1
Ringga Novelni, 1Ifmaily, 1Alamsyah Hanafiah
1
Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia
Email: ringga.novelni@gmail.com
ABSTRAK
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan penyebab kematian tertinggi.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien pneumonia di Bangsal Paru RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada bulan Februari- April 2019. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif eksploratif dengan desain prospektif. Identifikasi bakteri penyebab pneumonia
dari swab tenggorokan 10 orang pasien pneumonia di Bangsal paru RSUP Dr. M. Djamil
Padang diawali dengan isolasi bakteri dengan penanaman sampel pada media Agar Darah
dan media Mac Conkey. Selanjutnya dilakukan identifikasi dengan pewarnaan gram dan
uji biokimia. Dari hasil uji identifikasi bakteri didapatkan 7 jenis bakteri penyebab
pneumonia, yaitu 1 kultur Enterobacter aerogenes (10%), 2 kultur Pseudomonas
aeruginosa (20%), 3 kultur Klebsiella pneumoniae (30%), 1 kultur Staphylococcus
aureus (10%), 1 kultur Streptococcus pneumoniae (10%), 1 kultur Staphylococcus
epidermidis (10%), dan 1 kultur Proteus mirabilis (10%). Uji resistensi bakteri hasil
isolasi dilakukan terhadap 5 antibiotik yaitu amoksisilin, cefotaxim, kloramfenikol,
gentamisin dan eritromisin. Hasil uji resintensi bakteri didapatkan resistensi tertinggi
terhadap antibiotik amoksisilin, sedangkan hasil sensitivitas tertinggi terhadap antibiotik
gentamisin.
Artikel History
Diterima : 10 Agustus 2020 Disetujui : 17 September 2020
Diterbitkan : September 2020
Identifikasi Dan Uji Resistensi Bakteri Dari Swab (Usap) Tenggorokan Penyebab Pneumonia
Pada Pasien Yang Di Rawat Inap Bangsal Paru Rsup Dr. M. Djamil Padang Novelni R
PENDAHULUAN
Penyakit pneumonia merupakan salah seperti Streptococcus pneumoniae dan
satu penyakit menular yang tersebar Staphylococcus aureus, sedangkan
hampir di sebagian besar negara bakteri gram negatif yang menyebabkan
berkembang termasuk indonesia dan pneumonia adalah Klebsiella
menjadi masalah yang sangat penting pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
(Widagdo, 2012). Survei Kesehatan Escherichia coli dan Proteus sp.
Rumah Tangga Depkes tahun 2001 Penggunaan antibiotik adalah pilihan
menyebutkan, penyakit infeksi saluran utama dalam pengobatan pneumonia.
napas bagian bawah menempati urutan Antibiotik yang sering digunakan untuk
kedua sebagai penyebab kematian terapi pneumonia adalah siprofloksasin,
(Soedarsono, 2010). Selain itu, levofloksasin, ampisilin, meropenem,
Prevalensi kasus pneumonia di Sumatera eritromisin dan gentamisin (PDPI,
Barat pada tahun 2018 adalah 3,1% 2003).
(Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan hasil survei yang
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dilakukan di bangsal paru dan
yang dilakukan terhadap pasien laboratorium mikrobiologi RSUP DR.
pneumonia di rawat inap bangsal paru M. Djamil Padang didapatkan bahwa
RSUP Dr. M. Djamil Padang, diperoleh antibiotik yang sering digunakan dalam
peningkatan jumlah kasus penyakit pengobatan pneumonia adalah
pneumonia yang membutuhkan amoksisilin dan cefotaxim
pengobatan sebanyak 847 pasien pada (Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr.
tahun 2015, 1738 pasien pada tahun 2016 M.djamil Padang, 2018). Berdasarkan
dan 3118 pasien pada tahun 2017 penelitian (Sulistyaningrum, 2016)
(Rekam Medik, 2018). beberapa bakteri penyebab pneumonia
Menurut penelitian (Febriany dkk, menunjukkan resistensi terhadap
2016) pneumonia disebabkan oleh antibiotik. Pola resistensi terhadap
beberapa faktor yaitu seperti bakteri, antibiotik menunjukkan bahwa bakteri
jamur, virus, dan parasit. Sebagian besar Pseudomonas sp telah resisten terhadap
pneumonia disebabkan oleh bakteri. antibiotik ampisilin (87,5%), sefiksim
Bakteri yang sering menyebabkan (75%), gentamisin (75%), kotrimoksazol
pneumonia adalah bakteri gram positif (62,5%), dan siprofloksasin (50%).
µg), Kloramfenikol (30 µg), (S) dan resisten (R) terhadap antibiotik
Gentamisin (10 µg) dan Eritromisin disimpulkan berdasarkan diameter
(15 µg). daerah bening hambatan disekitar disk
b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji antibiotik (Sacher, 2004).
Sebanyak 1-2 ose koloni bakteri uji Perhitungan Persentase Resistensi
disuspensikan dalam 1-2 ml NaCl Persentase resistensi antibiotik dihitung
fisiologis dalam tabung reaksi steril untuk setiap jenis antibiotik dengan
dan dihomogenkan dengan ose, menggunakan persamaan:
kemudian dibandingkan kekeruhan % Resistensi =
dari suspensi dengan standar Jumlah kultur yang resisten
× 100 %
Jumlah kultur yang diuji
McFarland 0,5. Perlakukan yang
sama dilakukan pada setiap jenis
Perhitungan Nilai Multiple Antibacteril
bakteri uji.
Resisten (MAR)
c. Penentuan Resistensi Antibiotika
Perhitungan nilai MAR dengan
dengan Metoda Difusi Agar
menggunakan persamaan Krumperman:
Suspensi bakteri diambil dengan
x
kapas lidi steril dan ditanam pada MAR=
y
media Mueller Hinton Agar dengan Keterangan :
cara mengoleskan secara merata pada MAR = Multipel Antibacterial Resisten
permukaan media. Kemudian Disk (MAR)
antibiotik ditaruh hati-hati di atas X = Jumlah bagian yang resisten
biakan bakteri tersebut dan ditekan terhadap antibiotik dari satu kultur yang
perlahan dengan pinset steril supaya digunakan
benar-benar kontak dengan bakteri Y = Jumlah antibiotik yang
yang Terdapat pada media. Jarak disk digunakan
dengan tepi cawan petri 15 mm dan HASIL DAN PEMBAHASAN
jarak antar disk 24 mm. Biakan Dari hasil isolasi sampel swab (usap)
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 tenggorokan yang diambil dari 10 orang
jam. pasien pneumonia komunitas
Karakteristik dengan mengukur dan (Community Acquired Pneumoniae)
membandingkan diameter daerah yang dirawat di bangsal paru RSUP Dr.
hambatan terhadap tabel standar. Sensitif M. Djamil Padang, didapatkan 7 spesies
Dari hasil tabel diatas untuk pewarnaan perubahan warna pada media dari hijua
gram bakteri E.aerogenes mampu ke biru dan bakteri ini mampu
mempersentasi glukosa, sukrosa dan menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
laktosa menajdi asam dalam medium sumber karbon.
sehigga terjadi perubahan warna phenol Untuk uji biokimia bakteri garm positif
red menjadi kuning yang bersifat asam, dilakukan uji katalase pada bakteri S.
bakteri K. pneumoniae dan P. mirabilis aureus dan S. epidermidis menunjukkan
hanya mampu memfermentasikan hasil positif ada gelembung gas sehingga
glukosa menjadi asam sehingga terjadi menghasilkan enzim dan untuk uji
perubahan phenol red menjadi kuning koagulase pada bakteri S. aureus dan S.
pada bagian dasar dan bagian miring pneumoniae hasil positif ada butiran
berwarna merah. pasir di kertas koagulase sehingga
Untuk uji Simmon Citrat pada bakteri menghasilkan enzim koagulase.
E. aerogenes, P. aeroginosa, K.
Pneumoniae hasil positif terjadi
10% Staphylococcus
(28,57%), Streptococcus sp (14,29%), E.
aureus
30% coli (14,29%) dan S. epidermidis
Streptococcus
pneumoniae
(7,14%).
Gambar 1. Mikroorganisme Penyebab
Perbedaan spesies bakteri dan juga
Pneumonia
Berdasarkan penelitian oleh Alfarizi persentasenya pada penelitian ini dan
(2017) didapatkan hasil bahwa penelitian sebelumnya yang dilakukan
mikroorganisme penyebab pneumonia oleh Alfarizi (2017) dan Nurlita (2017)
didapatkan bakteri terbanyak yaitu disebabkan oleh adanya perbedaan
bakteri K. pneumoniae (46%) kemudian lokasi yang dilakukan Serta dapat pula
diikuti oleh bakteri Streptococcus sp. disebabkan oleh perbedaan waktu
(24%) dan S. aureus (12%), Sedangkan penelitian juga berpengaruh dalam
berdasarkan penelitian oleh Nurlita spesies mikroorganisme.
Kloramfenikol ≤ 12 13-17 ≥ 18 25 0 50 %
Gentamisin ≤ 13 13-14 ≥ 15 0 22 50%
Eritromisin ≤ 13 14-22 ≥ 23 0 0 100 %