Anda di halaman 1dari 32

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIK

PASIEN PNEUMONIA DEWASA DAN SENSITIVITAS


ANTIBIOTIK DI BANGSAL DEWASA RUMAH SAKIT
AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Elisabeth Vonni Hapsari

15/377415/FA/10383
LATAR TINJAUAN METODE HASIL DAN
BELAKANG PUSTAKA PENELITIAN PEMBAHASAN
Latar Belakang

Persentase prevalensi kematian akibat Dinas Kesehatan Pemerintah Kota


pneumonia di kota Yogyakarta pada Yogyakarta melaporkan bahwa
tahun 2013 sebesar 4,6%, yang sedikit pneumonia selalu masuk dalam 10
lebih tinggi dari nilai nasional yaitu besar penyakit (Dinas Kesehatan Kota
4,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Yogyakarta, 2018).

Prevalensi tinggi pneumonia pada dewasa mulai terjadi Pneumonia berada di


pada kelompok umur 25-34 tahun, mulai meningkat peringkat ke 5 dari 10
pada umur 45-54 tahun hingga kelompok-kelompok penyakit terbesar periode
umur berikutnya (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Januari-November 2018 di
bangsal dewasa RSA UGM

RSA akan memulai pembentukan PPRA  Membantu


pemetaan penggunaan antibiotik
Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di


bangsal dewasa RSA UGM?
2. Bagaimana kesesuaian antara penggunaan antibiotik terhadap pedoman
penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA
UGM?
3. Bagaimana outcome terapi pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA
UGM?
4. Bagaimana sensitivitas antibiotik di bangsal dewasa RSA UGM?
Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mendokumentasikan pola penggunaan antibiotik pada


pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA UGM.
2. Mengetahui kesesuaian antara penggunaan antibiotik terhadap
pedoman penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di bangsal
dewasa RSA UGM.
3. Mengetahui outcome terapi pada pasien pneumonia di bangsal dewasa
RSA UGM
4. Mengetahui sensitivitas antibiotik di bangsal dewasa RSA UGM.
Tinjauan Pustaka

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang dapat disebabkan


oleh infeksi bakteri, virus dan organisme lainnya (Woolfrey, 2012).

Community Acquired Pneumonia (CAP)

Pneumonia
Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
- Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
- Healthcare Associated Pneumonia (HCAP)
Patogen penyebab pneumonia

CAP HAP
Bakteri Gram (+) Bakteri Gram (-)

• Streptococcus pneumonia • Klebsiella


• Mycoplasma pneumonia • E. Coli
• Respiratory syncytial virus (RSV) • Pseudomonas aeruginosa
• Chlamydophila pneumoniae • Acinetobacter
• Methicillin Resistant Staphylococcus
(Depkes RI, 2005) Aureus (MRSA)
(Gastmeir et al., 2009)
Sensitivitas Antibiotik

 Sensitivitas antibiotik dibuat dalam bentuk laporan antibiogram


 Antibiogram adalah peta jenis kuman hasil kultur dan uji kepekaan, sebagai acuan pemberian
antibiotik empirik di Rumah Sakit

Spektrum bakteri
penyebab infeksi
Pemilihan
Antibiotik
Pola kepekaan/Sensitivitas
terhadap antibiotik

(Kemenkes RI, 2011)


Pedoman Tatalaksana Terapi CAP Pasien Dewasa
di RSA UGM
Pasien Rawat Inap non ICU

Sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3 atau Betalaktam dan


penghambat betalaktamase + Makrolida /
Fluoroquinolon saja

Pasien Rawat Inap ICU

Sefalosporin generasi ke 3 dengan aktivitas antipseudomonas atau


Betalaktam dan penghambat betalaktamase + Makrolida atau Fluoroquinolon
Metode Penelitian
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional,
dengan pengambilan data secara retrospektif.
Data diambil dengan mengumpulkan catatan rekam
medis pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA UGM

Tempat dan Waktu Penelitian Subjek dan Populasi Penelitian


RSA UGM Yogyakarta Pasien pneumonia yang mendapatkan
Pengambilan data dilakukan selama
B C terapi antibiotik di bangsal dewasa RSA
kurang lebih 3 bulan UGM Yogyakarta selama periode Januari
2017 – Juni 2018.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Pasien dewasa di bangsal rawat inap berusia Data rekam medik yang tidak lengkap.
>18 tahun.

Pasien dengan diagnosis utama pneumonia. Pasien dengan penyakit infeksi lain.

Pasien dengan diagnosis utama pneumonia


Pasien yang mendapatkan terapi antibiotik
sepsis dan Hospital Acquired Pneumonia
untuk terapi pneumonia.
(HAP).

Mendapatkan terapi antibiotik minimal


selama 72 jam.
E. Instrumen Penelitian

01 02 03 04
Rekam medis Lembar pengumpul Pedoman Antibogram RSA
pasien pneumonia data tatalaksana terapi UGM periode Januari
di bangsal dewasa pneumonia RSA 2018 – Juni 2018
RSA UGM UGM 2015
Yogyakarta periode
Januari 2017 – Juni
2018
F. Besar Sampel dan Teknik Sampling

Jumlah sampel yang harus diambil dihitung Keterangan:


menggunakan rumus (Lemeshow et al.,
n = jumlah sampel
1990) :
P = proporsi populasi (estimasi proporsi
2
𝑧1− populasi, karena tidak diketahui nilai p dari
𝛼 𝑃(1 − 𝑃)
2 penelitian sebelumnya sehingga nilai p = 0,5
𝑛= atau nilai P(1-P)=0,25
𝑑2
d = derajat akurasi (10%=0,1)
2
1,960 𝑋 0,25 α = kesalahan generalisasi 5%
𝑛=
0,12
Z1-/2 = derajat konfidensi (standar eror)
𝑛 = 96,04 pada 95% (1,96)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh
jumlah sampel yang harus diambil minimal Untuk pengambilan sampel ditentukan
96 pasien. secara purposive sampling
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Demografi Pasien

Usia
60 52.6 Kebiasaan merokok
50
40 Ya
60,8% 39,2% 30.9

Persentase
30 32%

20 13.4
Jenis Kelamin 10
3.1
0
Tidak
Pasien yang >18-34 >34-50 >50-65 >65
68%
terdiagnosis Tahun
pneumonia di RSU
PKU Muhammadiyah Usia >65 tahun  51 pasien (52,6%)  31 (32%) pasien berjenis
Bantul pada 2016 lebih kelamin laki-laki
banyak laki-laki yaitu Data dari profil kesehatan Indonesia pada  6 pasien memiliki riwayat
58% (Riska, 2016) tahun 2015, populasi yang rentan terserang penyakit asma
pneumonia adalah anak berusia <2 tahun dan
usia lanjut >65 tahun (Kementerian Kesehatan RI,
2016).
Karakteristik Demografi Pasien
Pekerjaan
Dan lain-lain
Tidak Bekerja
Mahasiswa/Pelajar
Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Petani/Nelayan
Buruh

0 5 10 15 20 25 30
Persentase
Jaminan Kesehatan

 Pekerjaan Buruh  25 pasien (25,8%)  88 pasien menggunakan BPJS (90,7%)


 Tidak bekerja  25 pasien (25,8%)  BPJS Kelas III  55 pasien (56,7%)
 Paparan debu dapat menyebabkan gangguan  Cakupan peserta JKN-KIS di Kota Yogyakarta per
pernapasan akut maupun kronis (Farida et al., 2017) 30 April 2018 sebesar 96,14% (BPJS, 2018)
Karakteristik Penyakit Pasien

Karakteristik Penyakit Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak ada diagnosa sekunder 23 14,8
Penyakit Gangguan Jantung 20 12,9
Diagnosa Masuk Diabetes Melitus (DM) 19 12,3
Gangguan elektrolit 19 12,3

Diagnosa sekunder CKD/Gagal Ginjal 15 9,6

/penyakit penyerta Dispepsia 12 7,7


Hipertensi 11 7,1
44% Pneumonia unspecified
Anorexia 9 5,8
56% Bronkopneumonia
Anemia 8 5,2
Dan lain-lain 19 12,3

Penyakit penyerta yang di derita oleh pasien pneumonia di


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Januari-Oktober
2010 adalah gagal jantung kongestif (33,7%), dan diabetes
melitus (DM) (30,1%) (Elza, 2016)
Karakteristik Penyakit Pasien

Karakteristik Peyakit Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak ada riwayat penyakit 40 27,6
Hipertensi 26 17,9
Asma 16 11,0
Diabetes Melitus (DM) 16 11,0

Riwayat Penyakit CKD/Gagal Ginjal 10 6,9


Congestive Heart Failure (CHF) 8 5,5
Pneumonia 5 3,5
Stroke 4 2,8
Dan lain-lain 20 13,8

 Riwayat Penyakit asma dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia komunitas hingga 4 kali
lipat (Almira et al., 2015)

 DM dapat menurunkan imunitas pasien secara umum yang membuat infeksi menjadi lebih mudah
terjadi serta lebih sulit ditangani (Pitaloka dan Wibisono, 2015).
Karakteristik Penyakit Pasien
Lama Rawat Inap

<7 hari (72.2%)


Frekuensi Masuk Rumah Sakit
7 hari (13.4%) 94.80%

>7 hari (14.4%)

5.20%
Rata-rata±SD = 4,8±0,9 hari
1 kali 2 kali

 Pengobatan CAP pasien dewasa dilakukan


minimal selama 5 hari (IDSA/ATS, 2007)
Karakteristik Pengobatan

Obat Non-Antibiotik Berkaitan


dengan Terapi Pneumonia

Jenis obat yang paling banyak


Obat
Antibiotik;
digunakan :
26.60%  Kortikosteroid
 Bronkodilator

Obat Non-Antibiotik;
73.40% Obat Antibiotik

Jenis antibiotik yang paling


banyak digunakan :
 Seftriakson (68 kasus)
 Azitromisin (50 kasus)
Pola Penggunaan Antibiotik Empirik

Kategori Jenis Antibiotik Jumlah (n) Persentase (%)

Seftriakson 21 21,7
Seftazidim 3 3,1
Meropenem 2 2,1
Antibiotik Tunggal Sefuroksim 1 1,0
Sefoperazon 1 1,0
Levofloksasin 1 1,0
Co-amoksiklav 1 1,0
Seftriakson+Azitromisin 30 30,9
Sefuroksim+Azitromisin 7 7,3
Seftriakson+Levofloksasin 4 4,2
Seftazidim+Siprofloksasin 2 2,1
Seftazidim+Azitromisin 2 2,1
Meropenem+Azitromisin 1 1,0
Antibiotik Kombinasi Seftriakson+Siprofloksasin 1 1,0
Siprofloksasin+Azitromisin 1 1,0
Seftazidim+Levofloksasin 1 1,0
Sefoperazon+Azitromisin 1 1,0
Sefoperazon sulbaktam+Azitromisin 1 1,0
Sefuroksim+Levofloksasin 1 1,0
Pola Penggunaan Antibiotik Empirik

Rata-rata lama penggunaan


Antibiotik Antibiotik lanjutan (switch)/pergantian Jumlah Persentase (%)
antibiotik (hari)

Seftriakson 2,7 Meropenem 3 3,1


Switch Sefuroksim 2 Meropenem 1 1,0

Seftriakson+Azitromisin 5,2 Meropenem 5 5,3

Seftriakson+Levofloksasin 3,5 Meropenem 2 2,1

Seftriakson+Siprofloksasin 5 Meropenem 1 1,0

Pergantian
Sefuroksim+Levofloksasin 5 Meropenem 1 1,0

Seftriakson+Levofloksasin 10 Sefiksim (PO)+Meropenem 1 1,0

Azitromisin+MeropenemLevofloksasin
Sefotaksim 6 1 1,0
+Gentamisin
Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Empirik

Total (n)
Kesesuaian
Sesuai Tidak Sesuai
Jenis 48 49 Kesesuaian Jenis, Rute,
Rute 48 49 Dosis, Frekuensi dan
Durasi  42 pasien
Dosis 47 50
Frekuensi 42 55 (43,3%)
Durasi 42 55

 Pedoman RSA UGM untuk pasien rawat inap non ICU yaitu pemberian Sefalosporin generasi ke 2 atau 3 atau
Betalaktam dan penghambat betalaktamase+Makrolida atau Flurokuinolon saja
 Pedoman RSA UGM untuk pasien rawat inap ICU yaitu pemberian Sefalosporin generasi ke 3 dengan aktivitas
antipseudomonas atau Betalaktam dan penghambat betalaktamase+Makrolida atau Flurokuinolon

 Durasi pemberian antibiotik empirik adalah dalam jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya perlu dilakukan
evaluasi pada pasien berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya
(Kemenkes RI, 2011).
Outcome Terapi Pasien

*Jumlah kondisi pasien


Persentase pasien yang
Tanda-tanda vital normal (n/n total)
mengalami perbaikan (%)
Pre terapi Post terapi
HR (Heart Rate) 49 69 20,6
T (Suhu Badan)/tidak
70 85 15,5
demam
RR (Respiration Rate) 26 81 56,7
SpO2 (Saturasi Oksigen) 42 75 34,0
Tidak batuk/batuk
16 65 50,5
berkurang

Persentase perbaikan tanda-tanda vital mencapai batas normal pada HR, T, RR,
SpO2 dan tidak batuk/batuk berkurang secara berturut-turut adalah sebagai
berikut: 20,6%; 15,5%; 56,7%; 34,0%; dan 50,5%
Outcome Terapi Pasien
Rata-rata perbaikan nilai TTV pada pasien dengan TTV tidak normal
saat pre-terapi dan TTV mencapai batas normal saat post-terapi
Tanda-tanda vital Pre terapi Post terapi Parameter
Tanda-tanda vital
HR (kali/menit) 118 86 normal
T/Suhu Badan (˚C) 38,3 36,3 HR (kali/menit) 600-100
RR (kali/menit) 28,9 20,1 T/Suhu Badan (˚C) 35-37,8
SpO2 (%) 87,8 98,1 RR (kali/menit) 12-22
SpO2 (%) >95

 Pasien kode 67 usia 76 tahun


berjenis kelamin laki-laki memiliki Jumlah Pasien terhadap Kesesuaian
riwayat penyakit asma dan Status Keluar Pasien penggunaan antibiotik (n) Total
kebiasaan merokok dinyatakan Sesuai Tidak Sesuai
meninggal karena gagal nafas. Sembuh 3 2 5
Membaik 35 43 78
 Hasil analisis bivariat Chi-square Belum Sembuh 1 1 2
menggunakan program SPSS Meninggal 3 9 12
didapatkan nilai p yaitu 0,509.
Pola Kuman di Bangsal Dewasa RSA UGM
Jenis Patogen Jumlah Patogen Persentase (%)
Gram Positif
Staphylococcus aureus 9 21,43
Dan lain-lain 11 26,18
Gram Negatif
Escherichia coli 5 11,90
Acinetobacter baumanii 4 9,52
Pseudomonas aeruginosa 2 4,76
Klebsiella pneumoniae 1 2,38
Klebsiella pneumonia ss pneumoniae 1 2,38
Dan lain-lain 13 21,42

Berdasarkan penelitian di Yulin Hospital China pada pasien CAP


 Staphylococcus aureus menduduki peringkat pertama penyebab pneumonia yaitu sebesar 51 dari 119
sampel yang terdeteksi sebagai gram positif,
 Bakteri gram-negatif yang paling banyak ditemukan adalah Escherichia coli yaitu 72 dari 177 sampel bakteri
gram-negatif
(Jinghua et al., 2017).
Sensitivitas Antibiotik di Bangsal Dewasa RSA UGM

Jenis Bakteri Jumlah Kuman (n) Antibiotik Jumlah isolat (n)* % Sensitivitas

Amikasin 12/12 100

Meropenem 12/12 100 Penelitian yang dilakukan oleh Retno


Tigesiklin 11/11 100
Widyaningsih (2012) di RSAB Harapan Kita
menujukkan bahwa sensitivitas Klebsiella
Klebsiella pneumoniae Fosfomisin 100
pneumoniae terhadap ampisilin dan
14 11/11

Ampisilin 0/12 0
sefuroksim adalah 0%.
Sefuroksim 0/1 0

Levofloksasin 0/1 0

*Sensitivitas dihitung dengan cara :


n isolat sensitif/ n isolat yang
dilakukan tes antibiotik (%)
Hasil Uji Sensitivitas dan Resistensi
terhadap Antibiotik pada Pasien

Hasil Uji (terhadap antibiotik)


Kode Pasien
Sensitivitas Resisten
Ampisilin/Sulbaktam,
Seftazidim, Sefepim,
31 Seftriakson,Siprofloksasin,
Amikasin, Gentamisin
Tigesiklin

Pasien kode 31 usia 43 tahun dirawat di bangsal Bima (bangsal dewasa) pada 7 November 2017. Hasil
pemeriksaan kultur sputum adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pasien mendapatkan terapi
antibiotik seftazidim selama 7 hari. Pasien memiliki riyawat penyakit tonsillitis dan tidak ada penyakit
penyerta saat menjalani rawat inap. Setelah menjalani rawat inap selama 7 hari status keluar rumah
sakit pasien adalah membaik.
Keterbatasan Penelitian

1. Evaluasi kesesuaian antibiotik empiris pada penelitian ini mengalami keterbatasan karena pedoman
tatalaksana pneumonia dewasa di RSA UGM hanya mencantumkan jenis antibiotik, sehingga perlu
tambahan literatur lain yaitu DIH.

2. Penelitian dilakukan secara retrospektif sehingga tidak diketahui alasan pemilihan dan pergantian
antibiotik pada pasien.

3. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium secara lengkap pada semua pasien, pemeriksaan
laboratorium hanya pada hari pertama saat pasien masuk RS, dan tidak ada pemeriksaan kultur
bakteri pada pasien.
Kesimpulan

Kejadian pneumonia paling banyak terjadi pada usia >65 tahun sebanyak 51 pasien (52,6%). Jenis antibiotik
yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan diikuti oleh azitromisin. Pola penggunaan antibiotik
empirik tertinggi selama rawat inap adalah pemberian antibiotik kombinasi seftriakson+azitromisin sebanyak 30
pasien (30,9%).

Kesesuaian penggunaan antibiotik empirik pada pasien pneumonia di bangsal dewasa RSA UGM menunjukkan
bahwa pasien yang diberikan antibiotik sesuai terhadap pedoman sebesar 42 pasien (43,3%).

Outcome terapi berdasarkan status keluar pasien terdapat 83 pasien (85,6%) sembuh dan membaik.
Berdasarkan tanda – tanda vital, persentase perbaikan tanda – tanda vital mencapai batas normal pada HR, T,
RR, SpO2 dan tidak batuk/batuk berkurang secara berturut – turut adalah sebagai berikut: 20,6%; 15,5%; 56,7%;
34,0%; dan 50,5%.

Bakteri/kuman patogen terbanyak dari 55 sampel yang tumbuh adalah bakteri gram-positif yaitu
Staphylococcus aureus yang memiliki sensitivitas 100% terhadap linezolid, vankomisin, amikasin dan tobramisin
diikuti oleh Bakteri gram-negatif Escherichia coli yang memiliki sensitivitas 100% terhadap amikasin,
meropenem, dan nitrofurantoin.
Saran

1. Perlu dilakukan pembaruan terhadap pedoman tatalaksana pneumonia pada dewasa di RSA UGM

tahun 2015 agar lebih terperinci mengenai dosis, frekuensi, durasi antibiotik.

2. Diperlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur bakteri setiap pasien pneumonia

sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien.

3. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar didapatkan informasi secara lebih lengkap, dan bisa

mengetahui petimbangan pemilihan dan pergantian antibiotik pada pasien.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai