Anda di halaman 1dari 13

Pertemuan Ke :3

Nama : Hendri Aptiarmi


NPM : 2048201130
Mata Kuliah : Farmakoekonomi
Dosen Pengampu : Medi Andriani. MPharm, Sci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIK SEFOTAXIME DAN GENTAMISIN


PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI RSUD KABUPATEN BOMBANA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

1. Pendahuluan
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara berkembang
termasuk Indonesia. Pneumonia yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat untuk period
prevalence pneumonia semua umur dari 2,1% tahun 2007 menjadi 2,7% tahun 2013,
pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat
pada umur 45-54 tahun (Kemenkes RI, 2013).
Penanganan pada pasien pneumonia meliputi pengawasan durasi antibiotik yang
berkaitan dengan usaha meminimalisasi beban biaya dirumah sakit (National Institute for
Health and Care Excellence,2014).
Cost effectiveness analysis (CEA) merupakan salah satu langkah untuk menilai
perbandingan manfaat kesehatan dan sumber daya yang digunakan dalam program pelayanan
kesehatan dan pembuat kebijakan dapat memilih diantara alternatif yang ada. CEA
membandingkan program atau alternatif intervensi dengan efikasi dan keamanan yag berbeda.
Hasil dari CEA digambarkan sebagai rasio, baik dengan ACER (Average Cost Effectiveness
Ratio) atau sebagai ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) (Andayani, 2013).
Pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di instalasi rawat inap di RSUD Kabupaten
Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan gentamisin yang paling banyak
digunakan. Untuk mengetahui sejauh mana rumah sakit berpihak pada kepentingan pasien dan
tuntutan profesi farmasi yang ingin semakin peduli mengenai kebutuhan yang berkaitan
dengan obat dengan tujuan peningkatan kualitas hidup pasien, maka diperlukan evaluasi
dampak peresepan antibiotik terhadap biaya total perawatan yang dibayar pasien.
Berdasarkan parameter tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan terhadap efektivitas
biaya total pada pasien balita penderita pneumonia dengan menggunakan parameter lama
perawatan dan lama penggunaan antibiotik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran total
biaya, efektivitas pengobatan dan nilai ACER penggunaan antibiotik cefotaxime dan
gentamisin pada penderita peumonia.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan rancangan cross sectional
study pada pasien rawat inap balita (umum) penderita pneumonia dengan pengambilan data
secara retrospektif, dimana melakukan pengumpulan data rekam medis pasien pneumonia
yang berisi data penggunaan obat pasien,tarif pemeriksaan dokter dan perincian obat di bagian
instalasi farmasi RSUD Kab.Bombana.
3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, pasien dikelompokkan berdasarkan usia, jenis
kelamin, lama rawat inap, ruang perawatan, penyakit penyerta dan diagnosis penyakit. Dari
hasil data yang di dapat menunjukkan pasien pneumonia paling banyak diderita sebanyak 16
orang (53,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 14 orang perempuan (46,6%). Untuk lama rawat
inap penyakit pneumonia, dimana Sebanyak 12 pasien menjalani rawat inap 1-7 hari (40 %),
10 pasien menjalani rawat inap 8-14 (33,3 %), dan 8 pasien menjalani rawat inap > 15 hari
(26,6 %). Lama perawatan (Length of Stay) merupakan salah satu indikator pengukuran
efektivitas terapi yaitu lama rawat inap pasien mulai pasien masuk rumah sakit dan jumlah
malam yang dihabiskan.
Dari jumlah pasien rawat inap di ketahui bahwa obat yang paling banyak digunakan
adalah cefotaxime yang diresepkan pada 16 pasien (53,33%) sedangkan gentamisin sebanyak
14 pasien (46,66%). Penyakit penyerta terdapat pada pasien yang menggunakan cefotaxime
sebanyak 2 orang yaitu tonsilo faningitis akut dan moniliasis yang disebabkan karena adanya
penyakit lain. Cefotaxim digunakan karena lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan aktif
pada penyebab Streptococcus pneumoniae dibandingkan sefalosporin yang lainnya (Fisher
dan. Gentamisin merupakan antibakteri untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang sensitif, seperti infeki saluran pernapasan (pneumonia)
Biaya yang dikeluarkan pasien pneumonia selama perawatan meliputi, biaya rekam
medis, biaya pelayanan kamar, konsultasi dokter, biaya alat kesehatan dan biaya ruangan yang
menjadi biaya langsung. Jenis obat cefotaxime menghabiskan total biaya Rp.3.000.000
sedangkan gentamisin sebesar Rp.3.264.000. Persentase efektivitas terapi dihitung
berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target terapi dibandingkan dengan keseluruhan
jumlah pasien yang dikelompokan berdasarkan jenis obat. Pada obat cefotaxime menunjukan
efektivitas paling kecil sebesar (81,25%), sedangkan gentamisin menunjukan efektifitas
sebesar (85,71%). Jenis obat cefotaxime menunjukan efektivitas paling kecil.

Perhitungan Efektifitas Biaya Berdasarkan ACER


Perhitungan ACER Obat Pneumonia Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten Bombana
periode Januari sampai Desember 2016.
Golongan Obat Jenis Obat Total Biaya ( Rp) Efektifitas (%) ACER
Sefalosforin Cefotaxime 3,000,000 81,25% 36,923
Aminoglikosida Gentamisin 3,264,000 85,71% 38,081

Pada tabel di ketahui nilai ACER yang di peroleh dari total biaya di bagi efektifitas
sehingga di dapat nilai ACER obat gentamisin sebesar 38,081 , dan Cefotaxime sebesar
36,923. Setiap peningkatan outcome dibutuhkan biaya sebesar ACER (Lorensia dan Doddy,
2016). sehingga untuk meningkat kan efek terapi pengobatan yang diinginkan dapat dilihat
seberapa besar nilai ACER nya, dimana nilai ACER untuk Cefotaxim lebih rendah dari
Gentamisin. Sehingga Semakin kecil nilai ACER maka obat tersebut semakin cost-effective
dan dapat disimpulkan bahwa obat yang paling cost-effective untuk terapi pneumonia adalah
cefotaxime.
4. Kesimpulan
Pengobatan pada penderita pnumonian obat yang paling cost effective adalah cefotaxin,
hal ini dilihat berdasarkan nilai ACER nya, dimana nilai ACER untuk cefotakxim lebih
rendah dibanding gentamisin, sehingga untuk mencapai peningkatan outcomenya biaya
menggunakan cefotaxin lebih sedikit dibandingkan dengan gentamisin.
JURNAL

Anda mungkin juga menyukai