Abstrak
Faringitis akut adalah infeksi faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, kasus faringitis akut masuk dalam urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan menduduki urutan ke
lima pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013. Peresepan obat
rasional merupakan peresepan obat yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat kesesuaian peresepan penyakit faringitis akut dengan Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas
tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik.
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Simpur Bandar Lampung dan subjek penelitian ini adalah seluruh data peresepan
penyakit faringitis akut dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (non probability
sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 96 peresepan dan dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun 2014.
Hasil penelitian terdapat kesesuaian jenis obat antibiotik dan simptomatik 100%, kesesuaian dosis obat antibiotik 66,7%,
kesesuaian dosis obat simptomatik 67,1%, serta kesesuaian lama pemberian obat antibiotik 0% dan kesesuaian lama
pemberian obat simptomatik 100%. Simpulan, didapatkan ketidaksesuaian dosis obat antibiotik dan simptomatik, serta
ketidaksesuaian lama pemberian obat antibiotik dan kesesuaian lama pemberian obat simptomatik. [J Agromed Unila 2015;
2(3):196-202]
Korespondensi: dr. Liana Sidharti, MKM | alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 | HP +6282183166601
e-mail: lianasidharti@yahoo.com
atas.2 Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan menyebabkan terjadinya resistensi.9 Masalah
bahwa kasus faringitis akut masuk dalam yang sering ditemui adalah banyak hasil
sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat penelitian yang menunjukan ketidaktepatan
jalan dengan presentase jumlah penderita peresepan yang terjadi di banyak negara
1,5% atau sebanyak 2.214.781 orang.3 Menurut terutama negara-negara berkembang seperti
data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Indonesia.10 Ketidaktepatan peresepan dapat
Lampung, kasus faringitis akut masuk dalam mengakibatkan masalah seperti tidak
urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan tercapainya tujuan terapi, meningkatnya
menduduki urutan kelima pasien rawat jalan di kejadian efek samping obat, meningkatnya
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung resistensi antibiotik, penyebaran infeksi
periode Januari-Desember 2013.4 melalui injeksi yang tidak steril dan
Faringitis akut merupakan salah satu pemborosan sumber daya kesehatan yang
klasifikasi dalam faringitis. Faringitis akut langka.11 Pedoman Pengobatan Dasar di
adalah suatu penyakit peradangan tenggorok Puskesmas tahun 2007 mengeluarkan standar
yang bersifat mendadak dan cepat memberat. pelayanan di fasilitas kesehatan yang
Faringitis akut dapat menyerang semua umur. didalamnya terdapat pembahasan mengenai
Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, beberapa macam penyakit termasuk penyakit
bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab faringitis akut.12 Standar tersebut meliputi
terbanyak radang ini adalah kuman golongan definisi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi,
Streptococcus β hemoliticus, Streptococcus penegakan diagnostik, komplikasi serta
viridians dan Streptococcus piogenes. Penyakit penatalaksanaan faringitis akut.12
ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
seperti virus influenza dan adenovirus. kesesuaian peresepan obat faringitis akut
Faringitis akut dapat menular melalui kontak terhadap standar pengobatan faringitis akut di
dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
dari orang yang menderita faringitis.5 Lampung periode Januari-Desember 2013.
Faktor risiko penyebab faringitis
biasanya karena udara dingin, turunnya daya Metode
tahan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus Penelitian ini merupakan penelitian
influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, retrospektif dengan menggunakan data
konsumsi alkohol yang berlebih, gejala sekunder berupa rekam medik yang diambil
predormal dari penyakit scarlet fever dan dari Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan
menderita sakit tenggorokan atau demam.6 dengan menganalisis jenis obat, kesesuaian
Tanda dan gejala dari faringitis yang dosis dan lama pemberian. Penelitian ini
disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus dilakukan dari Oktober-November 2014.
group A serupa dengan faringitis yang bukan Penelitian dilakukan di bagian rawat jalan poli
disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus klinik Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
group A7, oleh sebab itu penting untuk Bandar Lampung. Sampel yang digunakan
menentukan penyebab terjadinya faringitis dalam penelitian ini adalah rekam medik yang
untuk penentuan terapi yang akan digunakan. memuat penggunaan terapi faringitis akut di
Penentuan penyebab faringitis yang paling Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
akurat adalah dengan menggunakan kultur Lampung periode Januari-Desember 2013.
apusan tenggorokan. Kelemahan dari metode Teknik pengambilan sampel yang digunakan
ini antara lain biaya yang mahal dan perlu dalam penelitian ini adalah teknik purposive
waktu untuk mengetahui hasilnya sekitar 12 sampling (non probability sampling) yakni
hari.8 teknik penetapan sampel dengan cara memilih
Dalam pengobatan faringitis sangat sampel di antara populasi sesuai dengan yang
penting untuk memastikan penyebab dalam dikehendaki dan berdasarkan suatu
menentukan pengobatan yang tepat. pertimbangan peneliti yaitu sampel yang
Antibiotika diberikan pada pasien dengan diambil dianggap baik dan sesuai untuk
faringitis yang disebabkan oleh bakteri.7 dijadikan sampel penelitian.13
Penggunaan antibiotika yang kurang tepat Variabel dalam penelitian ini
dalam pengobatan faringitis juga dapat menggunakan variabel tunggal yaitu peresepan
obat faringitis akut. Variabel penelitian ini jenis kelamin didapatkan 42 pasien laki-laki
memiliki sub variabel yaitu jenis obat, dosis (43,8%) dan 54 pasien perempuan (56,3%).
obat, dan lama pemberian obat. Seluruh data Pada penelitian yang dilakukan, dari 96
yang telah diperoleh dari penelitian data yang peresepannya didiagnosis faringitis
dikumpulkan kemudian dilakukan pemaparan akut di bagian poli klinik rawat jalan Puskesmas
atau observasi terhadap setiap variabel yang Simpur Kota Bandar Lampung didapatkan
diperoleh. Lalu disusun dan dikelompokkan bahwa jenis obat antibiotik yang paling banyak
serta diolah dengan menggunakan program dipakai adalah amoksisilin yaitu 82 peresepan
microsoft excel. Hasil penelitian akan disajikan (85,4%) dan kotrimoksazol yaitu 14 peresepan
dan dijabarkan dalam bentuk tabel hasil. (14,6%). Jenis obat yang dipakai oleh
Analisis univariat dilakukan dengan cara induksi Puskesmas Simpur telah sesuai dengan standar
yaitu dengan menarik kesimpulan umum yang berlaku. Namun, pada Standar Pedoman
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007
awal. seharusnya pilihan pertama antibiotik yang
Penelitian ini menggunakan rekam dipakai adalah kotrimoksazol.12 Digunakan
medik pasien yang harus di jaga kotrimoksazol karena antibiotik tersebut
kerahasiaannya. Penelitian ini telah diajukan merupakan kombinasi antara trimetropin
kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan sulfametoksazol.14 Kombinasi dari
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, kedua obat tersebut menyebabkan resistensi
dengan surat keterangan lolos kaji etik dengan terhadap obat ini lebih jarang terjadi
nomor 2120/UN26/8/DT/2014. dibandingkan resistensi terhadap masing-
masing obat secara tunggal karena
Hasil memerlukan resistensi stimultan terhadap
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 kedua obat.15 Puskesmas Simpur rata-rata
Oktober 2014 di bagian rawat jalan poli klinik memakai obat amoksisilin dikarenakan oleh
dokter umum di Puskesmas Rawat Inap Simpur kesalahan pembuat resep yaitu terlalu sering
Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian meresepkan amoksisilin daripada
didapatkan 96 data peresepan yang dipilih kotrimoksazol, walaupun sebenarnya
sebagai objek penelitian. Data resep yang kotrimoksazol adalah antibiotik pilihan
dikumpulkan adalah identitas nama, usia, dan pertama dari pengobatan penyakit faringitis
jenis kelamin pasien, kemudian jenis obat yang akut. Sedangkan pilihan obat kedua adalah
dipakai, jumlah dosis, dan lama pemberian amoksisilin. Amoksisilin merupakan antibiotik
obat (Tabel 1). berspektrum luas yang mampu mengobati
pasien dengan indikasi infeksi saluran
Pembahasan pernafasan bagian atas. Kemudian, pilihan
Pada bagian rawat jalan poli klinik dokter yang terakhir adalah eritromisin. Eritromisin
umum di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota merupakan antibiotik pengganti apabila ada
Bandar Lampung, faringitis akut merupakan pasien yang alergi terhadap Penisilin.14
salah satu dari 10 penyakit terbesar di Kota Untuk jenis obat simptomatik yang telah
Bandar Lampung pada periode Januari-Mei diresepkan di Puskesmas Simpur juga telah
2014. Penyakit ini menempatkan peringkat 5 sesuai dengan Standar Pengobatan Dasar di
dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Rawat Puskesmas tahun 2007, yaitu pemberian jenis
Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode obat simptomatik berupa parasetamol.12 Dari
Januari-Desember 2013. 96 data peresepan yang didiagnosis faringitis
Dari penelitian yang telah dilakukan, akut didapatkan hanya 85 peresepan (88,5%)
didapatkan sampel sebanyak 96 data yang mendapatkan paracetamol, sedangkan 11
peresepan yang karakteristik responden peresepan (11,5%) tidak mendapatkan obat
menurut distribusi berdasarkan usia simptomatik parasetamol.
didapatkan bahwa usia <1 tahun terdapat 17 Ketepatan obat yang dimaksud di sini
responden (17,7%), usia 1-5 tahun terdapat 70 yaitu ketepatan pemberian terapi setelah
responden (72,9%), usia 5-12 tahun terdapat 6 diagnosis penyakit ditegakkan, sehingga
responden (6,3%), dan usia >12 tahun terdapat parameter ini dilakukan dengan melihat
3 responden (3,1%). Selanjutnya karakteristik diagnosis akhir pasien pada data rekam medik.
responden menurut distribusi berdasarkan Sebagaimana diketahui bahwa faringitis akut
4. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 14. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Profil kesehatan kota Bandar Lampung. Formularium spesialistik ilmu kesehatan
Bandar Lampung: Dinkes Bidang P2PL; anak. Jakarta: IDAI; 2013.
2014. 15. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC.
5. Rusmarjono, Bambang H. Nyeri tenggorok. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi ke-2.
Dalam: Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna Jakarta: Widya Medika; 2001.
DR, editor. Buku ajar ilmu kesehatan 16. World Health Organization. The persuit of
telinga hidung tenggorok kepala & leher. responsible use of medicines: sharing and
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. learning from country experiences.
6. Aamir S. Pharyngitis and sore throat: a Geneva: WHO; 2010.
review. African Journal of Biotechnology. 17. Borong MF. Kerasionalan penggunaan
2011; 10(33):6190-7. antibiotik pada pasien rawat inap anak
7. Dipiro JT, Talbert GC, Yee GR, Matzke BG, rumah sakit M.M Dunda Limboto.
Wells LM. Pharmacotherapy, a Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo;
pathophysiologic approach. Edisi ke-7. 2012.
New York: McGraw-Hill; 2008. 18. Darmansjah I. Penggunaan antibiotik pada
8. Aalbers J, O’Brien C, Falk GA, Telkeur C, pasien anak. Majalah Kedokteran
Dimitrov BD, Fahey T. Predicting Indonesia. 2008; 58(10):368-9.
streptococcal pharyngitis in adults in 19. Kaltsum U. Kesesuaian peresepan obat
primary care: a systematic review of the penyakit demam tifoid dengan standar
diagnostic accuracy of symptoms and pengobatan demam tifoid di bagian rawat
signs and validation of the centor score. inap Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.
BioMed Central Medicine. 2011; 9(67):1- Bandar Lampung: Universitas lampung;
11. 2013.
9. Centor RM, Allison JJ, Cohen SJ. 20. Perangin-angin HMJ. Kesesuaian
Pharyngitis management: defining the peresepan obat penyakit infeksi menular
controversy. J Gen Intern Med. 2007; seksual terhadap standar pengobatan
22(1):127-30. infeksi menular seksual di bagian rawat
10. Horgerzeil HV, Bimo, Ross-Degnan, Laing inap Puskesmas Panjang Bandar Lampung.
RO, Ofori-Adjei D, Santoso, B, et al. Field Bandar Lampung: Universitas Lampung;
test for rational drug use in twelve 2013.
developing countries. The Lancet. 1993; 21. Shargel L, Wu-Pong S, Yu ABC.
342(8884):1408-10. Biofarmasetika dan farmakoterapetika
11. World Health Organization. Medicine use terapan. Surabaya: Airlangga University
in primary care in developing and Press; 1988.
transitional countries: fact book 22. Muhlis M. Kajian peresepan antibiotika
summarizing result from studies reported pada pasien dewasa di salah satu
between 1990 and 2006. Geneva: WHO; Puskesmas Kota Yogyakarta periode
2009. Januari-April 2010. Yogyakarta: Universitas
12. Departemen Kesehatan Republik Ahmad Dahlan; 2010.
Indonesia. Pedoman pengobatan dasar di 23. Kementerian Kesehatan Republik
puskesmas. Jakarta: Depkes RI; 2007. Indonesia. Panduan praktik klinis bagi
13. Notoadmojo S. Metodologi penelitian dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
Berdasarkan jurnal 1 faktor determinan pada penyakit faringitis yaitu Faktor risiko penyebab
faringitis biasanya karena udara dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebih,
gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang
menderita sakit tenggorokan atau demam.6 Tanda dan gejala dari faringitis yang disebabkan
oleh Streptococcus B hemoliticus group A serupa dengan faringitis yang bukan disebabkan
oleh Streptococcus B hemoliticus group A oleh sebab itu penting untuk menentukan penyebab
terjadinya faringitis untuk penentuan terapi yang akan digunakan. Penentuan penyebab
faringitis yang paling akurat adalah dengan menggunakan kultur apusan tenggorokan.
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
A Mini Review:
Diagnosis dan Tatalaksana Faringitis Streptococcus Group A
De Luh Pratiwi Angganing Lestari1, Ni Putu Satya Deva Jayanti1, Tri Wisananda Putra1, Putu
Utari Fridayanthi1, I Gede Ketut Deny Patmantha Putra Tjahyadi1, Luh Gde Sita Maharani1,
Putu Nita Cahyawati2*
1
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa
2*
Departemen Farmakologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Warmadewa
*Email: putunitacahyawati@gmail.com
Abstrak
Faringitis merupakan infeksi pada faring akibat infeksi bakteri atau virus. Bakteri yang paling
sering menjadi penyebab faringitis adalah Streptococcus group A. Penegakan diagnosis dan terapi
penyakit ini merupakan tantangan tersendiri bagi para klinisi. Hal ini dikarenakan kesamaan gejala
klinis yang terjadi. Telaah pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam menegakkan
diagnosis dan tatalaksana faringitis Streptococcus Group A. Metode yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah narrative review. Hasil telaah pustaka menemukan bahwa terdapat beberapa
rekomendasi dalam mendiagnosis faringitis yang disebabkan oleh bakteri streptococcus group A.
Idealnya dilakukan rapid antigen detection test (RADT) dan/atau throat culture (swab tenggorokan).
Centor Score merupakan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan penyebab faringitis.
Metode ini merupakan kriteria penilaian awal yang dibuat dengan tujuan membantu dokter dalam
mengidentifikasi bakteri Streptococcus group A berdasarkan gejala klinis yang terjadi. Centor Score
umumnya diperuntukkan untuk penilaian pada pasien dewasa. Sedangkan, pada anak-anak dapt
digunakan McIsaac Score. Selain sistem skoring tersebut, terdapat alternatif sistem skor lain yang
dapat digunakan yaitu FeverPAIN. Antibiotik harus diberikan bila pasien sudah dipastikan terinfeksi
oleh bakteri. Antibiotik umumnya diberikan selama 10 hari. Penicillin atau amoxicillin
direkomendasikan sebagai drugs of choice untuk pasien yang tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat ini. Pemilihan ini didasari oleh harga, spektrum yang sempit, dan efektivitasnya. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasti infeksi streptococcus group A dapat dilakukan
melalui rapid antigen detection test dan/atau throat culture. Alternatif sistem skoring yang dapat
digunakan dalam praktek klinis yaitu Centor Score, McIsaac Score, dan FeverPAIN. Penicillin atau
amoxicillin direkomendasikan sebagai drugs of choice untuk pasien yang tidak memiliki riwayat
alergi.
88
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
89
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
90
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
(swab tenggorokan). Salah satu dari kedua tes negatif harus didukung dengan swab
tersebut perlu dilakukan karena gejala klinis tenggorokan, namun tidak diperlukan pada
saja tidak bisa membedakan faringitis akut orang dewasa.10 Hasil RADT positif tidak
yang disebabkan oleh bakteri dan virus kecuali memerlukan tambahan swab tenggorokan
terdapat gejala khas akibat virus seperti karena hasil yang didapat sangat spesifik.1
rhinorrhea, batuk, ulkus pada mulut, dan/atau Centor Score merupakan metode lain
1
suara serak. Perbandingan gejala klinis pada yang dapat digunakan untuk menentukan
faringitis akibat infeksi bakteri dan virus dapat penyebab faringitis. Metode ini merupakan
dilihat pada Tabel 1. kriteria penilaian awal yang dibuat dengan
Kultur hasil swab tenggorokan tujuan membantu dokter dalam
merupakan standar untuk memastikan adanya mengidentifikasi bakteri Streptococcus group
infeksi bakteri streptococcus group A pada A sebagai penyebab faringitis berdasarkan
saluran pernapasan atas dan mengkonfirmasi gejala klinis yang terjadi pada pasien. Centor
diagnosis klinis faringitis akut streptococcus Score umumnya diperuntukkan untuk
group A. Bila dilakukan dengan benar, penilaian pada pasien dewasa. Sedangkan,
sensitivitasnya dalam mendeteksi faringitis pada anak-anak dapt digunakan McIsaac
akibat streptococcus group A adalah 90% Score. McIsaac Score merupakan modifikasi
sampai 95% dan spesifisitas mencapai 97% penilaian centor score. Pada system skoring ini
1
sampai 100%. Kekurangan utama dari tes ini terdapat pembagian umur. Hal ini dikarenakan
adalah membutuhkan waktu yang cukup lama infeksi faring oleh Streptococcus group A
untuk mendapatkan hasilnya. 14 paling sering terjadi pada anak-anak.15
Rapid antigen detection testing McIsaac Score dapat digunakan untuk
(RADT) juga memelukan waktu 1 malam atau menentukan penyebab dan terapi faringitis
lebih untuk memperoleh hasilnya. Tes ini (Tabel 2). Apabila dari skor ini diperoleh nilai
dikembangkan untuk mendeteksi antigen 0 sampai 1 pasien tidak perlu mendapat terapi
bakteri dan virus dari swab tenggorokan yang antibiotika dan tidak perlu dilakukan kultur
diambil dari sekret tonsil (tonsillar exudates) tenggorokan. Bila diperoleh nilai 2 sampai 3
atau orofaring bagian posterior dengan perlu dilakukan kultur dan mendapat terapi
dipstick. RADT memiliki spesifisitas hingga antibiotika bila hasil kultur positif. Bila
1,14
95%, dengan sensitifitas sebesar 70%–90%. diperoleh nilai 4-5 perlu mendapatkan
Pada anak-anak dan remaja, hasil RADT antibiotika dan tidak perlu dikultur.9,16
91
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
Tabel 1. Epidemiologi dan gambaran klinis faringitis akibat infeksi bakteri dan virus1,14
Bakteri Virus
Usia Usia 5–15 tahun < 4 dan > 45 tahun
Musim musim dingin dan awal musim gugur tidak tergantung musim
Gejala lain Sakit kepala, mual, muntah, nyeri konjungtivitis, coryza, batuk,
abdomen, rash (Scarlatiniform rash), diare, rhinitis, myalgia, Discrete
Palatal petechiae ulcerative stomatitis
Viral exanthema
Faring inflamasi berat, eksudat (70%) eritema, eksudat (65%)
(Tonsillopharyngeal inflammation, Patchy
tonsillopharyngeal exudates)
Adenopathies keras, ukuran meningkat (Anterior cervical mutipel dan kecil atau tidak ada
adenitis (tender nodes)
Lain-lain Riwayat terpapar faringitis streptokokus -
kasus, mengurangi risiko penularan pada regimen terapi pada pasien faringitis akibat
orang lain; 3) untuk mencegah komplikasi, Regimen terapi pada infeksi bakteri
17
dalam beberapa kasus pengobatan antibiotik streptococcus group A (Tabel 2). Antibiotik
untuk faringitis Streptococcus akut umumnya diberikan selama 10 hari. Penicillin
mengurangi insidensi dari komplikasi akut atau amoxicillin direkomendasikan sebagai
supuratif dan non-supuratif.2,14 Durasi sakit drugs of choice untuk pasien yang tidak
tenggorokan dapat berkurang 1 sampai 2 hari memiliki riwayat alergi terhadap obat ini.
dengan pengobatan antibiotik. Pasien rawat Pemilihan ini didasari oleh harga, spektrum
jalan tidak akan menularkan penyakit setelah yang sempit, dan efektivitasnya. Pada pasien
24 jam pemberian antibiotik.10 yang memiliki riwayat alergi penicillin, dapat
diberikan generasi pertama cephalosporin
B. Tatalaksana Faringitis (erythromycin) selama 10 hari, clindamycin
Pada pasien faringitis, antibiotik harus atau clarithromycin selama 10 hari, atau
diberikan bila pasien sudah dipastikan azithromycin selama 5 hari. Perlu dipahami
9
terinfeksi oleh bakteri. Pasien dengan infeksi bahwa infeksi kronis juga dapat terjadi,
streptococcus group A harus mendapat terapi walaupun pasien sudah mendapatkan terapi
antibiotik yang tepat untuk mengeradikasi yang adekuat.1,13
organisme penyebabnya.17 Terdapat beberapa
93
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
94
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana
95
JURNAL 2
Penyebab faringitis adalah infeksi, baik infeksi virus (40-60%), bakteri (5-40%) maupun
fungal. Virus yang umumnya menjadi penyebab faringitis adala virus influenza dan adenovirus,
sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri golongan Streptococcus
B haemolyticus, Streptococcus viridians, dan Streptococcus pyogenes. 12. Selain akibat
infeksi, faringitis juga dapat disebabkan oleh faktor alergi, refluks laringofaring, penyakit
autoimun, trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.
Whell Model Of Caustasion
1. Social Environment
Faringitis dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infection) dari orang yang menderita faringitis. Dan seseorang yang tinggal di
lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam
2. Physical Environment
Faktor risiko penyebab faringitis biasanya karena udara dingin, turunnya daya tahan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang
gizi, konsumsi alkohol yang berlebih, gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit
tenggorokan atau demam. faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret
hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita faringitis.
3. Biological Environment
Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan gonorea. penyebab
terbanyak radang ini adalah kuman golongan streptococcus β hemoliticus,
streptococcus viridians dan streptococcus piogenes. penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenza dan adenovi. Selain akibat
infeksi, faringitis juga dapat disebabkan oleh faktor alergi, refluks laringofaring,
penyakit autoimun, trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.
4. Genetic Core
Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infection) dari orang yang menderita faringitis.
FARINGITIS
biological Social
environment Environment
physical Genetic
environment Core