yang tepat. Seseorang yang dapat memanfaatkan
busana sastra wisah, taling, cecek, dan suku sekaligus maka dia dapat menjadi leak. Dia adalah
seorang leak ahli bathin yang amat besar.
Dia mampu mengendalikan semua kekuatan negatif atau pangiwa yang ada di dunia
ini. Untuk mampu menggunakan aksara pangangge ini yang merupakan gambar dan lambing
yang rumit ini perlu ketekunan dan kemauan keras untuk mempelajarinya. Jika salah
mempelajarinya maka kekuatan aksara ini akan dapat membahayakan jiwa orang yang
mempelajarinya. Tetapi bagi orang yang mampu mempelajarinya dengan baik, maka orang ini
dapat mempergunakan kekuatan aksara ini untuk tujuan baik sehingga menjadi balian
panengen, untuk menyembuhkan orang sakit akibat terkena sihir balian pangiwa. Untuk
mempelajari lebih dalam mengenai aksara pangangge ini dapat dibaca di dalam lontar Tutur
Karakah Durakah, Panglukuhan Dasaksara, Tutur Karakah Saraswati, Tutur Bhuwana Mabah,
Usada Tiwas Punggung, Usada Netra dan lainnya lagi.
Setiap aksara apalagi setelah digabungkan beberapa aksara sehingga menjadi dasa
aksara, panca aksara, catur aksara, tri aksara, dwi aksara, dan eka aksara mempunyai gambar
atau lambang sendiri-sendiri dengan kekuatan bayu atau vayu yang dapat dimanfaatkan untuk
kebaikan dan kesehjateraan umat manusia. Tetapi ada pula orang yang mempelajari aksara ini
dikumpulkan oleh jro kubayan guwang
11
dengan tujuan utnuk membuat sakit orang lain, sehingga dia disebut balian pangiwa. Hal ini
tentunya tidak dikehendaki oleh umat manusia. berikut ini meditasinya:
Barang siapa yang memahami pengetahuan ini akan memiliki kesidian serta kesaktian.
Ajaran ini oleh masyarakat umum dikenal dengan nama, Yoga, Meditasi dan Samadhi. Namanya
berbeda, namun hakekatnya adalah sama saja. Menurut ajaran Yoga di dalam lapisan tubuh
eterik Manusia, terdapat tujuh Cakra utama yang merupakan linggan para Dewa yaitu:
Untuk Dewa Sambu dan Dewa Sangkara malingga ring Cakra kembar, yang merupakan
cakra menengah. Dimana Dewa Sambu berada di sebelah kanan, dan Dewa Sangkara di sebelah
kiri. Cakra Kembar berada di kedua tangan, kedua mata, kedua telinga dan sebagainya.
dikumpulkan oleh jro kubayan guwang
12
Tulang punggung yang dikatakan sebagai poros tubuh. Dari dalam badan halus yang
bersesuaian dengan tulang punggung ini, muncul pusat-pusat kesadaran yang disebut dengan
Cakra. Di dalam tubuh halus (eteris) ada banyak sekali Cakra. Namun hanya ada tujuh cakra
yang dianggap utama, meliputi :
Cakra Ajna, bersesuaian letaknya dengan pertengahan kedua alis (selaning lelata).
Cakra-cakra itu merupakan pusat energy rohani. Cakra ini tidak tampak dengan mata
biasa, karena cakra itu tidak berbadan fisik, melainkan dilapisan badan halus yaitu badan eteris.
Selain itu, dalam anatomi tubuh halus itu, terdapat juga nadi-nadi tempat aliran energi, yang
memiliki hubungan khusus dengan masing-masing cakra itu. Disebut ida atau pinggala. Kedua
nadi ini, terdapat disebelah kanan dan kiri tulang punggung. Disebutkan bahwa, pengetahuan
tertinggi ditutupi oleh maya sehingga pengetahuan tertinggi tetap bersembunyi. Yoga adalah
jalan untuk menyingkapkan maya dan membuka pengetahuan tertinggi itu. Gheranda Samhita
mengatakan, Tidak ada ikatan yang melebihi kekuatan maya, dan tidak ada kekuatan melebihi
Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan itu. Dia yang tekun berlatih Yoga akan mendapatkan
bermacam-macam siddhi atau kekuatan gaib.
Badan ini adalah sakti, keperluan badan adalah keperluan sakti. Segala yang terlihat
dan berbuat itulah sakti. Seluruh badan dan pekerjaannya adalah penjelmaan sakti itu. Untuk
menyadari hal ini orang harus menyempurnakan dirinya. Penempatan Dewa pada bagiandikumpulkan oleh jro kubayan guwang
13
14