Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI

RAWAT INAP RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE

TAHUN 2019

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

NISA MERISKA

I1022161022

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE
TAHUN 2019
Nisa Meriska1 , Ressi Susanti2, Nurmainah3
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak

nisameriska@student.untan.ac.id

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue untuk itu
dalam pengobatannya hanya diperlukan terapi suportif sebagai pengganti cairan
tubuh dan terapi simtomatis seperti pemberian paracetamol untuk mengatasi
demam dan tidak memerlukan antibiotik apabila tidak ada infeksi sekunder
ataupun mengalami sindrom syok dengue (SSD). Penggunaan obat dan dosis yang
tidak sesuai pada anak dapat memperburuk penyakit DBD yang diderita sehingga
merupakan urgensi diperlukannya suatu pengkajian dan evaluasi terhadap pola
penatalaksanaan DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik pada pasien DBD serta evaluasi penatalaksanaan terapi pada pasien
DBD. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat deskriptif.
Pengumpulan data berdasarkan data rekam medis yang dilakukan dengan teknik
accidental sampling. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini
berjumlah 30 pasien. Hasil penelitian ditemukan karakteristik pasien laki-laki
sebanyak 40% dan perempuan sebanyak 60%. Rentang usia pasien yang terlibat
dalam penelitian ini berusia 2-5 tahun (33,33%) dan 6-12 tahun (66,67%).
Evaluasi penatalaksanaan terapi penyakit DBD pada anak yaitu tepat pasien
(100%), tepat indikasi (93,33%), tepat obat (93,33%), dan tepat dosis (86,67%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien yang paling banyak mengalami DBD
berjenis kelamin perempuan (60%) dengan rentang usia paling banyak 6-12 tahun
(66,67%) dan untuk tatalaksana terapi penyakit DBD sudah tepat pasien, tepat
indikasi, tepat obat, dan tepat dosis.

Kata Kunci: Anak, Demam Berdarah Dengue, Evaluasi Penatalaksanaan


Terapi.

1
EVALUATION OF THERAPY MANAGEMENT OF DENGUE
HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN CHILD PATIENTS IN INPATIENT
INSTALLATION OF RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE
2019
Nisa Meriska1 , Ressi Susanti2, Nurmainah3
Department of Pharmacy, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,
Pontianak

nisameriska@student.untan.ac.id
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is caused by infection with the dengue virus,
therefore only supportive therapy is needed in place of body fluids and
symptomatic therapy such as giving paracetamol to treat fever and does not
require antibiotics if there is no secondary infection or dengue shock syndrome
(DSS). The use of drugs and doses that are not appropriate in children can
worsen the disease suffered by DHF so that it is an urgency to need an assessment
and evaluation of the pattern of DHF management. The purpose of this study was
to determine the characteristics of patients with DHF and evaluate the
management of therapy in patients with DHF. The research method used in this
study is an observational study with a descriptive cross-sectional design. Data
collection based on medical record data was carried out by accidental sampling
technique. Samples that met the inclusion criteria in this study amounted to 30
patients. The results of the study found that the characteristics of male patients
were 40% and female patients were 60%. The age range of the patients involved
in this study was 2-5 years (33.33%) and 6-12 years (66.67%). Evaluation of the
management of DHF disease in children is the right patient (100%), right
indication (93,33%), right drug (93,33%), and right dose (86.67%). The
conclusion of this study is that the patients who experience the most DHF are
female (60%) with a maximum age range of 6-12 years (66.67%) and for the
treatment of DHF, the patient is right, the indication is right, the drug is right,
and right dose.

Keywords: Children, Dengue Hemorrhagic Fever, Evaluation of Therapeutic


Management.

2
Pendahuluan tambahan dapat dipertimbangkan
pada kasus DBD sesuai gejalanya,
Demam berdarah dengue
tetapi tidak merupakan suatu elemen
(DBD) atau dengue hemorrhagic
dasar penatalaksanaan DBD.(8)
fever (DHF) merupakan penyakit
Penggunaan obat dan dosis yang
akibat infeksi virus dengue. Penyakit
tidak sesuai pada anak dapat
DBD ditularkan melalui gigitan
memperburuk penyakit DBD yang
nyamuk betina Aedes aegypti dan
diderita.(9) Hal tersebut memicu
Aedes albopictus.(1,2,3) Penderita DBD
gagalnya target penurunan beban
yang memerlukan rawat inap sekitar
kesehatan akibat DBD sehingga
500.000 orang setiap tahunnya dan
merupakan urgensi diperlukannya
hampir 90% penderitanya ialah anak-
suatu pengkajian dan evaluasi
anak yang berusia kurang dari 15
terhadap pola penatalaksanaan DBD.
tahun.(4)
Berdasarkan hasil penelitian
Data dari Dinas Kesehatan
sebelumnya bahwa persentase usia
provinsi Kalimantan Barat angka
DBD pada usia anak-anak awal (2-5
kesakitan penyakit DBD pada tahun
tahun) sebesar 34,8% dan kelompok
2018yaitu 30.58% (per 100.000
anak-anak akhir (6-12 tahun) sebesar
penduduk). Angka kematian di
65,2%.(10) Hasil penelitian lain
Kalimantan Barat karena kasus DBD
mengenai gambaran karakteristik
paling tinggi terjadi pada tahun 2013
pasien berupa jenis kelamin yang
dengan presentase kematian
paling banyak terinfeksi DBD yaitu
sebanyak 4% dari 100 kasus DBD.
perempuan 56,16%. Evaluasi
(5,6)
Tingginya angka kematian akibat
rasionalitas penggunaan obat yang
penyakit DBD di Kalimantan Barat
dilakukan yaitu ketepatan indikasi
khususnya di Kota Pontianak
55,38%, ketepatan pasien 84,62%,
menjadi perhatian terutama dalam
ketepatan obat meliputi ketepatan
tindakan pengobatan yang diberikan.
penggunaan analagetik-antipiretik
Pasien yang terinfeksi virus
100% dan penggunaan antibiotik
dengue mengalami peningkatan
67,19%.(11)
permeabilitas pembuluh darah dan
Berdasarkan atas fakta-fakta
perembesan cairan ke ekstravaskuler
tersebut, peneliti tertarik untuk
(kebocoran plasma). Penegakkan
melakukan studi evaluasi
diagnosis pada pasien yang terinfeksi
penantalaksanaan terapi penyakit
virus dengue diperlukan data
DBD pada pasien anak di Instalasi
laboratorium sebagai penunjang.(7)
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Pengobatan pada pasien DBD berupa
Daerah Sultan Syarif Mohamad
pemberian cairan pengganti yaitu
Alkadrie Tahun 2019. Tujuan dari
cairan intavena seperti cairan ringer
penelitian ini adalah untuk
laktat, kristaloid, dan koloid. Dosis
mengetahui karakteristik pasien dan
untuk pemberian cairan pengganti
evaluasi penatalaksanaan terapi
perlu diperhatikan karena kebocoran
demam berdarah dengue (DBD) pada
plasma pada DBD yang bersifat
pasien anak di Instalasi Rawat Inap
sementara sehingga pemberian cairan
RSUD Sultan Syarif Mohamad
dalam jumlah banyak dan jangka
Alkdarien Tahun 2019.
waktu lama dapat menimbulkan
kelebihan cairan. Pemberian terapi

3
Metode Penelitian Medis Tahun 2009 (PPM 2009)” dan
Departemen Kesehatan Republik
Design Studi
Indonesia “Tatalaksana Demam
Penelitian ini adalah Berdarah Dengue Di Indonesia
penelitian observasional dengan Tahun 2004”. Data yang diperoleh
pendekatan cross sectional yang diolah dengan menggunakan
bersifat deskriptif dengan teknik software microsoft excel.
pengambilan sampel yaitu accidental
sampling. Pengumpulan data Hasil dan Pembahasan
dilakukan secara retrospektif,
Profil Karakteristik Pasien
menggunakan data rekam medis
yang bertujuan untuk mengetahui Hasil penelitian ini diperoleh
karakteristik dan evaluasi dari data rekam medis pasien DBD
penatalaksanaan terapi demam di RSUD Sultan Syarif Mohamad
berdarah dengue (DBD) pada pasien Alkadrie Pontianak tahun 2019.
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Selama dilakukan observasi
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie penelitian didapatkan 30 subjek yang
Pontianak tahun 2019. Partisipan memenuhi kriteria inklusi dan 7
penelitian adalah seluruh pasien anak subjek dengan kriteria eksklusi.
rawat inap yang mengalami DBD Karakteristik pasien dilihat dari
dan mendapatkan terapi DBD di beberapa kriteria yaitu berdasarkan
RSUD Sultan Syarif Mohamad jenis kelamin dan usia. Berikut
Alkadrie Pontianak Tahun 2019. adalah penjabaran mengenai
karakteristik partisipan penelitian.
Jenis Data
Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD
Pengolahan data sekunder
di RSUD Sultan Syarif Mohamad
berupa rekam medik dan resep obat
Alkadrie Pontianak Tahun 2019
yang diambil di instalasi rawat inap
RSUD Sultan Syarif Mohamad N=30
Alkadrie Pontianak yang meliputi Jenis Frekuen Persenta
No.
nomor rekam medis, diagnosis, jenis Karakteristik si se
(%)
kelamin, usia, berat badan, nama 1. Jenis Kelamin
obat, dosis, nilai hematokrit, nilai a.Laki-laki 12 40,00
trombosit dan suhu tubuh. b.Perempuan 18 60,00
2. Umur (tahun)
a.2-5 10 33,33
Analisis Data b.6-12 20 66,67

Data hasil penelitian akan


Berdasarkan hasil
dianalisis secara deskriptif.
karakteristik pasien berdasarkan jenis
Penyajian data dilakukan
kelamin yang terdapat pada Tabel 1
perhitungan frekuensi dan persentase
yaitu sebanyak 12 pasien (40%)
kemudian disajikan dalam bentuk
adalah berjenis kelamin laki-laki dan
tabel. Analisis pemilihan obat dan
18 pasien (60%) berjenis kelamin
terapi obatnya menggunakan
perempuan. Penelitian ini diperoleh
pedoman Ikatan Dokter Anak
hasil yang berbeda dibandingkan
Indonesia “Pedoman Pelayanan

4
penelitian Munawaroh yang lebih Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
banyak pasien berjenis kelamin laki- Tahun 2019
laki (56,6%) dibandingkan pasien N=30
Golonga Nama Persen
berjenis kelamin perempuan No.
n Obat Obat
Frekuen
tase
(43,4%).(10) Penelitian ini sesuai si
(%)
dengan hasil penelitian Ita yaitu lebih 1. Larutan Ringer 30 13,82
Elektroli Laktat
banyak pasien berjenis kelamin t
perempuan (52%) dibandingkan 2. Analage Parace 21 9.68
pasien berjenis kelamin laki-laki sik- tamol
(47%).(12) Antipire
tik
Secara keseluruhan di 3. Anti Ondan 10 4,61
Indonesia tidak terdapat perbedaan Emetik setron
nyata antara jumlah anak perempuan 4. Anti Lorata 2 0,92
Histami din
dan anak laki-laki yang menderita n CTM 1 0,46
Demam Berdarah Dengue. Eflin 1 0,46
Perbedaan yang tidak terlalu besar ®
Cetiriz
ini membuktikan bahwa penyakit in
3 1,38
Demam Berdarah Dengue tidak 5. Antiulce Raniti 18 8,29
dipengaruhi oleh jenis kelamin.(12) r din
Omep 18 8,29
Berdasarkan hasil razole
karakteristik pasien berdasarkan Sucral
13 5,99
umur yang terdapat pada Tabel 1 fat
6. Supleme Imuno 4 1,84
bahwa 10 pasien (33,33%) dengan n& s®
rentang usia 2-5 tahun dan sebanyak Vitamin Albuf 2 0,92
20 pasien(66,67%) dengan rentang orce®
Curliv
usia 6-12 tahun. Hasil tersebut sesuai ®
2 0,92
dengan penelitian Munawaroh yaitu Imboo
5 2,30
lebih banyak pasien anak dengan st®
Liprol
rentang usia 6-12 tahun yang ac® 3 1,38
mengalami DBD. Hal ini bisa terjadi Zink
pada kelompok usia tersebut karena Likur 1 0,46
min® 5 2,30
anak-anak banyak melakukan
7. Obat Psidii 27 12,44
aktifitas diluar rumah seperti sekolah Herbal ®
sehingga lebih rentan terserang Terstand
penyakit DBD serta faktor imunitas ar
(OHT)
atau kekebalan yang relatif lebih 8. Kortikos Dexa 6 2,76
rendah dibandingkan orang dewasa. teroid metas
(13) one
9. Diuretik Furose 6 2,76
Karakteristik Obat mid
10. Anti Combi 1 0,46
Berikut adalah obat-obat Asma vent®
yang digunakan pasien anak DBD di Fartoli 2 0,92
RSUD Sultan Syarif Mohamad n®
Salbut
Alkadrie Tahun 2019: amol
1 0,46
11. Mukoliti Rindo 1 0,46
Tabel 2. Obat-obat yang digunakan k vect®
Prome 4 1,84
Pada Pasien DBD di RSUD Sultan

5
® Berdasarkan hasil Tabel 2
Ambr 1 0,46
oxol
penggunaan obat golongan analgetik-
12. Antibiot Cefixi 7 3,23 antipiretik yaitu Parasetamol
ik me sebanyak 21 pasien (9,68%).
Ceftri 6 2,76
axone
Beberapa penelitian menunjukkan
Ampis hasil yang sama bahwa tidak semua
2 0,92
ilin pasien mendapatkan terapi antipiretik
Cefota
xime 3 1,38 karena suhu tubuh mereka masih
Merop tergolong normal yaitu dibawah 37
enem 2 0,92 ℃ .(9,15)
13. Anti Lapro 3 1,38
Virus sin®
Gambaran klinis yang tidak
14. Anti Asam 2 0,92 khas selain demam dan perdarahan
Fibronol Trane dijumpai pada penderita DBD adalah
itik xamat keluhan pada saluran pencernaan
15. Pencaha Microl 1 0,46
r ax® seperti anoreksia, mual, muntah,
(Laktasi Lactul 2 0,92 diare, konstipasi serta hilangnya
f) osa nafsu makan yang menyebabkan
16. Anti Kandi 1 0,46
Jamur statin asam lambung naik.(16) Perlu
® pemberian antiemetik untuk
Total 217 100 mengobati mual dan muntah,
antiulcer untuk menetralkan asam
Berdasarkan hasil pada Tabel lambung serta laktasif (pencahar)
2 golongan obat yang paling banyak untuk mengatasi konstipasi. Tabel 2
digunakan yaitu larutan elektrolit menunjukkan hasil penggunaan
infus RL sebanyak 30 pasien golongan obat antiemetik yaitu
(13,82%). Hal ini sesuai dengan Ondansetron sebanyak 10 pasien
penelitian Munawaroh yaitu seluruh (4,61%). Penggunaan Ondansetron
pasien DBD mendapatkan terapi pada anak-anak harus menjadi
berupa larutan elektrolit.(10) Terapi perhatian karena dapat menimbulkan
DBD pada dasarnya bersifat suportif, efek samping berupa efek neurologis
penatalaksanaan ditujukan untuk seperti gangguan ekstrapiramidal
mengganti kehilangan cairan akibat jangka pendek, gerakan tak
kebocoran plasma.(8) terkendali seperti kejang otot (sering
Terapi simtomatis juga perlu terjadi di kepala dan leher), dan
diberikan pada pasien DBD salah tardive dyskinesia (gerakan tak
satunya adalah pemberian obat terkendali seperti meringis dan
antipiretik mengingat bahwa gejala bergerak-gerak). Efek samping
DBD yang paling utama adalah lainnya yaitu angina pektoris,
pasien mengalami demam. Obat perubahan EKG, hipotensi,
antipiretik digunakan bertujuan takikardia, bronkospasme, kejadian
untuk menurunkan suhu tubuh vaskular dan sembelit.(17,18)
menjadi dibawah 38,5oC. Antipiretik Penggunaan antiemetik yang
yang dianjurkan adalah parasetamol, disarankan untuk anak adalah
sedangkan asetosal tidak dianjurkan Domperidon.(19)
karena dapat menyebabkan gastritis, Golongan obat antiulcer
perdarahan, atau asidosis.(14) seperti Ranitidin sebanyak 18 pasien

6
(8,29%), Omeprazole sebanyak 18 sefotaksim, dan sefiksim merupakan
pasien (8,29%), dan Sukralfat antibiotik golongan sefalosporin
sebanyak 13 pasien (5,99%). Terapi generasi III yaitu paling efektif
kombinasi antara H2RA dan melawan bakteri gram negative
sucralfate atau H2RA dan PPI tidak tetapi kurang efektif terhadap bakteri
disarankan karena dapat menambah gram positif dibandingkan generasi I
biaya pengobatan tanpa dan II lebih resisten terhadap
meningkatkan khasiatnya. Terapi betalaktam.(22)
perawatan dengan PPI atau H2RA Golongan obat diuretik dan
direkomendasikan untuk pasien kortikosteroid juga digunakan untuk
berisiko tinggi dengan komplikasi pengobatan DBD hal ini sama
ulkus, pasien yang gagal eradikasi, dengan hasil yang dilakukan oleh
dan pasien dengan H.pylori-negatif. beberapa peneliti.(10,15) Golongan obat
(20)
seperti kortikosteroid digunakan
Golongan obat laktasif untuk pasien DBD ensefalopati atau
(pencahar) seperti Microlax® pasien yang mengalami syok, tetapi
sebanyak 1 pasien (0,46%) dan apabila terdapat perdarahan saluran
Lactulosa sebanyak 2 pasien cerna sebaiknya kortikosteroid tidak
(0,92%). Beberapa penelitian juga diberikan. Diuretik diberikan pada
menunjukkan hasil yang sama pasien DBD yang mengalami syok
menggunakan golongan obat seperti disertai diuresis tidak mencukupi 2
antiemetik, antasida dan laktasif ml/kgBB/jam saat kebutuhan cairan
untuk meringankan gejala yang sudah terpenuhi, dan untuk
diderita oleh pasien.(9,10) mencegah terjadinya peningkatan
Pemberian antibiotik dalam tekanan intrakraniat dengan
pengobatan DBD tidak diperlukan mengurangi jumlah cairan (bila perlu
kecuali jika terdapat infeksi sekunder diberikan diuretik), koreksi asidosis
yang disebabkan oleh bakteri dan dan elektrolit.(8) Berdasarkan hasil
apabila terjadi DSS (Dengue Syok dari Tabel 2 penggunaan
Syndrome).(21) Berdasarkan hasil dari kortikosteroid yaitu Dexametasone
tabel 2 menunjukkan penggunaan sebanyak 6 pasien (2,76%).
antibiotik seperti Cefixime sebanyak Golongan obat diuretik yaitu
7 pasien (3,23%), Ceftriaxone Furosemid sebanyak 6 pasien
sebanyak 6 pasien (2,76%), (2,76%).
Ampisilin sebanyak 2 pasien Suplemen, vitamin serta obat
(0,92%), Cefotaxime sebanyak 3 herbal dibutuhkan karena penderita
pasien (1,38%) dan Meropenem umumnya kurang nafsu makan
sebanyak 2 pasien (0,92%). sehingga diperlukan suplemen
Antibiotik yang paling banyak makan untuk meningkatkan asupan
digunakan adalah Cefixime yang gizi ke dalam tubuh. Vitamin
merupakan golongan sefalosporin. merupakan terapi yang dibutuhkan
Beberapa penelitian juga pada pasien DBD karena umumnya
menunjukkan hasil yang sama bahwa daya tahan tubuh penderita menurun.
antibiotik yang paling banyak Vitamin-vitamin tersebut juga dapat
digunakan adalah golongan membantu masa penyembuhan.(23)
sefalosporin. (15,21)
Seftiakson, Berdasarkan hasil tabel 2 suplemen

7
dan vitamin yang digunakan yaitu Evaluasi Terapi Penatalaksanaan
Imunos® sebanyak 4 pasien (1,84%), DBD
Albuforce® sebanyak 2 pasien
(0,92%), Curliv® sebanyak 2 pasien Evaluasi penatalaksanaan
(0,92%), Imboost® sebanyak 5 terapi penyakit DBD pada pasien
pasien (2,30%), Liprolac® sebanyak rawat inap di RSUD Sultan Syarif
3 pasien (1,38%), Zink sebanyak 1 Mohamad Alkadrie Pontianak tahun
pasien (0,46%) dan Likurmin® 2019 dilakukan terhadap 30 data
sebanyak 5 pasien (2,30%). Obat rekam medik yang terdiagnosis
Herbal Terstandar yang digunakan Demam Berdarah Dengue. Evaluasi
yaitu Psidii® sebanyak 27 pasien yang dilakukan meliputi beberapa
(12,44). Suplemen, vitamin dan obat kriteria, yaitu tepat pasien, tepat
herbal terstandar termasuk obat yang indikasi, tepat obat dan tepat dosis.
paling banyak digunakan setelah Uraian evaluasi akan dipaparkan
larutan elektrolit dan antipiretik hal sebagai berikut:
ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Munawaroh.(10) Tabel 3. Evaluasi Penatalaksanaan
Obat-obatan lain juga Terapi Penyakit DBD Pada Anak Di
digunakan untuk mengobati diagnosa RSUD Sultan Syarif Mohamad
sekunder seperti golongan obat Alkadrie Pontianak Tahun 2019
antihistamin, mukolitik, anti asma,
N= 30
anti virus, anti jamur dan anti
No. Evaluasi* Frekue Persentas
fibronolitik. Berdasarkan hasil pada nsi e (%)
tabel 2 penggunaan obat golongan 1. Tepat Pasien 30 100
antihistamin seperti Loratadin Tidak Tepat 0 0
sebanyak 2 pasien (0,92%), CTM Pasien
sebanyak 1 pasien (0,46%), Eflin® 2. Tepat 28 93,33
Indikasi 2 6,67
sebanyak 1 pasien (0,46%) dan Tidak Tepat
Cetrizin sebanyak 3 pasien (1,38%). Indikasi
Obat golongan mukolitik seperti 3. Tepat Obat 28 93,33
Rhindovect® sebanyak 1 pasien Tidak Tepat 2 6,67
(0,46%), Prome® sebanyak 4 pasien Obat
(1,84%) dan Ambroxol sebanyak 1 4. Tepat Dosis 26 86,67
Tidak Tepat 4 13,33
pasien (0,46%). Obat golongan anti Dosis
asma seperti Combivent® sebanyak *Keterangan: Pedoman Pengobatan
1 pasien (0,46%), Fartolin® DBD pada anak mengacu pada
sebanyak 2 pasien (0,92%) dan Pedoman Pelayanan Medis Tahun
Salbutamol sebanyak 1 pasien 2009 dan Tatalaksana Demam
(0,46%). Obat golongan anti virus Berdarah Dengue Tahun 2004.(8,24)
yaitu Laprosin® sebanyak 3 pasien
(1,38%). Obat golongan anti jamur Evaluasi ketepatan pasien
yaitu Kandistatin® sebanyak 1 yaitu evaluasi terhadap ada tidaknya
pasien (0,46%). Obat golongan anti pemberian obat Demam Berdarah
fibronolitik yaitu Asam Tranexamat Dengue yang terjadi kontraindikasi
sebanyak 2 pasien (0,92%). terhadap keadaan fisiologis dan
patologis pasien. Kesesuaian obat

8
pada pasien Demam Berdarah klinis dengan antibiotik empiris
Dengue di Rumah Sakit Umum sebelum atau bahkan tanpa
Daerah Sultan Syarif Mohamad mengidentifikasi mikroorganisme
Alkadrie Pontianak dilihat dari patogen spesifik. Kondisi ini
adanya kontraindikasi pasien adalah didukung dengan situasi di
penggunaan obat yang diberikan Indonesia, seperti keterbatasan
pada pasien tidak menimbulkan sarana diagnostik, keterbatasan
reaksi yang tidak diinginkan dan cakupan asuransi kesehatan serta
tidak memperparah penyakit pasien. kekhawatiran akan terjadi infeksi
Berdasarkan data yang diperoleh bakterial yang berat, sehingga dokter
pada tabel 3, menunjukkan hasil pada umumnya memilih untuk
tepat pasien sebanyak 30 pasien segera memberikan antibiotik segera
(100%). Hal ini disebabkan karena setelah mendapatkan pasien dengan
tidak ada kasus yang penggunaan demam.(27)
obatnya dikontraindikasikan untuk Tabel 4. Evaluasi Tepat Obat
anak. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Hapsari yaitu persentase Obat Yang Evaluasi
tepat pasien sebanyak 100%.(25) Obat Menurut Digunakan Ketepatan (%)
Pedoman* Di Rumah Tepat Tidak
Tepat indikasi adalah Sakit Tepat
ketepatan penggunaan obat Demam Larutan Infus RL 100 0
Berdarah Dengue yang diberikan Ringer Laktat
berdasarkan diagnosis yang (RL), Larutan
Ringer
ditegakkan dan keadaan medis. Asetat) RA,
Pemberian obat yang sesuai dengan larutan garam
indikasi berarti obat yang digunakan faali (GF),
Dekstrosa 5%
telah sesuai dengan gejala dan dalam RL
diagnosis yang ada. Berdasarkan data (D5/RL),
yang diperoleh pada tabel 3, Dekstrosa 5%
dalam
menunjukkan hasil tepat indikasi RA(D5/RA),
sebanyak 24 pasien (80%) dan tidak Dekstrosa
tepat indikasi sebanyak 8 pasien dalam ½
larutan garam
(20%). Hasil ini tidak sesuai dengan faali
penelitian Hapsari yaitu hasil (D5/1/2LGF)
persentase tepat indikasi sebanyak Paracetamol Paracetamol 100 0
Tidak Cefixime 93,33 6,67
100%.(25) Hal ini disebabkan karena memerlukan Ceftriaxone
pada diagnosa adanya pasien yang antibiotik Ampisilin
tidak mengalami infeksi sekunder apabila tidak Cefotaxime
terdapat
namun tetap diberikan antibiotik. infeksi
Penggunaan antibiotik pada beberapa sekunder
kasus tidak tepat guna, dapat
menyebabkan masalah kekebalan *Keterangan: Pedoman Pengobatan
antimikrobial dan juga meningkatkan DBD pada anak mengacu pada
biaya pengobatan.(26) Pedoman Pelayanan Medis Tahun
Masalah yang sering terjadi 2009 dan Tatalaksana Demam
adalah penanganan infeksi anak Berdarah Dengue Tahun 2004.(8,24)
dilakukan berdasarkan diagnosis

9
Ketepatan obat adalah (DRP) maupun efek samping yang
kesesuaian pemilihan suatu obat berpotensi menimbulkan bahaya
diantara beberapa jenis obat yang pada pasien, disamping peningkatan
mempunyai indikasi untuk penyakit beban biaya.(1,28,29)
Demam Berdarah Dengue.
Kesesuaian penggunaan obat Demam Tabel 5. Evaluasi Tepat Dosis
Berdarah Dengue di Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Syarif Dosis
Dosis Evaluasi
Pengoba Ketepatan
Mohamad Alkadrie Pontianak Tahun Nama Menurut
tan di (100%)
2019 berdasarkan Pedoman Ikatan obat Pedoma
Rumah Tep Tidak
n*
Dokter Anak Indonesia “Pedoman Sakit at Tepat
Infus 20- 10-
Pelayanan Medis Tahun 2009 (PPM RL 3cckgB 1cckgB
2009)” dan Departemen Kesehatan 86,6
B/jam B/jam 13,33
7
Republik Indonesia “Tatalaksana Parace 60- 100-
tamol 500mg 500mg
Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia Tahun 2004”.Pengobatan *Keterangan: Pedoman Pengobatan
DBD yaitu antipiretik dapat DBD pada anak mengacu pada
diberikan, dianjurkan pemberian Pedoman Pelayanan Medis Tahun
Paracetamol bukan Aspirin, 2009 dan Tatalaksana Demam
diusahakan tidak memberikan obat- Berdarah Dengue Tahun 2004.(8,24)
obatan yang tidak diperlukan untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat Kesesuaian dosis obat
dalam hati, kortikosteroid diberikan Demam Berdarah Dengue di Rumah
pada DBD ensefalopati dan Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
antibiotik diberikan untuk DBD Mohamad Alkadrie Pontianak Tahun
ensefalopati atau apabila terjadi 2019 berdasarkan Pedoman Ikatan
infeksi sekunder.(24) Pemberian cairan Dokter Anak Indonesia “Pedoman
oral untuk mencegah dehidrasi. RL Pelayanan Medis Tahun 2009 (PPM
(Ringer Laktat) merupakan golongan 2009)” dan Departemen Kesehatan
cairan kristaloid.(8) Berdasarkan data Republik Indonesia “Tatalaksana
yang diperoleh pada tabel 4, Demam Berdarah Dengue Di
menunjukkan hasil tepat obat Indonesia Tahun 2004”. Berdasarkan
sebanyak 24 pasien (80%) dan tidak data yang diperoleh pada tabel 5,
tepat obat sebanyak 8 pasien (20%). menunjukkan hasil tepat dosis
Hasil ini tidak sesuai dengan sebanyak 26 pasien (86,67%) dan
penelitian Hapsari yaitu hasil tidak tepat obat sebanyak 4 pasien
persentase tepat indikasi sebanyak (13,33%). Hasil ini tidak berbeda
100%.(25) Hal ini karena terdapat obat jauh dengan penelitian Hapsari yaitu
antibiotik pada pasien yang tidak pasien yang tepat obat sebanyak
mengalami DSS, ensefalopati (77,27%). Pasien yang tidak tepat
maupun infeksi sekunder. Antibiotik dosis karena dosis pemberiannya
yang berlebihan dan tidak sesuai dibawah dosis. Pemberian dosis
akan menimbulkan masalah serius Paracetamol disesuaikan dengan usia
dan sulit diatasi, seperti pesatnya pasien yaitu pada usia 1-3 tahun
pertumbuhan bakteri resisten, dengan dosis tiap kali pemberiannya
timbulnya drug related problem 60-125mg, usia 4-6 tahun dengan

10
dosis tiap kali pemberian 125-250mg 2. Calisher CH. Persistent
dan usia 7-12 dengan dosis tiap kali Emergence of Dengue.
pemberian 250-500mg.(8) Pemberian Emerging Infectious
dosis untuk infus RL disesuaikan Diseases. 2005;1(5): 738-
dengan derajat keparahan yang 739.
dialami pasien yaitu pada DBD 3. Martina BEE, Koraka P,
derajat I dan II dengan dosis 7-3cc Osterhaus A. Dengue virus
kgBB/jam dan pada DBD derajat III pathogenesis: An integrated
dan IV dengan dosis 20-3cc view. Clinical Microbiology
kgBB/jam. Mengatasi kehilangan Reviews. 2009; 22:564-81.
cairan sangat penting pada terapi 4. Word Health Organization.
DBD sebagai akibat peningkatan Comprehensive Guidelines
permeabilitas kapiler dan for Prevention and Control of
perdarahan. Pemberian dosis yang
(24)
Dengue and Dengue
kurang dapat menyebabkan Haemorrhagic Fever.
pengobatan tidak efektif.(30) Revised and Expanded
Edition. India: WHO; 2011.
Kesimpulan 18-24.
5. Dinas Kesehatan Kota
Kesimpulan dari penelitian Pontianak. Profil Kesehatan
ini adalah karakteristik pasien anak Kota Pontianak Tahun 2017.
di instalasi rawat inap rumah sakit di Pontianak: Dinas Kesehatan
Kota Pontianak yang mengalami Kota Pontianak; 2017. 28.
demam berdarah dengue (DBD) 6. Dinas Kesehatan Kota
berdasarkan jenis kelamin yang Pontianak. Profil Kesehatan
paling banyak terjadi pada laki-laki Kota Pontianak Tahun 2018.
(40%) sedangkan perempuan (60%) Pontianak: Dinas Kesehatan
dengan rentang usia paling banyak 6- Kota Pontianak; 2018. 33.
12 tahun (66,67%). Evaluasi 7. Supriatna. Patogenesis
penatalaksanaan terapi demam Demam Berdarah Dengue.
berdarah dengue (DBD) pada pasien Dalam : MM DEAH Hapsari,
anak di Instalasi Rawat Inap sudah editor. Update Demam
tepat pasien sebesar 30 pasien Berdarah Dengue : Naskah
(100%), tepat indikasi sebesar 28 lengkap. Semarang : Balai
pasien (93,33%), tepat obat sebesar Penerbit Universitas
28 pasien (93,33%), dan tepat dosis Diponegoro Semarang; 2010.
sebesar 26 pasien (86,67%). 7-28
8. Hadinegoro, Sri R,
Daftar Pustaka Soegijanto W.S, Suroso.
Tatalaksana Demam berdarah
1. World Health Organization. dengue Di Indonesia.Jakarta:
Dengue Guidelines for Departemen Kesehatan
Diagnosis, Treatment, Republik Indonesia; 2004.26-
Prevention, and Control. 32.
Geneva: WHO Press; 2009. 9. Wayan IAP, Gusti IAA.
3-5. Gambaran Pola

11
Penatalaksanaan Demam Dengue Fever, Revised and
Berdarah Dengue (DBD) Expanded Edition. India:
Pada Anak Di Instalasi Rawat World Health Organization;
Inap Rumah Sakit Umum 2015. 24-29.
Daerah Kabupaten Buleleng 15. Elan N W, Tjitrosantoso H,
Tahun 2013. E-Jurnal Yamlean P V Y. Kajian
Medika. 2017; 6(5): 21-27. Penatalaksanaan Terapi
10. Ulfah M, Nurmainah, Eka K Pengobatan Demam Berdarah
U. Gambaran Penggunaan Dengue (DBD) Pada
Antibiotik Pada Pasien Anak Penderita Anak Yang
Yang Menderita Demam Menjalani Perawatan Di
Berdarah Dengue (DBD) Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Instalasi Rawat Inap RSUD Kandou Tahun 2013.
Sultan Syarif Mohammad Pharmacon, Jurnal Ilmiah
Alkadrie Pontianak Tahun Farmasi. 2014; 3(2): 57-61.
2017. Program Studi Farmasi. 16. Mubin. Panduan Praktis Ilmu
Fakultas Kedokteran Penyakit Dalam Diagnosis
Universitas Tanjungpura. dan Terapi. Jakarta: EGC;
2017:4. 2005. 58.
11. Atika DA, Chairun W. 17. Mathew S.K, Krishnan K.K,
Evaluasi Penggunaan Obat Ramya I, Padmakumar C,
Pada Pasien Demam Prince Pius. Ondansetron-
Berdarah Dengue di RSUD Induced Life Threatening
dr. H. Abdul Moeloek Bandar Hypokalemia. Journal Of The
Lampung Periode Oktober Association Of Physicians Of
2012 – Februari 2013 India. 2016; 64(1): 40-47.
(Skripsi). Yogyakarta: 18. Circus W, Wharf C.
Fakultas Farmasi. Universitas European Mediciens Agency
Gajah Mada; 2013. Recommends Changes to The
12. Agustini I I, Bangkele Y E, Use Of Metocloperamide.
Salman M, Munir M A. European Medicine Agency;
Karakteristik Pasien Demam 2013. 10-11.
Berdarah Dengue (DBD) 19. Ministry of Health. Guidline
Pada Ruang Rawat Inap on Clinical Management of
Anak Di RSUD Undata Palu Dengue Fever/Dengue
Tahun 2017. Medika Haemorrhagic Fever. India:
Tadulako, Jurnal Ilmiah Epidemiological Unit; 2009.
Kedokteran. 2018; 5(3): 49- 31.
58. 20. Dipiro J.T, Wells B.G,
13. Ginanjar G. Demam Schwinghammer T.L, Dipiro
Berdarah: A Survival Guide. C.V. Pharmacotherapy
Yogyakarta: B-First PT Handbook Ninth Edition.
Benteng Pustaka; 2008. 2-30. Inggris: McGraw-Hill Education
Companies; 2012. 112.
14. World Health Organization.
National Guidelines for 21. Rohmani A, Anggraini M T.
Clinical Management of Pemakaian Antibiotik Pada
Kasus Demam Berdarah

12
Dengue Anak Di Rumah 29. Yasin N M, Suwono J,
Sakit Roemani Semarang Supriyanti E. Drug Related
Tahun 2010. Fakultas Problems (DRP) Dalam
Kedokteran, Universitas Pengobatan Dengue
Muhammadiyah Semarang. Hemorhagic Fever (DHF)
2012. 218-227. Pada Pasien Pediatri. Majalah
22. Betram G, Katzung M.D. Farmasi Indonesia. 2009;
Basic Pharmakology & Drug 20(1): 27-34.
Notes. United States Of 30. Priyanto. Farmakoterapi dan
America: McGraw-Hill; Terminologi Medis.
2017. 667. Jakarta:Eskonfi; 2008. 23-24.
23. Kalayanarooj. Clinical
Manifestation and
Management of
Dengue/DHF/DSS. Tropical
Medical and Health. 2011;
39(1): 83-87.
24. Pudjiaji, dkk. Pedomen
Pelayanan Medis. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2009.143-153.
25. Hapsari. Evaluasi
Penggunaan Analgetik-
Antipiretik Pada Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit “X”.
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2016.3.
26. Cunha, B.A. Antibiotik
Resistence. North America:
Medica Clinic; 2000. 2-3.
27. Schleiss MR. Infectious
Disease: Antibiotic Therapy.
In: Nelson Textbook Of
Pediatrics. 18th ed.
Canada:Elsevier; 2007. 34-
35.
28. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Klinis Infeksi
Dengue di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik. 2005. 7.

13

Anda mungkin juga menyukai