Anda di halaman 1dari 18

[ ARTIKEL PENELITIAN ]

Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut terhadap Standar Pengobatan


di Puskesmas Rawat Inap Simpur Bandar Lampung Tahun 2013

Liana Sidharti, Giok Pemula, Rika Lisiswanti, Tri Umiana Soleha


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Faringitis akut adalah infeksi faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, kasus faringitis akut masuk dalam urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan menduduki urutan ke
lima pasien rawat jalan di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung periode Januari−Desember 2013. Peresepan obat
rasional merupakan peresepan obat yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat kesesuaian peresepan penyakit faringitis akut dengan Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas
tahun 2007. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik.
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Simpur Bandar Lampung dan subjek penelitian ini adalah seluruh data peresepan
penyakit faringitis akut dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (non probability
sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 96 peresepan dan dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun 2014.
Hasil penelitian terdapat kesesuaian jenis obat antibiotik dan simptomatik 100%, kesesuaian dosis obat antibiotik 66,7%,
kesesuaian dosis obat simptomatik 67,1%, serta kesesuaian lama pemberian obat antibiotik 0% dan kesesuaian lama
pemberian obat simptomatik 100%. Simpulan, didapatkan ketidaksesuaian dosis obat antibiotik dan simptomatik, serta
ketidaksesuaian lama pemberian obat antibiotik dan kesesuaian lama pemberian obat simptomatik. [J Agromed Unila 2015;
2(3):196-202]

Kata kunci: faringitis akut, peresepan obat, standar pengobatan

The Suitability of Drug Receipt for Treatment of Acute Pharyngitis Disease on


Standard of Treatment in Simpur Puskesmas Bandar Lampung 2013
Abstract
Acute pharyngitis is the pharyngeal infections caused by viruses or bacteria. According to data from the health department
of Bandar Lampung, acute pharyngitis included into the top ten diseases in Bandar Lampung in the period January-May
2014. Rational drug prescribing is a prescription drug that is clear and appropriate to the needs of the patient. Therefore the
aim of this study is to look at the appropriateness of prescribing acute pharyngitis disease with a standard basic treatment
at the health center in 2007. This study was a retrospective study using secondary data from medical records. Research
conducted at the health center Simpur Bandar Lampung and subject of this study was the entire data prescribing acute
pharyngitis disease where the sampling technique used purposive sampling technique (non-probability sampling) with a
total sample of 96 prescribing and conducted in October-November. The results of the study were the suitability of
antibiotics and symptomatic of 100%, the suitability of the drug dose antibiotics 67.1% and 66.7% symptomatic and
suitability duration of antibiotics 0% and 100% symptomatic. The study showed the suitability of antibiotics and
symptomatic, unsuitability dose antibiotics and symptomatic drugs, and unsuitability duration of antibiotics and suitability
duration of symptomatic drugs. [J Agromed Unila 2015; 2(3):196-202]

Keywords: acute pharyngitis, prescription drugs, standard treatment

Korespondensi: dr. Liana Sidharti, MKM | alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 | HP +6282183166601
e-mail: lianasidharti@yahoo.com

Pendahuluan Faringitis merupakan penyebab utama


Faringitis merupakan peradangan seseorang absen bekerja atau sekolah.1
dinding faring yang disebabkan oleh virus Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia,
40-60%, bakteri 5-40%, alergi, trauma, dan umumnya di daerah beriklim musim dingin dan
iritan. Setiap tahunnya, hampir 40 juta orang awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar
mengunjungi pusat pelayanan kesehatan 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat
karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa infeksi saluran pernafasan akut pada tahun
umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada 1998 dan sekitar 25 juta pasien biasanya
saluran pernafasan atas termasuk faringitis. disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

atas.2 Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan menyebabkan terjadinya resistensi.9 Masalah
bahwa kasus faringitis akut masuk dalam yang sering ditemui adalah banyak hasil
sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat penelitian yang menunjukan ketidaktepatan
jalan dengan presentase jumlah penderita peresepan yang terjadi di banyak negara
1,5% atau sebanyak 2.214.781 orang.3 Menurut terutama negara-negara berkembang seperti
data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Indonesia.10 Ketidaktepatan peresepan dapat
Lampung, kasus faringitis akut masuk dalam mengakibatkan masalah seperti tidak
urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan tercapainya tujuan terapi, meningkatnya
menduduki urutan kelima pasien rawat jalan di kejadian efek samping obat, meningkatnya
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung resistensi antibiotik, penyebaran infeksi
periode Januari-Desember 2013.4 melalui injeksi yang tidak steril dan
Faringitis akut merupakan salah satu pemborosan sumber daya kesehatan yang
klasifikasi dalam faringitis. Faringitis akut langka.11 Pedoman Pengobatan Dasar di
adalah suatu penyakit peradangan tenggorok Puskesmas tahun 2007 mengeluarkan standar
yang bersifat mendadak dan cepat memberat. pelayanan di fasilitas kesehatan yang
Faringitis akut dapat menyerang semua umur. didalamnya terdapat pembahasan mengenai
Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, beberapa macam penyakit termasuk penyakit
bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab faringitis akut.12 Standar tersebut meliputi
terbanyak radang ini adalah kuman golongan definisi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi,
Streptococcus β hemoliticus, Streptococcus penegakan diagnostik, komplikasi serta
viridians dan Streptococcus piogenes. Penyakit penatalaksanaan faringitis akut.12
ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
seperti virus influenza dan adenovirus. kesesuaian peresepan obat faringitis akut
Faringitis akut dapat menular melalui kontak terhadap standar pengobatan faringitis akut di
dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
dari orang yang menderita faringitis.5 Lampung periode Januari-Desember 2013.
Faktor risiko penyebab faringitis
biasanya karena udara dingin, turunnya daya Metode
tahan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus Penelitian ini merupakan penelitian
influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, retrospektif dengan menggunakan data
konsumsi alkohol yang berlebih, gejala sekunder berupa rekam medik yang diambil
predormal dari penyakit scarlet fever dan dari Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan
menderita sakit tenggorokan atau demam.6 dengan menganalisis jenis obat, kesesuaian
Tanda dan gejala dari faringitis yang dosis dan lama pemberian. Penelitian ini
disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus dilakukan dari Oktober-November 2014.
group A serupa dengan faringitis yang bukan Penelitian dilakukan di bagian rawat jalan poli
disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus klinik Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota
group A7, oleh sebab itu penting untuk Bandar Lampung. Sampel yang digunakan
menentukan penyebab terjadinya faringitis dalam penelitian ini adalah rekam medik yang
untuk penentuan terapi yang akan digunakan. memuat penggunaan terapi faringitis akut di
Penentuan penyebab faringitis yang paling Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar
akurat adalah dengan menggunakan kultur Lampung periode Januari-Desember 2013.
apusan tenggorokan. Kelemahan dari metode Teknik pengambilan sampel yang digunakan
ini antara lain biaya yang mahal dan perlu dalam penelitian ini adalah teknik purposive
waktu untuk mengetahui hasilnya sekitar 12 sampling (non probability sampling) yakni
hari.8 teknik penetapan sampel dengan cara memilih
Dalam pengobatan faringitis sangat sampel di antara populasi sesuai dengan yang
penting untuk memastikan penyebab dalam dikehendaki dan berdasarkan suatu
menentukan pengobatan yang tepat. pertimbangan peneliti yaitu sampel yang
Antibiotika diberikan pada pasien dengan diambil dianggap baik dan sesuai untuk
faringitis yang disebabkan oleh bakteri.7 dijadikan sampel penelitian.13
Penggunaan antibiotika yang kurang tepat Variabel dalam penelitian ini
dalam pengobatan faringitis juga dapat menggunakan variabel tunggal yaitu peresepan

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 197


Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

obat faringitis akut. Variabel penelitian ini jenis kelamin didapatkan 42 pasien laki-laki
memiliki sub variabel yaitu jenis obat, dosis (43,8%) dan 54 pasien perempuan (56,3%).
obat, dan lama pemberian obat. Seluruh data Pada penelitian yang dilakukan, dari 96
yang telah diperoleh dari penelitian data yang peresepannya didiagnosis faringitis
dikumpulkan kemudian dilakukan pemaparan akut di bagian poli klinik rawat jalan Puskesmas
atau observasi terhadap setiap variabel yang Simpur Kota Bandar Lampung didapatkan
diperoleh. Lalu disusun dan dikelompokkan bahwa jenis obat antibiotik yang paling banyak
serta diolah dengan menggunakan program dipakai adalah amoksisilin yaitu 82 peresepan
microsoft excel. Hasil penelitian akan disajikan (85,4%) dan kotrimoksazol yaitu 14 peresepan
dan dijabarkan dalam bentuk tabel hasil. (14,6%). Jenis obat yang dipakai oleh
Analisis univariat dilakukan dengan cara induksi Puskesmas Simpur telah sesuai dengan standar
yaitu dengan menarik kesimpulan umum yang berlaku. Namun, pada Standar Pedoman
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007
awal. seharusnya pilihan pertama antibiotik yang
Penelitian ini menggunakan rekam dipakai adalah kotrimoksazol.12 Digunakan
medik pasien yang harus di jaga kotrimoksazol karena antibiotik tersebut
kerahasiaannya. Penelitian ini telah diajukan merupakan kombinasi antara trimetropin
kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan dengan sulfametoksazol.14 Kombinasi dari
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, kedua obat tersebut menyebabkan resistensi
dengan surat keterangan lolos kaji etik dengan terhadap obat ini lebih jarang terjadi
nomor 2120/UN26/8/DT/2014. dibandingkan resistensi terhadap masing-
masing obat secara tunggal karena
Hasil memerlukan resistensi stimultan terhadap
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 kedua obat.15 Puskesmas Simpur rata-rata
Oktober 2014 di bagian rawat jalan poli klinik memakai obat amoksisilin dikarenakan oleh
dokter umum di Puskesmas Rawat Inap Simpur kesalahan pembuat resep yaitu terlalu sering
Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian meresepkan amoksisilin daripada
didapatkan 96 data peresepan yang dipilih kotrimoksazol, walaupun sebenarnya
sebagai objek penelitian. Data resep yang kotrimoksazol adalah antibiotik pilihan
dikumpulkan adalah identitas nama, usia, dan pertama dari pengobatan penyakit faringitis
jenis kelamin pasien, kemudian jenis obat yang akut. Sedangkan pilihan obat kedua adalah
dipakai, jumlah dosis, dan lama pemberian amoksisilin. Amoksisilin merupakan antibiotik
obat (Tabel 1). berspektrum luas yang mampu mengobati
pasien dengan indikasi infeksi saluran
Pembahasan pernafasan bagian atas. Kemudian, pilihan
Pada bagian rawat jalan poli klinik dokter yang terakhir adalah eritromisin. Eritromisin
umum di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota merupakan antibiotik pengganti apabila ada
Bandar Lampung, faringitis akut merupakan pasien yang alergi terhadap Penisilin.14
salah satu dari 10 penyakit terbesar di Kota Untuk jenis obat simptomatik yang telah
Bandar Lampung pada periode Januari-Mei diresepkan di Puskesmas Simpur juga telah
2014. Penyakit ini menempatkan peringkat 5 sesuai dengan Standar Pengobatan Dasar di
dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Rawat Puskesmas tahun 2007, yaitu pemberian jenis
Inap Simpur Kota Bandar Lampung periode obat simptomatik berupa parasetamol.12 Dari
Januari-Desember 2013. 96 data peresepan yang didiagnosis faringitis
Dari penelitian yang telah dilakukan, akut didapatkan hanya 85 peresepan (88,5%)
didapatkan sampel sebanyak 96 data yang mendapatkan paracetamol, sedangkan 11
peresepan yang karakteristik responden peresepan (11,5%) tidak mendapatkan obat
menurut distribusi berdasarkan usia simptomatik parasetamol.
didapatkan bahwa usia <1 tahun terdapat 17 Ketepatan obat yang dimaksud di sini
responden (17,7%), usia 1-5 tahun terdapat 70 yaitu ketepatan pemberian terapi setelah
responden (72,9%), usia 5-12 tahun terdapat 6 diagnosis penyakit ditegakkan, sehingga
responden (6,3%), dan usia >12 tahun terdapat parameter ini dilakukan dengan melihat
3 responden (3,1%). Selanjutnya karakteristik diagnosis akhir pasien pada data rekam medik.
responden menurut distribusi berdasarkan Sebagaimana diketahui bahwa faringitis akut

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 198


Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

merupakan peradangan dinding faring yang dengan menggunakan antibiotik amoksisilin.


disebabkan oleh virus 40-60%, bakteri 5−40%, Dari 82 peresepan tersebut, sebanyak 56
alergi, trauma, dan iritan.1 Pada penelitian ini, peresepan (68,3%) merupakan peresepan
terdapat kasus faringitis akut di Puskesmas rasional sesuai dengan rentang dosis standar
Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung yang pengobatan sedangkan sebanyak 26 peresepan
mendapatkan antibiotik menandakan bahwa (31,7%) tidak rasional, yakni sebanyak 25
semua pasien dengan keluhan faringitis peresepan diantaranya tidak rasional karena
dianggap merupakan faringitis akut yang dosis yang diberikan di bawah standar rentang
disebabkan oleh bakteri sehingga inilah yang dosis pengobatan dan sebanyak 1 peresepan
menjadi dasar bahwa penggunaan antiviral, tidak rasional karena dosis yang diberikan di
antifungi, dan lain sebagainya sebagai terapi atas standar rentang dosis pengobatan.
kausatif tidak ditemukan pada Puskesmas ini. Pada penelitian ini juga didapatkan
Menurut World Health Organization (2001)16, bahwa dari 96 data peresepan di bagian poli
meskipun penggunaan antibiotik dan klinik rawat jalan Puskesmas Simpur Kota
simptomatik telah sesuai dengan etiologi Bandar Lampung terdapat 14 peresepan
penyakit secara empiris, namun salah satu (14,6%) merupakan peresepan dengan
faktor pemilihan dan penggunaan obat menggunakan antibiotik kotrimoksazol. Dari 14
khususnya antibiotik seharusnya dilakukan peresepan tersebut, sebanyak 7 peresepan
kultur terlebih dahulu, sedangkan dari (50%) merupakan peresepan dengan dosis
penelitian diketahui pemberian antibiotik yang rasional atau sesuai dengan rentang dosis
diberikan tanpa melakukan kultur terlebih standar pengobatan sedangkan sebanyak 7
dahulu.17 peresepan (50%) tidak rasional, yakni sebanyak
Pada penelitian yang dilakukan, 6 peresepan tidak rasional karena dosis yang
ditemukan bahwa dari 96 data peresepan di diberikan di bawah rentang dosis standar
bagian poliklinik rawat jalan Puskesmas Simpur pengobatan sedangkan sebanyak 1 peresepan
Kota Bandar Lampung didapatkan sebesar 82 karena dosis yang diberikan di atas
peresepan (85,4%) merupakan peresepan standar rentang dosis pengobatan. Untuk obat

Tabel 1. Karakteristik Responden


Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
< 1 tahun 17 17.7
1-5 tahun 70 72.9
5-12 tahun 6 6.3
>12 tahun 3 3.1
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 43.8
Perempuan 54 56.3
Jenis Obat
Amoksisilin 82 85.4
Kotrimoksazol 14 14.6
Jenis Obat Simptomatik
Paracetamol 85 88.5
Tidak mendapatkan Paracetamol 11 11.5
Dosis Antibiotik
Rasional 63 65.62
Tidak Rasional 33 34.38
Dosis simptomatik
Rasional 52 61.17
Tidak Rasional 33 38.83
Lama pemberian antibiotik
Rasional 0 0
Tidak Rasional 96 100.0
Lama pemberian simptomatik
Rasional 85 100.0
Tidak Rasional 0 0

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 199


Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

simptomatik yaitu parasetamol, dari 96 Berdasarkan data dari Puskesmas Simpur


peresepan yang didiagnosis faringitis akut, Kota Bandar Lampung tahun 2014, sediaan
peresepan yang mendapatkan parasetamol obat yang tersedia di Puskesmas Simpur adalah
terdapat sebanyak 85 peresepan. Dari amoksisilin tab 500 mg, amoksisilin Sirup 125
keseluruhan data peresepan yang mg/ml, kotrimoksazol tab 480 mg,
mendapatkan paracetamol, sebanyak 52 kotrimoksazol sirup 60 ml (240 mg/5ml),
peresepan (61,18%) merupakan peresepan parasetamol tab 500 mg dan paracetamol sirup
dengan dosis yang rasional atau sesuai dengan 125 mg/5ml. Rendahnya ketidaksesuaian dosis
rentang dosis standar pengobatan, sedangkan banyak terjadi pada anak-anak karena dosis
33 peresepan (38,82%) tidak rasional. Dari 33 pada pasien anak harus dihitung terlebih
peresepan yang tidak rasional tersebut dahulu sebelum diresepkan. Terdapat hal-hal
didapatkan 1 peresepan tidak rasional karena yang harus dipertimbangkan dalam
dosis yang diberikan di bawah standar menghitung dosis anak, yaitu berat badan, usia
pengobatan sedangkan sebanyak 32 peresepan atau luas permukaan tubuh sebelum
tidak rasional karena dosis yang diberikan di memberikan peresepan obat. Dosis anak dan
atas standar pengobatan. dewasa juga berbeda, terlebih dari penyerapan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa usus, ekskresi obat, metabolisme obat, dan
dosis yang berlebih atau kurang memang juga kepekaan reseptor dalam tubuh terhadap
dikatakan tidak memenuhi standar yang obat.18
berlaku, namun dari hasil penghitungan dosis, Ketidaktepatan dosis diklasifikasikan
dosis yang berlebih atau kurang rata-rata menjadi dua yaitu dosis berlebih dan dosis
hanya berbeda sedikit sehingga peneliti yang kurang. Jika selama terapi ada terapi
memaklumi, karena hal tersebut akan salah satu antibiotik yang dosis penggunaannya
berpengaruh terhadap cara pemberian yang tidak tepat maka terapi antibiotik diasumsikan
akan diberikan oleh puskesmas tersebut. tidak tepat dosis. Ketidaksesuaian dosis terapi
Beberapa faktor yang mengakibatkan mungkin disebabkan karena pembulatan dosis
ketidaksesuaian dosis pemberian obat yang baik melebihi maupun di bawah dosis
diberikan oleh Puskesmas Simpur Kota Bandar seharusnya. Hal lain yang juga dapat
Lampung. Tidak semua peresepan diberikan menyebabkan ketidaksesuaian dosis
oleh dokter saja namun profesi tenaga berdasarkan berat badan adalah adanya
kesehatan lainnya juga dapat memberikan pengelompokkan dosis berdasarkan kelompok
peresepan. Khusus untuk peresepan obat umur tertentu. Ataupun dapat disebabkan
simptomatik yaitu parasetamol, terdapat karena perbedaan referensi yang digunakan
variasi standar pengobatan lain yang diberikan antara peneliti dengan praktisi medis di
oleh Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota lapangan.17
Bandar Lampung, yaitu standar pengobatan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Demam Batuk I yang diberikan untuk usia 0-6 yang dilakukan oleh Kaltsum (2013)19 yang
bulan dengan komposisi pengobatan yang menyatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian
mengandung paracetamol, chlortrimeton penggunaan dosis obat yang diberikan
(CTM), dan glyseril guaiacolat masing-masing 1 terhadap standar pengobatan yang ada.
tablet. Demam Batuk II yang diberikan untuk Namun, penelitian ini berbeda dengan
usia 6 bulan-1 tahun dengan komposisi penelitian yang dilakukan oleh Perangin-angin
pengobatan yang mengandung parasetamol, (2013)20 yang menyatakan bahwa terdapat
CTM, dan glyseril guaiacolat masing-masing 2 kesesuaian penggunaan dosis obat yang
tablet. Demam Batuk III yang diberikan untuk diberikan terhadap standar pengobatan yang
usia >1 tahun dengan komposisi pengobatan ada.
yang mengandung paracetamol, CTM, dan Dari 96 data peresepan untuk penyakit
glyseril guaiacolat masing-masing 3 tablet. faringitis akut yang memakai antibiotik di
Pemberian standar versi ini rata-rata memiliki bagian poli klinik rawat jalan Puskesmas
perbedaan dosis bila dibandingkan dengan Simpur Kota Bandar Lampung, didapatkan
Standar Pengobatan Puskesmas tahun 2007. bahwa kesesuaian lama pemberian untuk obat
Hal ini yang mengakibatkan pemberian dosis antibiotik adalah 0 (0%). Berdasarkan Standar
Parasetamol di atas atau di bawah standar Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
dosis yang ada. tahun 200712, mengenai penyakit faringitis akut,

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 200


Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

lama pemberian obat antibiotik untuk Namun berdasarkan Kementerian


Amoksisilin yaitu 5 hari sedangkan di resep Kesehatan Republik Indonesia (2012)23
hanya 3 hari, begitu juga dengan antibiotik menyatakan pemberian antibiotik pada ISPA
kotrimoksazol standar lama pemberian obat membutuhkan waktu selama tiga hari. Hal ini
yaitu 5 hari sedangkan di resep hanya 3 hari. sesuai dengan lama pemberian di Puskesmas
Berbeda dengan obat simptomatik yaitu Rawat Inap Simpur. Namun peneliti tidak
parasetamol, dari 85 peresepan yang dituliskan mengambil pedoman ini dikarenakan
didapatkan lama pemberiannya bersifat pengobatan yang diberikan bersifat umum
rasional atau sesuai dengan standar yang untuk batuk dan sesak napas pada balita serta
berlaku (100%). Berdasarkan Standar Pedoman secara spesifik tidak disebutkan pengobatan
Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007 khusus untuk faringitis akut yang disebabkan
mengenai penyakit faringitis akut, didapatkan oleh bakteri pada pasien balita.
bahwa lama pemberian obat simptomatik Pada proses pelaksanaan penelitian,
seperti parasetamol yaitu 3 hari dan lama peneliti menemukan beberapa keterbatasan.
pemberian tersebut sesuai dengan resep yang Adanya keterbatasan informasi pada resep
memberikan selama 3 hari juga.12 Lama sehingga peneliti harus menyamakan dengan
pemberian antibiotik yang tidak sesuai hingga rekam medik pasien. Peneliti tidak melihat
100% diakibatkan oleh beberapa kemungkinan tingkat keparahan pasien secara langsung,
yang bisa terjadi. Diantaranya yaitu stok obat sehingga penilaian hanya berdasarkan resep
yang terbatas di Puskesmas ataupun peresepan dan rekam medis pasien. Namun dengan
yang dilakukan bukan oleh dokter melainkan demikian penelitian ini diharapkan dapat
oleh pegawai atau perawat yang ada di memberikan manfaat bagi pengembangan
Puskesmas itu sendiri. tentang kesesuaian peresepan yang sesuai
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan standar pengobatan.
penelitian Kaltsum (2013)19 yang menilai
ketidaksesuaian pengobatan penyakit demam Simpulan
tifoid yang juga menggunakan obat antibiotik. Kesesuaian pemberian jenis obat
Hasilnya didapatkan bahwa lama pemberian penyakit faringitis akut di Puskesmas Rawat
yang diberikan puskesmas 100% tidak sesuai Inap Simpur dengan standar pengobatan
dengan standar yang telah ditetapkan oleh adalah 100% yaitu untuk obat antibiotik
pemerintah. Namun, penelitian ini berbeda berupa amoksisilin dan Kotrimoksazol
dengan penelitian yang dilakukan oleh sedangkan obat simptomatik berupa
Perangin-angin (2013)20 yang menyatakan paracetamol. Kesesuaian pemberian dosis obat
bahwa terdapat kesesuaian lama pemberian faringitis akut di Puskesmas Rawat Inap Simpur
obat terhadap standar pengobatan yang ada. dengan standar pengobatan adalah sebesar
Di Puskesmas kebijakan penggunaan 65,62% untuk obat antibiotik sedangkan untuk
antibiotik masih selama tiga hari. Jika ditinjau obat simptomatik sebesar 61,17%. Kesesuaian
secara biofarmasetika, untuk tujuan terapeutik lama pemberian obat penyakit faringitis akut di
diperlukan lebih dari 95% kadar obat dalam Puskesmas Rawat Inap Simpur dengan standar
darah dan hal ini dicapai dalam waktu enam pengobatan adalah sebesar 0% untuk obat
kali waktu paruh eliminasi.21 Jika obat antibiotik sedangkan sebesar 100% untuk obat
digunakan tiga kali sehari, untuk enam kali simptomatik parasetamol.
waktu paruh eliminasi berarti dua hari
penggunaan dan hanya tersisa satu hari obat Daftar Pustaka
berada di kadar rentang terapi, rentang ini 1. Kementerian Kesehatan Republik
tidak memungkinkan untuk efektifitas anti Indonesia. Buku panduan praktik klinis
bakteri, sehingga jika dilihat kebijakan bagi dokter pelayanan primer. Jakarta:
penggunaan antibiotika selama tiga hari itu Kemenkes RI; 2013.
diasumsikan kadar antibiotika dalam darah 2. Jill G. Acute pharyngitis. Journal of the
berada dalam rentang terapi selama tiga hari, American Academy of Physician Assistants.
dan waktu yang diperlukan untuk mencapai 2013; 26(2):57-8.
kadar pada rentang terapi adalah dua hari, 3. Departemen Kesehatan Republik
maka pemakaian yang tepat untuk obat Indonesia. Profil kesehatan Indonesia
antibiotika adalah minimal lima hari.22 tahun 2004. Jakarta: Depkes RI; 2004.

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 201


Liana Sidharti dkk. | Kesesuaian Peresepan Penyakit Faringitis Akut Terhadap Standar Pengobatan di Puskesmas

4. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 14. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Profil kesehatan kota Bandar Lampung. Formularium spesialistik ilmu kesehatan
Bandar Lampung: Dinkes Bidang P2PL; anak. Jakarta: IDAI; 2013.
2014. 15. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC.
5. Rusmarjono, Bambang H. Nyeri tenggorok. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi ke-2.
Dalam: Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna Jakarta: Widya Medika; 2001.
DR, editor. Buku ajar ilmu kesehatan 16. World Health Organization. The persuit of
telinga hidung tenggorok kepala & leher. responsible use of medicines: sharing and
Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. learning from country experiences.
6. Aamir S. Pharyngitis and sore throat: a Geneva: WHO; 2010.
review. African Journal of Biotechnology. 17. Borong MF. Kerasionalan penggunaan
2011; 10(33):6190-7. antibiotik pada pasien rawat inap anak
7. Dipiro JT, Talbert GC, Yee GR, Matzke BG, rumah sakit M.M Dunda Limboto.
Wells LM. Pharmacotherapy, a Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo;
pathophysiologic approach. Edisi ke-7. 2012.
New York: McGraw-Hill; 2008. 18. Darmansjah I. Penggunaan antibiotik pada
8. Aalbers J, O’Brien C, Falk GA, Telkeur C, pasien anak. Majalah Kedokteran
Dimitrov BD, Fahey T. Predicting Indonesia. 2008; 58(10):368-9.
streptococcal pharyngitis in adults in 19. Kaltsum U. Kesesuaian peresepan obat
primary care: a systematic review of the penyakit demam tifoid dengan standar
diagnostic accuracy of symptoms and pengobatan demam tifoid di bagian rawat
signs and validation of the centor score. inap Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.
BioMed Central Medicine. 2011; 9(67):1- Bandar Lampung: Universitas lampung;
11. 2013.
9. Centor RM, Allison JJ, Cohen SJ. 20. Perangin-angin HMJ. Kesesuaian
Pharyngitis management: defining the peresepan obat penyakit infeksi menular
controversy. J Gen Intern Med. 2007; seksual terhadap standar pengobatan
22(1):127-30. infeksi menular seksual di bagian rawat
10. Horgerzeil HV, Bimo, Ross-Degnan, Laing inap Puskesmas Panjang Bandar Lampung.
RO, Ofori-Adjei D, Santoso, B, et al. Field Bandar Lampung: Universitas Lampung;
test for rational drug use in twelve 2013.
developing countries. The Lancet. 1993; 21. Shargel L, Wu-Pong S, Yu ABC.
342(8884):1408-10. Biofarmasetika dan farmakoterapetika
11. World Health Organization. Medicine use terapan. Surabaya: Airlangga University
in primary care in developing and Press; 1988.
transitional countries: fact book 22. Muhlis M. Kajian peresepan antibiotika
summarizing result from studies reported pada pasien dewasa di salah satu
between 1990 and 2006. Geneva: WHO; Puskesmas Kota Yogyakarta periode
2009. Januari-April 2010. Yogyakarta: Universitas
12. Departemen Kesehatan Republik Ahmad Dahlan; 2010.
Indonesia. Pedoman pengobatan dasar di 23. Kementerian Kesehatan Republik
puskesmas. Jakarta: Depkes RI; 2007. Indonesia. Panduan praktik klinis bagi
13. Notoadmojo S. Metodologi penelitian dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 202


JURNAL 1

KESESUAIAN PERESEPAN PENYAKIT FARINGITIS AKUT TERHADAP STANDAR


PENGOBATAN DI PUKESMAS RAWAT INAP SIMPUR BANDAR LAMPUNG TAHUN
2013

Berdasarkan jurnal 1 faktor determinan pada penyakit faringitis yaitu Faktor risiko penyebab
faringitis biasanya karena udara dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebih,
gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang
menderita sakit tenggorokan atau demam.6 Tanda dan gejala dari faringitis yang disebabkan
oleh Streptococcus B hemoliticus group A serupa dengan faringitis yang bukan disebabkan
oleh Streptococcus B hemoliticus group A oleh sebab itu penting untuk menentukan penyebab
terjadinya faringitis untuk penentuan terapi yang akan digunakan. Penentuan penyebab
faringitis yang paling akurat adalah dengan menggunakan kultur apusan tenggorokan.
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

A Mini Review:
Diagnosis dan Tatalaksana Faringitis Streptococcus Group A
De Luh Pratiwi Angganing Lestari1, Ni Putu Satya Deva Jayanti1, Tri Wisananda Putra1, Putu
Utari Fridayanthi1, I Gede Ketut Deny Patmantha Putra Tjahyadi1, Luh Gde Sita Maharani1,
Putu Nita Cahyawati2*
1
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa
2*
Departemen Farmakologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Warmadewa
*Email: putunitacahyawati@gmail.com

Abstrak
Faringitis merupakan infeksi pada faring akibat infeksi bakteri atau virus. Bakteri yang paling
sering menjadi penyebab faringitis adalah Streptococcus group A. Penegakan diagnosis dan terapi
penyakit ini merupakan tantangan tersendiri bagi para klinisi. Hal ini dikarenakan kesamaan gejala
klinis yang terjadi. Telaah pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam menegakkan
diagnosis dan tatalaksana faringitis Streptococcus Group A. Metode yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah narrative review. Hasil telaah pustaka menemukan bahwa terdapat beberapa
rekomendasi dalam mendiagnosis faringitis yang disebabkan oleh bakteri streptococcus group A.
Idealnya dilakukan rapid antigen detection test (RADT) dan/atau throat culture (swab tenggorokan).
Centor Score merupakan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan penyebab faringitis.
Metode ini merupakan kriteria penilaian awal yang dibuat dengan tujuan membantu dokter dalam
mengidentifikasi bakteri Streptococcus group A berdasarkan gejala klinis yang terjadi. Centor Score
umumnya diperuntukkan untuk penilaian pada pasien dewasa. Sedangkan, pada anak-anak dapt
digunakan McIsaac Score. Selain sistem skoring tersebut, terdapat alternatif sistem skor lain yang
dapat digunakan yaitu FeverPAIN. Antibiotik harus diberikan bila pasien sudah dipastikan terinfeksi
oleh bakteri. Antibiotik umumnya diberikan selama 10 hari. Penicillin atau amoxicillin
direkomendasikan sebagai drugs of choice untuk pasien yang tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat ini. Pemilihan ini didasari oleh harga, spektrum yang sempit, dan efektivitasnya. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasti infeksi streptococcus group A dapat dilakukan
melalui rapid antigen detection test dan/atau throat culture. Alternatif sistem skoring yang dapat
digunakan dalam praktek klinis yaitu Centor Score, McIsaac Score, dan FeverPAIN. Penicillin atau
amoxicillin direkomendasikan sebagai drugs of choice untuk pasien yang tidak memiliki riwayat
alergi.

Kata Kunci: faringitis akut, Centor Score, McIsaac Score, FeverPAIN

88
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

PENDAHULUAN Faringitis merupakan infeksi yang


Faringitis merupakan salah satu terjadi pada faring akibat infeksi bakteri atau
penyakit infeksi saluran pernafasan akut virus. Faringitis yang disebabkan oleh virus
(ISPA). Penyakit ini sangat umum terjadi baik 40-80% akan sembuh dengan sendirinya (self-
pada anak-anak dan orang dewasa. Puncak limiting).8 Bakteri yang paling sering menjadi
insiden umumnya terjadi pada anak usia penyebab faringitis adalah bakteri
1,2 9,10
sekolah. Penyakit ISPA ini masih menjadi Streptococcus group A. Bakteri ini
penyebab utama morbiditas dan mortalitas bertanggung jawab pada 10% kasus faringitis
pada anak kurang dari 5 tahun khususnya di akut pada orang dewasa dan 15%-30% kasus
negara berkembang. Faktor-faktor yang pada anak-anak.10
mempengaruhi tingginya kejadian ISPA ini Faringitis umumnya dapat sembuh
antara lain: sistem imunitas umur, jenis sendiri. Bila berlangsung selama 1 minggu
kelamin, status gizi, status imunisasi, berat disertai gejala seperti demam, pembesaran
badan lahir (BBL). inisiasi menyusui dini, nodul limfa, atau bintik kemerahan,
pemberian air susu ibu (ASI), sosial ekonomi, kemungkinan sudah terjadi komplikasi.
pekerjaan, dan pendidikan orang tua. Hasil Komplikasi yang dapat terjadi akibat faringitis
studi terdahulu melaporkan bahwa balita yang akut adalah demam scarlet (demam yang
tidak mendapat vitamin A rutin (2 kali/tahun) ditandai dengan bintik kemerahan), demam
memiliki risiko 2,1 kali lebih besar mengalami reumatik (demam yang disertai adanya
ISPA dibandingkan balita yang mendapatkan inflamasi sendi atau kerusakan katup jantung),
vitamin A.3 Vitamin A diketahui memiliki dan glomerulonephritis.11 Pada 0,3-3% pasien
fungsi penting dalam proliferasi, diferensiasi, faringitis akibat bakteri Streptococcus group A
dan kematian sel dalam tubuh, sehingga yang tidak tertangani dapat memicu terjadinya
berperan penting dalam imunitas atau sistem acute rheumatic fever (ARF) dan rheumatic
kekebalan tubuh seseorang.4 Tingginya kasus heart disease (RHD). Kondisi ini juga menjadi
malnutrisi di Indonesia juga menjadi faktor sangat krusial karena masih menjadi masalah
risiko lainnya. Kondisi microbiota usus kesehatan baik di negara berkembang (low-
dilaporkan berkaitan dengan masalah nutrisi and middle-income countries) dan negara
(stunting) pada anak.5 Selain itu, riwayat ASI maju (high-income countries).8
ekslusif juga dilapokan berpengaruh bersar Penyebab faringitis adalah infeksi,
dalam status nutrisi balita khususnya pada usia baik infeksi virus (40-60%), bakteri (5-40%)
7-18 bulan.6 ASI sangat dibutuhkan oleh maupun fungal. Virus yang umumnya menjadi
balita, karena mengandung berbagai nutrisi penyebab faringitis adala virus influenza dan
penting untuk tumbuh kembang serta adenovirus, sedangkan bakteri yang dapat
imunitas. 7 menyebabkan faringitis adalah bakteri

89
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

golongan Streptococcus B haemolyticus, Kata kunci yang digunakan yaitu


Streptococcus viridians, dan Streptococcus “pharyngitis”, “acute pharyngitis”,
12
pyogenes. . Selain akibat infeksi, faringitis “diagnosis and management”, dan
juga dapat disebabkan oleh faktor alergi, “streptococcus group A”. Artikel yang
refluks laringofaring, penyakit autoimun, dimasukkan dalam proses review adalah
trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.11 artikel yang publikasi dalam 10 tahun terakhir.
Pasien dengan faringitis umunya Penulis mengikutsertakan berbagai jenis
mengalami keluhan seperti: sakit tenggorokan, artikel baik itu original article, case report,
eksudat pada tonsil (tonsillar exudates), maupun article review. Seleksi sumber
demam dan cervical adenopathy.13 pustaka dilakukan secara manual berdasarkan
Tatalaksana farmakologi (pemberian kesesuaian dengan topik yaitu diagnosis dan
antibiotik) pada pasien faringitis akibat bakteri tatalaksana faringitis streptococcus group A.
Streptococcus group A juga masih menjadi
kontroversi. Pemberian antibiotik umumnya HASIL DAN PEMBAHASAN
ditujukan untuk mengurangi risiko ARF, Faringitis akut dapat disebabkan oleh
namun klinisi jug perlu mempertimbangkan virus ataupun bakteri. Virus penyebab
bahaya dari konsumsi antibiotik tersebut. faringitis umumnya adalah respiratory viruses
Negara maju umumnya memiliki panduan seperti rhinovirus, coronavirus, adenovirus,
(guideline) nasional dalam tatalaksana influenza virus, parainfluenza virus,
antibiotik pada penyakit ini, namun seringkali respiratory syncytial virus, dan
rekomendasinya pemberiannya berbeda.8 metapneumovirus. Faringitis akibat virus
Penegakan diagnosis dan terapi (viral pharyngitis) umunyanya tidak
10
penyakit ini merupakan tantangan tersendiri memerlukan terapi antibiotik. Faringitis
bagi para klinisi. Hal ini dikarenakan akibat bakteri umumnya disebabkan oleh
kesamaan gejala klinis yang terjadi pada infeksi bakteri Streptococcus group A.9,10
pasien. Telaah pustaka ini bertujuan untuk
memberikan gambaran dalam menegakkan A. Diagnosis Faringitis
diagnosis dan memberikan tatalaksana yang Diagnosis penyakit selalu dimulai
tepat untuk pasien. dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Walaupun demikian,
METODE dalam mendiagnosis faringitis yang
Metode yang digunakan dalam disebabkan oleh bakteri streptococcus group A
penulisan artikel ini adalah narrative review. terdapat beberapa rekomendasi yang
Pencarian sumber pustaka mencakup artikel dianjurkan. Idealnya dilakukan rapid antigen
dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. detection test (RADT) dan/atau throat culture

90
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

(swab tenggorokan). Salah satu dari kedua tes negatif harus didukung dengan swab
tersebut perlu dilakukan karena gejala klinis tenggorokan, namun tidak diperlukan pada
saja tidak bisa membedakan faringitis akut orang dewasa.10 Hasil RADT positif tidak
yang disebabkan oleh bakteri dan virus kecuali memerlukan tambahan swab tenggorokan
terdapat gejala khas akibat virus seperti karena hasil yang didapat sangat spesifik.1
rhinorrhea, batuk, ulkus pada mulut, dan/atau Centor Score merupakan metode lain
1
suara serak. Perbandingan gejala klinis pada yang dapat digunakan untuk menentukan
faringitis akibat infeksi bakteri dan virus dapat penyebab faringitis. Metode ini merupakan
dilihat pada Tabel 1. kriteria penilaian awal yang dibuat dengan
Kultur hasil swab tenggorokan tujuan membantu dokter dalam
merupakan standar untuk memastikan adanya mengidentifikasi bakteri Streptococcus group
infeksi bakteri streptococcus group A pada A sebagai penyebab faringitis berdasarkan
saluran pernapasan atas dan mengkonfirmasi gejala klinis yang terjadi pada pasien. Centor
diagnosis klinis faringitis akut streptococcus Score umumnya diperuntukkan untuk
group A. Bila dilakukan dengan benar, penilaian pada pasien dewasa. Sedangkan,
sensitivitasnya dalam mendeteksi faringitis pada anak-anak dapt digunakan McIsaac
akibat streptococcus group A adalah 90% Score. McIsaac Score merupakan modifikasi
sampai 95% dan spesifisitas mencapai 97% penilaian centor score. Pada system skoring ini
1
sampai 100%. Kekurangan utama dari tes ini terdapat pembagian umur. Hal ini dikarenakan
adalah membutuhkan waktu yang cukup lama infeksi faring oleh Streptococcus group A
untuk mendapatkan hasilnya. 14 paling sering terjadi pada anak-anak.15
Rapid antigen detection testing McIsaac Score dapat digunakan untuk
(RADT) juga memelukan waktu 1 malam atau menentukan penyebab dan terapi faringitis
lebih untuk memperoleh hasilnya. Tes ini (Tabel 2). Apabila dari skor ini diperoleh nilai
dikembangkan untuk mendeteksi antigen 0 sampai 1 pasien tidak perlu mendapat terapi
bakteri dan virus dari swab tenggorokan yang antibiotika dan tidak perlu dilakukan kultur
diambil dari sekret tonsil (tonsillar exudates) tenggorokan. Bila diperoleh nilai 2 sampai 3
atau orofaring bagian posterior dengan perlu dilakukan kultur dan mendapat terapi
dipstick. RADT memiliki spesifisitas hingga antibiotika bila hasil kultur positif. Bila
1,14
95%, dengan sensitifitas sebesar 70%–90%. diperoleh nilai 4-5 perlu mendapatkan
Pada anak-anak dan remaja, hasil RADT antibiotika dan tidak perlu dikultur.9,16

91
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

Tabel 1. Epidemiologi dan gambaran klinis faringitis akibat infeksi bakteri dan virus1,14
Bakteri Virus
Usia Usia 5–15 tahun < 4 dan > 45 tahun
Musim musim dingin dan awal musim gugur tidak tergantung musim

Terjadi tiba-tiba bertahap


Gejala Demam tinggi, severe odynophagia Demam ringan, mild odynophagia

Gejala lain Sakit kepala, mual, muntah, nyeri konjungtivitis, coryza, batuk,
abdomen, rash (Scarlatiniform rash), diare, rhinitis, myalgia, Discrete
Palatal petechiae ulcerative stomatitis
Viral exanthema
Faring inflamasi berat, eksudat (70%) eritema, eksudat (65%)
(Tonsillopharyngeal inflammation, Patchy
tonsillopharyngeal exudates)
Adenopathies keras, ukuran meningkat (Anterior cervical mutipel dan kecil atau tidak ada
adenitis (tender nodes)
Lain-lain Riwayat terpapar faringitis streptokokus -

Tabel 2. McIsaac Score16


Kriteria Nilai
Temperatur >38oC +1
Tidak ada batuk +1
Tender anterior cervical adenopathy +1
Tonsil membengkak dan terdapat eksudat +1
Usia 3-14 tahun +1
Usia 15-44 tahun +1
Usia ≥ 45 tahun -1

Selain sistem skoring tersebut, 5 memiliki kemungkinan infeksi


terdapat alternatif sistem skor lain yang dapat Streptococcus sebesar 62%-65%.10
digunakan. Sistem skor FeverPAIN pertama Meskipun gejala faringitis akut akibat
kali dikembangkan di Amerika Serikat pada Streptococcus group A dapat sembuh tanpa
tahun 2013. Sistem ini memiliki kriteria pengobatan, namun terdapat argumen yang
sebagai berikut: Fever (demam yang terjadi menganjurkan pengobatan antibiotik untuk
dalam 24 jam sebelumnya), Purulence (pus mengurangi gejala akut dan sebagai
pada tonsil), Attend rapidly (dalam 3 hari pencegahan komplikasi supuratif dan non-
setelah onset gejala), severely Inflamed supuratif.10 Tujuan dari pengobatan antibiotik
tonsils, dan No cough or coryza (tidak ada adalah 1) untuk mempersingkat onset
batuk). Masing-masing kriteria memiliki skor penyakit, pengobatan antibiotik telah teruji
1 poin (dengan skor maksimum 5).10 Skor 0 efektif dalam mengurangi durasi gejala
atau 1 memiliki kemungkinan infeksi faringitis yang disebabkan bakteri
Streptococcus sebesar 13%-18%. Skor 2 atau Streptococcus; 2) untuk mencegah penularan,
3 memiliki kemungkinan infeksi pengobatan antibiotik menyebabkan kultur
Streptococcus sebesar 34%-40%. Skor 4 atau negatif pada 24 jam pertama dalam 97%
92
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

kasus, mengurangi risiko penularan pada regimen terapi pada pasien faringitis akibat
orang lain; 3) untuk mencegah komplikasi, Regimen terapi pada infeksi bakteri
17
dalam beberapa kasus pengobatan antibiotik streptococcus group A (Tabel 2). Antibiotik
untuk faringitis Streptococcus akut umumnya diberikan selama 10 hari. Penicillin
mengurangi insidensi dari komplikasi akut atau amoxicillin direkomendasikan sebagai
supuratif dan non-supuratif.2,14 Durasi sakit drugs of choice untuk pasien yang tidak
tenggorokan dapat berkurang 1 sampai 2 hari memiliki riwayat alergi terhadap obat ini.
dengan pengobatan antibiotik. Pasien rawat Pemilihan ini didasari oleh harga, spektrum
jalan tidak akan menularkan penyakit setelah yang sempit, dan efektivitasnya. Pada pasien
24 jam pemberian antibiotik.10 yang memiliki riwayat alergi penicillin, dapat
diberikan generasi pertama cephalosporin
B. Tatalaksana Faringitis (erythromycin) selama 10 hari, clindamycin
Pada pasien faringitis, antibiotik harus atau clarithromycin selama 10 hari, atau
diberikan bila pasien sudah dipastikan azithromycin selama 5 hari. Perlu dipahami
9
terinfeksi oleh bakteri. Pasien dengan infeksi bahwa infeksi kronis juga dapat terjadi,
streptococcus group A harus mendapat terapi walaupun pasien sudah mendapatkan terapi
antibiotik yang tepat untuk mengeradikasi yang adekuat.1,13
organisme penyebabnya.17 Terdapat beberapa

Tabel 2. Regimen terapi pada infeksi bakteri streptococcus group A17


Obat Dosis Durasi Rekomendasi pemberian,
(hari) kualitas bukti
Pasien tanpa riwayat alergi penicillin
Penicillin V, oral Anak-anak: 250 mg 2-3 kali/hari 10 Kuat, tinggi
Dewasa: 250 mg 4 kali/hari atau 500
mg 2 kali/hari
Amoxicillin, oral 50 mg/kg 1 kali/hari (max 1000 mg) 10 Kuat, tinggi
Alternatif: 25mg/kg 2 kali/hari (max
500mg)
Penicillin G < 60 lb (27 kg): 600.000 U Single Kuat, tinggi
benzathine, ≥ 60 lb: 1.200.000 U dose
intramuskular
Pasien dengan riwayat alergi penicillin
Cephalexin 20 mg/kg/dose 2 kali sehari (max 500 10 Kuat, tinggi
(Keflex), oral mg/dose)
Cefadroxil, oral 30 mg/kg sekali sehari (max 1 g) 10 Kuat, tinggi
Clindamycin, oral 7 mg/kg/dose 3 kali sehari (max 300 10 Kuat, sedang
mg/dose)
Azithromycin 12 mg/kg 1 kali sehari (max 500 mg) 5 Kuat, sedang
(Zithromax), oral
Clarithromycin 7,5 mg/kg/dose 2 kali sehari (max 250 10 Kuat, sedang
(Biaxin), oral mg/dose)

93
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

SIMPULAN A terhadap Kejadian Infeksi Saluran


Diagnosis pasti infeksi streptococcus Pernapasan Akut pada Balita. Media
group A dapat dilakukan melalui rapid antigen Kesehat Masy Indones. 2020;16(1):26.
detection test dan/atau throat culture. Terdapat doi:10.30597/mkmi.v16i1.8882
alternatif sistem skoring yang dapat digunakan 4. Cahyawati PN. Transport, Metabolisme
dalam praktek klinis yaitu Centor Score, Dan Peran Vitamin a Dalam Imunitas.
McIsaac Score, dan FeverPAIN. Terapi WICAKSANA J Lingkung dan Pembang.
antibiotik diberikan bila terbukti akibat infeksi 2018;2(2):43-47.
bakteri. Penicillin atau amoxicillin https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/ind
direkomendasikan sebagai drugs of choice ex.php/wicaksana/article/view/963
untuk pasien yang tidak memiliki riwayat 5. Cahyawati PN, Sujaya N. Gut microbiota
alergi. in stunting children: literature review. Bali
Anat J. 2021;4(1):1-4.
UCAPAN TERIMA KASIH doi:10.36675/baj.v4i1.51
Ucapan terima kasih penulis 6. Nugraha IGPWE, Sutisna P, Cahyawati
disampaikan kepada Tim Blok 3.7 Ear, Nose, PN. The Relationship Between Exclusive
and Throat yang telah mendampingi selama Breastfeeding with Nutritional Status at
penyusunan artikel ini. Children Aged 7-18 Months in Puskesmas
Pupuan I. In: NCOV 2020: The
DAFTAR PUSTAKA Proceedings of the 1st Seminar The
1. Shulman ST, Bisno AL, Clegg HW, et al. Emerging of Novel Corona Virus, NCov
Clinical Practice Guideline For The 2020, 11-12 February 2020, Bali,
Diagnosis And Management Of Group A Indonesia. ; 2020:216-222.
Streptococcal Pharyngitis: 2012 Update By doi:10.4108/eai.11-2-2020.2301980
The Infectious Diseases Society Of 7. Handayani NMD, Cahyawati PN. Edukasi
America. Clin Infect Dis. 2012;55(10):86- Metode Penyapihan ASI Sebaga Upaya
102. doi:10.1093/cid/cis629 Nyata Penera- pan Program Community
2. Danchin MH, Rogers S, Kelpie L, et al. Oriented Medical Education di Desa.
Burden of acute sore throat and group A Community Serv J. 2022;4(2):157-160.
streptococcal pharyngitis in school-aged 8. Oliver J, Malliya Wadu E, Pierse N,
children and their families in Australia. Moreland NJ, Williamson DA, Baker MG.
Pediatrics. 2007;120(5):950-957. Group A Streptococcus pharyngitis and
doi:10.1542/peds.2006-3368 pharyngeal carriage: A meta-analysis. PLoS
3. Rosa EF. Efektivitas Suplementasi Vitamin Negl Trop Dis. 2018;12(3):1-17.

94
Vol. 6 No. 2 : Hal. 88-95 WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2022
ISSN: 2597-7555
E-ISSN: 2598-987
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wicaksana

doi:10.1371/journal.pntd.0006335 Acute Pharyngitis in Adults. Acta


9. Dewi AAS, Noviyani R, Niruri R, Otorrinolaringol (English Ed.
Suherman FS, Triyasa IP. Determining of 2015;66(3):159-170.
pharyngitis caused by Streptococcus group doi:10.1016/j.otoeng.2015.05.003
A in pediatrics using Mclsaac score and 15. A.A. Agustia Sinta Dewi, Rini Noviyanti,
Rapid Antigen Detection Test (RADT) as Rasmaya Niruri, F.S. Suherman IPT.
consideration on using antibiotic wisely. J Penentuan Streptococcus Group A
Biol. 2013;17(1):6-9. Penyebab Faringitis Pada Anak
10. Chan AMW, Au WWY, Chao DVK, et al. Menggunakan Mcisaac Score Dan Rapid
Antibiotic Management Of Acute Antigen Detection Test ( RADT ) Dalam
Pharyngitis In Primary Care. Hong Kong Upaya Penggunaan Antibiotika Secara
Med J. 2019;25(1):58-63. Bijak. J Biol. 2013;XVI(1):6-9.
doi:10.12809/hkmj187544 16. Thillaivanam S, Amin AM,
11. Dhrik M, Putra Riana Prasetya AAN, Erri Gopalakrishnan S, Ibrahim B. The
Errawan GAP. Pola Penggunaan Obat Pada effectiveness of the McIsaac clinical
Pasien Faringitis Dewasa di Praktek Dokter decision rule in the management of sore
Bersama Apotek Kimia Farma Teuku throat: An evaluation from a pediatrics
Umar. Act Holis Pharm. 2021;3. ward. Pediatr Res. 2016;80(4):516-520.
12. Sidharti L, Pemula G, Lisiswanti R, Soleha doi:10.1038/pr.2016.113
TU. Kesesuaian Peresepan Penyakit 17. AAFP. Practice Guidelines IDSA Updates
Faringitis Akut terhadap Standar Guideline for Managing Group A
Pengobatan di Puskesmas Rawat Inap Sreptococcal Pharyngitis. Am Fam
Simpur Bandar Lampung Tahun 2013. J Physician. 2013;88(5):338-340.
Agromedicine. 2015;2(3):196-202.
13. Choby BA. Diagnosis and treatment of
streptococcal pharyngitis. Am Fam
Physician. 2009;79(5):383-390.
doi:10.1001/jama.254.7.907
14. Cots JM, Alós J-I, Bárcena M, et al.
Recommendations for Management of

95
JURNAL 2

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA FARINGITIS STREPTOCOCCUS GROUP A

Faktor determinan pada penyakit faringitis :

Penyebab faringitis adalah infeksi, baik infeksi virus (40-60%), bakteri (5-40%) maupun
fungal. Virus yang umumnya menjadi penyebab faringitis adala virus influenza dan adenovirus,
sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri golongan Streptococcus
B haemolyticus, Streptococcus viridians, dan Streptococcus pyogenes. 12. Selain akibat
infeksi, faringitis juga dapat disebabkan oleh faktor alergi, refluks laringofaring, penyakit
autoimun, trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.
Whell Model Of Caustasion
1. Social Environment
Faringitis dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infection) dari orang yang menderita faringitis. Dan seseorang yang tinggal di
lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam
2. Physical Environment
Faktor risiko penyebab faringitis biasanya karena udara dingin, turunnya daya tahan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang
gizi, konsumsi alkohol yang berlebih, gejala predormal dari penyakit scarlet fever dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit
tenggorokan atau demam. faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret
hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita faringitis.
3. Biological Environment
Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan gonorea. penyebab
terbanyak radang ini adalah kuman golongan streptococcus β hemoliticus,
streptococcus viridians dan streptococcus piogenes. penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenza dan adenovi. Selain akibat
infeksi, faringitis juga dapat disebabkan oleh faktor alergi, refluks laringofaring,
penyakit autoimun, trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.
4. Genetic Core
Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infection) dari orang yang menderita faringitis.

FARINGITIS

biological Social
environment Environment

physical Genetic
environment Core

Anda mungkin juga menyukai