Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BIAYA PENGOBATAN PENGGUNAAN SEFTRIAKSON DAN

NON-SEFTRIAKSON PADA PASIEN DEMAM TIFOID

Oleh
 
REMA ALINDA MUSLIMAH
050218A195
LATAR BELAKANG

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang mengenai


saluran pencernaan, gangguan pada saluran cerna, dan beberapa
kasus yang tergolong berat menyebabkan adanya gangguan
kesadaran. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri yang
bernama bakteri salmonella typhi, bakteri ini merupakan genus
salmonella yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
m a k a n a n d a n m i n u m a n y a n g t e r c e m a r ( s i d a b u t a r, 2 0 1 6 ) .

Pengobatan utama demam tifoid dengan pemberian antibiotik.


Penggunaan antibiotik bertujuan agar tidak terjadi komplikasi
yang mengakibatkan kematian, dan untuk mencegah kekambuhan
(hazmen, 2019). Pemberian antibiotik empiris yang tepat pada
pasien demam tifoid sangat penting, karena dapat mencegah
komplikasi & mengurangi angka kematian. Antibiotik seftriakson
sering digunakan untuk pengobatan demam tifoid, juga aman
digunakan untuk pasien anak-anak dan dewasa. Rata-rata lama
rawat inap yang efektif pada pasien demam tifoid dengan
penggunaan antibiotik yaitu berkisar 4-14 hari (lorensia, 2018).
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran analisis biaya pengobatan demam tifoid menggunakan seftriakson dan non-seftriakson
pada pasien demam tifoid ?

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis biaya pengobatan pasien demam tifoid

2. Tujuan Khusus
Menghitung perbandingan efektivitas hasil terapi dan efektivitas biaya antara penggunaan beberapa alternatif
antibiotik untuk terapi pasien demam tifoid menggunakan perhitungan Avarage Cost-Effectiveness ratio
(ACER) dan Incremental Cost-Effectiveness ratio (ICER) sehingga dapat diketahui teapi antibiotik yang
paling cost-effectiveness.
ISI ARTIKEL
Artikel Judul Artikel Nama Jurnal Metode Analisis Populasi dan sampel
1 Comparative effectiveness study Herbal Medicine in metode cross-sectional, analisis a. Populasi : pasien demam tifoid anak yang menggunakan
of chloramphenicol and Pharmaceutical and efektivitas biaya menggunakan metode chloramphenicol dan ceftriaxone yang dirawat di Putri Hijau
ceftriaxone in the treatment of Clinical Sciences ACER. KESDAM I / BB Medan untuk periode Januari-Desember 2017.
typhoid fever in children b. Sampel : pasien yang memenuhi kriteria inklusi
admitted to putri hijau kesdam
i/bb hospital medan .

2 Cost-effectiveness analysis of International Journal of Data dikumpulkan secara retrospektif, a. Populasi : pasien yang menderita demam tifoid dan dirawat
ceftriaxone and non-ceftriaxone Applied Pharmaceutics analisis biaya menggunakan dengan antibiotik di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng
on typhoid fever patients. perhitungan rasio efektivitas biaya pada tahun 2016.
(CER), b. Sampel : pasien rawat inap dengan demam tifoid menggunakan
antibiotik ceftriaxone atau non-ceftriaxone pada tahun 2016 yang
memenuhi kriteria inklusi.
3 Cost-effectiveness analysis Media Pharmaceutica Metode penelitian dengan a. Populasi : pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
kloramfenikol dan seftriakson Indonesiana pengambilan data secara retrospektif eksklusi selama bulan April 2018-Juli 2018.
untuk pengobatan demam tifoid pada bulan Januari 2017 sampai b. Sampel : data biaya rumah sakit dan data rekam medis pasien
pada pasien dewasa di Rumah dengan Juli 2018. Analisis efektivitas demam tifoid di RSUP Sanglah Denpasar
Sakit Sanglah Denpasar. biaya menggunakan metode ACER.

4 Efektifitas Biaya Penggunaan Jurnal Ilmiah Metode penelitian dengan a. Populasi : semua pasien demam tifoid yang menjalani rawat inap
Seftriakson Dan Sefiksim Pada Medicamento pengambilan data dilakukan secara di RSU Anutapura Palu Periode 2015-2017.
Pasien Demam Tifoid Rawat retrospektif, Analisis efektivitas biaya b. Sampel :pasien yang memenuhi kriteria inkulasi dan ekslusi
Inap Di RSU Anutapura Palu menggunakan metode ACER dan
Periode 2015-2017 ICER.

5 Cost-Effectiveness Analysis Jurnal Entropi menggunakan metode survei analitik a. Populasi : pasien demam tifoid yang di rawat inap di RSUD DR.
Terapi Antibiotik Seftriakson dan dengan desain cross sectional. M.M Dunda Limboto periode Januari-Desember 2014.
Sefotaksim Pada Pasien Tifoid di analisis efektivitas biaya b. Sampel : pasien demam tifoid yang di rawat inap di RSUD DR.
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. menggunakan metode ACER. M.M Dunda Limboto periode Januari - Desember 2014, dan
menerima terapi antibiotik seftriakson & sefotaksim.
RELEVANSI
METODE
Jenis Metode Penjelasan Kelebihan Kekurangan
Deskriptif Metode Cross sectional adalah studi epidemiologi - mudah dilakukan - memerlukan sampel yang lebih besar
pendekatan yang memepelajari prevalensi, distribusi, maupun - biayanya relatif rendah, - kurang akurat untuk menggambarkan suatu
Cross hubungan penyakit dan paparan dengan dan hasilnya cepat penyakit dan faktor resiko serta
Sectional mengamati status paparan, penyakit atau outcome - menghasilkan angka - tidak dapat menghitung angka insiden
lain secara bersamaan pada individu-individu dari prevalensi (Irmawartini, 2017). .
suatu populasi pada suatu saat (Irmawartini, - dapat mengamati banyak
2017). Variable (Irmawartini,
2017).
RELEVANSI HASIL

Artikel Terapi Komponen

Biaya medis langsung Lama rawat inap Biaya rawat inap Biaya ACER

1. Ceftriaxone ACER 4,17 hari Rp 1.967,045 / pasien. Rp. 471.713/hari

Chloramphenicol ACER 6,53 hari Rp 3.212,776 / pasien. Rp. 492.002/hari

2. Ceftriaxone CEA / CER 3-5 hari Rp.1.929,355 / pasien Rp.507.725/efektivitas

Non-Ceftriaxone CEA / CER 3-4 hari Rp.2.787,003 / pasien Rp.819.707/efektivitas

3. Seftriakson ACER 4,27 hari Rp.2.097.170,88/pasien Rp.491.140,72/hari

Kloramfenikol ACER 10,22 hari Rp.2.555.464,22/pasien Rp.250.045,42/hari

4. Seftriakson ACER • ≥7 hari • Rp1.931.127 Rp. 61.796,06


• <7 hari • Rp1.343.626.
Sefiksim ACER • ≥7 hari • Rp2.170.524 Rp. 60.781,87.
• <7 hari • Rp1.205.355
5. Seftriakson ACER 2,8 hari Rp 3.624.891 / pasien. Rp 1.303.603/hari

Sefotaksim ACER 3,7 hari Rp 4.003.290 / pasien Rp 1.090.814/hari


PERNYATAAN HASIL

Berdasarkan hasil review jurnal ini didapatkan bahwa ACER menunjukkan bahwa
seftriakson memiliki biaya yang rendah dengan efektivitas yang tinggi berdasarkan lama
rawat inap dan hilangnya demam. Rata-rata lama rawat inap untuk antibiotik seftriakson
adalah 2-5 hari atau <7 hari, dan nilai ACER Rp. 61.796,06 / hari sampai Rp.1.303.603/
hari. Hasil ini menunjukkan seftriakson lebih cost-effectiveness dibandingkan antibiotik
non-seftriakson.
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari kelima jurnal artikel ini dapat disimpulkan bahwa terapi antibiotik
menggunakan seftriakson memiliki efektifitas yang lebih tinggi serta lebih hemat biaya, dengan lama
rawat inap lebih singkat dibandingkan antibiotik non-seftriakson, kloramfenikol dan sefotaksim.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian efektivtas biaya yang menyertakan biaya obat yang dibutuhkan untuk
menunjang penggunaan antibiotik seftriakson maupun non-seftriakson, seperti penggunaan obat yang
dapat mengatasi efek samping seftriakson maupun non-seftriakson.
DAFTAR PUSTAKA

Hazmen, P., Kumala, S., &Sarnianto, P. (2019). Analisa Biaya Pengobatan Demam Tifoid Berdasarkan Clinical Pathway Di Rumah Sakit Harapan
Bunda. Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13(2), 74–81. https://doi.org/10.33533/jpm.v13i2.1314---

Irmawartini dan Nurhaedah. (2017). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan : Metodologi Penelitian. Cetakan Pertama. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Lorensia, A., Queljoe, D. De, & Dwike, M. (2018). Cost-Effectiveness Analysis Kloramfenikol dan Seftriakson Untuk Pengobatan Demam Tifoid
Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Farmaka, 2(2), 105–112.

Sidabutar, S., & Satari, H. I. (2016). Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak: Kloramfenikol atau Seftriakson. Sari Pediatri, 11(6), 434.
https://doi.org/10.14238/sp11.6.2010.434-9

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai