Anda di halaman 1dari 21

Pendahuluan : Latar Belakang

Tujuan

Untuk memberikan analisis diagnosis,


penilaian, dan pemberian antibiotik pada
pasien rawat inap anak dengan Demam
Dengue (DD) di rumah sakit pendidikan
perawatan tersier di India.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan observasi cross-sectional selama 6 bulan
(Juli hingga Desember 2016) di rawat inap Departemen Pediatri,
SVRRGGH, Tirupathi, India.
Data diperoleh dari
Ukuran sampel minimum profil kasus pasien
yang diperlukan (n = 370) Semua resep
dianalisis untuk
Semua pasien yang kesesuaian
dirawat di bangsal rawat diagnosis,
inap anak SVRRGGH penentuan derajat
penyakit, dan
dengan demam berdarah
penggunaan
selama periode penelitian antibiotik yang
dimasukkan dalam tepat, berdasarkan
penelitian, kecuali untuk Pedoman WHO 2009
mereka dengan infeksi lain dan Pedoman India
dan kondisi komorbid. National Vector
Borne Disease of
Control Programme
HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Diskusi
• DD sering terjadi pada usia 5-10 tahun.
• Menurut Pedoman Klinis WHO dan Pedoman
NVBDCP 2014, terapi DD didasarkan pada pengelolaan
gejala.

• Diagnosis DD dapat dikonfirmasikan berdasarkan NS1


antigen, antibodi IgM, dan IgG.

• Trombositopenia diamati dari hari ke-3 hingga ke-7.


Dapat terjadi pada infeksi lain seperti HIV, HHV-6,
ehrlichiosis, Rickettsia, malaria, hepatitis-C,
cytomegalovirus sehingga bukan parameter diagnosis
yang ideal untuk mendiagnosis demam berdarah.
Diskusi

• Setelah diagnosis demam dengue telah


dikonfirmasi, penentuan derajat penyakit berperan
dalam keberhasilan terapi.
• Derajat yang tidak sesuai dapat menyebabkan
kegagalan terapi. Demam berdarah ringan tidak
memerlukan terapi dengan cairan IV, sedangkan
demam berdarah sedang dan berat membutuhkan
perawatan cairan IV
Diskusi Dalam penelitian ini, 75% kasus diresepkan dengan antibiotik,
dengan alasan menghindari infeksi yang didapat di rumah sakit.
Sementara itu antibiotik tidak perlu untuk mengobati demam
berdarah.
Penggunaan antibiotik juga harus mengikuti kaidah kaidah
tertentu, seperti amikacin dan amoxyclav tidak boleh digunakan
tanpa melakukan tes kerentanan, ceftriaxone dan cefixime tidak
dapat digunakan sebelum melakukan tes hipersensitivitas,
azithromycin dan metronidazole hanya dapat digunakan untuk
profilaksis dari endokarditis dan penggunaan amoxyclav dalam
demam berdarah dapat meningkatkan risiko perdarahan
Kesimpulan

Pemberian antibiotik untuk mengobati Penggunaan berlebihan antibiotik


infeksi virus dianggap tidak tepat, dan pada saat bayi dapat menyebabkan
mengarah pada pengembangan ketidakseimbangan dalam usus dan
resistensi multi-obat. mikrobiota

Sering disebut dysbiosis, dan


meningkatkan kemungkinan penyakit
seperti obesitas, diabetes, dan asma
di kemudian hari
Patient or Problem

Intervension

Comparison

Outcome

PICO
Patient or Problem

• Penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi Pada penelitian ini semua pasien yang
virus yang sembuh sendiri seperti demam dirawat di bangsal rawat inap anak
dengue (DD) tanpa kondisi komorbid pada SVRRGGH dengan demam dengue selama
pasien anak-anak adalah praktik umum di India, periode penelitian dimasukkan dalam
dan merupakan kontribusi utama penggunaan penelitian, kecuali untuk mereka dengan
antibiotik yang tidak tepat di negara ini. infeksi lain dan kondisi komorbid.
Intervention
Tidak ada intervensi dalam penelitian ini
1 karena hanya sebatas penelitian observasional

2 Comparison
Penelitian ini hanya bersifat
observasional, cross sectional,
sehingga hanya menampilkan hasil
3 dari penelitian ini. Tidak ada hasil
penelitian lain yang dibandingkan.
Outcome
Pada penelitian ini lebih banyak kasus DD Pada anak-anak antara kelompok usia 5-10 tahun
(52,97%)
Penegakan diagnosis DBD sebanyak (48,91%) kasus didiagnosis berdasarkan jumlah trombosit,
diikuti oleh antigen NS1 (36,75%), antibodi IgM (12,7%) dan IgG (1,62%).
Penilaian derajat DBD yang tidak tepat sebanyak 72 kasus (19,45%).Penilaian derajat demam
berdarah ringan diamati (41,9%), demam berdarah sedang (55,87%), dan demam berdarah berat
(2,22%). Di antara kasus-kasus sedang dan berat, prevalensi DBD adalah 49,45% DBD1
berkontribusi pada persentase tertinggi (48,63%; 89 kasus), diikuti oleh DBD 2 (47,54%), dan DBD
3 (3,82%).
Penggunaan antibiotik pada pasien DBD sebanyak 267 (74,6%) kasus. Antibiotik tunggal
diresepkan untuk 225 kasus (60,81% dari semua kasus)
Di antara antibiotik yang diresepkan, sefotaksim dan seftriakson yang paling umum digunakan (97
kasus; 30,50% untuk setiap obat).
Validity

Important

Applicable

VIA
Validity

Sumber Data
Metode Penelitian Data profil pasien setelah memperoleh izin orang tua.
Semua resep dianalisis untuk kesesuaian diagnosis,
Metode penelitian ini berupa penentuan derajat penyakit, dan penggunaan
observasional cross-sectional. antibiotik yang tepat, berdasarkan Pedoman WHO
2009 dan Pedoman India National Vector Borne
Disease of Control Programme (NVBDCP)

Subyek Penelitian
Waktu penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien yang
dirawat di bangsal rawat inap anak dengan Penelitian ini dilakukan selama
demam berdarah dari bulan Juli-Desember 6 bulan (Juli hingga Desember
2016 di rumah sakit SVRRGGH, Tirupathi 2016)
India.
Validity

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
sejauh mana pemberian antibiotik yang tidak
tepat dalam mengobati demam berdarah (DD)
pada pasien anak.

Analisa Statistik
Data terdistribusi normal ditampilkan
dalam bentuk angka dan persentase
dalam tabel distribusi frekuensi.
Important

Demam dengue ataupun demam berdarah


merupakan salah satu penyakit infeksi yang
paling banyak di Indonesia sehingga penelitian
ini penting untuk mengevaluasi penggunaan
antibiotik yang tepat pada pasien demam
berdarah dengue di RSUD Raden Mataher agar
dapat mengurangi resiko resistensi bakteri.
Applicable

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai


penegakan diagnosis, penentuan derajat dan peresepan antibiotik pada
pasien demam dengue. Penelitian ini dapat diterapkan untuk mengevaluasi
sejauh mana pemberian antibiotik yang tidak tepat dalam mengobati
demam berdarah dengue pada pasien anak di RSUD Raden Mataher.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai