Anda di halaman 1dari 48

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA TERAPI PNEUMONIA

RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Ujian Skripsi

Nama : Ai Rian Julyanti


NIM : 1508010017
Rabu, 19 Juni 2019
R. R. II. 7
A. Latar Belakang
WHO, 2014 Kematian akibat pneumonia
di Indonesia sebanyak
22.000 kasus Pneumonia

Depkes RI, 2012 Pneumonia termasuk dalam


kategori 10 besar penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesa

Riskesdas, 2013 Prevalensi pneumonia


di Indonesia sebesar
4,5% dan di Jawa
Tengah 5%.
B. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian

Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kejadian interaksi obat pasien
rawat inap pneumonia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo?

Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi gambaran kejadian interaksi obat
pasien rawat inap pneumonia di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.
C. Tinjauan Pustaka
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernafasanbawah penyebab kematian terbesar
terutma di negara berkembang
Klasifikasi pneumonia berdasarkan ditemukannya patogen penyebabnya ada empat, yaitu:
1) CAP; 2) HCAP; 3) HAP; 4) VAP
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pola radiologis dan patologis sesuai dengan fitur morfologi-ny
a ada tiga, yaitu: 1)Pneumonia Lobaris; 2) Bronkopneumonia; 3) Bronkiolitis

Penderita pneumonia rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekerjo Purwokerto mulai dari 01
oktober 2017– 30 september 2018 berjumlah 933 pasien

Penderita pneumonia mendapatkan Pengobatan yang menerima lebih dari 5


terapi antibiotik untuk membunuh macam obat dapat dikatakan polifarmas
bakteri maupun terapi simptomatik. i
Penderita pneumonia sering juga di Terjadi kemungkinan munculnya potensi
sertai dengan penyakit penyerta lain interaksi obat pada pasien
nya yang juga mendapatkan terapi
pengobatan Perlu adanya evaluasi terapi pada pasien
pneumonia
D. Metode Penelitian

Penelitian mengenai “Identifikasi Potensi Interaksi


Obat Pada Terapi Pneumonia Rawat Inap di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo” merupakan jenis penelitian deskriptif
– observasional.

Sampel diperoleh dengan menggunakan metode


purposive sampling.

Hasil yang diperoleh dari penelitian di analisis


menggunakan analisis univariat.
Alur Penelitian

Melakukan survey ke bagian Menentukan jumlah


sampel berdasarkan Menentukan ruangan Permohonan kode etik
Rekam Medik RSUD Prof. Dr.
jumlah populasi IRNA I
Margono Soekarjo Purwokerto

Identifikasi potensi interaksi obat


Mencatat data karakteristik menggunakan Stockley’s Drug
Observasi data rekam
pasien, pengobatan pasien Interactions, Drug Interaction Fact,
medik harian pasien
data klinis, data penunjang.dll Drug Interaction Handbook, jurnal.
dll

Data diklasifikasikan dan diolah


secara deskriptif dalam bentuk Hasil Pembuatan laporan akhir dan
persentase menggunakan menarik kesimpulan
analisis univariate
E. Hasil dan Pembahasan

1 Karakteristik Subjek Penelitian

2 Karakteristik Terapi Pasien Pneumonia

3 Identifikasi Potensi Interaksi Obat Pasien


Pneumonia

4 Keterbatasan Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
a) Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin

25,71% 74,29%

Pasien pneumonia perempuan jumlahnya 3 kali lipat dari pasien pneumonia laki-laki.
b) Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia

8,57%
Dewasa (18-44 tahun)
.
42,86%
Pra Lansia (45-59 tahun)

28,57%
Lansia (60-69 tahun

20%
Lansia Risiko Tinggi (≥ 70 tahun)

Rata-rata usia = 59,77 tahun


.
c) Karakteristik Pasien Pneumonia d) Karakteristik Pasien Pneumonia
Berdasar kan Lama Rawat Inap Berdasarkan Jenis Pneumonia

Lama Perawatan Frekuensi Persenta Jenis Frekuensi Persen-


(hari) Kasus (n) se (%) Pneumonia Kasus (n) tase (%)
CAP 25 71,43%
1-4 hari 5 14,29% HCAP 2 5,71%
5-7 hari 17 48,57% Bronkopneumonia 8 22,86%
Total 35 100%
> 7 hari 13 37,14%
Total 35 100% Sumber: Data Primer, April (2019)
Rata-rata lama 7,28 hari
rawat inap

Sumber: Data Primer, April (2019)


e) Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan
Diagnosis Penyakit Penyerta

CHF (15,87%) PPOK (7,93%) Anemia (6,34%) Hipoalbumin (6,34%)

Terdapat 27 jenis penyakit penyerta dengan frekuensi total ada 63 kasus.


2. Karakteristik Terapi Pasien
Pneumonia
a) Karakteristik Terapi Berdasarkan Indikasi Pneumonia

Golongan Golongan Golongan Golongan


Sefalosporin Kuinolon Makrolida Karbapenem

70,21% 17,02% 10,64% 2,13%

Seftazidim (10,64%) Siprofloksasin Azitromisin (10,64%) Meropenem (2,13%)


(12,76%)
Sefiksim (6,38%) Moksifloksasin
(4,26%)
Seftriakson
(48,93%)

Sefotaksim (2,13%)

Sepoferazon/Sulba
ktam (2,13%)
b) Karakteristik Pola Peresepan Pasien Pneumonia

Jumlah Obat yang Frekuensi (n) Persentase (%)


Diresepkan Per Pasien

6-10 16 45,71%
11-15 14 40%
16-20 5 14,29%
Total 35 100%
Rata-rata obat per 11 obat
pasien
Sumber: Data Primer, April (2019)

Subyek yang menerima obat lebih dari 5 jenis per hari memiliki potensi interaksi obat 6 kali lebih tinggi
daripada subyek yang menerima obat kurang dari obat per hari (Mega, 2013).
3. Identifikasi Potensi Interaksi Obat
Pasien Pneumonia
a) Pasien yang Mengalami Potensi Interaksi Obat

40% 60%

Mengalami potensi mengalami potensi


interaksi obat interaksi obat

Dari 14 subyek yang mengalami potensi


35 subyek penelitian interaksi obat terdapat 12 subyek yang hanya
mengalami 1 jenis potensi interaksi obat dan 2
lainnya mengalami 2jenis potensi interaksi obat.
b) Terapi Pneumonia yang Berpotensi Memiliki Interaksi Pada Peresepan Pasien Pneumonia

Interaksi Obat Jumlah Kasus (n) Frekuensi (%)

Injeksi seftazidim + Injeksi 2 11,11%


furosemid
Sefiksim + Injeksi furosemid 1 5,55%

Injeksi seftriakson + Injeksi 7 38,89%


furosemid
Injeksi MP + Injeksi 5 22,22%
siprofloksasin
Injeksi moksifloksasin + Injeksi 1 5,55%
fartison (hidrokortison)
Injeksi moksifloksasin + 1 5,55%
azithromisin
Injeksi seftriakson + Injeksi 1 5,55%
arxitra (fondaparinux)
Injeksi siprofloksasin + Injeksi 1 5,55%
ondansetron
Total 18 100%

Sumber: Data Primer, April (2019)


c) Kasus Potensi Interaksi Obat yang dapat Teramati

Interaksi Obat Level Potensi Parameter yang Teramati


Interaksi Pada Pasien
Injeksi siprofloksasin + Injeksi Mayor Nadi pasien menurun drastis dari
ondansetron 90x/ menit menjadi 56 x/menit

Injeksi seftazidim + Injeksi furosemid Minor -

Sefiksim + Injeksi furosemid Minor -

Injeksi seftriakson + Injeksi furosemid Moderate -

Injeksi MP + Injeksi siprofloksasin Moderate -

Injeksi moksifloksasin + Injeksi fartison Moderate -


(hidrokortison)
Injeksi moksifloksasin + azithromisin Moderate -

Injeksi ceftriaxone + Injeksi Arxitra (fonda Mayor -


parinux)

Sumber: Data Primer, April (2019)


4. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti sulit mendapatkan


pasien yang hanya terdiagnosis pneumonia dan peneliti tidak
dapat berkomunikasi dengan pasien secara langsung. Hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu peneliti dan sistem kebijakan
dari rumah sakit.
F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini maka diperoleh kesimpulan yaitu


rata-rata pemberian obat per pasien 11 obat yang mana dapat dikatego
-rikan sebagai major polifarmasi. Hasil penelitian diperoleh dari 35
subyek penelitian terdapat 40% mengalami potensi interaksi obat dan
60% tidak mengalami potensi interaksi obat. Tingkat keparahan potensi
interaksi obat yang sering terjadi yaitu kategori moderate (72,22%),
kemudian kategori minor (16,67%%) dan kategori mayor (11,11%).

2. Saran Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian


serupa dengan berkomunikasi dengan pasien agar dalam pengi-
sian skala DIPS lebih akurat serta dilakukan pada kelompok
sampel yang lebih besar agar diperoleh hasil yang menggambar
-kan kondisi di lapangan.
Terimakasih
Lampiran 5. Data Harian Pasien
No No. RM Jenis Kelamin Usia Diagnosa Penyakit Penyerta Lama Rawat Inap Pengobatan Keterangan

Antibiotik Obat Penyerta


1 02-xx-xx-45 L 39 th CAP TB TCM (+), Hipoalbumin, M 6 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin
alnutrisi berat Inj. Metil prednisolon -
Inj. Streptomisin
NAC
Sukralfat
Curcuma
Adver
Vip albumin
Zinc
Vit C
Rifampisin
Isoniazid
Etambutol
Inf. RL
Plasbumin 20%
Inf. Triofusin
Inf. Kalbamisin

2 02- xx-xx -91 L 56 th HCAP Hiponatremia, CA Paru 14 hari Inj. Meropenem Inj. Ranitidin Potensi interaksi obat minor:
Inj. Ceftazidim Inj. Ceftazidim Inj. Ceftazidim+Inj. Furosemid
Inj. MP
Inj. Kalnek
Durogesic patch
Fleet enema
Inj. Furosemid
Vip albumin
MST continous
Laxadine syr
Kaltrofen susp
Notizil
Jurnista
3 02- xx- P 59 th CAP Kardiomegali, hipo 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin
xx -44 albumin Inj. Ketorolak 3% -
Kandistatin

4 00- xx-x P 78 th CAP CHF 7 hari Inj. ceftriaxon Inj. Ranitidin


x -98 Inj. Ambroxol -
NAC
Vipalbumin

5 02- xx-x P 75 th CAP CHF 6 hari Cefixime Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -41 Nebu Combivent Cefixime+Inj. Furosemid
NAC
Candesartan

6 02- xx-x P 49 th CAP TB 9 hari Inj. Ceftriaxon Aminofusin hepar Potensi interaksi obat minor:
x -21 Inj. Furosemid Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Omeprazole
Inj. Ondansentron
Inj. As. Tranexamat
As. Tranexamat
Sucralfat
Etambutol
INH
Kurkumex

7 02- xx-x P 30 th Bronko pneum Efusi pleura 6 hari Cefixime PO Inj. Ondansentron
x -15 onia Inj. Ketorolak 3%
Inj. Ranitidin -
Aminofluid
Sucralfat
MP
As. Folat
Calos
NAC
Omeprazole
8 02- xx- P 60 th CAP CHF, AF 8 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
xx -55 Nebu Ventolin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ondansentron
Nebu Combivent
Miniapsi
ISDN
Digoxin
Paracetamol
Ambroxol Syr
Sucralfat
Tabas Syr
NAC

9 02- xx- L 65 th CAP DD, TB 4 hari Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent


xx -09 Inj. Ranitidin -
Inj. MP
Therasama Syr
NAC kaps

10 02- xx- P 64 th CAP - 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Omeprazol -


xx -72 Inj. Cefotaxim Laksadin
Neurobion
Fleet Enema

11 00- xx- L 68 th CAP CHF, Hipertensi 5 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu Combivent
xx -25 Inj. Cepoferazone sulbact Inj. Furosemid -
am Inj. MP
ISDN
Irvesartan
Albuforce
NAC kaps
12 00- xx-xx P 63 th CAP PPOK 4 hari Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent
-97 Inj. Ranitidin -
Terasama
NAC kaps
Sucralfat

13 02- xx-xx L 48 th CAP Malnutrisi berat, tumor p 14 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ondansentron
-01 aru kiri Codein -
Tabas
Zinc
Vit C
Susu sinchan

14 00- xx-xx L 81 th CAP PPOK, Hipoalbumin, An 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin
-25 emia Inj. MP -
Nebu Combivent

15 02- xx-xx L 69 th CAP Tumor paru kanan 4 hari Inj. Ceftazidim Inj. Ranitidin
-86 Inj. MP -
Nebu Combivent
Inj. Ketorolak
Durogesic patch
Tabas Syr
Sucralfat
NAC
Albuforce

16 02- xx-xx P 68 th CAP Dispepsia 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin


-60 Nebu Combivent -
Tabas Syr
NAC
Sucralfat
FDC
Vit B6
Amlodipin
17 02- xx-x P 76 th Bronkopneumo Abdominal Pain CA, 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ketorolak
x -20 nia Mamae Hepatal Meta Inj. Ranitidin -
stasis Fleet Enema
Durogesic patch
Capecitabine
Paracetamol
Ambroxol

18 02- xx-x P 58 th bronkopneumoni CHF, Anemia 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
x -14 a Cefixime Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Furosemid
Paracetamol
NAC
Spironolakton
Cefixime
Prednison
Ranitidin
Hydrea tab
19 00- xx-x P 51 th Pneumonia - 4 hari Inj. Ceftazidim Inj. Antrain
x -70 Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent -
Ciprofloxacin tab NAC
Paracetamol
Berotec
Tabas

20 02- xx-x P 80 th CAP PPOK, CHF 10 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
x -62 Inj. Ciprofloxacin Inj. Furosemid Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ranitidin
Nebu Combivent Potensi interaksi obat monitor closel
Amlodipin y:
Irbesartan Inj. MP + Inj. Ciprofloxacin
NAC
Salbutamol
Tabas Syr
Ciprofloxacin
MP
Ranitidin
Furosemid
Berotec
Seretide
21 00- xx-x P 52 th CAP Kardiomegali, Vertig 5 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Antrain
x -35 o Inj. Ranitidin -
NAC
Tabas Syr
Paracetamol
22 02- xx-x P 66 th Bronkopneumoni Konstipasi, ODSS sta 16 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ranitidin Potensi interaksi obat monitor close
x -20 a bismus Konjungtivitis, Inj. Azitromicin Inj. Furosemid ly:
CHF, HT Inj. Moxifloxacin Inj. Fartison Inj. Moxifloxacin + Inj. Fartison (hyd
Microlax supp rocortison)
Nebu ventolin : flexotide
Dulcolax supp ekstra
Paracetamol
Laxadin Syr
Aspar-K
Ambroxol
Salbutamol
Lefovar
Captopril
Amlodipin
Digoxin
Spironolakton
23 00- xx-x P 52 th CAP Asma, Hipotiroid 9 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu ventolin + flexotide Potensi interaksi obat monitor close
x -58 Inj. MP ly:
Nebu Combivent Inj. MP + Inj. Ciprofloxacin
Inj. Ceftazidim
Setirizin
NAC
Salbutamol
Euthyrox
Paracetamol

24 02- xx-x P 19 th Bronkopneumoni Anemia, Efusi Pleura 11 hari Inj. Ceftriaxon, Inj. Omeprazol Potensi interaksi obat monitor close
x -74 a Inj. Moxifloxacin, Azitromici Inj. Kalnek ly:
n Inj. Vit K Inj. Moxifloxacin + Azithromycin
Inj. Phytomenadion
Kandistatin drop
Sucralfat
25 01- xx-x P 65 th HCAP CKD, CHF 6 hari Inj. Ceftriaxon, Azitromic Ambroxol
x -86 in ISDN -
Digoxin

26 01- xx-x P 53 th Pneumonia CHF, DM, Ulkus glut 9 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -89 eus, HT, Hipokalemia Inj. Ceftazidim Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Azitromicin Nebu Ventolin
Inj. Novorapid Potensi interaksi obat minor:
Dulcolax supo ekstra Inj. Ceftazidim+Inj. Furosemid
Fleet enema
Spironolakton
Ambroxol
Metformin

27 02- xx-x P 57 th CAP STAD 4 multipel nod 6 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ketorolak
x -64 ul paru bilateral Inj. Kalnek -
Inj. Ranitidin
NAC
Terasama

28 00- xx-x P 76 th Bronkopneumo - 6 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Potensi interaksi obat minor:
x -65 nia Inj. Ranitidin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Mecobalamin Potensi interaksi obat serius:
Paracetamol Inj. ceftriaxon+Inj. Arxitra (fondapa
Curcuma rinux)
Xarelto
Arixtra

29 00-95-8 P 59 th CAP Asma, CHF, DM 7 hari Inj. Ceftriaxon Inj. MP Potensi interaksi obat minor:
5-97 Inj. Aminophillin Inj. Ceftriaxon+Inj. Furosemid
Inj. Ranitidin
Inj. Furosemid
Nebu combivent + pulmocol
Seretide MDI
Symbicort
30 00-76-29 L 51 th Pneumonia Dispepsia 5 hari Azitromicin Antrain drip
-55 Nebu Combivent -
NAC
Kodein
Curcuma
Alprazolam
Omeprazole
31 02-08-64 P 83 th Bronkopneumoni PPOK, Hipoalbumin, 6 hari Inj. Ciprofloxacin Kaltrofen supp Potensi interaksi obat serius:
-48 a Dispepsia, Malnutrisi Inj. Ceftriaxon Inj. Furosemid Inj. Ciprofloxacin+Inj. Ondansetron
Inj. Ondansetron
Inj. MP Potensi interaksi obat monitor closel
Inj. Ranitidin y:
Inj. Ondansetron Inj. MP+Inj. Ciprofloxacin
32 02-08-60 P 57 th CAP STAD 4 multipel nodul 12 hari Inj. Ceftriaxon Inj. Ketorolak
-64 paru bilateral, Hipoalb Inj. Asam tranexamat -
umin Inj. Ranitidin
NAC
Terasama Syr
Albuforce
Kalnek 500 mg
33 02-06-87 L 52 th CAP Tumor paru kanan, Ef 9 hari Ciprofloxacin Nebu Combivent Potensi interaksi obat monitor closel
-19 usi pleura kanan Inj. MP y:
Inj. Omeprazole Inj. MP+Ciprofloxacin
Durogesic patch
Curcuma
Paracetamol
Vipalbumin
34 02-08-72 P 63 th CAP PPOK, Anemia 7 hari Inj. Ceftriaxon Nebu Combivent
-42 Ceftriaxon Inj. MP -
Inj. Omeprazol
MP
Omeprazol
NAC
Salbutamol
Codein
35 00-29-95 P 50 th Bronkopneumoni Diare, Polisitemia Sek 7 hari Inj. Ciprofloxacin Nebu Combivent
-05 a under Inj. Ranitidin -
NAC
Salbutamol
New Diatab
Lampiran 6. Jenis Interaksi Obat dan Parameternya

No Obat yang Aktual Level No. Parameter Penyakit


berinteraksi DIPS Potensi Pasien
Interaksi

Uraian Interaksi Parameter yang diamati Parameter yang


teramati

1 Inj.seftazidi 2 Minor 2 Ceftazidim meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi


m+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara
sinergisme farmakodinamik. bertahap yang dapat -
Inj.furosemi
Minor/signifikansi tidak menyebabkan nefrotoksik
d diketahui. Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah

2 Sefiksim+Inj 2 Minor 5 Cefixime meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi


. furosemid toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme farmakodinamik.
bertahap yang dapat
Minor/signifikansi tidak
diketahui. Peningkatan risiko menyebabkan nefrotoksik
nefrotoksisitas (meningkatkan klirens
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
3 Inj. 2 Moderat 6 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
Inj. bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
furosemid ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
4 Inj. 2 Moderat 8 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara
sinergisme
Inj. bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
furosemid ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
5 Inj. 2 Moderat 18 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
Inj. bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
furosemid ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
6 Inj. 4 Moderat 20 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
Inj. bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
furosemid ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
7 Inj. MP + 3 Moderat 20 Methylprednisolon dan Ruptur Tendon: robek, pecah,
Inj. siprofloksasin keduanya atau terputusnya tendon yang -
meningkatkan lainnya (lihat
siprofloksasi salah satunya dapat
komentar) menggunakan huruf/
n monitor pemberian antibiotik disebabkan karena konsumsi
kuinolon dan kortikosteroid obat yang menyebabkan
secara bersamaan dapat
peradangan sendi sehingga
meningkatkan risiko ruptur
tendon terjadi erosi tulang di bagian
tepi sendi akibat invasi
jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada
tendon terjadi tenosinovitis
8 Inj. 3 Moderat 22 Azithromisin dan Peningkatan Interval QTc:
moksifloksas moksifloksasin keduanya secara teoritis dapat -
meningkatkan interval QTC.
in + Inj. meningkatkan risiko aritmia,
Gunakan dengan hati-hati/
fartison monitor dilihat dari nilai detak jantung.
(hidrokortiso Jika sindrom QT panjang
n) yaitu aritmia yang berpotensi
bahaya dan menyebabkan
kematian mendadak
9 Inj. MP + 3 Moderat 23 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
Inj. toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
siprofloksasi bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
n ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
10 Inj. 3 Moderat 24 Hydrocortison dan Ruptur Tendon: robek, pecah,
moksifloksas Moxifloxacin keduanya atau terputusnya tendon yang -
meningkatkan lainnya (lihat
in + salah satunya dapat
komentar) menggunakan huruf/
azithromisin monitor pemberian antibiotik disebabkan karena konsumsi
kuinolon dan kortikosteroid obat yang menyebabkan
secara bersamaan dapat
peradangan sendi sehingga
meningkatkan risiko ruptur
tendon terjadi erosi tulang di bagian
tepi sendi akibat invasi
jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada
tendon terjadi tenosinovitis
11 Inj. 2 Moderat 26 Cefixime meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme farmakodinamik.
Inj. bertahap yang dapat
Minor/signifikansi tidak
furosemid diketahui. Peningkatan risiko menyebabkan nefrotoksik
nefrotoksisitas (meningkatkan klirens
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
12 Inj.seftazidi 2 Minor 26 Ceftazidim meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
m+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara
sinergisme farmakodinamik. bertahap yang dapat -
Inj.furosemi
Minor/signifikansi tidak menyebabkan nefrotoksik
d diketahui. Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah

13 Inj. 2 Moderat 28 Cefixime meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi


seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme farmakodinamik.
Inj. bertahap yang dapat
Minor/signifikansi tidak
furosemid diketahui. Peningkatan risiko menyebabkan nefrotoksik
nefrotoksisitas (meningkatkan klirens
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
14 Inj. 2 Serius 28 Seftriakson meningkatkan efek Pengujian aktivitas
seftriakson+I dari fondaparinux oleh antikoagulan dapat dilakukan -
antikoagulasi. Hindari atau
nj. arxitra denan menentukan waktu
gunakan obat alternatif lain .
(fondaparinu Sephalosporin dapat pembekuan activated partial
x) menurunkan aktivitas thromboplastin time (aPTT)
prothombin.
dan prothombin time (PT)
15 Inj. 2 Moderat 29 Cefixime meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
seftriakson+ toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme farmakodinamik.
Inj. bertahap yang dapat
Minor/signifikansi tidak
furosemid diketahui. Peningkatan risiko menyebabkan nefrotoksik
nefrotoksisitas (meningkatkan klirens
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
16 Inj. 2 Serius 31 Azithromycin dan Moxifloxacin Peningkatan Interval QTc: Nadi pasien
siprofloksasi keduanya meningkatkan interval secara teoritis dapat menurun drastis
QTC. Gunakan dengan hati-
n+Inj. meningkatkan risiko aritmia, dari 90x/ menit
hati/ monitor
ondansetron dilihat dari nilai detak jantung. menjadi 56
Jika sindrom QT panjang x/menit
yaitu aritmia yang berpotensi
bahaya dan menyebabkan
kematian mendadak
17 Inj. MP+Inj. 3 Moderat 31 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
siprofloksasi toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
n bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
18 Inj. MP+Inj. 3 Moderat 33 Ceftriaxon meningkatkan Nefrotoksisitas:kondisi
siprofloksasi toksisitas furosemid oleh penurunan ginjal secara -
sinergisme
n bertahap yang dapat
farmakodinamik.Minor/Signifik
ansi tidak diketahui. menyebabkan nefrotoksik
Peningkatan risiko (meningkatkan klirens
nefrotoksisitas
kreatinin). Diamati melalui
parameter nilai serum
kreatinin dan ureum darah
Lampiran 7. Potensi Interaksi Obat Menurut Literatur
No Obat yang Berinteraksi Uraian Interaksi Parameter Penyakit

Stockleys Drug Interaction Drug Interaction Fact Drug Information Jurnal


Handbook
1 Inj. seftriakson+ Inj. f - - - Penggunaan antibiotik ceftriaxon Nefrotoksisitas:kondisi penurunan g
urosemid bersama dengan furosemid akan injal secara bertahap yang dapat m
menyebabkan potensi interaksi o enyebabkan nefrotoksik (meningkat
bat pada fase ekskresi. Furosemi kan klirens kreatinin). Diamati melal
d dapat meningkatkan 25% wakt ui parameter nilai serum kreatinin d
u paruhdari ceftriaxon dan menur an ureum darah
unkan klirensnya, sehingga meni
ngkatkan efek nefro-toksiknya (Pr
asetya, 2011).

Ceftriaxone, sefalosporin yang di


kembangkan baru-baru ini secara
signifikan mengurangi aktivitas fu
rosemid pada tikus. Ceftriaxone ti
dak memiliki efek pada keluaran
urin basal dan ekskresi elektrolit
atau pada tindakan diuretik spesif
ik dari furosemide (A Korn et al.,
1986)

2 Inj. MP + Inj. siproflo - - Kortikosteroid (Sistemik): Ant - Ruptur Tendon: robek, pecah, atau
ksasin ibiotik Quinolone dapat meni terputusnya tendon yang salah satu
ngkatkan efek buruk / toksik nya dapat disebabkan karena kons
dari Kortikosteroid (Sistemik) umsi obat yang menyebabkan pera
. Risiko terkait tendon dangan sendi sehingga terjadi erosi
efek samping, termasuk tend tulang di bagian tepi sendi akibat in
onitis dan ruptur, dapat ditin vasi jaringan granulasi dan akibat re
gkatkan. Risiko C: Pantau te sorbsi osteoclast dan pada tendon t
rapi erjadi tenosinovitis
3 Inj. moksifloksasin - - Kortikosteroid (Sistemik): - Ruptur Tendon: robek, pecah, at
+ Inj. fartison (hidr Antibiotik Quinolone dapa au terputusnya tendon yang sala
okortison) t meningkatkan efek buru h satunya dapat disebabkan kar
k / toksik dari Kortikoster ena konsumsi obat yang menye
oid (Sistemik). Risiko terk babkan peradangan sendi sehin
ait tendon gga terjadi erosi tulang di bagia
efek samping, termasuk te n tepi sendi akibat invasi jaringa
ndonitis dan ruptur, dapat n granulasi dan akibat resorbsi
ditingkatkan. Risiko C: Pa osteoclast dan pada tendon terja
ntau terapi di tenosinovitis

4 Inj. moksifloksasin + - Efek: risiko aritmia jantung y - - Peningkatan Interval QTc: secara t
azithromisin ang mengancam jiwa, terma eoritis dapat meningkatkan risiko a
suk torsades de pointes, da ritmia, dilihat dari nilai detak jantun
pat meningkat g. Jika sindrom QT panjang yaitu a
Penanganan: Sparfloxacin ritmia yang berpotensi bahaya dan
di KI kan pada pasien yang menyebabkan kematian mendadak
menerima obat yang mmem
perpanjang interval QTc (mi
salnya eritromisin). Hindari l
evofloksasin dan gunakan g
atifloksasin dan moksifloksa
sin dengan hati-hati pada p
asien yang menerima makr
olida dan antibiotik terkait.

5 Inj. siprofloksasin+ - - Sama-sama memiliki efek Bradiaritmia: irama jantung lambat


Inj. ondansetron perpanjangan interval QT. (Indir karena ada gangguan pada sistem
a, 2015). listik jantung. Subjek dikatakan arit
mia juka nadi kurang dari 60 kali p
er menit.
Rumus Deskriptif kategorik
Dimana:
n = Zα2 x P x Q
d2
= 1,962 x 0,021 x 0,98
0,052
= 31,625
Keterangan:
Zα = derivate baku alfa
P = proporsi kategori variable yang diteliti
Q = 1-P
D = presisi

Nilai P diperoleh dari prevalensi penyakit pneumonia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (01 Oktober 2017
– 30 September 2018)
P = jumlah pasien pneumonia / jumlah pasien rawat inap
= 933/44165
= 0,021
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien rawat inap pneumonia yang didiagnosa oleh dokter
b. Pasien mengalami penyakit penyerta
c. Pasien berusia ≥ 18 tahun
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien adalah wanita hamil dan menyusui
b. Pasien yang yang meninggal dunia saat penelitian berlangsung
c. Pasien berusia ≤ 18 tahun
Form Pengumpulan Data Pasien
Nama : Jenis kelamin :

Nomor rekam medias : Riwayat penyakit :

Umur : Diagnosis :

Parameter Normal 16 17 18
penyakit
Tanda Vital Tekanan darah
(mm/Hg)
Suhu badan (C)
Respirasi
(x/menit)
Laboratorium Normal
klinik
Laboratorium rutin

Terapi (nama Aturan pakai


obat&dosis)

Parenteral
Terapi (nama Aturan pakai
obat&dosis)

Oral
IVFD
Skala Probabilitas Interaksi Obat
Perhitungan skor
No Kriteria Identifikasi skala DIPS

Ya Tidak N/A
1 Apakah telah ada laporan terpercaya dari interaksi tersebut sebelumnya pada manusia? 1 0 0
2 Apakah interaksi diamati secara terus -menerus dengan sifat interaktif yang diketahui dari ob 1 -1 0
at presipitan?
3 Apakah interaksi diamati secara terus -menerus dengan sifat interaktif yang diketahui dari ob 1 0 0
at objek?
4 Apakah kejadian tersebut terjadi secara konsisten dengan perjalanan waktu yang diketahui a 1 0 0
tau yang masuk akal dari interaksi (onset dan / atau offset) ?
5 Apakah interaksi obat terjadi pada dechallenge dari obat presipitan dengan tidak ada peruba 1 -2 0
han pada obat ojek?
(Jika tidak ada dechallenge, pilih N/A dan lanjutkan ke nomor 6)
6 Apakah interaksi muncul kembali ketika obat presipitan diberikan kembali bersama dengan o 2 1 0
bat objek?
7 Apakah ada penyebab alternatif lain dari kejadian tersebut? -1 1 0
8 Apakah obat objek terdeteksi dalam darah atau cairan lain dalam konsentrasi yang konsisten 1 0 0
dengan interaksi yang ditujukan?
9 Apakah interaksi obat dikonfirmasi oleh bukti yang obyektif sesuai dengan efek pada obat (se 1 0 0
lain konsentrasi obat dari pertanyaan sebelumnya (nomor 8)?
10 Apakah interaksi lebih besar ketika dosis obat presipitan ditingkatkan atau diturunkan ketika 1 -1 0
dosis obat presipitan diturunkan?

Sumber: (Lorensia dan Ratna, 2015)


Karakteristik Pasien Pneumonia Berdasarkan Diagnosis Penyakit Penyerta
Diagnosis Penyakit Penyerta Frekuensi Kasus (n) Persentase (%)

CHF 10 15,87%
PPOK 5 7,93%
Anemia 4 6,34%
Hipoalbumin 4 6,34%
Dispepsia 3 4,76%
Hipertensi 3 4,76%
Malnutrisi 3 4,76%
Kanker Paru 3 4,76%
Tumor paru 3 4,76%
Efusi pleura 3 4,76%
Tubercullosis 2 3,17%
Kardiomegali 2 3,17%
Asma 2 3,17%
DM 2 3,17%
Hiponatremia 1 1,58%
AF 1 1,58%
Abdominal pain CA 1 1,58%
Kanker Payudara 1 1,58%
Vertigo 1 1,58%
Konstipasi 1 1,58%
ODSS strabismus konjungtivitis 1 1,58%

Hipotiroid 1 1,58%
CKD 1 1,58%
Ulkus gluteus 1 1,58%
Hipokalemia 1 1,58%
Diare 1 1,58%
Polisitemia Sekunder 1 1,58%
Total 63 100%
Terapi Pneumonia yang Berpotensi Memiliki Interaksi Pada Peresepan Pasien Pneumonia
Interaksi Obat Efek Skor DIPS No. Pasien Jumlah Kasus Persentase
(n) (%)

Injeksi seftazidim + Injeksi Seftazidim meningkatkan toksisitas furosemid 2 2 2 11,11%


furosemid oleh sinergisme farmakodinamik.
Minor/signifikansi tidak diketahui. Peningkatan 2 26
risiko nefrotoksisitas

Sefiksim + Injeksi furosemid Sefiksim meningkatkan toksisitas furosemid 2 5 1 5,55%


oleh sinergisme farmakodinamik.
Minor/signifikansi tidak diketahui. Peningkatan
risiko nefrotoksisitas
Injeksi seftriakson + Injeksi Seftriakson meningkatkan toksisitas furosemid 2 6 7 38,89%
furosemid oleh sinergisme farmakodinamik. Peningkatan
risiko nefrotoksisitas 2 8

2 18

4 20

2 26

2 28

2 29

Injeksi MP + Injeksi Metilpresdnisolon dan siprofloksasin keduanya 3 20 5 22,22%


siprofloksasin meningkatkan lainnya. Monitor pemberian
antibiotik kuinolon dan kortikosteroid secara 3 23
bersamaan dapat meningkatkan risiko ruptur
3 31
tendon
3 33

Injeksi moksifloksasin + Hidrokortison dan moksifloksasin keduanya 3 22 1 5,55%


Injeksi fartison meningkatkan lainnya. Monitor pemberian
(hidrokortison) antibiotik kuinolon dan kortikosteroid secara
bersamaan dapat meningkatkan risiko ruptur
tendon
Injeksi moksifloksasin + Azithromisin dan moksifloksasin keduanya 3 24 1 5,55%
azithromisin meningkatkan interval QTC. Gunakan dengan
hati-hati/ monitor
Injeksi seftriakson + Injeksi Seftriakson meningkatkan efek dari 2 28 1 5,55%
arxitra (fondaparinux) fondaparinux oleh antikoagulasi. Hindari atau
gunakan obat alternatif lain . Sephalosporin
dapat menurunkan aktivitas prothombin.
Injeksi siprofloksasin + Siprofloksasin dan ondansetron keduanya 2 31 1 5,55%
Injeksi ondansetron menaikan interval QTc. Hindari atau gunakan
obat alternatif lain. Hindari dengan sindrom QT
bawaan panjang; pemantauan EKG
direkomendasikan dengan obat bersamaan
memperpanjang interval QT, kelainan elektrolit,
CHF, atau bradyarrhytmias
Total 18 100%
Kasus Potensi Interaksi Obat yang dapat Teramati

Interaksi Obat Level Potensi Parameter yang Diamati Parameter yang Teramati
Interaksi Pada Pasien

Injeksi seftazidim + Injeksi Minor Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
furosemid dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Sefiksim + Injeksi furosemid Minor Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Injeksi seftriakson + Injeksi Moderate Nefrotoksisitas:kondisi penurunan ginjal secara bertahap yang
furosemid dapat menyebabkan nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin). -
Diamati melalui parameter nilai serum kreatinin dan ureum darah
Injeksi MP + Injeksi Moderate Ruptur Tendon: robek, pecah, atau terputusnya tendon yang salah
siprofloksasin satunya dapat disebabkan karena konsumsi obat yang
menyebabkan peradangan sendi sehingga terjadi erosi tulang di
bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada tendon terjadi tenosinovitis
Injeksi moksifloksasin + Moderate Ruptur Tendon: robek, pecah, atau terputusnya tendon yang salah
Injeksi fartison (hidrokortison) satunya dapat disebabkan karena konsumsi obat yang
menyebabkan peradangan sendi sehingga terjadi erosi tulang di
bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat
resorbsi osteoclast dan pada tendon terjadi tenosinovitis
Injeksi moksifloksasin + Moderate Peningkatan Interval QTc: secara teoritis dapat meningkatkan
azithromisin risiko aritmia, dilihat dari nilai detak jantung. Jika sindrom QT -
panjang yaitu aritmia yang berpotensi bahaya dan menyebabkan
kematian mendadak
Mayor Pengujian aktivitas antikoagulan dapat dilakukan denan
menentukan waktu pembekuan activated partial thromboplastin -
Injeksi ceftriaxone + Injeksi time (aPTT) dan prothombin time (PT)
Arxitra (fondaparinux)

Injeksi siprofloksasin+ Mayor Bradiaritmia: irama jantung lambat karena ada gangguan pada Nadi pasien menurun drastis
sistem listik jantung. Subjek dikatakan aritmia juka nadi kurang dari 90x/ menit menjadi 56
Injeksi ondansetron dari 60 kali per menit. x/menit

Anda mungkin juga menyukai