Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Antibiotik Empirik Pasien Sepsis


Sumber Infeksi Pernafasan
Okky S. Purwanti,1 Rizky Abdulah,1 Ivan S. Pradipta,1 Cherry Rahayu2
1
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Indonesia
2
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Bandung, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok kombinasi antibiotik empirik yang paling efisien
secara biaya (cost minimization) diantara kombinasi sefotaksim-eritromisin dan sefotaksim-metronidazol
yang digunakan pada sepsis sumber infeksi pernafasan yang dirawat di salah satu rumah sakit di Kota
Bandung. Penelitian merupakan studi observasional dengan metode analisis minimalisasi biaya dengan
pengumpulan data secara retrospektif pada rentang waktu 2010-2012. Data diambil dari rekam medis
pasien rawat inap sepsis sumber infeksi pernafasan yang mendapat terapi antibiotik empirik sefotaksim-
metronidazol atau sefotaksim-eritromisin dan daftar biaya dari bagian akuntansi rumah sakit. Biaya
dihitung dari mulai pasien masuk rumah sakit dengan diagnosis sepsis sumber infeksi pernafasan sampai
pasien sembuh dari sepsis. Antibiotik sefotaksim- metronidazol dan sefotaksim-eritromisin diasumsikan
memiliki efek yang sebanding. Pasien dengan terapi empirik sefotaksim-metronidazol memiliki waktu
tinggal di rumah sakit lebih lama (25 dibanding 11) dan memiliki rata-rata total biaya terapi lebih murah
(Rp 16.641.112,04 dibanding Rp 21.641.678,02) daripada pasien dengan terapi empirik sefotaksim-
eritromisin. Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi antibiotik sefotaksim- metronidazol lebih efisien
secara biaya dibanding kombinasi sefotaksim-eritromisin.

Kata kunci: Antibiotik empirik, cost- minimization, eritromisin, metronidazol, sepsis, sefotaksim

Cost Minimization Analysis of Empiric Antibiotic Used by Sepsis Patient


Respiratory Infection Source
Abstract
The aims of this study was to estimate and compare the cost of treating inpatient sepsis with respiratory
infection, with cefotaxime-metronidazole or cefotaxime-erythromycin antibiotics, thus determining
which treatment is cost minimizing. Observational study of cost minimization analysis is conducted by
retrospective data from 2010 until 2012. Data were collected from medical record of inpatients sepsis
with respiratory infection and received empirical therapy cefotaxime-metronidazole or cefotaxime-
erythromycin and treatment’s pricelist from department of accountancy. Direct medical cost was
calculated from empirical antibiotic costs, costs of medical treatment, medical expenses, hospitalization
costs, and administrative costs. The study considered the cost from pre-admission because sepsis until
the patient was fully recovered of sepsis. Cefotaxime-metronidazole and cefotaxime-erythromycin
is assumed to have equivalent efficacy. Patient with empirical cefotaxime – metronidazole were
found have longer length of stay (25 versus 11) and average total cost of treatment was cheaper
(16.641.112,04 IDR versus 21.641.678,02 IDR). The findings demonstrate that combination of
empirical antibiotic of cefotaxime–metronidazole is more efficient than cefotaxime-erythromycin.

Key words: Empirical antibiotic, cost minimizing, cefotaxime, erythromycin, metronidazole, sepsis
Korespondensi: Okky S. Purwanti, S.Farm, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia,
email: okkysri@gmail.com

10
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Pendahuluan pasien tersebut didasarkan pada guideline


terapi menurut American Thoracic Society
Sepsis merupakan salah satu penyebab dan Infectious Diseases of America dengan
terbesar kematian pasien rawat inap di rumah menggunakan terapi antibiotik golongan beta
sakit.1 Terapi antibiotik empirik merupakan laktam/sefalosporin yang dikombinasikan
salah satu penunjang keberhasilan dalam dengan golongan makrolida. Namun pada
pengobatan sepsis dan harus segera dimulai beberapa pasien digunakan terapi kombinasi
dalam 1–2 jam pertama diagnosis sepsis betalaktam/sefalosporin dan metronidazol
berat ditegakkan sambil menunggu hasil sebagai terapi antibiotik aerob dan anaerob.6
pemeriksaan kultur. Beberapa penelitian Metronidazol masih dijadikan pilihan terapi
menunjukkan bahwa keterlambatan pemberian untuk sepsis karena profil keamanannya dan
antibiotik empirik pada pasien sepsis yang efek samping yang tidak begitu parah.7
telah mengalami hipotensi memiliki korelasi Pemilihan terapi empirik bagi pasien
dengan penurunan tingkat keberhasilan sepsis tidak hanya dilihat dari segi efektivitas
terapi.2 Kollef et al., mengemukakan bahwa terapi namun juga perlu disesuaikan dengan
ketidaktepatan pemberian antibiotik empirik kemampuan ekonomi pasien sehingga terapi
pada pasien sepsis menjadi prediktor bebas dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh
yang memengaruhi tingkat kematian di karena itu, untuk mengetahui alternatif terapi
rumah sakit pada kelompok pasien dengan antibiotik empirik yang lebih efisien secara
penyakit kritis dan infeksi dapatan komunitas biaya antara antibiotik sefotaksim yang
atau infeksi dapatan rumah sakit.3 dikombinasikan dengan eritromisin atau
American Thoracic Society dan dikombinasikan dengan metronidazol, perlu
International Diseases Society of America dilakukan studi farmakoekonomi khususnya
merekomendasikan terapi empirik untuk menggunakan analisis minimalisasi biaya.
pasien sepsis sumber infeksi pernapasan Hasil yang diperoleh, diharapkan dapat
dengan menggunakan antibiotik golongan menjadi masukan dalam dasar pertimbangan
beta laktam (sefotaksim, seftriakson atau pemilihan terapi antibiotik empirik dalam
ampisilin) yang dikombinasikan dengan terapi sepsis sumber infeksi pernapasan di
golongan makrolida (azitromisin, eritromisin) rumah sakit.
atau fluorokuinolon untuk pernapasan.4 Terapi
kombinasi antibiotik beta laktam spektrum Metode
luas dengan makrolida diunggulkan pada
pasien sepsis yang terinfeksi Streptococcus Penelitian ini merupakan penelitian
pneumonia. Selain itu, keunggulan dalam observasional dengan pengambilan data
penggunaan terapi kombinasi antibiotik pada secara retrospektif. Data diambil dari rekam
pasien sepsis adalah spektrumnya yang luas medis yang berasal dari Instalasi Rekam
akan memperkecil potensi resistensi bakteri Medis dan daftar biaya terapi yang berasal
dan mampu menangani pasien-pasien dengan dari Bagian Akuntansi Rumah Sakit tempat
multi drug resistant terhadap bakteri patogen penelitian.
seperti Acinetobacter dan Pseudomonas sp.5 Kriteria inklusi subjek penelitian meliputi
Penelitian sebelumnya yang dilakukan di rekam medis dari pasien sepsis sumber
salah satu rumah sakit di Kota Bandung tahun infeksi pernapasan usia 18 hingga 59 tahun
2012 menunjukkan bahwa persentase pasien yang dirawat inap di rumah sakit penelitian
sepsis sumber infeksi pernapasan mencapai di Kota Bandung selama periode 2010–
49% dan pemilihan antibiotik empirik untuk 2012, memperoleh terapi antibiotik empirik

11
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

sefotaksim-eritromisin atau sefotaksim-


metronidazol minimal 3 hari, outcome terapi
sembuh sepsis (tanda vital normal, balan
cairan negatif sekurang-kurangnya 1 hari
sejumlah <500 ml, leukosit 4400–11300/
mm3)8, BMI normal (18,5–24,99 kg/m2)9,
bukan pasien rujukan dari rumah sakit lain.
Rekam medis dengan data-data pasien yang
Gambar 1 Distribusi Populasi Pasien
tidak dapat ditelusuri dieksklusikan dari Sepsis Sumber Infeksi
penelitian ini. Pernapasan Berdasarkan
Data pasien dikelompokkan berdasarkan Usia
komponen variabel biaya medis langsung
yang terdiri dari biaya antibiotik empirik,
biaya penunjang terapi, biaya tindakan, biaya Masing-masing biaya seperti biaya
ruang rawat inap dan administrasi, dan lama penggunaan antibiotik empirik, biaya
rawat. Setelah itu diperoleh total biaya medis penunjang, biaya tindakan, biaya rawat inap
langsung setiap pasien dan total biaya medis dan administrasi serta biaya total perawatan
langsung pasien di setiap kelompok terapi diperoleh dari perhitungan rata-rata total
antibiotik empirik. Analisis minimalisasi biaya tersebut per pasien. Perhitungan biaya
biaya dilakukan dengan membandingkan distandarkan dengan biaya pelayanan kelas II
rata-rata total biaya medis langsung pasien
pada setiap kelompok terapi antibiotik
empirik kemudian hasilnya dianalisis secara
statistik dengan metode t-test student.

Hasil

Selama periode penelitian (2010–2012),


terdapat 7 pasien yang termasuk ke dalam
kriteria inklusi dari total keseluruhan 408
rekam medis pasien. Rekam medis pasien Gambar 2 Distribusi Pola penggunaan
yang termasuk kriteria inklusi terdiri dari Antibiotik Empirik pada
2 rekam medis pasien pada kelompok Pasien Sepsis Sumber Infeksi
kombinasi antibiotik empirik sefotaksim- Pernapasan Berdasarkan
metronidazol dan 5 rekam medis pasien Usia
pada kelompok kombinasi antibiotik empirik
sefotaksim-eritromisin.
Dari 136 rekam medis pasien sepsis rawat inap rumah sakit tempat penelitian
sumber infeksi pernapasan yang dapat tahun 2012 dengan asumsi tidak ada kenaikan
ditelusuri, 20 orang pasien menggunakan harga dan penurunan daya beli pasien.
kombinasi antibiotik empirik sefotaksim-
eritromisin, 4 orang pasien menggunakan Pembahasan
antibiotik sefotaksim-metronidazol, seorang
pasien tidak menggunakan antibiotik, dan Sepsis merupakan salah satu penyebab
sisanya menggunakan antibiotik lain. kematian terbesar di rumah sakit sehingga

12
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Tabel 1 Perhitungan Biaya Medis Langsung Kelompok Kombinasi Antibiotik Empirik


Sefotaksim-Metronidazol
Biaya Langsung
Variable cost (Rp) Fixed Cost (Rp)
Pasien Lama
Rawat
(hari) Biaya Biaya Biaya Biaya Ruang Total
Antibiotik Penunjang Tindakan Rawat dan Biaya Lang-
Empirik Pendaftaran sung (Rp)
1 30 4.014.010 6.469.270 25.000 11.532.500 22.040.780
2 19 2.196.900 1.330.300 405.740 7.308.500 11.241.440
Rata-rata 25 3.105.460 3.899.790 215.370 9.420.500 16.641.110

penatalaksanaan yang baik diperlukan mortalitas. Penatalaksanaan sepsis dilakukan


untuk menurunkan angka morbiditas dan dengan pendekatan terpadu menggabungkan

Tabel 2 Perhitungan Biaya Medis Langsung Kelompok Kombinasi Antibiotik Empirik


Sefotaksim–Eritromisin
Biaya Langsung
Variable cost (Rp) Fixed Cost (Rp)
Pasien Lama
Rawat
(hari) Biaya Biaya Biaya Biaya Ruang Total
Antibiotik Penunjang Tindakan Rawat dan Biaya Lang-
Empirik Pendaftaran sung (Rp)
1 14 444.410 54.334.190 1.080.000 5.388.500 61.247.110
2 12 157.270 7.473.670 105.000 4.620.500 12.356.410
3 13 117.930 7.731.250 2.320.000 5.004.500 15.173.680
4 8 314.480 6.471.340 1.880.000 3.084.500 11.750.320
5 10 353.790 3.394.580 80.000 3.852.500 7.680.870
Rata-rata 11 277.570 15.881.010 1.069.000 4.390.100 21.617.680

tindakan diagnostik, suportif, dan inisiasi menghambat sintesis dinding sel bakteri dan
cepat antibiotik. Terapi antibiotik empirik secara in-vitro sensitif terhadap bakteri gram
harus dimulai dalam 1–2 jam pertama negatif dan bakteri yang resisten terhadap
diagnosis sepsis ditegakkan. Keterlambatan sefalosporin generasi pertama dan kedua.11
inisiasi antibiotik dalam waktu 24 jam Penggunaan sefotaksim dalam terapi sepsis
berpengaruh besar dengan meningkatnnya infeksi pernapasan, dikombinasikan dengan
kematian dalam kurun 28 hari.10 eritromisin yang merupakan antibiotik
Penggunaan antibiotik parenteral golongan makrolida. Eritromisin menghambat
berspektrum luas menjadi pilihan terapi sintesis protein bakteri dan mempengaruhi
sepsis, khususnya dengan sumber infeksi respon sitokin dan respon inflamasi.12 Selain
pernapasan. Sefotaksim merupakan golongan itu, sefotaksim juga dapat dikombinasikan
sefalosporin generasi ketiga yang bekerja dengan metronidazol sebagai terapi bakteri

13
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Tabel 3. Signifikansi Variabel Biaya Medis Langsung Secara Statistik dengan


Menggunakan t-test
Kelompok Antibiotik Empirik
Sefotaksim- Sefotaksim- Signifikansi Statistik
Metronidazo(Rp) Eritromisin (Rp)
Biaya Antibiotik Empirik 3.105.456,00 277.570,00 Tidak signifikan (P>0.05)
Biaya Penunjang 3.899.786,04 15.881.008,02 Tidak signifikan (P>0.05)
Biaya Tindakan 215.370,00 1.069.000,00 Tidak signifikan (P>0.05)
Biaya Rawat dan Pendaftaran 9.420.500,00 4.390.100,00 Tidak signifikan (P>0.05)
Total Biaya Medis Langsung 16.641.112,04 21.617.678,02 Tidak signifikan (P>0.05)

aerob dan anaerob. Metronidazol tereduksi biaya medis langsung karena pengumpulan
oleh suatu protein transport dan spesi tereduksi data dilakukan secara retrospektif. Diperoleh
itu yang memiliki efek untuk sitotoksik dan data rata-rata total biaya perawatan per
efek antimikroba pada bakteri.13,14 pasien untuk kelompok kombinasi empirik
Komponen yang signifikan dalam terapi sefotaksim-metronidazol lebih murah dari
sepsis selain pemilihan obat dan terapi suportif kombinasi sefotaksim-eritromisin. Rata-rata
adalah biaya terapi. Selama pasien menderita total biaya perawatan (biaya medis langsung)
sepsis, dibutuhkan biaya penggunaan sefotaksim-metronidazol per pasien sebesar
antibiotik empirik, biaya penunjang terapi Rp 16.641.112,04 dengan rata-rata lama
seperti biaya antibiotik definitif, biaya rawat 25 hari sedangkan rata-rata total biaya
pengobatan supportif untuk sepsis, biaya perawatan sefotaksim-eritromisin per pasien
terapi diet, pemeriksaan laboratorium; sebesar Rp 21.641.678,02 dengan rata-rata
biaya tindakan seperti biaya pemasangan lama rawat 11 hari.
infus, pemasangan Nasogastric Tube (NGT) Rata-rata biaya penggunaan antibiotik
dan catheter set, pemasangan oksigen, empirik sefotaksim-metronidazol lebih mahal
pemantauan Central Venous Pressure (CVP) dibanding kombinasi sefotaksim-eritromisin
dan ganti verband; biaya administrasi dan namun total biaya perawatan kelompok
biaya ruang rawat inap. Komponen biaya kombinasi antibiotik empirik sefotaksim-
tersebut merupakan biaya medis langsung metronidazol lebih murah dibandingkan
yang berhubungan dengan total biaya dengan kombinasi sefotaksim-eritromisin.
perawatan semenjak pasien menderita sepsis Padahal lama rawat pasien dengan antibiotik
hingga sembuh. Biaya yang dihitung hanya empirik sefotaksim-metronidazol lebih lama
biaya yang berhubungan dengan keadaan dibandingkan pasien yang menggunakan
sepsis pasien, sedangkan biaya dari terapi antibiotik empirik sefotaksim-eritromisin.
yang terkait komorbid pasien dieksklusikan. Hal ini dikarenakan biaya penunjang dan
Biaya medis langsung kombinasi biaya tindakan per pasien pada kelompok
antibiotik sefotaksim-metronidazol dapat kombinasi sefotaksim-eritromisin lebih
dilihat pada Tabel 1, sedangkan biaya medis mahal dibandingkan kombinasi sefotaksim-
langsung kombinasi antibiotik sefotaksim- metronidazol.
eritromisin dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Biaya penunjang dan biaya tindakan
analisis minimalisasi biaya yang dilakukan yang menyebabkan kelompok kombinasi
di penelitian ini, variabel biaya yang dapat sefotaksim-eritromisin lebih mahal adalah
digunakan adalah direct medical cost atau biaya tambahan penunjang transfusi trombosit

14
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

dan biaya tindakan pemantauan CVP. Hal ini spektrum luas dari sefotaksim dengan
sesuai dengan penelitian yang menyatakan efek antibakteri anaerob yang dimiliki
kelompok kombinasi sefotaksim-eritromisin metronidazol dengan total biaya perawatan
memiliki efek samping trombositopenia yang lebih terjangkau dibandingkan dengan
yang memerlukan pemantauan hemodinamik menggunakan terapi antibiotik empirik
kontinu hingga stabil.15 Namun hingga saat sefotaksim-eritromisin. Akan tetapi, sampai
ini, penggunaan kombinasi sefotaksim- saat ini penggunaan sefotaksim yang
eritromisin masih tetap digunakan karena dikombinasikan dengan eritromisin lebih
efektif dan merupakan terapi rekomendasi diunggulkan daripada dengan metronidazol
dari American Thoracic Society dan Infectious karena efek immunomodulasi eritromisin
Diseases of America untuk sepsis sumber dalam meregulasi pelekatan leukosit dan
infeksi pernapasan dengan pertimbangan penghambatan produksi sitokin inflamasi.
bahwa efek samping yang ditimbulkan Martin et al., melaporkan bahwa terapi
tidak terlalu berat dan dapat ditangani dengan makrolida dapat menurunkan tingkat
dengan transfusi trombosit. Kombinasi kematian khususnya pada kasus infeksi
antibiotik ini disarankan pada pasien rawat pernapasan dengan pemantauan terapi yang
inap tanpa komorbid yang parah dan faktor optimal.18
resiko infeksi seperti adanya pathogen yang
resisten, sedangkan penggunaan kombinasi Simpulan
sefotaksim-metronidazol direkomendasikan
oleh Royal United Hospital Bath, NHS pada Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari
kasus sepsis dapatan komunitas yang belum 7 total rekam medis pasien dewasa yang
diketahui penyebabnya.16 didiagnosis sepsis dengan sumber infeksi
Walaupun total biaya perawatan pasien pernapasan dan sembuh yang dirawat di
dengan antibiotik empirik sefotaksim- salah satu rumah sakit di kota Bandung
metronidazol lebih murah dibandingkan periode 2010–2012, rata-rata total biaya
antibiotik sefotaksim-eritromisin, lama rawat perawatan kelompok kombinasi antibiotik
pada pasien kelompok terapi sefotaksim- empirik sefotaksim-metronidazol sebesar
metronidazol lebih lama dibandingkan Rp 16.641.112,04 dengan rata-rata lama
kelompok terapi sefotaksim-eritromisin. Hal rawat 25 hari sedangkan rata-rata total biaya
tersebut menjadi salah satu pertimbangan perawatan kelompok kombinasi sefotaksim-
penggunaan antibiotik empirik sefotaksim- eritromisin sebesar Rp 21.641.678,02
eritromisin di rumah sakit penelitian. Studi dengan rata-rata lama rawat 11 hari. Dapat
menunjukkan penggunaan eritromisin dapat disimpulkan pada pasien sepsis yang sembuh,
menurunkan mortalitas pada pasien dengan total biaya perawatan kelompok kombinasi
sepsis berat yang disebabkan oleh Community antibiotik empirik sefotaksim-metronidazol
Acute Pneumonia (CAP) dengan mekanisme lebih murah (efisien) walaupun lama
antibakterial yang sinergis, cakupan patogen rawatnya lebih lama dibandingkan kelompok
yang luas, dan efek imunomodulator yang kombinasi sefotaksim-eritromisin
dimiliki eritromisin. Eritromisin ini akan
memengaruhi respon sitokin dan respon Daftar Pustaka
inflamasi pada tingkat yang berbeda.17
Alternatif terapi antibiotik empirik 1. Dellinger RP, Levy MM, Carlet, JM, Bion
sefotaksim-metronidazol dapat dipilih untuk J, Parker MM, Jaeschke et al. Surviving
tujuan menggabungkan efek antibakteri sepsis campaign: international guidelines

15
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

for management of severe sepsis and gamma, interleukin-12 dan tumor


septic shock. Intensive Care Medicine. necrosis factor sebagai faktor prediksi
2008; 34(1): 17–60. kesembuhan pada sepsis berat. Sains
2. Kumar A, Roberts D, Wood KE, et al. Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.
Duration of hypotension before initiation 2012; 4(1): 13–22.
of effective antimicrobial therapy is the 9. WHO expert consultation. Appropriate
critical determinant of survival in human body-mass index for Asian populations
septic shock. Critical Care Medicine. and its implications for policy and
2006, 34(6): 1589–1596. intervention strategies. The Lancet. 2004;
3. Dellit TH, Owens RC, McGowan JE, 157–163.
Gerding DN, Weinstein RA, Burke 10. American Thoracic Society. Guidelines
JP. Infectious diseases society of for the management of adult with
America and the society for healthcare hospital-acquired, ventilator-associated,
epidemiology of America guidelines and healthcare-associated pneumonia.
for developing an institutional program Amerian Journal Of Respiratory And
to enhance antimicrobial stewardship. Critical Care Medicine. 2005; 171: 388–
Clinical Infectious Diseases. 2007; 44(2): 416.
159–177. 11. Van Zanten ARH, Oudijk M, Nohlmans-
4. Mandell L, Richard W, Antonio A, John Paulssen MKE, Van der Meer YG, Girbes
G, Douglas C, Nathan C, Scott F, Thomas ARJ, Polderman KH. Continuous vs.
M, Daniel M, Michael S, Antonio T intermittent cefotaxime administration
and Cyntia. Infectious diseases society in patients with chronic obstructive
of America/American thoracic society pulmonary disease and respiratory
consensus guidelines on the management tract infections: pharmacokinetics/
of community-acquired pneumonia in pharmacodynamics, bacterial
adults. Clinical Infectious Diseases. susceptibility and clinical efficacy. British
2007; 44 (Suppl 2): 27–72. Journal Of Clinical Pharmacology. 2007;
5. Dellinger RP1, Levy MM, Rhodes A, 63(1); 100–109.
Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. 12. Restrepo MI, Mortensen EM, Waterer
Surviving sepsis sampaign : International GW, Wunderink RG, Coalson JJ, Anzueto
guidelines for management of severe A. Impact of macrolide therapy on
sepsis and septic shock 2012. Critical mortality for patients with severe sepsis
Care Medicine, 2013, 41(2). due to pneumonia. European Respiratory
6. Sodik DC, Pradipta IS, Lestari K. Pola Journal. 2009; 33: 153–159.
Penggunaan Antibiotik dan Pola Kuman 13. Sóki J, Gal M, Brazier JS, Rotimi VO,
pada Pasien Sepsis RawatInap RSUP Urbán, E, Nagy E., et al. Molecular
Dr. Hasan Sadikin Bandung. (skripsi). investigation of genetic elements
Jatinangor: Universitas Padjadjaran. contributing to metronidazole resistance
2012. in Bacteroides strains. Journal of
7. Lofmark S, Edlund C, and Nord C. Antimicrobial Chemotherapy. 2006;
Metronidazole is still the drug of choice 57(2); 212–220.
for treatment of anaerobic infections. 14. Zullo A, Perna F, Hassan C, Ricci C,
Critical Care Medicinem. 2010; 50: 16– Saracino I, Morini S., et al. Primary
23. antibiotic resistance in Helicobacter
8. Subagyo, D. Balans Cairan, interferon- pylori strains isolated in northern and

16
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

central Italy. Alimentary Pharmacology Waterer, R.G. Wunderink and A. Anzueto.


and Therapeutics. 2007; 25(12); 1429– Macrolides in severe community-
1434. acquired pneumonia and sepsis, In: J.
15. Purwanti OS, Sinuraya RK, Pradipta IS, Rello and M.I. Restrepo (eds), Sepsis:
Abdulah R. Analisis minimalisasi biaya New Strategies for Management. Jerman:
antibiotik pasien sepsis salah satu rumah Springer; 2008.
sakit Kota Bandung. Jurnal Farmasi 18. Martin-Loeches I, Lisboa T, Rodriguez
Klinik Indonesia. 2013; 2(1): 18–27. A, et al. Combination antibiotic therapy
16. Chin, T.L., Mayer R., Fletcher W. with macrolides improves survival in
Guideline for empirical treatment of intubated patients with community-
infections in adults. Royal United acquired pneumonia. Intensive Care
Hospital Bath NHS Trust. 2013; 1–26. Medicine. 2010; 36:612–20.
17. Restrepo, M.I., E.M. Mortensen, G.W.

17

Anda mungkin juga menyukai