SKRIPSI
CITRA RESTI
18.0603.0002
i
Universitas Muhammdiyah Magelang
HUBUNGAN DUKUNGAN FAMILY CAREGIVER TERHADAP PERSONAL
HYGIENE KLIEN YANG MENGALAMI STROKE
DI PUSKESMAS MUNGKID
Skripsi
CITRA RESTI
18.0603.0002
i
Universitas Muhammdiyah Magelang
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
Universitas Muhammdiyah Magelang
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh karena itu penulis pada kesempatan kali ini ingin menyampaikan uacapan
terimakasih kepada :
1. Dr. Heni Setyowati E.R., S. Kep., M. Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
2. Ns. Sodiq Kamal M. Sc, Selaku Ketua Umum Progaram Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
3. Ns. Priyo, M. Kep Selaku dosen pembimbing I yang selalu memotivasi,
membimbing dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ns. Sigit Priyanto, M. Kep selaku dosen pembimbing II yang selalu
membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ns. Nurul Hidayah, M.s selaku penguji skripsiyang telah memberi arahan
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang yang telah membantu memperlancar penyelesaian
skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan motivasi, semangat,
bimbingan, serta segala bentuk bantuan dan kasih sayang yang telah diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
8. Rekan- rekan S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan angakatan 2018
Universitas Muhammadiyah Magelang.
iv
Universitas Muhammdiyah Magelang
v
Penulis
vi
Universitas Muhammdiyah Magelang
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................................x
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................5
1.3.1 Tujuan umum............................................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus...........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................6
1.4.1 Manfaat bagi pasien dan keluarga.............................................................6
1.4.2 Manfaat bagi pelayanan Kesehatan...........................................................6
1.5 Lingkup Penelitian.................................................................................................6
1.5.1 Lingkup Penelitian Lingkup Masalah................................................................6
1.5.2 Lingkup Subyek................................................................................................6
1.5.3 Lingkup lokasi...................................................................................................6
1.6 Keaslian Penelitian.................................................................................................7
BAB 2................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................9
2.1 Konsep Stroke..........................................................................................9
2.1.1 Pengertian Stroke......................................................................................9
2.1.2 Penyebab Stroke........................................................................................9
2.1.3 Klasifikasi Stroke....................................................................................10
2.1.4 Patofisiologi Stroke.................................................................................11
2.1.5 Tanda Gejala Stroke................................................................................12
2.1.6 Komplikasi Stroke...................................................................................12
vii
Universitas Muhammdiyah Magelang
viii
x
Universitas Muhammdiyah Magelang
DAFTAR TABEL
Lengkapi abstrak
xi
Universitas Muhammdiyah Magelang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah fungsi otak yang mengalami kelainan secara mendadak dan
berlangsung lebih dari 24 jam yang disebabkan adanya gangguan suplai darah ke
otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak (Ariska et al.,
2020). Stroke merupakan penyakit sebrovaskular yang menjadi penyebab utama
ketiga kecacatan (Rohmah & Rifayuna, 2021). Menurut American Stroke
Asosiation, stroke merupakan penyakit yang menyerang arteri yang menuju dan
dalam otak. Stroke terjadi Ketika pembuluh darah yang membawa oksigen dan
nutrisi ke otak tersumbat atau pecah yang mengakibatkan sel - sel otak mati jika
tidak mendapatkan darah, oksigen dan nutisi (Rohmah & Rifayuna, 2021).
Menurut (Rohmah & Rifayuna, 2021), stroke adalah penyebab paling umum
kedua (11,8%) di seluruh dunia setelah penyakit jantung iskemik (14,8%), dan
penyebab ketiga kecacatan setelah penyakit jantung iskemik. Stroke menjadi
1
Universitas Muhammdiyah Magelang
2
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (Penyakit Tidak Menular),
jumlah kasus baru PTM yang dilaporkan secara keseluruhan di Jawa Tengah pada
tahun 2015 adalah 603.840 kasus. Penyakit stroke masih menempati ururtan ke
tiga yaitu sebesar (3, 91%) (Dinkes Jateng 2015). Berdasarkan data yang peneliti
dapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang di peroleh hasil bahwa di
tahun 2020 sebanyak 1.141 jiwa terkena serangan stroke.Menurut (Budiarto,
2020) Sementara data yang peneliti peroleh dari Kabupaten Magelang dari
Puskesmas Salaman 1 30 jiwa, Puskesmas Srumbung 28 jiwa, Puskesmas
Tegalrejo 21 jiwa, Puskesmas Tempuran 30 jiwa, Puskesmas Mertoyudan 1 5
jiwa. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang pada tahun 2020, di wilayah Mungkid menunjukan penderita stroke
terdapat 31 jiwa. Disisi lain pasien stroke yang ada di Puskesmas Mungkid pada
tahun 2021 mengalami peningkatan yaitu terdapat 71 jiwa.
Prevalensi stroke di Kabupaten Magelang pada tahun 2020 terdapat 1.141 kasus
stroke. Kasus tertinggi ada di Puskesmas Secang dan Puskesmas Secang 2. Akan
tetapi pada tahun 2021 kasus stroke yang ada di Puskesmas secang 1 dan
Puskesmas Secang 2 tidak mengalami keanikan kasus sedangakan kenaikan kasus
yang signifikan terjadi di Puskesmas Mungkid dengan kenaikan jumlah pasien
stroke mencapai 50 %. Stroke terlihat meningkat selama dua tahun terakhir ini di
tahun 2020 terdapat 31 orang yang terkena stroke yang terdapat di Puskesmas
Dampak dari stroke yang tidak tertangani menyebabkan system saraf rusak
sehingga system saaf pusat dari otak rusak dan tidak menerima pesan dengan
benar sehingga pnderita mengalami kelemahan dan kelumpuhan anggota gerak.
Stroke dapat menyerang salah satu atau kedua sisi otak. Kelumpuhan dan
kelemahan otot terjadi Ketika pesan tidak berjala dengan baik dari otak ke otot-
otot tubuh. Akibatnya otot yang lemah sulit menompang tubuh, bahkan cenderung
menambah masalah gerkan dan keseimbangan (Wolfe, 2019).
Menurut (Khusnah et al., 2022) dukungan family caregiver baik akan membantu
proses perawatan pada klien stroke dan bisa menjadi support system yang dekat
dengan klien, pemulihan klien stroke ditunjukan untuk mengembalikan
kemandirian, namun juga untuk memulihkan aspek – aspek sosial. Dukungan
family caregiver yang tinggi dapat menyebabkan kemandirian aktivitas pada
pasien stroke karena dukungan family caregiver merupakan dukungan
interpersonal yang meliputi sikap, Tindakan serta penerimaan anggota keluarga,
TINJAUAN PUSTAKA
9
Universitas Muhammdiyah Magelang
10
Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme
arteri serebral yang disertai dengan subarakhnoid dan vasokontriksi arteri otak
disertai sakit kepala migren.
b. Stroke Hemorogik
Stroke dapat dibedakan secara mudah menjadi perdarahan subaroknoid,
perdarahan intraserebral, dan perdarahan subdural/ ekstradural berdasarkan
gambaran klinis dan CT scan. Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan yang
menunjukan gejala nyeri kepala hebat mendadak terhentinya aktivitas, dan
muntah tanpa tanda-tanda neurologis fokal. CT scan menunjukkan darah dalam
rongga subaraknoid dan sisterna serebri, serta cairan spinal selalu mengandung
darah. Perdarahan intraserebral menunjukkan gejala neurologis fokal. Nyeri
kepala, muntah, dan menurunnya kesadaran sering terjadi pada perdarahan yang
lebih luas, CT scan dan MRI menunjukkan hematoma di dalam otak Sedangkan
terjadi diluar otak, baik didalam (subdural) maupun di luar (ekstradural) dura
mater (Hanum & Lubis, 2017).
2.1.4 Patofisiologi Stroke
a. Stroke iskemik
Hampir 85 % stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan oleh bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau
embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakrani (arteri yang
berada di luar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan disatu atau beberapa arteri
intrakrani (arteri yang berada di dalam tengkorak). Ini disebut sebagai infark otak
atau stroke iskemik. Penyebab stroke iskemik karena gangguan darah, peradangan
dan infeksi terjadi sekitar 5- 10 % kasus stroke iskemik. Dan menjadi penyebab
tersering pada orang berusia muda. Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer
otak, meskipun Sebagian terjadi di serebelum (otak kecil) atau batang otak.
Beberapa stroke iskemik di hemisfer tampaknya bersifat ringan (sekitar 20% dari
semua stroke iskemik). Stroke asimpatik (tak bergejala) hal ini terjadi pada
sekitar sepertiga pasien usia lanjut, kelemahan ringan atau masalah daya ingat.
Namun stroke ringan ganda dan berulang dapat menimbulakan kecacatan,
penurunan kognitif dan dimensia.
b. Stroke Hemorogik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang
subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang
paling mematikan, tetapi relatif hanya menyusun sebagian kecil dari stroke total:
10- 15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Perdarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan oleh aneurisma
(arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu penyakit. Penyakit yang
menyebabkan dinding arteri menipis dan rapuh adalah penyebab tersering
perdarahan intraserebrum. Penyakit semacam ini adalah hipertensi atau angiopati
amiloid (dimana terjadi pengendapan protein di dinding arteri-arteri kecil di otak).
b. Aliran darah seberebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
b. Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan factor risiko terjadinya stroke. Penyakit jantung yang
dimaksud seperti infark miokard, elektrokardiogram abnormal, penyakit katup
jantung, dan gagal jantung kongesif.
d. Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi. Penyakit ini di Indonesia juga di kenal dengan kencing manis yang
prevalensinya semakin meningkat. Diabetes melitus ini apabila tidak di
kendalikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jantung, ginjal, dan
mata.
e. Merokok
Factor risiko yang lemah (minor) terjadi dari kadar lemak yang tinggi di dalam
darah, hematrokrit tinggi, kegemukan, kadar asam urat tinggi, kurang aktivitas
fisik atau olah raga (Hanum & Lubis, 2017).
Dampak psikologis seperti kemarahan, isolasi kelabialan emosi, depresi dan lain-
lain.
3. Dampak social
Sedangakan dampak social dari stroke penderita tidak dapat lagi bekerja Kembali
seperti sedia kala dan sosialisasinya juga dapat terhambat.
4. Dampak personal hygiene
Dampak kebersihan pasien stroke adalah gangguan fisik yang berupa gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan pada kuku. Tidak terpenuhinya kebutuhan personal hygiene
juga berdampak pada psikososial. Gangguan tersebut meliputi gangguan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial (Fadhilah et al., 2022).
Family adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup Bersama dalam
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masig
yang merupakan bagian dari keluarga. Dalam keluarga terdapat lima fungsi dasar
keluarga yaitu : fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan
Kesehatan (Keluarga, 2008). Caregiver adalah seseorang yang memberikan
bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan
bantuan karena penyakit dan keterbatasannya (Cathy et al., 2011).
Caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan
baik dibayar maupun sukarelawan. Caregiver formal bisa dijelaskan merupakan
perawatan yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater, pusat perawatan ataupun
tenaga professional lainnya yang diberikan melakukan pembayaran.
b. Caregiver informal
Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman atau
tetangga) yang memeberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau
sepanjang waktu, tinggal Bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat.
Caregiver yang tidak formal merupakan perawatan yang dilakukan di rumah dan
tidak professional dan tanpa melakukan pembayaran seperti keluarga penderita
yaitu istri atau suami, anak perempuan / laki- laki dan anggota keluarga lainnya.
Seringkali keluarga telah mengambil Tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah di ketahui oleh keluarga itu sendiri.
c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin Kesehatan keluarga
d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan di sekitar keluarga
Klien stroke yang di rawat oleh caregiver di rumah memerlukan dukungan untuk
memenuhi kebutuhan klien stroke. Jadi keluarga merupakan peran penting yang
bersifat mendukung selama penyembuhan dan pemulihan klien stroke.
keyakinan, nilai dan kebiasaan individu saat meberikan dukungan, termasuk cara
pelaksanaan kesehtan pribadi (Nadirawati, 2019)
2.3.2 Jenis- jenis dukungan
Adapun (Prihatsanti, 2015) juga menejelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa
jenis dukungan yaitu :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolekter dan disseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari
dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informassi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek – aspek dukungan ini adalah nasihat, ususlan, saran, petunjuk, dan
pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota
keluarga dianataranya memeberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan psikis dan konkrit diantaranya
adalah kesehtan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelehan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek- aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
keprcayaan, perhatian, mendengarkan dan di dengarkan.
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hyegine) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis untuk memperoleh kesejahteraan baik secara fisik maupun
psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan perawatan diri, baik secara
mandiri atau menggunakan bantuan yang dapat menciptakan penampilan yang
sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang dapat membuat rasa nyaman dan
relaksasi (Herliana, 2016).
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, pengatur
temperature, dan sensasi. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu, lapisan epidermis,
lapisan dermis, dan jaringan subkutan. Lapisan epidermis (lapisan luar) disusun
beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturase
yang bertugas melindungi jaringan yang berada dibawahnya terhadap kehilangan
cairan dan cedera mekanisme atau kimia serta mencegah masuknya
mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Lapisan kedua yaitu dermis yang
merupakan permukaan luar kulit yang menjadi tempat tinggalnya bakteri flora
normal yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menghalangi penyakit yang
masuk akibat mikroorganisme. Lapisan ketiga adalah jaringan subkutan yang
terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang
terisi dengan sel- sel lemak yang dimana jaringan subkutan ini berfungsi sebagai
insulator panas bagi tubuh dan memberikan dukungan untuk lapisan atas kulit
untuk menahan stress dan tekanan tanpa cedera. Jaringan subkutan yang paling
sedikit ditemukan dibagian dasar mukosa oral (Potter & Perry, 2012).
Adapun Fungsi kulit menurut (Widianti, 2014), adalah :
1) Melindungi jaringan dibawahnya dari cedera
2) Mengatur suhu tubuh
3) Menghasilkan minyak
4) Mengtransmisikan sensasi melalui reseptor saraf
5) Menghasilkan dan mengabsorsi vitamin D sebagai penghubung atau pemberi
vitamin atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.
Sedangakan, fungsi kulit menurut (Heriana, 2014), untuk :
1) Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan bagian
dalam yang juga dapat menjaga kutuhan kulit
2) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu memproduksi keringan serta
penguapan
3) Alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari luae
melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan atau suhu
4) Alat sekresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen
5) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan
Pasien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit atau beberapa
pengahalang eksternal yang beresiko terjadinya kerusakan kulit, bagian badan
yang tergantung terapapr tekanan dari dasar permukaan (misalnya matras, gips
tubuh, atau lapisan linen ang berkerut) yang dapat mengurangi sirkulasi pada
bagian tubuh yang terkena dapat menyebabkan terjadinya pembentukan decubitus
(Potter & Perry, 2012). Agar tidak terjadi pembentukan decubitus, perawat harus
mempertahankan dan meningkatkan kebersihan kulit, mempertahankan sirkulasi
darah ke kulit, maka perawat harus melakukan Tindakan seperti memandikan
klien, mengubah posisi secara teratur, memberikan lotion, melakukan perawatan
kulit dan perinial dan berikan pijatan, dapat menginstruksikan klien tentang
praktik kebersihan yang tepat untuk terapi mencegah pembentukan lesi pada kulit,
memperbaiki status nutrisi dan cairan, dan mencegah masalah yang berhubungan
dengan mobilisasi (Saryono & Widianti, 2011). Tujuan diberikannya perawatan
kulit agar klien memiliki kulit yang utuh yang bebas dari bau badan, agar klien
mempertahankan rentang gerak, agar klien mencapai rasa nyaman dan sejahtera,
dan agar klien berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit (Potter &
Perry, 2012)
b. Perawatan Perineum
Perineum merupakan bagian dari mandi yang lengkap. Klien yang membutuhkan
perawatan perineum ini adalah klien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi
(misalnya klien yang menggunakan kateter urine tetap), setelah operasi rektal,
setelah menjalani proses kelahiran (Ambarwati, 2015).
c. Perawatan kaki dan kuku
Perawatan kaki dan kuku sering kali memerlukan perhatian yang khusus untuk
mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Seringkali orang tidak sadar
masalah kaki dan kuku sampai terjadinya nyeri atau ketidaknyamanan. Masalah
yang timbul karena perawatan yang salah akan menimbulkan, seperti kalus,
katimumul, kutil pada kaki, infeksi jamur kaki, kuku yang tumbuh kedalam, kuku
tanduk ram, paronisia, dan bau kaki (Ernawati, 2015). Untuk mencegah timbulnya
masalah pada kaki klien bisa melakukan perendaman untuk melembutkan kutikula
dan lapisan sel tanduk, pembersihan dengan teliti, pengeringan dan pemotongan
kuku yang tepat (Potter & Perry, 2015)
d. Perawatan mulut
Rongga mulut dilapisi dengan membrane mukosa yang terus – menerus pada
kulit. Membran merupakan jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ,
mensekresi mucus untuk menjaga jalan saluran system pencernaan tetap dalam
keadaan basah. Perawatan mulut dapat membantu mempertahankan status
Kesehatan mulut, gusi, dan bibir dengan cara menggosok dan membersihkan gigi
dari partikel – partikel makanan, plak, dan bakteri serta dapat mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Tujuan
dilakukan perawatan mulut adalah untuk mengurangi kehilangan gigi akibat gigi
yang rusak atau penyakit periodontal bagi orang yang berusia 35 tahun sampai 44
tahun, mengurangi jumlah lansia yang kehilangan gigi secara alami, dan
mengurangi prevalensi gingivitis. Masalah yang akan ditimbulkan pada klien jika
tidak melakukan perawatan mulut adalah karies gigi, bau nafas, gusi yang
berdarah, bengkak, jaringan yang meradang.
e. Perawatan rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta
pengatur suhu, melalui rambut perubahan status Kesehatan diri dapat
diidentifikasi (Ernawati, 2015). Penyakit ataupun ketidakmampuan klien untuk
memelihara perawatan rambut dapat menyebabkan kekusutan pada pasien
imobilisasi. Masalah yang dapat terjadi pada rambut dapat berupa ketombe,
adanya kuku di rambut, kehilangan rambut, dan peradangan pada kulit kepala
(Ernawati, 2015). Menyikat, menyisir rambut, dan bersampo adalah cara- cara
dasar higenis untuk semua klien yang mengalami keriusakan rambut atau yang
akan melakukan perawatan rambut (Potter & Perry, 2012)
f. Perawatan mata, telinga, dan hidung
Perawatan mata tidak dilakukan secara khusus tetapi diperlukan secra terus –
menerus membersihkan air mata, kelopak mata, dan buku mata dapat mencegah
masuknya partikel asing yang masuk ke mata. Untuk telinga, perawatan telinga
mempunyai implikasi pada ketajaman pendengaran bila substansi lilin atau benda
asing berkumpul pada kanal telinga luar yang dapat menggangu konduksi suara.
Dan perawatan hidung yang mempunyai indera penciuman yang tajam dapat
memantau temepratur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah
masuknya partikel asing kedalam system pernafasan. Tujuan dilakukan perawatan
mata, telinga, dan mulut ini supaya dapat membantu kondisi dan fungsi dari mata,
telinga, dan hidung.
g. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ yang aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi yang terdiri dari tiga lapis, yaitu lapisan
epidermis (lapisan luar), lapisan dermis, dan lapisan subkutan. kulit berfungsi
sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang
berada dibawahnya yang sering merefleks sikap perubahan pada kondisi fisik,
baik warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur, dan hidrasi. Selama kulit masih
utuh dan sehat, fungsi kulit masih optimal secara fisiologisnya (Potter & Perry,
2012).
h. Perawatan perineum
Perawatan perineum merupakan bagian dari mandi lengkap yang berisiko pada
pasien yang terbesar memperoleh infeksi (misalnya klien yang menggunakan
Kateter urine tetap), sembuh dari dari operasi rektal atau genetalia, atau proses
kelahiran. Klien yang paling berisiko terjadi kerusakan pada daerah perineum, dan
kateter urine lengkap. Mandi lengkap atau Sebagian di tempat tidur, mandi bak
atau shower merupakan Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam
melakukan perawatan perineum pada pasien yang memperoleh resiko infeksi
(Potter & Perry, 2012).
i. Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perrhatian khusus untuk mencegah infeksi,
bau, cedera pada jaringan. Masalah yang sering muncul oleh perawatan kaki dan
kuku yang salah atau kurang seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak,
pemaparan dengan zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu yang pas
mengarah pada stress fisik dan emosional. Beberapa contoh yang di timbulakan
saat tidak melakukan perawatan kaki dan kuku adalah :
a) Kalus merupakan bagian yang mengeras dari epidermis yang di temukan di
bawah permukaan kaki dan telapak tanga yang disebabkan oleh friksi atau
tekanan local.
b) Katimumul, keratosisi yang disebabkan oleh friksi dan tekanan dari sepatu
yang terlihat pada jari kaki, di atas penonjolan tulang, yang biasanya
berbentuk kerucut, bulat, dan naik.
c) Kulit pada kaki, dimana luka yang menjamur terlihat pada tumit kaki dan
disebabkan oleh virus papilloma.
d) Infeksi jamur kaki merupakan infeksi jamur pada kaki, ketidaksamaan sisi dan
keretakan kulit terjadi antara jari dan tumit kaki yang disebabkan pemakaian
alas kaki yang disebabkan pemakaian alas kaki yang ketat.
e) Kuku tanduk ram, biasanya kuku tanduk ram ini kuku yang meliuk Panjang.
f) Paronisia disebabkan oleh inflamasi jaringan sekitar jari yang terjadi setelah
bintil kuku atau cedera lain yang sering terjadi pada orang yang sering berada
di air umumnya diabetes.
Perawatan kaki dan kuku dapat berupa perendaman untuk melembutkan kutikula
dan lapisan sel tanduk, pembersihan dengan teliti, pengeringan dan pemotongan
kuku yang tepat. Dengan adanya kerusakan kulit maka infeksi lebih mudah
berkembang karena sirkulasi yang buruk dan perawat menyarankan klien untuk
melakukan :
a) Periksa kaki setiap hari meliputi bagian atas dan telapak kaki, tumit, dan
daerah diantara jari.
b) Mencuci dan merendam kaki setiap hari menggunakan air hangan dengan
suhu tubuh tidak lebih dari 37 C
c) Jangan memotong katimumul atau kalus atau menggunakan pemebersih.
d) Jika kaki berkeringat gunakan bedak kaki yang lunak dan gunakan sepatu
yang berproses sebelah atasnya.
e) Jika ditemukan kekeringan pada kaki atau antara jari gunakan lotion, baby oil
dan gosok secara merata dan lembut di kulit dan jangan terlalu basah.
j. Perawatan mulut
Kebersihan mulut merupakan suatu Tindakan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut. Mulut merupakan bagian
pertama dari system pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari system
pernafasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting
dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, juga terdapat saliva yang
penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Kerusakan gigi dapat
disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan manis, menggigit benda
keras, dan kebersihan mulut yang kurang (Ambarwati, 2015).
(Potter & Perry 2012) mengemukakan masalah atau gangguan yang berhubungan
dengan kebersihan gigi dan mulut antara lain sebagai berikut :
a) Karies gigi merupakan lubang akibat kerusakan email gigi yang berhubungan
dengan kekurangan kalsium.
b) Plak merupakan suatu lapisan transparan yang sangat tipis dan terdiri atas
mukosa dan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak dapat
menyebabkan karies gigi, karang gigi, dan radang pada gigi, dan radang pada
jaringan penyangga gigi.
c) Penyakit perondontal merupakan penyakit jaringan sekitar gigi, penyakit
seperti deficit kalkulus, gusi mudah berdarah dan bengkak, dan peradangan.
d) Halitosis merupakan bau nafas tidak sedap yang disebabkan antara lain oleh
asupan makanan tertentu, infeksi kuman, serta kondisi sistemik akibat
penyakit karena penyakit liver atau diabetes.
e) Keilosis atau bibir yang pecah – pecah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
produksi saliva yang berlebihan, nafas mulut, dan defisiensi riboflavin.
f) Sariawan disebabkan oleh defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus,
tembakau, kemoterapi.
g) Peradangan gusi yang terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin atau diabetes
melitus dan hygiene mulut yang buruk.
Perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit mulut dan kerusakan
gigi tergantung pada kondisi pada mulut rongga klien. Perawatan yang tepat agar
terhindr dari mulut dan kerusakan gigi yaitu : menggosok gigi, membersihkan
dengan serat (flossing). Klien juga harus memperhatikan diet yang diberikan
karena meningkatkan plak dan kerusakan gigi (Potter & Perry, 2012).
a) Diet untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asuhan karbohidrat terutama makanan manis diantara waktu
makan. Makanan yang manis dan mengandung tepung akan menempel pada
permukaan gigi dan akan menimbulakan plak – plak gigi. Untuk mengurangi
plak – plak yang berlebihan akibat asupan karbohidrat yang berlebihan, apel
atau makanan berserat apat mengurangi plak dalam gigi.
b) Gosok gigi, menggosok gigi merupakan program kebersihan mulut. Pemilihan
pasta gigi berflourida lebih disukai untuk menggososk gigi karena memiliki
rasa yang menyenangkan. Gliserin memiliki efek astringen, mulut menjadi
kering, dan menyusutkan gigi dan membrane mukosa. Gliserin memberikan
makanan untuk bakteri yang bisa diatasi dengan menggunakan kain penyeka
yang terdiri dari larutan encer dan sorbitol, sodium, dan elektrolit telah
terbukti efektif dalam mengobati mulut.
c) Flossing atau membersihkan gigi dengan benang sangat penting untuk
mengangkat plak dengan efektif diantara gigi. Gerakan menggergaji
digunakan untuk menarik serat halus diantara gigi yang dilakukan cukup
sehari sekali karena penting untuk membersihkan semua permukaan gigi.
k. Perawatan rambut
Penampilan seseorang seringkali tergantung dari cara berpenampilan dan perasaan
mengenai rambut. Ketidakmampuan klien untukmemlihara perawatan rambut
sehari- hari. Pada klien yang imobilisasi akan terlihat rambut yang kusut. Masalah
yang timbul pada klien yang imobilisasi atau penurunan kesadaran adalah :
b) Telinga
Perawatan pada telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran
apabila substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar yang
dapat menggagu konduksi pengeluaran suara. Ketika merawat klien yang
menggunakan alat bantu pendengaran, perawat dapat menginstruksikan klien pada
pembersihan dan pemeliharaan yang tepat seperti halnya Teknik komunikasi yang
meningkatkan pendengaran kata uang diucapkan. Kehilangan pendengaran
merupakan masalah yang sering dilupakan yang dapat memperngaruhi kualitas
hidup klien. Alat bantu pendengaran adalah instrument yang dibuatuntuk
memperkuat suara pada perilaku yang terkontrol (Potter & Perry, 2012).
c) Hidung
Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga dapat memantau temperature
dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam system pernafasan. Iritasi pada mukosa nasal dapat menyebabkan
pembengkakan. Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang
kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan. Jika klien menggunakan selang makan
yang dimasukan ke dalam hidung maka perawat harus mengganti plester yang
mengikat selang minimal sehari sekali dan perawat juga harus mengetahui
bagaimana menempatkan selang secara tepat untuk meminimalkan tegangan pada
lubang di hidung, dan jika cedera terjadi maka perlu melepaskan selang dan
memasukkan selang pada lubang hidung yang lain. Perawat harus selalu
membersihkan lubang hidung dengan teliti karena pada hidung terdapat sekresi
yang mengumpul.
Keluarga/Family Caregiver
Dukungan keluarga :
Ket : Bold = variable
Dukungan emosional
yang di teliti Dukungan informasional
Dukungan instrumental
Dukungan penghargaan
2.6 Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan antara dukungan family caregiver terhadap personal
hygiene dalam merawat klien yang mengalami stroke.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara dukungan family caregiver terhadap
personal hygiene dalam merawat klien yang mengalami stroke.
34
Universitas Muhammdiyah Magelang
35
3.4.2 Sampel
Sampel adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Prajitno, 2013). Dalam pengambilan populasi digunakan beberapa cara atau
Teknik – Teknik tertentu yang memungkinkan dapat mewakili populasinya,
teknik tersebut disebut metode sampling atau teknik sampling (Prajitno, 2013).
Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin yaitu :
N
n=
1+ N . e ²
Keterangan :
n : ukuran sampel
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitan adalah :
Dalam perhitungan :
N
n=
1+ N . e 2
71
n=
1+71(5 % )²
71
n=
1+71.0,0025
71
n=
1,1775
Kriteria eksklusi adalah ciri- ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1) Pasien stroke dan family caregiver yang tidak mengisi kuesioner dengan
lengkap.
2) Keluarga tidak mengizinkan jika pasien dijadikan sampel penelitian.
3) Pasien stroke tidak kooperatif
3.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional
Random Sampling. Pengambilan sempel secara proporsi dilakukan dengan
mengambil subjek dari setiap strata atau setiap wilayah. Kemudian dilakukan
Teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan secara acak sederhana,
dengan mengundi (Lottery Technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan
atau angka acak (Random Number) (Notoatmodjo, 2018).
Dengan menggunakan teknik Proportional Random Sampling didapatkan jumlah
sampel sebanyak 71 klien stroke, adapun besar atau jumlah pembagian sampel
untuk masing- masing Desa dengan menggunakan rumus menuru (Nur, 2020),
yaitu sebagai berikut :
n
N= x n
s
Keterangan :
Dalam keadaan yang tidak ketahui peneliti mengantisipasi adanya drop out
maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sample dengan menambah besar
sampe dari 10 % dari jumlah yang sudah di hitung agar terpenuhi dengan
rumus sebagai berikut:
+n
n=
(1−f )
1 60
n=
(1−0,1)
n = 67 orang
Dari hasil tabel diatas maka diperlukan 67 klien stroke yang ada di wilayah
Puskesmas Mungkid Magelang yang mencakup 14 desa tersebut.
b. Analisis Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakuakan untuk mendeskripsikan karakteristik dengan
menggunakan tabel distribusi dan distribusi frekuensi berdasarkan variable
independent dan variable dependent yang diteliti.
2. Analisa bivariat
Analisa data ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesa
penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variable independent dan variable
dependent yang menggunakan uji statistik chi square (X2) dengan nilai
kemaknaan (α=0,05). Setelah uji hipotesa dilakukan dengan taraf kesalahan
(alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05, maka penelitian hipotesa yaitu : p≤α=
0,05, maka Ha (hipotesis penelitian) diterima, yang berarti ada hubungan antara
variable bebas dan variable terikat. Sedangkan bila p>α=0,05 maka Ha (hipotesis
penelitian) ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara variable terikat.
Pemprosesan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memasukkan data dari
kuesioner ke paket program computer dengan bantuan Microsoft excel serta
SPSS.
d. Clearing
Dilakukan pengecekan Kembali untuk mengetahui adakah keselahan kode,
ketidaklengakapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
BAB 4
Responden dalam penelitian ini adalah klien stroke yang berusia > 50 tahun
yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Mungkid. Pengambilan data dilakukan sejak bulan juli 2022.
Responden pada penelitian ini sebanyak 67 responden. Data ini merupakan
data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terhadap klien
stroke. Analisa Univariat ini terdiri atas karakteristik responden dari jenis
kelamin, umur, dan pekerjaan.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
dan Pekerjaan
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-Laki 40 59.7
Perempuan 27 40.3
Total 67 100.0
Umur Frekuensi %
50-55 8 11.9
56-60 16 23.9
61-65 20 29.9
66-70 23 34.3
Total 67 100.0
Pekerjaan Frekuensi %
Bekerja 15 22.4
Tidak Bekerja 52 77.6
Total 67 100.0
Dari tabel 4.1 berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mungkid
diketahui bahwa hasil untuk karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
terbanyak laki- laki 40 orang dengan presentase sebanyak (59,7%), dengan umur
> 60 tahun sebanyak 23 orang dengan prosentase (34,3%), dengan rata- rata
rsponden tidak bekerja 52 orang dengan prosentase sebanyak (77,6%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Pada Klien Yang
Mengalami Stroke
Dari table diatas menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang terbanyak cukup yaitu
sebanyak 46 responden (28.4% ), tinggi…, rendah…
terpenuhi 17 25.4
Total 67 100.0
Table 4.3
Personal Hygiene
Dari table Personal hygiene dengan kategori tidak terpenuhi 50 responden dengan
prosentase sebanyak (74,6%). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa klien
stroke yang mendapatkan kategori dukungan tinggi lebih banyak di bandingkan
dengan klien stroke yang mendapat dukungan rendah dan cukup, sedangkan klien
stroke yang mempunyai personal hygiene rendah lebih banyak di bandingkan
dengan kategori personal hygiene tinggi dan personal hygiene cukup.
Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variable yang
berbeda. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan dukungan family caregiver terhadap personal hygiene klien yang
mengalami stroke di Puskesmas Mungkid. Teknik Analisa bivariat ini dilakukan
dengan menggunakan uji spearman.
Analisa yang digunakan untuk melihat hubungan variable bebas yaitu dukungan
family caregiver dengan variable terikat yaitu personal hygiene, menggunakan uji
statistic spearmen dengan SPSS versi 22. Uji ini untuk menganalisis data dari dua
variable yang berbeda. Analisa bivariat pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan dukungan family caregiver terhadap personal hygine. Hasil
dari Analisa dapat diketahui pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4
Hubungan Dukungan Family Caregiver Terhadap Personal Hygiene
dukungan_keluarga Total r p
rendah sedang tinggi
rendah 22 6 0 2
personal_hygiene sedang 20 15 15 37 0,461 0,000
tinggi 1 1 0 2
Total 3 27 37 67
Dari tabel 4.3 dari hasil saya yang dilakukan di Puskesmas Mungkid bahwa klien
stroke yang mendapatkan dukungan keluarga rendah dan personal hygiene
rendah sebanyak 22 orang. Sedangkan dukungan keluarga sedang dan personal
hygiene sedang sebanyak 15 orang. Selanjutnya dukungan keluarga tinggi dan
personal hygiene tinggi sebanyak 1 orang. Kesimpulannya bahwa semakin rendah
dukungan keluarga maka semakin rendah pula personal hygiene yang diterima
klien stroke. Hasil analisis menggunakan spearman rank dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan personal hygiene klien yang
mengalami stroke di Puskesmas Mungkid dengan p value 0,000 dan tingkat
correlation coefficient atau r = 0, 461 atau kuat.
4.2 Pembahasan
4.2.1.2 Usia
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Mungkid didapatkan distribusi frekuensi berdasarkan usia rata- rata 66-70 tahun
sebanyak 23 orang dengan prosentase sebanyak (34,3%). Usia lanjut adalah usia
tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan usia normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjur dan merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sesuai dengan pasal 1 ayat 2 UU No. 13
tentang kesehatan bahwa kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang
sehat samapi sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spriritual. Umur lansia
yang semakin bertambah akan berdampak pada ketidakmampuan lansia untuk
melakukan aktivitas fisik sehingga bergantung pada keluarga (Surti et al., 2017)
4.2.1.3 Pekerjaan
Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa dukungan informasional yang diberikan
keluarga kepada klien stroke yaitu keluarga sering menyarankan dan menjelaskan
untuk tetap menjaga kebersihan diri. hal ini dimungkinkan karena keluarga
memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan saran dan nasihat kepada
responden, aktif mencari informasi mengenai Kesehatan secara formal dan
informal melalui petugas Kesehatan dalam merawat klien yang mengalami stroke
(Herwin, 2017).
merasa senang apabila dirinya dianggap penting dan dihargai oleh semua orang
khusunya keluarganya sehingga dapat meningkatkan harga diri klien stroke serta
dapat memberikan sedikit demi sedikit peningkatan kemampuan klien stroke saat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya dan hal ini merupakan dampak positif
bagi klien stroke apabila mendapatkan dukungan penghargaan dari keluarga
secara optimal (Herwin, 2017).
Studi terdahulu yang telah dilakukan oleh (Khairani, 2014) menyatakan bahwa
dukungan keluarga yang sebagian besarnya dukungan yang diberikan keluarga
kepada klien stroke berupa dukungan instrumental yang mencapai 65% dari 49
responden. Ada beberapa hal yang mengindikasikan bahwa faktor dukungan
keluarga sangat erat kaitannya dengan dukungan instrumental yang diberikan oleh
keluarga sesuai dengan pendapat (Azizah, 2011) yang menyatakan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia manusia maka kebutuhan akan kesehatan dan
perawatan maupun perlindungan terhadap bahaya akan semakin besar. Oleh
karena itu, klien stroke membutuhkan penyediaan kebutuhan dasar, perawatan
kesehatan, perlindungan dari bahaya maupun kebutuhan finansial lansia sebagai
salah satu fungsi keluarga dalam menerapkan dukungan instrumental kepada klien
stroke. Selain yang telah dipaparkan sebelumnya anggota keluarga juga dapat
hadir atau aktif saat merawat klien stroke sebagai salah satu cara untuk
memberikan dukungan instrumental kepada (Friedmen, 2010). Hal ini
dikarenakan bahwa lansia mengalami perubahan secara fisiologis sehingga
menyebabkan klien stroke kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-
harinya, khususnya kebutuhan perawatan diri.
Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh keluarga yang dikemukan dalam
beberapa pernyataan terkait dengan implementasi dukungan instrumental yang
diberikan oleh keluarga kepada responden stroke di Puskesmas Mungkid meliputi
keluarga selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan klien stroke
ketika mereka merawat kebersihan diri dan keluarga selalu berperan aktif pada
setiap pengobatan dan perawatan responden, serta keluarga selalu membantu
klien lansia apabila mengalami kesulitan saat merawat dirinya sendiri.
Menurut pendapat peneliti, hal ini dimungkinkan karena keluarga masih mampu
memenuhi dukungan instrumental yang bersifat realistis seperti dalam bentuk
uang, peralatan, waktu, fasilitas dan pemenuhan perawatan diri lansia. Selain itu,
saat melakukan wawancara terhadap responden, mayoritas responden mengatakan
bahwa mereka tinggal dengan anaknya yang memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga secara penuh, sehingga anaknya memiliki waktu yang luang untuk
Dukungan emosional adalah sikap empati, rasa sayang kepada anggota keluarga.
Keluarga sebagai labuhan peristirahatan dan pemulihan dan membantu saat
penguasaan emosional merupakan fungsi dari dukungan emosional
keluarga(Sarafino, 2011). Dukungan emosional diwujudkan dalam bentuk
kepercayaan, perhatian dan saling mendengarkan pada setiap anggota keluarga
(Herwin, 2017).
Dari hasil penelitian ini, dukungan emosional yang sangat dominan diperoleh
lansia dari keluarga adalah keluarga selalu merawat responden dengan penuh
kasih sayang (53%) dan keluarga menciptakan suasana rumah yang
menggembirakan, aman dan nyaman sebnayak (32%). Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa lansia sering dicintai dengan sepenuh hati oleh keluarganya
(32%). Hasil penelitian ini dimungkinkan dengan alasan lansia yang tinggal
bersama anaknya lebih banyak yang mencapai (52%) dan dari hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa klien stroke masih sangat merasa nyaman dan aman
tinggal bersama dengan anggota keluarga mereka daripada tinggal sendirian di
rumahnya.
Dari table 4.3 didapatkan hasil penelitian bahwa personal hygiene dengan kategori
tidak terpenuhi sebanyak 50 responden dengan prosentase (74,6%). Personal
hygiene tidak terpenuhi karena dari keluarga sendiri merasa abay dengan tingkat
kebersihan klien yang mengalami stroke. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan
diri merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, sebab hal
tersebut dapat memengaruhi kesehatan fisik dan psikis seseorang (Suciati, 2014).
Kebersihan diri klien lansia merupakan tindakan yang dilakukan dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan individu untuk meningkatkan kesejahteraan
fisik dan psikis (Siyoto, 2016).
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan diri merupakan suatu hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan, sebab hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan
fisik dan psikis seseorang (Suciati, 2016). Kebersihan diri klien stroke merupakan
tindakan yang dilakukan dalam memelihara kebersihan dan kesehatan individu
untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis(Siyoto, 2016).
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebersihan diri klien stroke
terpenuhi dan mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena lansia mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi, selain itu juga klien
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan (Herwin, 2017)
menyatakan bahwa sebagian besar klien stroke memiliki perawatan diri yang baik
karena mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi pula. Hal tersebut beralasan
karena keluarga masih sering membantu klien stroke, memberikan motivasi dan
dukungan saat melakukan perawatan diri. Oleh karena itu, pada penelitannya
disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan kebersihan diri klien stroke. Kebersihan diri yang paling banyak terpenuhi
oleh klien stroke di Puskesmas Mungkid adalah membersihkan hidung, mata serta
telinga saat mandi, menggunakan odol saat sikat gigi dan seluruh klien lansia
tersebut mengganti pakaian dalam mereka dua kali dalam sehari.
Hal ini terjadi karena dengan membersihkan mata, hidung dan telinga dapat
memberikan sensasi rasa nyaman kepada klien, menggosok gigi dengan
menggunakan odol karena odol mampu memberikan nafas terasa segar dan tidak
berbau sehingga mencegah terjadinya karies gigi dan dapat menstimulasi
penurunan nafsu makan dan alasan tersebut sesuai dengan pernyataan (Saryono,
10) yang mengungkapkan bahwa dengan membersihkan mata, hidung, telinga dan
gigi dapat memberikan sensasi rasa nyaman, memberikan nafas yang segar dan
tidak berbau.
Hal ini juga didukung oleh (Yulaikhah, 2017) menunjukkan bahwa mayoritas
klien stroke memiliki personal hygiene yang berkategori baik, yang sebagai
contoh kebersihan mata, telinga dan hidung. Hal ini dikarenakan lansia memiliki
prinsip bahwa sudah menjadi rutinitas untuk membersihkan mata, telinga dan
hidung serta lansia juga mendapatkan perhatian yang khusus dari orang terdekat
mereka. Bukan hanya itu saja, pada penelitiannya juga menyatakan bahwa
perawatan mulut dan gigi berkategori baik. Salah satu alasannya lansia menyikat
gigi dengan menggunakan odol dan karena segala peralatan mandi termasuk odol
sudah disediakan oleh orang terdekat klien.
Pada beberapa hal dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mencuci
rambut dan membersihkan kulit kepala, tangan dan kaki dilakukan secara rutin
oleh hampir seluruh klien sttroke. Hal ini sesuai dengan studi terdahulu yang telah
dilakukan (Pereira, 2018) menyatakan bahwa mayoritas lansia membersihkan
rambut dan kulit kepala saat mandi (63%) dengan alasan apabila responden rutin
membersihkan rambut dan kulit kepala menggunakan sampo akan menjadikan
rambut harum dan kotoran yang menempel di kepala hilang. Namun, demikian
ada pendapat lain yang berbeda dikemukakan oleh Ramadhan (2016) yang
menyatakan bahwa hanya 13% saja kebersihan tangan, kaki dan kuku lansia
berkategori baik. Pada penelitian beliau tersebut lansia jarang menggunting kuku
dan menyikat kuku saat mandi serta tidak pernah mencuci tangan ketika selesai
buang air. Hal ini diasumsikan beliau selaku peneliti bahwa pengetahuan dan
kebiasaan klien stroke sangat berpengaruh dalam menjaga kebersihan tangan, kaki
dan kuku yaitu sejauh mana pengetahuan dan kesadaran klien stroke di dalam
melakukan praktek untuk menjaga kebersihan tangan, kaki dan kuku mereka.
Hal ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Darmawati,
2010) menyatakan bahwa sebagian besar klien stroke memiliki perawatan diri
yang baik. Pada penelitian beliau disebutkan bahwa walaupun sebagian besar
lansia memiliki perawatan diri yang baik namun klien stroke pernah mengalami
gangguan saat proses perawatan diri karena diakibatkan penyakit stroke yang di
derita itu kambuh sehingga membuat klien tidak nyaman.
Dari tabel 4.4 di hasilkan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Mungkid bahwa
klien stroke yang mendapatkan dukungan rendah untuk tingkat kebersihan diri
sebanyak 20 responden di dapatkan dengan hasil korelasi r = 0,461 dan p value
<0,05, maka Ho di tolak, sehingga ada hubungan antara dukungan family
caregiver terhadap personal hygiene klien yang mengalami stroke di Puskesmas
Mungkid.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan sumber informasi berbasis bukti
yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pendidikan keperawatan,
terutama terhadap lulusan ners dapat mengintegrasikannya pada pelayanan
keperawatan keluarga untuk meningkatkan edukasi terhadap keluarga bahwa
dukungan keluarga dalam memenuhi kebersihan diri lansia merupakan hal
yang penting.
61
Universitas Muhammdiyah Magelang
62
Polit, Denise F. Beck, Cheryl Tatono. (2010). Essential Of Nursing Research Seventh
Edition Appraising Evidence For Nursing Practice. Australia: Wolters Kluwer Health.
Sampelan, I., Kundre, R., & Lolong, J. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Desa Batu Kecamatan
Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Akses: https://ejournal.unsrat.ac.id/ pada 22
April 2020.
Saryono, Widianti. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sarafino, E. P., T. W. (2011). Health Psychology : Biopsychosocial Interaction Seventh
Edition. New York & Sons.
Setiawan, R. (2016). Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga. Uness Pres : Semarang.
Setiawati, D. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri Pada
Lansia di Desa Windujaya Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Shadine, M. (2010). Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung.
Jakarta: Keenbooks.
Isilah kolom di bawah ini dengan tanda check list sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang menurut anda paling
sesuai, dengan penjelasan berikut :
No. Pertanyaaan TP KD SR SL
A. DUKUNGAN INFORMASIONAL
1. Keluarga menjelaskan kepada saya pentingnya
menjaga kesehatan
2. Keluarga menjelaskan kepada saya pentingnya
kebersihan diri
3. keluarga menyarankan saya untuk tetap menjaga
kebersihan diri
4. Keluarga mengajarkan cara mengatasi masalah
yang berhubungan dengan kebersihan diri
5. Keluarga menyarankan saya untuk rajin melakukan
cek up kesehatan
B. DUKUNGAN PENGHARGAAN
6. Keluarga peduli dengan kondisi kesehatan saya saat
ini
7. Keluarga bisa menerima keterbatasan saya dalam
melakukan kebersihan diri
8. Keluarga menghormati setiap keputusan yang saya
ungkapkan
9. Keluarga memberikan bantuan kepada saya saat
saya melakukan perawatan kebersihan diri
Universitas Muhammadiyah Magelang
10. Keluarga memberikan pujian ketika saya
melakukan perawatan kebersihan diri dengan baik
C. DUKUNGAN INSTRUMENTAL
11. Keluarga berperan aktif dalam setiap pengobatan
dan perawatan sakit saya
12. Keluarga membantu dalam hal transportasi ketika
saya akan pergi ke pelayanan kesehatan
13. Keluarga menyediakan peralatan perawatan diri
yang saya butuhkan
14. Keluarga membantu saya ketika mengalami
kesulitan dalam merawat kebersihan diri
15. Keluarga meluangkan waktu untuk mendengarkan
keluahan saya dalam merawat diri
D. DUKUNGAN EMOSIONAL
16. Keluarga merawat saya dengan penuh kasih sayang
17. Keluarga menciptakan suasana rumah yang
menggembirakan, aman, dan nyaman
18. Keluarga mencintai saya dengan sepenuh hati
19. Keluarga tulus dan sabar mendampingi saya jika
saya membutuhkan bantuan dalam melakukan
perawatan kebersihan diri
20. Keluarga memotivasi bahwa saya dapat melakukan
perawatan kebersihan diri secara mandiri
Isilah kolom di bawah ini dengan tanda check list sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dalam pemenuhan personal hygiene. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu
jawaban yang menurut anda paling sesuai, dengan penjelassan sebagai berikut :
a. Ya
b. Tidak
NO Pernyataan Ya Tidak
1. Mencuci rambut mengunakan sampo dalam 2x
seminggu
2. Membersihkan kulit kepala ketika mencuci rambut
Frequencies
Notes
Statistics
Valid 67 67 67 67 67 67
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
pekerjaan
jenis_kelamin
umur
Frequencies
Notes
Valid 67 67 67 67
N
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Dukungan_Informasional
Dukungan_Penghargaan
Dukungan_Instrumental
Dukungan_Emosional
Frequencies
Notes
[DataSet0]
Statistics
Nilai_Dukungan
Valid 67
N
Missing 0
Nilai_Dukungan
Nilai_Dukungan