uk
Provided by Persatuan Perawat Nasional Indonesia: PPNI Jawa Tengah Journal
Corresponding author:
Muhamad Rofi’i
muhamadrofiiundip76@gmail.com
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 1 No 2, Nov 2018
e-ISSN 2621-5047
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-8 2
Muhamad Rofi’i - Diagnosa Keperawatan Yang Sering Ditegakkan Perawat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
Rumah Sakit
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-8 4
Tabel 3 PEMBAHASAN
Gambaran Perumusan Diagnosa Keperawatan
pada Pasien TB Paru di RS (n=100)
No Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Kebutuhan Oksigenasi:
Bersihan jalan nafas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Bersihan jalan nafas kurang efektif diagnosa keperawatan pada pasien TB paru
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang paling banyak muncul adalah bersihan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. jalan nafas tidak efektif sebanyak 52 pasien
Obstruksi sputum
(52%). Urutan kedua adalah pola nafas
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d
akumulasi sekret tidak efektif sebanyak 31 pasien (31%).
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. Menurut (Doenges, 1999), diagnosa
Penumpukan sekret di jalan nafas keperawatan yang muncul pada pasien
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. tuberculosis paru adalah resiko tinggi
Penumpukan sputum yang banyak infeksi (penyebaran/aktivasi ulang),
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d.
Bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko
Produksi sekret yang berlebihan
Tidak efektif bersihan jln nafas b.d. tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas,
Patologi penyakit perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakbersihan jalan nafas b.d. Akumulasi tubuh, kurang pengetahuan mengenai
sekret kondisi, aturan tindakan dan pencegahan.
Tidak efektif bersihan jalan nafas b,d. Sedangkan menurut (Tucker S.M, Cannobio
Penumpukkan sekret
Tidak efektif bersihan jalan nafas b.d.
M.M., Paqquete E.V, 1998) diagnosa
Akumulasi sekret keperawatan pada tuberculosis pulmoner
Tidak efektif bersihan jalan nafas b.d. adalah ketidakefektifan pola nafas,
Penumpukan sputum. potensial terhadap penyebaran infeksi,
Tidak efektif pola nafas perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Pola Nafas tidak efektif tubuh, dan kurang pengetahuan. Diagnosa
Pola nafas tidak efektif b.d. Penurunan
efektifitas lapang paru
keperawatan menurut NANDA 2015-2017
Pola nafas tidak efektif b.d. Penurunan yang terkait pada sistem pernafasan ada 6
fungsi paru diagnosis yaitu Pertukaran gas terganggu,
Pola nafas tidak efektif b.d. Bronkoskopi Pola nafas tidak efektif, Ventilasi spontan
Pola nafas tidak efektif b.d. Keletihan otot terganggu, Disfungsi respon penyapihan
pernafasan ventilator, Bersihan jalan nafas tidak efektif,
Tidak efektif pola nafas b.d. Kelelahan otot
pernafasan
dan Resiko aspirasi (NANDA International,
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d. 2014). Menurut SDKI, diagnosa
Gangguan fungsi paru keperawatan pada subkategori respirasi
Resiko aspirasi b.d. Hemoptoe adalah Bersihan jalan napas tidak efektif,
2. Kebutuhan nutrisi: Gangguan penyapihan ventilator, Gangguan
Anoreksia b.d. Patologis penyakit
pertukaran gas, gangguan ventilasi spontan,
3. Kebutuhan aktifitas:
Intoleransi aktifitas b.d. Keletihan Pola napas tidak efektif, dan Resiko aspirasi
4. Kebutuhan Aman nyaman: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Gangguan rasa nyaman nyeri
Ggn rasa nyaman b.d penyebab Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyakitnya urutan kedua adalah pola nafas tidak efektif
Nyeri
sebanyak 31 pasien (31%). Menurut
Nyeri b.d. Agen injury
Nyeri s/d penyebabnya : nafsu makan (Tucker S.M, Cannobio M.M., Paqquete E.V,
menurun ditandai skala nyeri 3 1998) diagnosa keperawatan pada
Hipertermi b.d. Proses penyakit tuberculosis pulmoner adalah
Peningkatan suhu tubuh b.d. Proses infeksi ketidakefektifan pola nafas. Sedangkan
penyakit diagnosa keperawatan menurut NANDA
2015-2017 yang terkait pada sistem
pernafasan yaitu Pola nafas tidak efektif
Muhamad Rofi’i - Diagnosa Keperawatan Yang Sering Ditegakkan Perawat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
Rumah Sakit
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-8 5
Bersihan jalan nafas tidak efektif (NANDA menuliskan faktor yang berhubungan.
International, 2014); (Tim Pokja SDKI DPP Begitu juga pernyataan tidak dibalik
PPNI, 2017), 2017; (Doenges, Moorhouse, menjadi tidak efektif pola nafas.
1999). Penyebab diagnosa adalah
akumulasi sekret. Ini lebih sesuai dengan Penulisan diagnosa keperawatan Pola nafas
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu tidak efektif b.d. Penurunan efektifitas
penyebab fisiologis berupa hipersekresi lapang paru, Pola nafas tidak efektif b.d.
jalan nafas atau sekresi yang tertahan. Dan Penurunan fungsi paru, jika dilihat dari
menurut NANDA 2015-2017 penyebabnya faktor yang berhubungan atau penyebab,
bisa berupa kelebihan mucus/lendir atau tidak ada dalam beberapa teori. Menurut
sekresi yang tertahan (NANDA NANDA 2015-2017, faktor yang
International, 2014). berhubungan pada diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efektif adalah Deformitas
Perawat menuliskan diagnosa pola nafas dinding dada, kerusakan muskuloskeletal,
tidak efektif terdapat 7 bentuk penulisan posisi tubuh yang menghambat ekspansi
diagnosa. Penulisan diagnosa oleh perawat paru, deformitas tulang, kecemasan,
tersebut adalah Tidak efektif pola nafas, kelelahan, hiperventilasi, sindrom
Pola Nafas tidak efektif, Pola nafas tidak hipoventilasi, immatur neurologi,
efektif b.d. Penurunan efektifitas lapang kerusakan neurologi, kerusakan
paru, Pola nafas tidak efektif b.d. Penurunan neuromuskuler, obesitas, nyeri, kelelahan
fungsi paru, Pola nafas tidak efektif b.d. otot pernafasan, dan trauma tulang spinal
Bronkoskopi, Pola nafas tidak efektif b.d. (NANDA International, 2014).
Keletihan otot pernafasan, dan Tidak efektif
pola nafas b.d. Kelelahan otot pernafasan. Penulisan diagnosa keperawatan Pola nafas
Tulisan diagnosa keperawatan “Pola nafas tidak efektif b.d. Bronkoskopi, jika dilihat
tidak efektif” ini sesuai dengan NANDA dari faktor yang berhubungan atau
2015-2017, pada domain 4: Aktifitas penyebab, tidak ada dalam beberapa teori.
/Istirahat, Kelas 4. Respon Menurut NANDA 2015-2017, faktor yang
Kardivaskuler/paru-paru, yaitu Pola nafas berhubungan pada diagnosa keperawatan
tidak efektif dengan kode 0032 (NANDA pola nafas tidak efektif adalah Deformitas
International, 2014). Diagnosa dinding dada, kerusakan muskuloskeletal,
keperawatan Pola nafas tidak efektif juga posisi tubuh yang menghambat ekspansi
sesuai dengan Standar Diagnosa paru, deformitas tulang, kecemasan,
Keperawatan Indonesia disebutkan bahwa kelelahan, hiperventilasi, sindrom
pada kategori: fisiologis, subkategori hipoventilasi, immatur neurologi,
respirasi terdapat nama diagnosa kerusakan neurologi, kerusakan
keperawatan “Pola Nafas tidak efektif” neuromuskuler, obesitas, nyeri, kelelahan
dengan kode D.0005 (Tim Pokja SDKI DPP otot pernafasan, dan trauma tulang spinal
PPNI, 2017). Dan menurut (Tucker S.M, (NANDA International, 2014).
Cannobio M.M., Paqquete E.V, 1998))
diagnosa keperawatan pada tuberculosis Pola nafas tidak efektif b.d. Keletihan otot
pulmoner adalah ketidakefektifan pola pernafasan, dan Tidak efektif pola nafas b.d.
nafas. Kelelahan otot pernafasan. jika dilihat dari
faktor yang berhubungan atau penyebab,
Penulisan perawat tentang diagnosa penyebab ini sesuai dalam beberapa teori.
keperawatan “Tidak efektif pola nafas, Pola Menurut NANDA 2015-2017, faktor yang
Nafas tidak efektif, Pola nafas tidak efektif berhubungan pada diagnosa keperawatan
b.d. Penurunan efektifitas lapang paru”, pola nafas tidak efektif adalah kelelahan
ketidakseragaman ini sebenarnya perawat otot pernafasan (NANDA International,
dapat menuliskan diagnosa keperawatan 2014)).
“Pola Nafas tidak efektif”, tidak perlu
Muhamad Rofi’i - Diagnosa Keperawatan Yang Sering Ditegakkan Perawat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
Rumah Sakit
Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 1 No 2, Nov 2018/ page 1-8 7
Perawat menuliskan diagnosa nyeri akut chloride), agen injury fisik (seperti abses,
terdapat 5 bentuk penulisan diagnosa amputasi, luka bakar, terpotong, prosedur
keperawatan. Penulisan diagnosa operasi, trauma) (NANDA International,
keperawatan tersebut adalah Gangguan 2014).
rasa nyaman nyeri, Gangguan rasa nyaman
b.d penyebab penyakitnya, Nyeri, Nyeri b.d. Penulisan perawat tentang diagnosa
Agen injury, dan Nyeri s/d penyebabnya: keperawatan “Nyeri s/d penyebabnya:
nafsu makan menurun ditandai skala nyeri nafsu makan menurun ditandai skala nyeri
3. Tulisan diagnosa keperawatan “Nyeri 3” ini tidak sesuai dengan NANDA 2015-
atau Gangguan rasa nyaman nyeri” ini tidak 2017, tetapi kurang spesifik. Menurut
sesuai dengan NANDA 2015-2017, yaitu NANDA 2015-2017, faktor yang
pada domain 12: Kenyamanan, Kelas 1. berhubungan atau penyebab pada diagnosa
Kenyamanan fisik, yaitu Nyeri akut kode keperawatan “Nyeri akut” adalah agen
00134, Nyeri kronik kode 00133, Nyeri injury biologis, agen injury kimia, agen
persalinan kode 00256, dan Sindrom nyeri injury fisik (NANDA International, 2014).
konis kode 00255 (NANDA International,
2014). Sedangkan penulisan perawat Perawat menuliskan diagnosa hipertermi
tentang diagnosa keperawatan Gangguan terdapat 2 bentuk penulisan diagnosa
rasa nyaman b.d penyebab penyakitnya, keperawatan. Penulisan diagnosa
yaitu “Gangguan rasa nyaman” ini sesuai keperawatan tersebut adalah Hipertermi
dengan NANDA 2015-2017, yaitu pada b.d. Proses penyakit dan Peningkatan suhu
domain 12: Kenyamanan, Kelas 3. tubuh b.d. Proses infeksi penyakit. Tulisan
Kenyamanan sosial, yaitu Kenyamanan diagnosa keperawatan “Hipertermi” ini
terganggu kode 00214 (NANDA sesuai dengan NANDA 2015-2017, yaitu
International, 2014). pada domain 11: Keselamatan/Proteksi,
Kelas 6. Termoregulasi, yaitu diagnosa
Penulisan perawat tentang diagnosa keperawatan “Hipertermia” kode 00007
keperawatan “Gangguan rasa nyaman b.d (NANDA International, 2014). Sedangkan
penyebab penyakitnya”, jika ditinjau dari penulisan perawat tentang diagnosa
penyebabnya atau faktor yang berhubungan keperawatan “Peningkatan suhu tubuh” ini
adalah sesuai dengan NANDA 2015-2017. tidak sesuai dengan NANDA 2015-2017,
Menurut NANDA 2015-2017, faktor yang karena pada NANDA 2015-2017, yaitu pada
berhubungan atau penyebab pada diagnosa domain 11: Keselamatan/Proteksi, Kelas 6.
keperawatan “Kenyamanan terganggu” Termoregulasi, terdapat diagnosa
adalah Penyakit dihubungkan dengan keperawatan yaitu Hipertermia kode
gejala-gejala, kontrol lingkungan yang 00007, Resiko ketidakseimbangan
kurang, privasi yang kurang, sumber daya temperatur tubuh kode 00005, Hipotermia
yang kurang, kontrol situasi yang kurang, kode 00006, Resiko hipotermia kode 00253,
rangsangan lingkungan yang berbahaya, Resiko hipotermia perioperatif kode 00254,
dan regimen pengobatan (NANDA dan Termoregulasi tidak efektif kode 00008
International, 2014). (NANDA International, 2014).
Manajemen Rumah Sakit diharapkan selalu Doenges, Moorhouse, dan G. (1999). Rencana
untuk meningkatkan kemampuan skill Asuhan Keperawatan (Jakarta). EGC.
perawat dalam merumuskan diagnosa
NANDA International. (2014). NANDA International
keperawatan dan juga memonitoring dan Nursing Diagnosis: Definitions & Classification
mengevaluasi baik secara kualitatif maupun 2015-2017. (S. Herdman, T.H. and Kamitsuru,
kuantitatif penyusunan diagnosa Ed.) (Tenth edit). Oxford: WILEY Blackwell.
keperawatan, serta menetapkan standar
diagnosa keperawatan yang terkini. Orr, P. (2011). Adherence to tuberculosis care in
Perawat pengelola pasien diharapkan dapat Canadian Aboriginal populations Part 2 : a
comprehensive approach to fostering
menggunakan diagnosa keperawatan dan adherent behaviour. International Journal of
perencanaan terkini sesuai dengan Circumpolar Health, 70(2).
penggunaan NANDA.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis
REFERENSI Keperawatan Indonesia (Edisi 2). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Abd, R., Mohamed, R., Rabo, A., & El-zeftawy, A. M. A. Nasional Indonesia.
(2015). Tuberculosis Patients ’ Perspective of
Quality of Care Provided By Nurses after Tucker S.M, Cannobio M.M., Paqquete E.V, dan W. M.
Implementing Nursing Intervention at Chest F. (1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta:
Governorate Hospitals in Gharbia, 3(6), 27– EGC.
38.
WHO. (2010). Global Tuberculosis Control. Geneva.
Muhamad Rofi’i - Diagnosa Keperawatan Yang Sering Ditegakkan Perawat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
Rumah Sakit