Ujian Skripsi
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kejadian interaksi obat pasien
rawat inap pneumonia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo?
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran kejadian interaksi obat
pasien rawat inap pneumonia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.
C. Tinjauan Pustaka
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernafasanbawah penyebab kematian terbesar
terutma di negara berkembang
Klasifikasi pneumonia berdasarkan ditemukannya patogen penyebabnya ada empat, yaitu:
1) CAP; 2) HCAP; 3) HAP; 4) VAP
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pola radiologis dan patologis sesuai dengan fitur morfologi-ny
a ada tiga, yaitu: 1)Pneumonia Lobaris; 2) Bronkopneumonia; 3) Bronkiolitis
Penderita pneumonia rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekerjo Purwokerto mulai dari 01
oktober 2017– 30 september 2018 berjumlah 933 pasien
4 Keterbatasan Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
a) Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin
25,71% 74,29%
Pasien pneumonia perempuan jumlahnya 3 kali lipat dari pasien pneumonia laki-laki.
b) Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia
8,57%
Dewasa (18-44 tahun)
.
42,86%
Pra Lansia (45-59 tahun)
28,57%
Lansia (60-69 tahun
20%
Lansia Risiko Tinggi (≥ 70 tahun)
Sefotaksim (2,13%)
Sepoferazon/Sulba
ktam (2,13%)
b) Karakteristik Pola Peresepan Pasien Pneumonia
6-10 16 45,71%
11-15 14 40%
16-20 5 14,29%
Total 35 100%
Rata-rata obat per 11 obat
pasien
Sumber: Data Primer, April (2019)
Subyek yang menerima obat lebih dari 5 jenis per hari memiliki potensi interaksi obat 6 kali lebih tinggi
daripada subyek yang menerima obat kurang dari obat per hari (Mega, 2013).
3. Identifikasi Potensi Interaksi Obat
Pasien Pneumonia
a) Pasien yang Mengalami Potensi Interaksi Obat
40% 60%
2 02- xx-xx -91 L 56 th HCAP Hiponatremia, CA Paru 14 hari Inj. Meropenem Inj. Ranitidin Potensi interaksi obat minor:
Inj. Ceftazidim Inj. Ceftazidim Inj. Ceftazidim+Inj. Furosemid
Inj. MP
Inj. Kalnek
Durogesic patch
Fleet enema
Inj. Furosemid
Vip albumin
MST continous
Laxadine syr
Kaltrofen susp
Notizil
Jurnista
3 02- xx- P 59 th CAP Kardiomegali, hipo 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin
xx -44 albumin Inj. Ketorolak 3% -
Kandistatin
5 02- xx-x P 75 th CAP CHF 6 hari Cefixime Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -41 Nebu Combivent Cefixime+Inj. Furosemid
NAC
Candesartan
6 02- xx-x P 49 th CAP TB 9 hari Inj. Ceftriaxon Aminofusin hepar Potensi interaksi obat minor:
x -21 Inj. Furosemid Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Omeprazole
Inj. Ondansentron
Inj. As. Tranexamat
As. Tranexamat
Sucralfat
Etambutol
INH
Kurkumex
7 02- xx-x P 30 th Bronko pneum Efusi pleura 6 hari Cefixime PO Inj. Ondansentron
x -15 onia Inj. Ketorolak 3%
Inj. Ranitidin -
Aminofluid
Sucralfat
MP
As. Folat
Calos
NAC
Omeprazole
8 02- xx- P 60 th CAP CHF, AF 8 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
xx -55 Nebu Ventolin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ondansentron
Nebu Combivent
Miniapsi
ISDN
Digoxin
Paracetamol
Ambroxol Syr
Sucralfat
Tabas Syr
NAC
11 00- xx- L 68 th CAP CHF, Hipertensi 5 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu Combivent
xx -25 Inj. Cepoferazone sulbact Inj. Furosemid -
am Inj. MP
ISDN
Irvesartan
Albuforce
NAC kaps
12 00- xx-xx P 63 th CAP PPOK 4 hari Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent
-97 Inj. Ranitidin -
Terasama
NAC kaps
Sucralfat
13 02- xx-xx L 48 th CAP Malnutrisi berat, tumor p 14 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ondansentron
-01 aru kiri Codein -
Tabas
Zinc
Vit C
Susu sinchan
14 00- xx-xx L 81 th CAP PPOK, Hipoalbumin, An 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin
-25 emia Inj. MP -
Nebu Combivent
15 02- xx-xx L 69 th CAP Tumor paru kanan 4 hari Inj. Ceftazidim Inj. Ranitidin
-86 Inj. MP -
Nebu Combivent
Inj. Ketorolak
Durogesic patch
Tabas Syr
Sucralfat
NAC
Albuforce
18 02- xx-x P 58 th bronkopneumoni CHF, Anemia 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
x -14 a Cefixime Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Furosemid
Paracetamol
NAC
Spironolakton
Cefixime
Prednison
Ranitidin
Hydrea tab
19 00- xx-x P 51 th Pneumonia - 4 hari Inj. Ceftazidim Inj. Antrain
x -70 Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent -
Ciprofloxacin tab NAC
Paracetamol
Berotec
Tabas
20 02- xx-x P 80 th CAP PPOK, CHF 10 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
x -62 Inj. Ciprofloxacin Inj. Furosemid Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ranitidin
Nebu Combivent Potensi interaksi obat monitor closel
Amlodipin y:
Irbesartan Inj. MP + Inj. Ciprofloxacin
NAC
Salbutamol
Tabas Syr
Ciprofloxacin
MP
Ranitidin
Furosemid
Berotec
Seretide
21 00- xx-x P 52 th CAP Kardiomegali, Vertig 5 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Antrain
x -35 o Inj. Ranitidin -
NAC
Tabas Syr
Paracetamol
22 02- xx-x P 66 th Bronkopneumoni Konstipasi, ODSS sta 16 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin Potensi interaksi obat monitor close
x -20 a bismus Konjungtivitis, Inj. Azitromicin Inj. Furosemid ly:
CHF, HT Inj. Moxifloxacin Inj. Fartison Inj. Moxifloxacin + Inj. Fartison (hyd
Microlax supp rocortison)
Nebu ventolin : flexotide
Dulcolax supp ekstra
Paracetamol
Laxadin Syr
Aspar-K
Ambroxol
Salbutamol
Lefovar
Captopril
Amlodipin
Digoxin
Spironolakton
23 00- xx-x P 52 th CAP Asma, Hipotiroid 9 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu ventolin + flexotide Potensi interaksi obat monitor close
x -58 Inj. MP ly:
Nebu Combivent Inj. MP + Inj. Ciprofloxacin
Inj. Ceftazidim
Setirizin
NAC
Salbutamol
Euthyrox
Paracetamol
24 02- xx-x P 19 th Bronkopneumoni Anemia, Efusi Pleura 11 hari Inj. Ceftriaxon, Inj. Omeprazol Potensi interaksi obat monitor close
x -74 a Inj. Moxifloxacin, Azitromici Inj. Kalnek ly:
n Inj. Vit K Inj. Moxifloxacin + Azithromycin
Inj. Phytomenadion
Kandistatin drop
Sucralfat
25 01- xx-x P 65 th HCAP CKD, CHF 6 hari Inj. Ceftriaxon, Azitromic Ambroxol
x -86 in ISDN -
Digoxin
26 01- xx-x P 53 th Pneumonia CHF, DM, Ulkus glut 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -89 eus, HT, Hipokalemia Inj. Ceftazidim Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Azitromicin Nebu Ventolin
Inj. Novorapid Potensi interaksi obat minor:
Dulcolax supo ekstra Inj. Ceftazidim+Inj. Furosemid
Fleet enema
Spironolakton
Ambroxol
Metformin
27 02- xx-x P 57 th CAP STAD 4 multipel nod 6 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ketorolak
x -64 ul paru bilateral Inj. Kalnek -
Inj. Ranitidin
NAC
Terasama
28 00- xx-x P 76 th Bronkopneumo - 6 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -65 nia Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Mecobalamin Potensi interaksi obat serius:
Paracetamol Inj. ceftriaxon+Inj. Arxitra (fondapa
Curcuma rinux)
Xarelto
Arixtra
29 00-95-8 P 59 th CAP Asma, CHF, DM 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
5-97 Inj. Aminophillin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ranitidin
Inj. Furosemid
Nebu combivent + pulmocol
Seretide MDI
Symbicort
30 00-76-29 L 51 th Pneumonia Dispepsia 5 hari Azitromicin Antrain drip
-55 Nebu Combivent -
NAC
Kodein
Curcuma
Alprazolam
Omeprazole
31 02-08-64 P 83 th Bronkopneumoni PPOK, Hipoalbumin, 6 hari Inj. Ciprofloxacin Kaltrofen supp Potensi interaksi obat serius:
-48 a Dispepsia, Malnutrisi Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Inj. Ciprofloxacin+Inj. Ondansetron
Inj. Ondansetron
Inj. MP Potensi interaksi obat monitor closel
Inj. Ranitidin y:
Inj. Ondansetron Inj. MP+Inj. Ciprofloxacin
32 02-08-60 P 57 th CAP STAD 4 multipel nodul 12 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ketorolak
-64 paru bilateral, Hipoalb Inj. Asam tranexamat -
umin Inj. Ranitidin
NAC
Terasama Syr
Albuforce
Kalnek 500 mg
33 02-06-87 L 52 th CAP Tumor paru kanan, Ef 9 hari Ciprofloxacin Nebu Combivent Potensi interaksi obat monitor closel
-19 usi pleura kanan Inj. MP y:
Inj. Omeprazole Inj. MP+Ciprofloxacin
Durogesic patch
Curcuma
Paracetamol
Vipalbumin
34 02-08-72 P 63 th CAP PPOK, Anemia 7 hari Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent
-42 Ceftriaxon Inj. MP -
Inj. Omeprazol
MP
Omeprazol
NAC
Salbutamol
Codein
35 00-29-95 P 50 th Bronkopneumoni Diare, Polisitemia Sek 7 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu Combivent
-05 a under Inj. Ranitidin -
NAC
Salbutamol
New Diatab
Lampiran 6. Jenis Interaksi Obat dan Parameternya
2 Inj. MP + Inj. siproflo - - Kortikosteroid (Sistemik): Ant - Ruptur Tendon: robek, pecah, atau
ksasin ibiotik Quinolone dapat meni terputusnya tendon yang salah satu
ngkatkan efek buruk / toksik nya dapat disebabkan karena kons
dari Kortikosteroid (Sistemik) umsi obat yang menyebabkan pera
. Risiko terkait tendon dangan sendi sehingga terjadi erosi
efek samping, termasuk tend tulang di bagian tepi sendi akibat in
onitis dan ruptur, dapat ditin vasi jaringan granulasi dan akibat re
gkatkan. Risiko C: Pantau te sorbsi osteoclast dan pada tendon t
rapi erjadi tenosinovitis
3 Inj. moksifloksasin - - Kortikosteroid (Sistemik): - Ruptur Tendon: robek, pecah, at
+ Inj. fartison (hidr Antibiotik Quinolone dapa au terputusnya tendon yang sala
okortison) t meningkatkan efek buru h satunya dapat disebabkan kar
k / toksik dari Kortikoster ena konsumsi obat yang menye
oid (Sistemik). Risiko terk babkan peradangan sendi sehin
ait tendon gga terjadi erosi tulang di bagia
efek samping, termasuk te n tepi sendi akibat invasi jaringa
ndonitis dan ruptur, dapat n granulasi dan akibat resorbsi
ditingkatkan. Risiko C: Pa osteoclast dan pada tendon terja
ntau terapi di tenosinovitis
4 Inj. moksifloksasin + - Efek: risiko aritmia jantung y - - Peningkatan Interval QTc: secara t
azithromisin ang mengancam jiwa, terma eoritis dapat meningkatkan risiko a
suk torsades de pointes, da ritmia, dilihat dari nilai detak jantun
pat meningkat g. Jika sindrom QT panjang yaitu a
Penanganan: Sparfloxacin ritmia yang berpotensi bahaya dan
di KI kan pada pasien yang menyebabkan kematian mendadak
menerima obat yang mmem
perpanjang interval QTc (mi
salnya eritromisin). Hindari l
evofloksasin dan gunakan g
atifloksasin dan moksifloksa
sin dengan hati-hati pada p
asien yang menerima makr
olida dan antibiotik terkait.
Nilai P diperoleh dari prevalensi penyakit pneumonia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (01 Oktober 2017
– 30 September 2018)
P = jumlah pasien pneumonia / jumlah pasien rawat inap
= 933/44165
= 0,021
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien rawat inap pneumonia yang didiagnosa oleh dokter
b. Pasien mengalami penyakit penyerta
c. Pasien berusia ≥ 18 tahun
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien adalah wanita hamil dan menyusui
b. Pasien yang yang meninggal dunia saat penelitian berlangsung
c. Pasien berusia ≤ 18 tahun
Form Pengumpulan Data Pasien
Nama : Jenis kelamin :
Umur : Diagnosis :
Parameter Normal 16 17 18
penyakit
Tanda Vital Tekanan darah
(mm/Hg)
Suhu badan (C)
Respirasi
(x/menit)
Laboratorium Normal
klinik
Laboratorium rutin
Parenteral
Terapi (nama Aturan pakai
obat&dosis)
Oral
IVFD
Skala Probabilitas Interaksi Obat
Perhitungan skor
No Kriteria Identifikasi skala DIPS
Ya Tidak N/A
1 Apakah telah ada laporan terpercaya dari interaksi tersebut sebelumnya pada manusia? 1 0 0
2 Apakah interaksi diamati secara terus -menerus dengan sifat interaktif yang diketahui dari ob 1 -1 0
at presipitan?
3 Apakah interaksi diamati secara terus -menerus dengan sifat interaktif yang diketahui dari ob 1 0 0
at objek?
4 Apakah kejadian tersebut terjadi secara konsisten dengan perjalanan waktu yang diketahui a 1 0 0
tau yang masuk akal dari interaksi (onset dan / atau offset) ?
5 Apakah interaksi obat terjadi pada dechallenge dari obat presipitan dengan tidak ada peruba 1 -2 0
han pada obat ojek?
(Jika tidak ada dechallenge, pilih N/A dan lanjutkan ke nomor 6)
6 Apakah interaksi muncul kembali ketika obat presipitan diberikan kembali bersama dengan o 2 1 0
bat objek?
7 Apakah ada penyebab alternatif lain dari kejadian tersebut? -1 1 0
8 Apakah obat objek terdeteksi dalam darah atau cairan lain dalam konsentrasi yang konsisten 1 0 0
dengan interaksi yang ditujukan?
9 Apakah interaksi obat dikonfirmasi oleh bukti yang obyektif sesuai dengan efek pada obat (se 1 0 0
lain konsentrasi obat dari pertanyaan sebelumnya (nomor 8)?
10 Apakah interaksi lebih besar ketika dosis obat presipitan ditingkatkan atau diturunkan ketika 1 -1 0
dosis obat presipitan diturunkan?
CHF 10 15,87%
PPOK 5 7,93%
Anemia 4 6,34%
Hipoalbumin 4 6,34%
Dispepsia 3 4,76%
Hipertensi 3 4,76%
Malnutrisi 3 4,76%
Kanker Paru 3 4,76%
Tumor paru 3 4,76%
Efusi pleura 3 4,76%
Tubercullosis 2 3,17%
Kardiomegali 2 3,17%
Asma 2 3,17%
DM 2 3,17%
Hiponatremia 1 1,58%
AF 1 1,58%
Abdominal pain CA 1 1,58%
Kanker Payudara 1 1,58%
Vertigo 1 1,58%
Konstipasi 1 1,58%
ODSS strabismus konjungtivitis 1 1,58%
Hipotiroid 1 1,58%
CKD 1 1,58%
Ulkus gluteus 1 1,58%
Hipokalemia 1 1,58%
Diare 1 1,58%
Polisitemia Sekunder 1 1,58%
Total 63 100%
Terapi Pneumonia yang Berpotensi Memiliki Interaksi Pada Peresepan Pasien Pneumonia
Interaksi Obat Efek Skor DIPS No. Pasien Jumlah Kasus Persentase
(n) (%)
2 18
4 20
2 26
2 28
2 29
Interaksi Obat Level Potensi Parameter yang Diamati Parameter yang Teramati
Interaksi Pada Pasien
Injeksi seftazidim + Injeksi Minor Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
furosemid dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Sefiksim + Injeksi furosemid Minor Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Injeksi seftriakson + Injeksi Moderate Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
furosemid dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Injeksi MP + Injeksi Moderate Ruptur Tendon: robek, pecah, atau terputusnya tendon yang salah
siprofloksasin satunya dapat disebabkan karena konsumsi obat yang
menyebabkan peradangan sendi sehingga terjadi erosi tulang di
bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada tendon terjadi tenosinovitis
Injeksi moksifloksasin + Moderate Ruptur Tendon: robek, pecah, atau terputusnya tendon yang salah
Injeksi fartison (hidrokortison) satunya dapat disebabkan karena konsumsi obat yang
menyebabkan peradangan sendi sehingga terjadi erosi tulang di
bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada tendon terjadi tenosinovitis
Injeksi moksifloksasin + Moderate Peningkatan Interval QTc: secara teoritis dapat meningkatkan
azithromisin risiko aritmia, dilihat dari nilai detak jantung. Jika sindrom QT -
panjang yaitu aritmia yang berpotensi bahaya dan menyebabkan
kematian mendadak
Mayor Pengujian aktivitas antikoagulan dapat dilakukan denan
menentukan waktu pembekuan activated partial thromboplastin -
Injeksi ceftriaxone + Injeksi time (aPTT) dan prothombin time (PT)
Arxitra (fondaparinux)
Injeksi siprofloksasin+ Mayor Bradiaritmia: irama jantung lambat karena ada gangguan pada Nadi pasien menurun drastis
sistem listik jantung. Subjek dikatakan aritmia juka nadi kurang dari 90x/ menit menjadi 56
Injeksi ondansetron dari 60 kali per menit. x/menit