Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS CAPAIAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU

(TREATMENT SUCCESS RATE) DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA


MANADO
Afnal Asrifuddin*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Laporan WHO tahun
2010 menyimpulkan ada 22 negara dengan kategori bebas tertinggi terhadap TB Paru. WHO
menduga kasus TBC di Indonesia merupakan nomor tiga terbesar didunia dengan masalah
tuberkulosis setelah India (30%) dan China (15%). Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Utara Tahun 2012 menggambarkan persentase kasus TB Paru tertinggi adalah usia 25-34 tahun
(23,67%) dan terendah pada usia 0-14 tahun (1,31%). Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan kepatuhan mengkonsumsi OAT, resistensi obat, PMO, dan suplai obat terhadap
capaian keberhasilan pengobatan TB Paru. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
yang melakukan pengobatan TB Paru di Puskesmas Ranotana Weru. Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien yang melakukan pengobatan TB Paru. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini dengan menggunakan teknik Accidental Sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
memiliki usia ≥ 17 tahun serta bersedia untuk diwawancarai. Hasil penelitian diperoleh bahwa
kepatuhan minum obat (p=0,000) dan suplai obat (p=0,000) memiliki hubungan dengan
keberhasilan pengobatan TB Paru sedangkan resistensi obat (p=0,498) dan pengawas menelan
obat (p=0,060) tidak memiliki hubungan dengan keberhasilan pengobatan TB Paru.

Kata Kunci: kepatuhan, keberhasilan pengobatan, TB Paru

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis, which
can attack various organs, especially the lungs. WHO report in 2010 concluded there are 22
countries with the highest smoking category against pulmonary TB. WHO suspected TB cases in
Indonesia is the third largest in the world with the problem of tuberculosis after India (30%) and
China (15%). Profile of North Sulawesi Provincial Health Office in 2012 illustrates the highest
percentage of cases of pulmonary TB is 25-34 (23.67%) and the lowest at the age of 0-14 years
(1.31%). The aim of research to determine the relationship consume OAT adherence, drug
resistance, PMO, and the supply of drugs to the achievement of successful treatment of pulmonary
tuberculosis. This research is an analytic observational study with cross sectional study. The
population of this study were all patients undergoing treatment of pulmonary TB in Puskesmas
Ranotana Weru. The sample in this study are patients who have pulmonary TB treatment. The
sampling technique in this study using the technique accidental sampling with the following
inclusion criteria: age ≥ 17 years and is available for interviews. The results showed that
medication adherence (p = 0.000) and the supply of drugs (p = 0.000) have a relationship with the
successful treatment of pulmonary TB while drug resistance (p = 0.498) and a treatment supporter
(p = 0.060) have no relationship to the success of treatment Pulmonary TB.

Keywords: adherence, treatment outcomes, pulmonary tuberculosis

PENDAHULUAN paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit atau pengobatannya tidak tuntas dapat
infeksi menular yang disebabkan bakteri menimbulkan komplikasi berbahaya
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat hingga kematian. TB diperkirakan sudah
menyerang berbagai organ, terutama ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum

69
masehi, namun kemajuan dalam Indonesia yang paling efektif biaya dan
penemuan dan pengendalian TB baru puskesmas merupakan ujung tombak
terjadi dalam penemuan dan pelaksanaannya. Fokus utama
pengendalian penyakit TB baru terjadi penanggulangan TB dengan strategi
dalam 2 abad terakhir. DOTS adalah penemuan dan
Laporan WHO tahun 2010 penyembuhan penderita TB. Target
menyimpulkan ada 22 negara dengan nasional untuk Case Detection Rate
kategori bebas tertinggi terhadap TB (CDR) adalah 70% dengan angka
Paru. Sekitar 80% penderita TB Paru di kesembuhan (cure rate) minimal 85%.
dunia berada pada 22 negara Penemuan penderita TB Paru dilakukan
berkembang dengan angka kematian 3 secara pasif dengan promosi aktif
juta setiap tahunnya dari 9 juta kasus (passive promotive case finding). Kasus
baru dan secara global angka insidensi TB Paru berdasarkan data Dinas
penyakit TB meningkat 1% setiap tahun. Kesehatan Manado Tahun 2015
Angka estimasi tahun 2004 diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah
bahwa insidensi TB sekitar 530.000 penderita TB Paru tahun 2011 sampai
kasus TB BTA positif (245/100.000), 2014, dimana data yang diperoleh
prevalensi seluruh kasus TB menunjukkan jumlah penderita TB Paru
diperkirakan 600.000 dengan angka tahun 2011 sebanyak 3068 penderita,
kematian 101.000 orang. Hasil survei tahun 2012 sebanyak 2747 penderita,
insidensi dan prevalensi tahun 2004 tahun 2013 sebanyak 1966 penderita dan
menunjukkan perbedaan yang nyata di pada tahun 2014 sebanyak 1502. kasus
beberapa wilayah, di Jawa dan Bali TB Paru paling banyak pada Puskesmas
64/100.000, di Sumatera 160/100.000 Tuminting sebanyak 931 kasus dan
dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) paling sedikit pada Puskesmas
210/100.000, yang terdapat daerah- Tongkaina sebanyak 3 kasus. Dari
daerah yang sulit terakses oleh beberapa puskesmas yang terdapat di
pelayanan kesehatan, sehingga Kota Manado, Puskesmas Ranotana
diperkirakan banyak penderita TB yang merupakan salah satu puskesmas yang
tidak ditemukan dan tidak dilaporkan. memiliki kecenderungan dalam
Oleh karena itu, TB masih merupakan menurunkan frekuensi penderita TB
masalah utama kesehatan masyarakat di Paru yang berobat dengan menggunakan
Indonesia. strategi DOTS. Berdasarkan latar
Strategi DOTS adalah satu- belakang masalah maka rumusan
satunya strategi penanggulangan TB di masalah penelitian ini yaitu apakah

70
faktor-faktor yang berhubungan sampel dengan menunggu sampel pada
(Kepatuhan Mengkonsumsi OAT, tempat penelitian dengan kriteria inklusi
Resistensi Obat, Pengawas Menelan sebagai berikut : memiliki usia ≥ 17
Obat, Suplai Obat) dengan capaian tahun serta bersedia untuk
keberhasilan pengobatan TB Paru diwawancarai.
(Treatment Success Rate) di Puskesmas Pengolahan data dilakukan
Ranotana Weru Kota Manado Tahun dengan menggunakan program SPSS.
2016 Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan
BAHAN DAN METODE
karakteristik setiap variabel penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
Bentuk analisis univariat tegantung dari
penelitian ini adalah jenis penelitian
jenis datanya, dan pada penelitian ini
observasional analitik dengan
dianalisis dengn melakukan distribusi
rancangancross sectional study, yaitu
rekuensi dan persentase dari tiap
suatu rancangan yang mengkaji
variabel. Setelah dilakukan anaisis
dinamika korelasi atau assosiasi antara
univariat, hasilnya akan diketahui
variabel bebas (independen) dengan
karakteristik atau distribusi setiap
variabel terikat (dependen) pada saat
variabel, dan dapat dilanjutkan analisis
yang bersamaan (Point Time Approad).
bivariat. Analisis bivariat digunakan
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
untuk menguji hipotesis hubungan atau
Puskesmas Ranotana Weru pada bulan
korelasi antara variabel independent dan
Maret sampai dengan Juni 2016.
variabel dependen. Analisis bivariat
Populasi merupakan seluruh subyek atau
dilakukan dengan menggunakan uji Chi
objek dengan karakteristik tertentu yang
Square ( ) dengan batas kemaknaan p
akan diteliti (Hidayat, 2010). Populasi
< 0,05 yang berarti ada hubungan antara
penelitian ini adalah seluruh pasien yang
dua variabel yang diukur, maka Ho
melakukan pengobatan TB Paru di
ditolak. Apabila p ≥ 0.05 maka Ho
Puskesmas Ranotana Weru. Sampel
diterima yang berarti tidak ada
adalah bagian dari populasi yang akan
hubungan yang bermakna antara dua
diteliti atau sebagian jumlah dari
variabel yang diukur.
karakteristik yang dimiliki. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien yang HASIL PENELITIAN
melakukan pengobatan TB Paru. Teknik Karakteristik Responden
pengambilan sampel pada penelitian ini Tabel 1 menunjukkan bahwa resonden
dengan menggunakan teknik Accidental yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
Sampling yaitu cara pengambilan 46 (59%) dan perempuan sebanyak 32

71
(41%). Kelompok umur yang paling memiliki hubungan terhadap
banyak menderita TB Paru adalah 19-31 keberhasilan pengobatan TB Paru.
tahun (33,33%) dan yang paling sedikit Pengawas menelan obat yang
adalah 71-83 tahun (1,29%). Pendidikan melaksanakan perannya dengan baik dan
terakhir responden paling banyak pada berhasil terhadap pengobatan TB Paru
tingkat pendidikan SMA yaitu 38 yaitu sebanyak 65 responden (89%)
(48,72%) dan paling sedikit pada tingkat sedangkan hanya 3 responden (60%)
pendidikan TK (1,28%). Resonden yang yang kurang berperan dalam
bekerja sebanyak 55 (70,51%) dan tidak pengawasan menelan obat pasien TB
bekerja sebanyak 23 (29,49%). Paru dan berhasil terhadap pengobatan
Analisis Bivariat TB Paru. Dari tabel juga diperoleh nilai
Tabel 2 menunjukkan bahwa p = 0,060 sehingga nilai p>0,05 yang
patuh dalam mengkonsumsi OAT berarti bahwa peran pengawas menelan
menunjukkan keberhasilan terhadap obat tidak memiliki hubungan terhadap
pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 62 keberhasilan pengobatan TB Paru.
responden (100%) sedangkan hanya 6 Responden yang baik dalam
responden (37,5%) yang tidak patuh suplai obat yang diterima dan berhasil
dalam mengkonsumsi OAT dan berhasil dalam pengobatan TB Paru sebanyak 68
terhadap pengobatan TB Paru. Dari tabel responden (89,5%) sedangkan
juga diperoleh nilai p = 0,000 sehingga responden yang kurang baik dalam
nilai p<0,05 yang berarti bahwa suplai obat dan tidak berhasil dalam
kepatuhan dalam mengkonsumsi OAT pengobatan TB Paru sebanyak 2
memiliki hubungan terhadap responden (100%). Nilai p yang
keberhasilan pengobatan TB Paru. diperoleh sebesar 0,000 sehingga
Responden yang mengalami diketahui nilai p<0,05 sehingga dapat
resisten obat dan berhasil dalam disimpulkan bahwa suplai obat memiliki
pengobatan TB Paru sebanyak 3 hubungan terhadap keberhasilan
responden (100%) sedangkan responden pengobatan TB Paru.
yang tidak resisten terhadap obat dan
PEMBAHASAN
berhasil dalam pengobatan TB Paru
Ada hubungan antara kepatuhan minum
sebanyak 65 responden (86,7%). Nilai p
obat dengan keberhasilan pengobatan
yang diperoleh sebesar 0,498 sehingga
TB Paru. Hal ini ini dikarenakan petugas
diketahui nilai p>0,05 sehingga dapat
kesehatan Poli DOTS Puskesmas
disimpulkan bahwa resistensi obat tidak
Ranotana Weru telah memberikan
informasi dan edukasi terkait kepatuhan

72
dalam minum obat secara teratur dan minum obat sehingga menyebabkan
menyelesaikan pengobatan sampai pengobatan tidak sesuai anjuran yang
selesai yang didukung oleh adanya akan mengakibatkan pasien menjadi
Pengawas Menelan Obat (PMO). Hasil resisten. Penyakit TB paru dapat
ini didukung oleh penelitian Supriyono, disembuhkan secara total apabila
Wardani & Meikawati (2007) yang penderita patuh terhadap pengobatan
menunjukkan hubungan yang signifikan (Suharmiati & Maryani, 2011). Hal
antara kedisiplinan minum obat TB paru penelitian tersebut didukung oleh
dengan tingkat keberhasilan paket TB penelitian Reviono yang menyatakan
paru. Kepatuhan dapat diartikan sebagai adanya perbedaan dalam perbandingan
perilaku pasien secara hasil pengobatan antara pasien yang
kognitif/intelektual yang mentaati semua resisten dan tidak resisten pada masing-
nasehat dan petunjuk yang dianjurkan masing obat. Menurut Reviono, hasil
oleh kalangan tenaga medis (Subhakti, pengobatan yang berbeda secara
2014). Kepatuhan minum obat diukur bermakna itu disebabkan oleh adanya
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan resistensi pada obat Rifampisin
yang telah diterapkan yaitu dengan (p=0,003), Pirazinamid (p=0,041) dan
pengobatan lengkap. Kepatuhan Streptomisin (p=0,049).
pengobatan apabila kurang dari 90% Tidak ada hubungan antara
maka akan mempengaruhi kesembuhan. pengawas menelan obat (PMO) dengan
OAT harus diminum teratur sesuai keteraturan minum obat penderita TB
jadwal, terutama pada fase pengobatan Paru. Peran PMO dalam pengobatan
intensif untuk menghindari terjadinya pasien TB Paru adalah perilaku PMO
kegagalan pengobatan serta terjadinya berupa tindakan-tindakan mengawasi
kekambuhan (Supriyono, Wardani & pola konsumsi obat, pengawasan
Meikawati, 2007). perilaku menjaga kesehatan dan
Tidak ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan obat pasien TB
resistensi obat dengan keberhasilan Paru. Bentuk peran PMO yang
pengobatan TB Paru. Pengobatan bagi ditunjukkan oleh PMO dalam penelitian
penderita penyakit TB paru akan ini antara lain dengan PMO senantiasa
menjalani proses yang cukup lama, yaitu memantau kepatuhan pasien dalam
berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan mengkonsumsi obat, mengingatkan
atau bahkan bisa lebih. Lamanya pasien jika obat akan habis, dan mau
pengobatan yaitu antara 6-9 bulan sering mengantar pasien untuk mengambil obat
menyebabkan pasien frustasi atau bosan TB Paru ke Puskesmas. Peran PMO

73
yang baik didukung oleh beberapa disimpulkan bahwa ada hubungan antara
faktor, antara lain hubungan PMO suplai obat dengan keberhasilan
dengan pasien menunjukkan sebagian pengobatan TB Paru. Penyebab suplai
besar PMO adalah keluarga pasien. obat yang tidak baik kepada penderita
Hubungan tersebut menyebabkan pasien TB Paru dapat disebabkan oleh
sebagai anggota keluarga mendapat kurangnya biaya pengadaan obat
dukungan dan perlindungan dari tuberkulosis seperti rifampisin dan
keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan pirasinamid yang relatif mahal, dan
kesehatannya. Dukungan PMO sebagai kurangnya perhatian aparat pemerintah
anggota keluarga pasien merupakan terhadap besarnya masalah tuberkulosis
bentuk dukungan instrumen keluarga, ini dan kurang terpadu
yaitu memberikan pertolongan praktis penanggulangannya (Bahar, 2001).
terhadap kegiatan pemenuhan dan
KESIMPULAN DAN SARAN
pemeliharaan kesehatan anggota
Ada hubungan antara kepatuhan minum
keluarga. Hal tersebut sebagaimana
obat serta suplai obat dengan
dikemukakan oleh Setiadi (2008) yang
keberhasilan pengobatan TB Paru.
mengatakan bahwa salah satu dukungan
Sedangkan tidak ada hubungan antara
keluarga terhadap anggotanya adalah
resistensi obat serta pengawas menelan
dukungan instrumental yaitu keluarga
obat dengan keberhasilan pengobatan
merupakan sebuah pertolongan praktis
TB Paru. Sehungga dianggap perlu
dan konkrit, diantaranya kesehatan
kerjasama lintas sektoral dan institusi
penderita dalam hal kebutuhan makan
kesehatan untuk memberantas penyakit
dan minum, istirahat, terhidarnya
TB Paru Resisten Obat Tuberkulosis
penderita dari kelelahan.
mengingat prevalensinya yang terus
Program TB yang baik
meningkat, melakukan evaluasi pada
memastikan rejimen yang adekuat,
setiap penderita yang memiliki
suplai obat yang berkualitas dan tidak
kepatuhan minum obat rendah yang
terputus serta pengawasan menelan obat
berindikasi untuk putus obat agar infeksi
yang berorientasi kepada pasien akan
dapat disembuhkan, memberi support
meningkatkan case-holding. Penyediaan
atatu dorongan kepada penderita selama
obat TB Paru diharapkan aman, efektif,
menjalani pengobatan agar tidak terjadi
bermutu serta dapat dijangkau oleh
putus obat, dan penelitian lebih lanjut
seluruh lapisan masyarakat. Uji statistik
mengenai faktor-faktor yang
yang dilakukan diperoleh nilai p-value
mempengaruhi keberhasilan pengobatan
sebesar 0,000 (< α = 0,05), sehingga
TB dengan resistensi Obat Tuberkulosis

74
dengan metode kohort dan sampling Nainggolan, H.R.N. (2013). Faktor yang
berhubungan dengan gagal
random, jumlah sampel yang lebih
konversi pasien TB paru kategori
banyak pada center penelitian yang lebih I pada akhir pengobatan fase
intensif di Kota Medan.
luas, dengan meneliti lebih banyak
variabel. Palinggi Y, Kadir Abd, Semana A.
Hubungan motivasi keluarga
dengan kepatuhan berobat pada
DAFTAR PUSTAKA pasien tb paru rawat jalan di rsu a.
Asnawi, Natsir. 2009. Social Support makkasau pare-pare. 2013. h 4.
and Behavior Toward Others Puskesmas Ranotana Weru. (2015).
(Dukungan Sosial dan Perilaku Laporan Jumlah Penderita TB
Terhadap Orang Lain): Suatu Paru Tahun 2010-2014. Manado
Tinjauan Psikologi.
Septia A, Rahmalia S, Sabrian F.
Badan Penelitian dan Pengembangan Hubungan Dukungan Keluarga
Kesehatan, Kementerian Dengan Kepatuhan Minum Obat
Kesehatan Republik Indonesia. Pada Penderita TB Paru. 2014.
(2013). Riset kesehatan dasar http://download.portalgaruda.
2013. Jakarta: Kementerian org/article.php?article=186671&v
Kesehatan Republik Indonesia. al
Depkes, RI. (2006). Kerangka Kerja =6447&title=Hubungan%20duku
Strategi Pengendalian TBC ng
Indonesia 2006-2010. Jakarta an%20keluarga%20dengan%20K
ep
Depkes, RI. (2007). Penyebaran atuhan%20minum%20obat%20pa
Tuberkulosis Tahun 2004. Jakarta d
a%20%20Penderita%20tb%20par
Dinas Kesehatan Kota Manado, (2015). u
Laporan Program
Penanggulangan Tuberkulosis Sulistyawati. 2012. Hubungan dukungan
Paru Tahun 2011-2015. Manado. keluarga dengan tingkat stress
pada pasien tuberkulosis usia
Febby Fhitrisia. (2008). Peranan produktif di RS PKU
Keluarga dalam Proses Muhammadiyah
Pengobatan Pasien TB Paru. Yogyakarta.http://opac.say.ac.id/9
Tesis. Universitas Andalas. 0
(repository.unand.ac.id) 2/1/NASKAH%20PUBLIKASI_S
Hidayat, Alimul Aziz A. (2003). Riset ULIS TIYAWATI.pdf
Keperawatan dan Teknik WHO. (2006). Report, Global
Penulisan Ilmiah, Salemba Tuberculosis is Control,
Medika. Jakarta. Surveillance, Planning, Financing:
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pusat WHO/HTM/TB/2006.362.
Data dan Informasi Kementrian Geneva
Kesehatan RI (InfoDATIN). WHO. (2010). Report, Global
Jakarta. Tuberculosis is Control,
Kementrian Kesehatan RI. (2009). Surveillance, Planning, Financing.
Pedoman Nasional Geneva
Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta

75
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2016
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 46 59
Perempuan 32 41
Kelompok Umur
6 – 18 4 5,13
19 – 31 26 33,33
32 – 45 16 20,51
45 – 57 16 20,51
58 – 70 13 16,67
71 – 83 1 1,29
≥84 2 2,56
Pendidikan Terakhir
TK 1 1,28
Tidak Tamat SD 2 2,56
SD 17 21,79
SMP 11 14,10
SMA 38 48,72
Akademi/Sarjana 9 11,54
Pekerjaan
Bekerja 55 70,51
Tidak Bekerja 23 29,49
Jumlah 78 100

Tabel 2. Hubungan Variabel Penelitin Dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru Di


Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2016
Keberhasilan Pengobatan TB
Variabel Paru Jumlah % p
Berhasil % Tidak %
Kepatuhan Minum OAT
Patuh 62 100 0 0 62 100 0,000
Tidak Patuh 6 37,5 10 62,5 16 100
Resistensi Obat
Resisten 3 100 0 0 3 100 0,498
Tidak Resisten 65 86,7 10 13,3 75 100
Pengawas Menelan Obat
Berperan 65 89 8 11 73 100 0,060
Kurang Berperan 3 60 2 40 5 100
Suplai Obat
Baik 68 89,5 8 10,5 76 100 0,000
Kurang 0 0 2 100 2 100
Jumlah 68 87,2 10 12,8 78 100

76

Anda mungkin juga menyukai