Anda di halaman 1dari 12

1

KESESUAIAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK DEMAM TIFOID PADA


ANAK DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM AMINAH
BLITAR TAHUN 2017

SUITABILITY OF ANTIBIOTICS FOR TYPHOID FEVER IN CHILDREN


OF AMINAH GENERAL HOSPITAL INPATIENT UNIT IN 2017
Nia Kurniati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
thypi. Di Indonesia insiden demam tifoid masih tinggi dan di RSU Aminah Blitar demam tifoid
selalu menempati 10 penyakit terbanyak selama tahun 2017 dengan rata-rata 47 kasus tiap bulan
dimana 76% kasus diderita oleh anak-anak. Penggunaan antibiotik adalah pilihan utama dalam
pengobatan demam tifoid, tetapi pemakaian antibiotik yang salah dapat menyebabkan sejumlah
kerugian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pemberian antibiotik demam tifoid
pada anak berdasarkan Panduan Praktek Klinis (PPK) RSU Aminah Blitar tahun 2017. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang datanya diambil secara retrospektif. Populasi dari
penelitian ini sebanyak 427 rekam medis pasien. Pengambilan sampel menggunakan metode
random sampling dan didapatkan 81 sampel rekam medis. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan dihitung prosentase kesesuaian pemberian obat dan dosis berdasarkan PPK. Hasil
penelitian ini antibiotik yang digunakan sefotaksim 53%, seftriakson 6%, seftazidime 13%,
amoksisilin 2%, sefiksim 2%, amikasin 17%, sefadroksil 5% dan thiamfenikol 2%. Prosentase
kesesuaian obat sebanyak 19% dan kesesuaian dosis 53%. Dengan demikian maka dirasa perlu
dilakukan kajian kembali terhadap PPK di RSU Aminah Blitar terkait tatalaksana pemberian
antibiotik untuk demam tifoid pada anak.

Kata Kunci : Antibiotik, Demam Tifoid, RSU Aminah Blitar

ABSTRACT
Typhoid fever is an acute infectious disease caused by Salmonella thypi bacteria. In Indonesia the
incidence of typhoid fever is still high and in Aminah general hospital typhoid fever always
occupy the top 10 diseases during the year 2017 with an average of 47 cases each month where
76% of cases by children. The use of antibiotics is the primary choice in the treatment of typhoid
fever, but the wrong use of antibiotics can cause some harm. This study aims to determine the
suitability of antibiotics therapy typhoid fever in children based on clinical practice guidance of
Aminah general hospital in 2017. This research is a descriptive research type whose data is
retrospectively taken. The population of this study as much as 427 patient medical records.
Sampling using random sampling method and got 81 samples medical record. The data obtained
were then analyzed and calculated the percentage of conformity of drug delivery and dose choice
based on clinical practice guidelines. Results of this study antibiotics used 53% cefotaxime,
ceftriaxone 6%, ceftazidime 13%, amoxicillin 2%, cefixim 2%, amikacin 19%, cefadroxil 5% and
thiamphenicol 2%. Percentage of suitability of drugss much as 17% and 53% dose suitability.
Thus it is deemed necessary to review the clinical practice guielines of general hospitals related
Aminah treatment of antibiotics therapy for typhoid fever in children.

Keywords : Antibiotics, Typhoid fever, Aminah Public Hospital Blitar


2

PENDAHULUAN Penggunaan antibiotik adalah


Demam tifoid merupakan pilihan utama dalam pengobatan
suatu penyakit infeksi akut yang demam tifoid, tetapi pemakaian
disebabkan oleh bakteri Salmonella antibiotik yang salah dapat
thypi. Penyakit infeksi ini biasa menyebabkan sejumlah kerugian.
terdapat pada saluran pencernaan Selain karena mahal dan
dengan gejala demam lebih dari satu meningkatnya efek samping, dapat
minggu, gangguan pada saluran terjadi resistensi antibiotik yang
pencernaan dan gangguan kesadaran. sangat merugikan. Antibiotik yang
Gejala yang umum pada demam tifoid berlebihan juga dapat mengganggu
adalah suhu tubuh meningkat secara sistem imunitas. Resistensi atau
bertahap dengan frekuensi nadi relatif kekebalan bakteri terhadap antibiotik
lambat, nyeri perut, konstipasi tetapi sangat berbahaya karena bakteri
kadang juga diare (Hekmawati, menjadi lebih kuat/ kurang responsif
2013). terhadap suatu antibiotik sehingga
Insiden demam tifoid di penderita mengalami infeksi bakteri
Indonesia masih tinggi, bahkan yang sama, belum tentu bisa
menempati urutan ketiga di dunia disembuhkan dengan terapi antibiotik
dengan angka kesakitan pertahun yang diperoleh sebelumnya. Hal ini
mencapai 157 per seratus ribu kemudian menyebabkan penderita
populasi pada daerah pedesaan, dan harus mendapatkan terapi antibiotik
810 per seratus ribu pada daerah dengan dosis yang lebih tinggi
perkotaan serta cenderung meningkat efektivitasnya (Anonim, 2009).
tiap tahunnya (Tandirogang, 2015). Terkait dengan permasalahan
Kasus demam tifoid di RSU Aminah resistensi antibiotik dan banyaknya
Blitar selalu menempati 10 penyakit angka kejadian demam tifoid di RSU
terbanyak selama tahun 2017dengan Aminah Blitar tahun 2017, maka
rata-rata 47 kasus tiap bulan dimana peneliti merasa perlu melakukan
76% kasus demam tifoid diderita oleh analisis penggunaan antibiotik
anak-anak (RSU Aminah Blitar , terhadap pasien penderita demam
2017). tifoid di instalasi rawat inap RSU
Aminah Blitar pada tahun 2017.
3

METODE PENELITIAN Metode sampling yang digunakan


Penelitian ini termasuk adalah random sampling yang
penelitian deskriptif yang diambil ditentukan dengan menggunakan
secara retrospektif dan dianalisis Rumus Slovin sehingga didapatkan
secara deskriptif. 81 rekam medis.
Populasi dan Sampel Definisi Operasional Variabel
Populasi dalam penelitian ini Analisis penggunaan antibiotik
adalah rekam medis pasien anak pada penyakit demam tifoid dilihat
dengan diagnosis demam tifoid yang dari kesesuaian obat dan kesesuaian
menjalani rawat inap di RSU Aminah dosis.
Blitar pada tahun 2017 sebanyak 427
rekam medis.

Variabel Pengertian Skala Hasil

1. Kesesuaian pemilihan obat sesuai dengan Nominal Sesuai = 1


obat Panduan Praktek Klinis dari
Tidak sesuai = 0
RSU Aminah Blitar

2. Kesesuaian kesesuaian pemilihan dosis Nominal Sesuai = 1


dosis yang meliputi besaran yang
mengacu pada Panduan Tidak sesuai = 0
Praktek Klinis di RSU
Aminah Blitar

Instrumen Penelitian Prosedur Kerja/ Pengumpulan


Instrumen yang digunakan Data
berupa check list.. Bahan penelitian Penelitian ini dilakukan di
adalah catatan rekam medis pasien RSU Aminah Blitar. Data yang
anak dengan demam tifoid di RSU digunakan untuk penelitian yaitu data
Aminah Blitar pada tahun 2017 rekam medis pasien anak yang
terdiagnosis demam tifoid yang
4

menjalani rawat inap di RSU Analisis Data


Aminah Blitar pada tahun 2017. Data Analisis data dilakukan
diambil dari catatan rekam medis dengan metode analisis deskriptif.
yang berisi catatan data pasien Data digunakan untuk memperoleh
(nomor rekam medis, jenis kelamin, informasi tentang :
usia, berat badan untuk pasien anak- 1. Karakteristik pasien yang meliputi
anak, diagnosa, kondisi pulang prosentase umur dan jenis
pasien) dan penggunaan obat (nama kelamin
obat, dosis obat, aturan pakai obat, 2. Prosentase antibiotik yang
cara pemberian dan lama pemberian diberikan
obat). Data yang diperoleh 3. Prosentase kesesuaian obat dan
selanjutnya dianalisis meliputi kesesuaian dosis
kesesuaian obat, kesesuaian dosis
dan kesesuaian pasien.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Pasien
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Anak Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Unit Rawat Inap RSU Aminah Blitar Tahun 2017

Karakteristik Jumlah Persentase


Umur
<1 9 11%
1-3 39 48%
4-6 19 23%
7-9 11 14%
10-12 3 4%
Jenis kelamin
Laki-laki 40 49%
Perempuan 41 51%
5

Jenis Antibiotik

Tabel 4.2 Jenis Antibiotik tunggal, Kombinasi dan Penggantian Antibiotik Demam
Tifoid Pada Pasien Anak di Unit Rawat Inap RSU Aminah Blitar Tahun 2017

Golongan Antibiotik Nama Antibiotik Rute Jumlah Persen


tase

Tunggal

Sefalosporin Seftriakson i.v 2 3%

Sefotaksim i.v 38 47%

Sefiksim p.o 0 0%

Sefadroksil p.o 0 0%

Seftazidim i.v 10 13%

Penisilin Amoksisilin i.v 1 1%

Aminoglikosida Amikasin i.v 0 0%

Kloramfenikol Thiamfenikol p.o 0 0%

Kombinasi

Sefalosporin- Aminoglikosida sefotaksim-amikasin i.v 12 15%

sefotaksim-amikasin- i.v 5 6%
sefadroksil

sefotaksim-seftriakson- i.v 1 1%
amikasin-sefadroksil

Penisilin-sefalosporin amoksisilin-seftazidim i.v 1 1%

Penisilin-sefalosporin-aminoglikosida amoksislin-sefotaksim- i.v 1 1%


amikasin

sefalosporin-kloramfenikol sefotaksim-thiamfenikol i.v 1 1%

seftriakson-thiamfenikol i.v 1 1%

Sefalosporin-sefalosporin sefotaksim-seftazidim i.v 2 3%

sefiksim

Penggantian antibiotik

Kombinasi sefalosporin-amikasin diganti sefotaksim-amikasin ke i.v 2 3%


menjadi ceftriaxon dan sebaliknya seftriakson

Sefalosporin ke sefalosporin sefotaksim ke seftazidim i.v 1 1%

seftazidim ke seftriakson i.v 1 1%

sefotaksim ke i.v 1 1%
seftriakson

seftazidim ke i.v 1 1%
sefotaksime
6

Perhitungan Dosis
Tabel 4.3 Perbandingan kesesuaian dosis antara Panduan Praktek Klinis (PPK) dan resep

Nama Berat Dosis PPK Dosis Dosis Sesuai Tidak


Antibiotik Badan resep Sesuai
IKA FKUI
RSCM

Seftriakson 80mg/ Kg BB 75-100mg/


Kg BB

18 1440 1350-1800 1500 √

10 800 750-1000 800 √

9,5 760 712,5-950 1000 √

17 1360 1275-1700 1000 √

9,5 760 712,5-950 1000 √

20 1600 1500-2000 2000 √

46 3680 3450-4600 2000 √

39 3120 2925-3900 1500 √

amoksisilin 100mg/Kg BB 75-100mg/


KgBB

17,6 1760 1320-1760 1500 √

19 1900 1425-1900 1500 √

14 1400 1050-1400 900 √

sefiksim 10mg/ Kg BB 15-20mg/Kg


BB

40 400 600-800 200 √

21 210 315-420 200 √

Thiamfenikol 50-100 mg/ Kg 50-75mg/ Kg


BB BB

17 850-1700 850-1275 562,5 √

46 2300-4600 2300-3450 1350 √

PEMBAHASAN menjalani rawat inap di RSU


Karakteristik Pasien Aminah pada tahun 2017 lebih
Tabel 4.1 menunjukkan banyak dijumpai pada pasien dengan
bahwa karakteristik pasien anak yang usia 1 sampai 3 tahun. Pada usia
menderita demam tifoid yang balita merupakan masa anak mulai
7

mengenal dan bersosialisasi dengan kombinasi. Antibiotik yang


lingkungan, anak-anak pada digunakan secara tunggal sebanyak
umumnya mengkonsumsi makanan 63% dan yang digunakan secara
dan minuman yang tidak diketahui kombinasi dengan antibiotik lain
dengan jelas kebersihan makanan sebanyak 37%. Dari pemberian
dan minuman tersebut, selain itu antibiotik tunggal, kombinasi , total
pada usia balita daya tahan tubuhnya penggunaan antibiotik sefotaksim
masih rendah sehingga rentan sebanyak 53%, seftriakson 6%,
dijangkiti penyakit terutama penyakit seftazidim 13%, amoksisilin 2%,
infeksi. Karakteristik pasien sefiksim 2%, amikasin 17%,
berdasarkan jenis kelamin dari 81 sefadroksil 5%, thiamfenikol 2%.
sampel rekam medis pasien anak Menurut PPK demam tifoid
diketahui bahwa penderita demam di RSU Aminah Blitar tahun 2017
tifoid hampir sama banyaknya antara antibiotik yang digunakan adalah
pasien laki-laki dan perempuan yaitu kloramfenikol, amoksisilin,
pasien laki-laki sebanyak 40 orang kotrimoksasol, seftriaksone dan
(49%) dan perempuan sebanyak 41 sefiksim. Pada prakteknya, antibiotik
(51%) orang. Jumlah ini yang dipakai di Unit Rawat Inap
menunjukkan bahwa laki-laki dan RSU Aminah Blitar tahun 2017
perempuan memiliki kemungkinan adalah sefotaksim, seftriakson,
yang sama untuk mengalami demam seftazidim, amikasin, kloramfenikol,
tifoid. Hal ini juga dibuktikan dengan kotrimoksasol dan penisilin.
berbagai penelitian sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian terkait
dimana belum ditemukan hubungan kesesuaian obat dapat dilihat pada
antara jenis kelamin dan insiden lampiran 2 bahwa kesesuaian
demam tifoid. antibiotik untuk pasien anak yang
Kesesuaian Obat menderita demam tifoid dengan PPK
Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2017 adalah sebesar 19%.
bahwa antibiotik yang digunakan Antibiotik yang paling
untuk pemberian demam tifoid pada banyak digunakan di Unit Rawat
anak tahun 2017 beragam, ada yang Inap RSU Aminah Blitar tahun 2017
digunakan secara tunggal dan dari golongan sefalosporin generasi
8

ketiga adalah sefotaksim, sedangkan alasan mengapa kloramfenikol dan


menurut PPK demam tifoid di rumah amoksisilin tidak banyak digunakan
sakit tersebut antibiotik sefotaksim lagi sebagai pemberian antibiotik lini
bukan merupakan antibiotik pilihan pertama pada demam tifoid di RSU
pertama untuk demam tifoid pada Aminah Blitar.
anak. Kloramfenikol merupakan Berdasarkan data pada tabel
drug of choice yang 4.2 di atas, diketahui bahwa
direkomendasikan di RSU Aminah antibiotik sefotaksim yang
Blitar, tetapi data pada tabel 4.2 merupakan golongan sefalosporin
menunjukkan bahwa kloramfenikol generasi ketiga lebih banyak
bukan menjadi antibiotik pilihan digunakan dibandingkan dengan
utama yang dipakai rumah sakit antibiotik kloramfenikol dan
tersebut dalam mengobati demam amoksisilin. Selain karena adanya
tifoid. Kloramfenikol dan amoxisilin banyak laporan mengenai MDRST
adalah antibiotik pilihan utama pada antibiotik kloramfenikol dan
selama puluhan tahun sampai amoksisilin, sefotaksim dan
akhirnya terdapat banyak laporan seftriakson diketahui lebih efektif
mengenai resistensi yang disebut untuk mengobati demam tifoid.
multidrug resistant Salmonella thypi Pendapat ini didukung oleh
(MDRST) (Rianti dkk, 2017). penelitian Widodo (2008) yang
MDRST adalah resistensi terhadap menyebutkan bahwa seftriakson
antibiotik pilihan utama dalam yang merupakan salah satu golongan
pengobatan demam tifoid yang sefalosporin generasi ketiga
disebabkan penggunaan antibiotik dianggap sebagai antibiotik yang
yang tidak rasional dan perubahan efektif dan poten untuk mengobati
faktor intrinsik dalam mikroba. Hal penyakit demam tifoid dalam waktu
ini sama dengan yang disampaikan pendek. Obat ini mempunyai sifat
oleh salah satu tenaga medis di RSU menguntungkan yaitu dapat merusak
Aminah Blitar terkait kekhawatiran struktur bakteri tanpa mengganggu
terhadap resistensi dari antibiotik lini sel tubuh manusia, spektrumnya luas,
pertama seperti yang tercantum di dan resistensinya terhadap bakteri
PPK. Inilah yang mungkin menjadi masih terbatas (Musnelina dkk,
9

2004). Golongan sefalosporin yang menyebutkan bahwa seftazidim


generasi ketiga lainnya yang digunakan sebagai pemberian dengan
digunakan untuk pengobatan demam infeksi bakteri gram negatif dan
tifoid adalah sefotaksim, digunakan sebagai pemberian
sefiksim,seftazidim. Hal ini senada empiris dengan gejala demam.
dengan penelitian Gunawan (2007) Dalam penelitian juga
yang menyatakan bahwa sefotaksim ditemukan ada 14 kasus penggunaan
dan seftriakson efektif untuk antibiotik kombinasi yang sama yaitu
pengobatan bakteri gram negatif penggunaan sefotaksim yang
seperti S. Typhi. Alasan ini yang dikombinasi dengan amikasin dari
memungkinkan seftriakson dan golongan aminoglikosida. Kombinasi
sefotaksim digunakan di RSU ini belum sesuai untuk pemberian
Aminah Blitar. Namun, sefotaksim demam tifoid apabila mengacu pada
lebih terjangkau dibandingkan PPK RSU Aminah Blitar, tetapi
dengan seftriakson, sehingga hal ini bukan berarti kombinasi 2 macam
yang mungkin menjadi salah satu antibiotik ini tidak dibenarkan,
penyebab sefotaksim lebih banyak karena kombinasi 2 antimkroba atau
dipilih daripada seftriakson. lebih diindikasikan pada keadaan
Selain sefotaksim, antibiotik tertentu saja diantaranya apabila
golongan sefalosporin yang sering dikhawatirkan terjadi sepsis atau jika
digunakan untuk pemberian demam ditemukan 2 macam organisme
tifoid di RSU Aminah Blitar adalah dalam kultur darah selain bakteri
seftazidim. Hal ini tidak sesuai Salmonella (Widodo, 2008). Selain
dengan PPK. Setelah dilakukan itu, penelitian tahun 2009
wawancara dengan salah satu tenaga membuktikan adanya interaksi
kesehatan mengenai ketidaksesuaian sinergi antara sefotaksim dan
penggunaan antibiotik ini, maka golongan aminoglikosida yang dapat
dapat diketahui bahwa seftazidim melawan strain bakteri yang resisten
digunakan secara empiris untuk ( Mark, 2009)
mengobati demam tifoid pada anak.
Kesesuaian Dosis
Hal ini sesuai dengan Drug
Hasil penelitian menunjukkan
Information Handbook tahun 2009
kesesuaian pemberian dosis
10

antibiotik yang mengacu pada PPK KESIMPULAN


RSU Aminah Blitar sebesar 53%. Berdasarkan hasil penelitian
Antibiotik yang dihitung dosisnya pada 81 pasien demam tifoid yang
hanya yang sesuai dengan PPK yaitu menjalani rawat inap di Unit Rawat
seftriakson, amoksisilin, sefiksim Inap RSU Aminah Blitar tahun 2017,
dan kloramfenikol. Dosis seftriakson dapat disimpulkan bahwa kesesuaian
menurut PPK adalah 80mg/Kg BB. penggunaan antibiotik untuk kasus
Ada 8 pasien yang menggunakan demam tifoid pada anak di Unit
seftriakson, tetapi hanya 5 pasien Rawat Inap RSU Aminah Blitar
yang memenuhi kesesuaian dosis tahun 2017 berdasarkan Panduan
seftriakson sedangkan 3 pasien Praktek Klinis adalah sebagai
lannya diberikan dosis underdose. berikut, pasien yang memenuhi
Dosis amoksisilin menurut PPK standar kesesuaian obat sebesar 19%,
adalah 100mg/Kg Bb, dengan pasien yang memenuhi standar
demikian hanya ada 2 pasien dari kesesuaian dosis sebesar 53%.
total 3 pasien yang memenuhi
kesesuaian pemberian dosis UCAPAN TERIMA KASIH
amoksisilin. PPK menyebutkan Ucapan terima kasih
bahwa dosis sefiksim adalah dipersembahkan untuk Akademi
10mg/Kg BB, maka dari penelitian Putra Indonesia Malang.
ini dapat diketahui bahwa pasien
yang mendapatkan pemberian DAFTAR RUJUKAN
antibiotik sefiksim tidak memenuhi
kesesuaian pemberian dosis karena Abbas Rifa’I, Muhammad, Sudarso,
Anjar K, 2011. Evaluasi
kurang dari standar yang ditetapkan
Penggunaan Antibiotik
pada PPK. Dosis kloramfenikol oral Terhadap Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di
yang tercantum dalam PPK adalah
Rumah Sakit Wijayakusuma
50-100mg/Kg BB, dengan demikian Purwokerto Tahun 2009.
Pharmacy Vol 08, 01 April
2 pasien yang mendapat antibiotik
2011
kloramfenikol oral tidak memenuhi
Agung. 2015. Teliti Demam Tifoid,
kesesuaian pemberian dosis, karena Nataniel Tandirogang Raih
dosis yang diberikan terlalu rendah. Doktor. https:
//ugm.ac.id/id/berita/10156_t
11

eliti.demam.tifoid.nataniel.tan Pengobatan Demam Tifoid


dirogang.raih.doktor. Diakses Anak di Rumah Sakit
28 Desember 2017. Fatmawati Jakarta Tahun
2001-2002, Makara
Anonim, 2017. Panduan Praktek Kesehatan, 8 (2), 59-64
Klinis RSU Aminah Blitar.
RSU Aminah Blitar : Blitar Ochiai RL, Acosta CJ, Agtini M, et
al. The use of typhoid
Anonim, 2017. Profil RSU Aminah vaccines in Asia: the DOMI
Blitar. RSU Aminah Blitar : experience. Clin Infect Dis
Blitar 2007; 45 (suppl 1): S34-S38

Badan Litbang Kesehatan. Riset Pierce, Mark A, Ann M. Elliot and


Kesehatan Dasar 2007. C. Glenn Cubbs, 2009,
Jakarta; 2008. Diunduh di: Cefotaxime Aminoglycoside
https://www.k4health.org/site Interactions, Chemotherapy
s/defa ult/files/laporan 31: 3336-345 (1985),
Nasional Riskesdas 2007.pdf. September 2009
(Diakses 5 Januari 2018)
Puji Lestari, Rianti dan Eggi Arguni,
Centers for Disease Control and 2017, Profil Klinis Anak
Prevention, Morbidity and Dengan Demam Tifoid di
Mortality Weekly Report Rumah Sakit Umum Pusat Dr
(MMWR) 2008; 83 (6): 49- Sardjito Yogyakarta, Sari
60 Pediatri Vol 19 No 3,
Oktober 2017
Charles F. L. A dan Morton P. G.,
2008, Drug Information Purba, Ivan Elizabeth, Toni Wndra,
Handbook, 17th ed, USA: Naning Nugrahini, Stephen
Lexi Comp. Nawawi, dan Nyoman
Kandun. Program
Hekmawati, Surakarta, 2013. Pengendalian Dema Tifoid di
Evaluasi Penggunaan Indonesia. Media Litbangkes,
Antibiotik Pada Pasien Vol. 26 No. 2 Juni 2016, 99-
Demam Tifoid di Instalasi 108
Rawat Inap RS “X” Klaten
Tahun 2011, (Online), WHO, 2011. Guidelines for the
(eprints.ums.ac.id>NASKAH Management of Typhoid
PUBLIKASI, diakses 10 Fever, (Online),
November 2017) (apps.who.int>medicinedocs
>documents, diakses 28
Keputusan Menteri Kesehatan Desember 2017)
Republik Indonesia, 2006.
Pedoman Pengendalian Widodo, D., 2008, Demam Tifoid,
Demam Tifoid. Jakarta: Dalam Sudoyo, A. W.,
Departemen Kesehatan Setyohadi, B. Alwi, I.,
Simadibrata, M, & Setiati, S.
Musnelina, L., Afdhal, A. F., Gani, Buku Ajar Ilmu Penyakit
A., Andayani, P., 2004, Pola Dalam (Edt.), Edisi Keempat,
Pemberian Antibiotik Jilid 3, Hal 1752-1754,
12

Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,
Jakarta.
World Health Organization. Bulletin
of the World Health
Organization 2008; 86 (5);
321-46

Anda mungkin juga menyukai