Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

SEFTRIAKSON DAN SEFOTAKSIM PADA PASIEN PNEUMONIA RAWAT


INAP DI RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

Nurmala Ambarsari1, Jenny Pontoan1, Renni Septini2


1
Program Studi Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta.
2
RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
E-mail korespondensi : nurmalaambarsari@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia adalah infeksi pada jaringan paru-paru yang melibatkan alveoli paru-paru (kantung udara) yang dapat
disebabkan oleh mikroba, termasuk bakteri, virus, atau jamur. Beragamnya antibiotik sebagai alternatif pengobatan untuk
mencapai penatalaksanaan pada pneumonia mengakibatkan perbedaan efektivitas biaya untuk membandingkan biaya dari
dua atau lebih intervensi kesehatan dengan ukuran non moneter yang berpengaruh terhadap hasil perawatan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pasien pneumonia rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada periode
Januari 2018 - Juni 2019. Komponen biaya yang diukur : biaya medik langsung, ACER dan ICER. Efektivitas yang
diukur : penurunan kadar leukosit. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar leukosit terapi pengobatan antibiotik
seftriakson sebesar 59,36% dan terapi pengobatan antibiotik sefotaksim sebesar 65,31% dengan total biaya medis langsung
terapi antibiotik seftriakson sebesar Rp.77.477.478 dan terapi antibiotik sefotaksim sebesar Rp.67.723.878. Total biaya
medis langsung per- pasien terapi antibiotik seftriakson sebesar Rp. 2.767.051 dan terapi antibiotik sefotaksim sebesar Rp.
2.418.708. Nilai ACER pada terapi antibiotik seftriakson sebesar Rp.2.981.735 dan terapi antibiotik sefotaksim sebesar
Rp.2.509.033. Nilai ICER yang diperoleh sebesar - Rp.7.926.194. Berdasarkan nilai ACER penggunaan terapi antibiotik
sefotaksim merupakan terapi antibiotik yang paling cost-effective dalam pengobatan untuk penyakit pneumonia dari pada
seftriakson.

Kata Kunci : ACER, Antibiotik Sefotaksim, Antibiotik Seftriakson, Efektivitas Biaya, ICER, Pneumonia.

ABSTRACT

Pneumonia is an infection of the lung tissue involving the lung alveoli (air sacs) which can be caused by microbes,
including bacteria, viruses, or fungi. The diversity of antibiotics as an alternative treatment to achieve management of
pneumonia results in differences in the cost effectiveness of comparing the costs of two or more health interventions with
non-monetary measures that affect health care outcomes. This study uses secondary data on pneumonia patients
hospitalized at Gatot Soebroto Jakarta Hospital in the period January 2018 - June 2019. Cost components measured: direct
medical costs, ACER and ICER. Measured effectiveness: decrease in leukocyte levels. The results showed a decrease in
the number of ceftriaxone leukocyte therapy by 59,36% and cefotaxime antibiotic therapy by 65,31% with a total direct
medical costs used for ceftriaxone antibiotic therapy by Rp. 77.477.478 and cefotaxime antibiotic therapy Rp. 67.723.878.
The total direct medical cost per patient ceftriaxone antibiotic therapy is Rp. 2.767.051 and cefotaxime antibiotic therapy
Rp.2.418.708. The value of ACER on ceftriaxone antibiotic therapy is Rp. 2.981.735 and cefotaxime antibiotic therapy Rp.
2.574.385 The ICER value obtained is - Rp.7,926,194. Based on ACER values, the use of cefotaxime antibiotic therapy is
the most cost-effective antibiotic therapy in the treatment of pneumonia rather than ceftriaxone.

Keywords : ACER, Cefotaxime Antibiotic, Ceftriaxone Antibiotic, Cost-Effectiveness, ICER, Pneumonia.


PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk
melibatkan alveoli paru-paru (kantung udara) dan dapat mengetahui efektivitas terapi dari obat terutama
disebabkan oleh mikroba, termasuk bakteri, virus, atau antibiotik yang ditandai dengan turunnya kadar leukosit
jamur. Ini adalah penyebab infeksi utama rawat inap dan dalam darah. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah
kematian di dunia, terutama di Amerika Serikat dan terjadi sebagai respon terhadap adanya infeksi atau
membutuhkan biaya besar dalam hal ekonomi dan penanda adanya infeksi. (Wulandari, D.N, 2016).
manusia. Individu yang sehat dapat mengalami Berdasarkan pedoman pengobatan yang mengacu
pneumonia, tetapi kerentanannya sangat meningkat pada pedoman PDPI (Perhimpunan Dokter Paru
dengan berbagai karakteristik pribadi. (American Indonesia), Antibiotik seftriakson dan sefotaksim dipilih
Thoraric Society, 2017) karena menjadi pengobatan lini pertama pada pasien
Di Indonesia, Pneumonia telah lama menjadi pneumonia rawat inap.
penyakit yang mengakibatkan tingginya angka kematian Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas maka
terhadap anak dan balita, setiap tahunnya sebanyak 1,4 peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
juta anak usia dibawah 5 tahun meninggal akibat Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik
pneumonia. (Juwita, et al., 2017). Pneumonia rentan Seftriakson Dan Sefotaksim Pada Pasien Pneumonia
menyerang lansia dengan umur lebih dari 65 tahun yang Rawat Inap untuk menunjukkan perlunya perhatian
ditandai dengan gejala seperti menggigil, demam, batuk terhadap efektivitas biaya antibiotik pada pasien
berdahak maupun sesak nafas. (KEMENKES RI,2016). pneumonia untuk melihat pilihan terapi yang memiliki
Pneumonia pada usia lanjut berkaitan dengan efektivitas tinggi dengan biaya terapi yang rasional
meningkatnya morbiditas, mortalitas dan terganggunya dengan menggunakan metode deskriptif dan analitik
status fungsional. (Mulyana,2019). Prevalensi dengan pendekatan retrospektif terhadap pelaksanaan
pneumonia tertinggi di Indonesia berdasarkan diagnosis yang ada di RSPAD Gatot Soebroto.
tenaga kesehatan terjadi di lima provinsi, yaitu Papua
(3,6%), Bengkulu (3,4%), Papua Barat (2,9%), Jawa
Barat (2,6%), Aceh (2,5%). (Riskesdas, 2018). METODOLOGI PENELITIAN
Di negara maju seperti Amerika, sekitar 18,2 kasus
pneumonia per 1000 penduduk berusia 65-69 tahun dan Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-
52,3 kasus per 1000 penduduk berusia 85 tahun ke atas. eksperimental dengan desain penelitian observasi. Data
Kematian akibat pneumonia mencapai hampir 200 per yang di ambil merupakan data retrospektif yang di
100.000 pasien lansia pada 2002 di Taiwan. (Safriani, lakukan pada pasien penderita Pneumonia yaitu dengan
2016) melihat data kebelakang terhadap data sekunder dengan
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling melihat rekam medik dan data administrasi biaya medik
banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya langsung pasien di RSPAD Gatot Soebroto. Hasil
penyakit infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran penelitian disajikan secara deskriptif dan analitik.
biaya rumah sakit yang dikeluarkan untuk penggunaan
antibiotik. Ketidak tepatan terapi antibiotik akan HASIL DAN PEMBAHASAN
menimbulkan dampak buruk yang mengakibatkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga Tabel.4.1. Perbandingan Karakteristik subjek
perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan penelitian pada kelompok Seftriakson dan Sefotaksim
menjadi lebih mahal, dan akan menurunkan kualitas di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
pelayanan rumah sakit tempat pasien dirawat. Terapi
antibiotik yang beragam pada pasien pneumonia,
menjadikan pemilihan terapi perlu disesuaikan tidak Kelompok % Kelompok %
hanya dari aspek terapi namun juga dari aspek biaya. Seftriakson Sefotaksim
Penanganan pada pasien pneumonia meliputi pengawasan n=28 n=28
durasi antibiotik yang berkaitan dengan usaha Usia
meminimalisasi beban biaya dirumah sakit. (Musdalipah,
et al., 2018). 0–5 10 35,7 19 67,9
Cost-Effectiveness Analysis (CEA) adalah tipe analisis 5 – 11 2 7,1 3 10,7
yang membandingkan biaya suatu intervensi dengan 12 – 16 1 3,6 2 7,1
beberapa ukuran non-moneter, dimana pengaruhnya
17 – 25 1 3,6 0 0
terhadap hasil perawatan kesehatan. Metode ini cocok
untuk membandingkan obat-obat yang pengukuran hasil 26 – 35 1 3,6 0 0
terapinya dapat dibandingkan. Pada analisis cost- 36 – 45 1 3,6 0 0
effectiveness, hasil pengobatan tidak diukur dalam unit 46 – 55 3 10,7 1 3,6
moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit
alamiah, baik yang secara langsung menunjukkan efek 56 – 65 2 7,1 0 0
suatu terapi atau obat. (KEMENKES RI, 2013). 65 – ke atas 7 25 3 10,7
Jenis Kelamin Status Pendidikan
Laki– Laki 15 53,6 19 67,9 Belum 12 42,9 19 67,9
Sekolah
Perempuan 13 46,4 9 32,1
SD 3 10,7 3 10,7
SMP 1 3,6 1 3,6 Th1 yang lebih baik dari pada laki – laki (California,
SMA/SMK 8 28,6 3 10,7 S.H, et al., 2018). Penelitian lain yang dilakukan Amelia
D3 2 7,1 2 7,1 Nalang, et.al menyimpulkan bahwa pasien pneumonia
banyak ditemukan pada pasien berjenis kelamin laki-laki
S1 2 7,1 0 0 dengan persentase 60% dibandingkan perempuan 40%.
Status Pekerjaan Pneumonia lebih sering terjadi pada anak laki-laki, hal
PNS 7 25 1 3,6 ini disebabkan karena diameter saluran pernafasan anak
laki- laki lebih kecil dari pada anak perempuan serta
Wiraswasta 2 7,1 2 7,1
adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh anak laki-laki
IRT 5 17,9 1 3,6 dan perempuan. Organ paru pada perempuan memiliki
TNI 1 3,6 0 0 daya hambat aliran udara yang lebih rendah dan daya
Belum 13 46,4 24 85,7 hantar aliran udara yang lebih tinggi sehingga sirkulasi
Bekerja udara dalam rongga pernafasan lebih lancar sehingga
paru terlindung dari infeksi patogen dan secara biologis
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui demografi sistem pertahanan tubuh laki-laki dan perempuan
usia terbanyak pasien penderita pneumonia yang berbeda. (Nalang, A. et, al., 2018).
menggunakan antibiotik seftriakson dan sefotaksim yaitu Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
pada rentang usia 0 – 5 tahun, sebanyak 35,7% pada persentase belum bekerja lebih besar dibandingkan
pasien yang menggunakan antibiotik seftriakson dan dengan bekerja . Pada antibiotik seftriakson memiliki
sebanyak 67,9 % pada pasien yang menggunakan persentase 46,4 % dan sefotaksim 85,7%. Hal ini
antibiotik sefotaksim. Hal ini sesuai juga dengan dikarenakan pada penelitian data terbanyak penderita
penelitian yang dilakukan oleh Umul Salamah, dimana pneumonia pada pasien yang berusia 0-5 tahun.
kelompok usia yang paling banyak mengalami Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pneumonia adalah pada kelompok usia 0-5 tahun yaitu Rara Alfaqinisa dimana persentase pasien yang tidak
sebanyak 86,66 %. (Salamah, 2017). Menurut American bekerja lebih besar dari pada pasien dengan status
Thoraric Society pneumonia sering menyerang anak- bekerja yaitu sebesar 69,2 % untuk pasien yang tidak
anak dan balita berusia dibawah 5 tahun, dengan angka bekerja dan 30,8
kejadian di dunia sebanyak 19%. Pneumonia yang % untuk pasien dengan status bekerja. (Alfaqinisa, R.
menyerang anak-anak dan balita disebabkan karena 2015). Menurut Ahmad Nabil Attiyul Jalil bahwa tingkat
sistem pertahanan tubuh pada anak – anak dan balita pendidikan tidak ada hubungannya dengan pengobatan
belum sempurna sehingga mudah dikalahkan oleh pneumonia. (Jalil, 2015). Dan penelitian yang dilakukan
mikroorganisme yang menginvasi. (Juwita, et al., 2017). Izqueirdo bahwa hasil dari pengobatan pneumonia tidak
Anak dengan kelompok usia kurang dari 5 tahun rentan berhubungan terhadap tingkat Pendidikan pasien.
mengalami pneumonia dengan gejala batuk dan sukar Sehingga mortalitas tidak dipengaruhi oleh tingkat
bernafas. Sistem kekebalan tubuh anak pada usia Pendidikan. (Izqueirdo,C, et al., 2010).
tersebut juga sangat rentan sehingga mudah terinfeksi Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
oleh penyakit yang ditularkan melalui udara. persentase tingkat pendidikan di dapatkan hasil belum
(Caesarontia, D.A , 2017). sekolah lebih besar, pada antibiotik seftriakson memiliki
Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik pasien persentase 46,4 % dan sefotaksim 85,7%. Hal ini
berdasarkan jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui dikarenakan pada penelitian data terbanyak penderita
pengaruh jenis kelamin terhadap penyakit pneumonia. pneumonia pada pasien yang berusia 0-5 tahun, sehingga
Dapat diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak yang belum mendapatkan pendidikan sebagai dasar dari
mengalami pneumonia yaitu pada laki-laki dengan pengetahuan seseorang terhadap pencegahan dari
persentase sebesar 53,6% pada seftriakson dan 67,9% penyakit pneumonia. Hal ini sesuai dengan beberapa
pada sefotaksim. Lebih tingginya persentase jenis penelitian yang menunjukkan bahwa tidak adanya
kelamin laki-laki dibanding perempuan didukung oleh hubungan antara status sosio-ekonomi terhadap
penelitian yang dilakukan Salma H. California dimana pneumonia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
pneumonia terbanyak menyerang laki – laki yaitu Izqueirdo menyatakan bahwa status sosio-ekonomi tidak
sebesar 70,87 % dibandingkan dengan perempuan memiliki hubungan terhadap keluaran pneumonia.
sebesar 29,13%. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih Tabel.4.2. Pengukuran penurunan kadar leukosit
rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah pasien pneumonia rawat inap di RSPAD Gatot
dan perempuan lebih kebal dari laki – laki karena respon Soebroto Jakarta
imun

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pada pasien sefotaksim memiliki penurunan kadar leukosit yang paling
pneumonia yang menggunakan terapi antibiotik efektivitas dibandingkan dengan terapi antibiotik seftriakson
yaitu dengan persentase penurunannya adalah 65,31% Tabel.4.3. Biaya total pada pasien pneumonia rawat
dibandingkan seftriakson hanya 59,36%. inap di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien


pneumonia yang menggunakan terapi antibiotik
sefotaksim yang terjadi penurunan berjumlah 27 orang Berdasarkan tabel 4.3. komponen biaya per pasien
dengan persentase penurunannya adalah 96,4%, yang dikeluarkan merupakan biaya langsung oleh pasien
memiliki penurunan kadar leukosit yang paling meliputi : Biaya kamar perawatan, biaya jasa dokter,
efektivitas dibandingkan dengan terapi antibiotik biaya laboratorium, biaya obat, biaya administrasi. Dari
seftriakson yaitu dengan jumlah yang terjadi penurunan hasil penelitian pada pasien pneumonia yang
26 orang dengan persentase penurunannya adalah mendapatkan terapi antibiotik seftriakson dan
92,8%. sefotaksim, dapat diketahui bahwa biaya total pada
Parameter efektivitas terapi yang digunakan pada sefotaksim lebih rendah dari seftriakson dengan masing-
penelitian ini yaitu hasil uji laboratorium. Hasil uji masing total biaya yang digunakan adalah sefotaksim
laboratorium merupakan salah satu faktor yang dapat Rp. 67.723.878 dan seftriakson Rp. 77.477.478.
digunakan untuk mengetahui efektivitas terapi dari obat Dari hasil uji statistik non parametrik Mann-
terutama antibiotik yang ditandai dengan turunnya kadar Whitney U yang digunakan sebagai analisis data, dapat
leukosit dalam darah. Jumlah leukosit bisa mengalami diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kedua biaya
peningkatan, hal ini bisa terjadi sebagai respon terhadap total medis langsung yang digunakan pada terapi
adanya infeksi atau sebab lain selain infeksi, seperti antibiotik seftriakson dan sefotaksim. Dimana nilai P-
karena strees, kasus inflamasi, leukemia, atau karena value yang diperoleh > 0.05. Hal tersebut dapat terjadi
juga obat (seperti kortikosteroid). (Wulandari, D.N , karena pasien pneumonia dengan terapi antibiotik
2016). seftriakson dan sefotaksim mengikuti paket terapi yang
sudah ditetapkan oleh RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Sefotaksim dan Seftriakson merupakan golongan
sefalosporin generasi ketiga. Golongan sefalosporin Simulasi keputusan terhadap kadar leukosit dan
merupakan derivat β–lactam yang memiliki spektrum biaya pada terapi antibiotik seftriakson dan
aktivitas bervariasi tergantung jenisnya. Golongan sefotaksim terhadap pasien pneumonia rawat inap di
sefalosporin memiliki mekanisme kerja yang hampir RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
sama yaitu menghambat sintesis peptidoglikan dinding
sel bakteri. Normalnya sintesis dinding sel ini
diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang
akan berikatan dengan D-alanin, terutama untuk
membentuk jembatan peptidoglikan. Aktivitas antibiotik
ini bersifat bakterisid dengan spektrum kerja luas
terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif,
termasuk E. Col. Klebsiella dan Poteus. Terhadap
Pseudomonas dan Bacterosides hanya derivat-derivat
baru yang berdaya, sedangkan Streptococcus fecalts
resisten terhadap semua sefalosporin. (Cahyaningrum. J,
2018).
Tabel.4.4. Perhitungan ACER dan ICER terhadap
terapi antibiotik seftriakson dan sefotaksim pada
pasien pneumonia rawat inap di RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta
KESIMPULAN
1. Karakteristik pasien pneumonia rawat inap yang
menjalani terapi antibiotik seftriakson dan
sefotaksim. Berdasarkan usia angka kejadian
pneumonia terbanyak pada rentang usia 0 – 5 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin menunjukan Laki – laki
lebih banyak terserang pneumonia dari pada
perempuan dengan persentase kejadian pada terapi
antibiotik seftriakson 53,6 % dan pada terapi
antibiotik sefotaksim 67,9 %. Berdasarkan tingkat
Pendidikan dengan status belum sekolah lebih
mendominasi sebesar 42,9 % pada terapi antibiotik
seftriakson dan 67,9 % pada terapi antibiotik
sefotaksim. Berdasarkan status pekerjaan yang belum
bekerja lebih banyak sebesar 46,4% pada terapi
antibiotik seftriakson dan 85,7 % pada terapi
antibiotik sefotaksim.
2. Memiliki perbedaan terhadap efektivitas pada terapi
antibiotik seftriakson dan sefotaksim dengan persentase
efektivitas pada seftriakson 59,36 % dan pada sefotaksim
65,31 %
Berdasarkan tabel 4.4. nilai ACER yang diperoleh pada 3. Memiliki perbedaan terhadap total biaya medik
terapi antibiotik seftriakson adalah Rp. 2.981.735. langsung yang dikeluarkan oleh pasien.
Sedangkan untuk nilai ACER terapi antibiotik 4. Dari hasil perhitungan ACER dan ICER didapatkan
sefotaksim sebesar Rp. 2.574.385 Berdasarkan bahwa terapi antibiotik sefotaksim merupakan terapi
perhitungan ACER diketahui bahwa nilai ACER terapi antibiotik yang lebih cost-effective dibandingkan
antibiotik sefotaksim menghasilkan ACER yang lebih terapi antibiotik seftriakson.
rendah dari pada nilai ACER terapi antibiotik seftriakson SARAN
.Akan tetapi, belum tentu merupakan cost-effective.
Karena cost-effective tidak selalu biaya yang paling 1. Sebaiknya dalam penulisan Rekam Medik perlu
rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan dicantumkan pemeriksaan dan pemantauan kadar C-
ICER untuk mengetahui apakah manfaat tambahan yang Reaktif Protein, Procalcitonin dan D-dimer. Sebagai
diperoleh sepadan dengan biaya tambahan yang panduan untuk memberikan terapi antibiotik yang
dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan ICER diketahui tepat dan sebagai parameter dari infeksi yang
bahwa nilai ICER sebesar – Rp. 7.926.194. disebabkan oleh bakteri.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Berdasarkan Tabel 4.2 Efektivitas dari terapi menganalisis efektivitas biaya dengan
antibiotik seftriakson memiliki efektivitas yang rendah memperhatikan biaya lain selain biaya medik
dan bedasarkan Tabel 4.4 juga menunjukan biaya yang langsung, seperti biaya langsung non medik dan
paling besar, Berdasarkan diagram efektivitas biaya, suatu biaya tidak langsung.
intervensi kesehatan yang berpeluang memiliki 3. Memaksimalkan peningkatan kesehatan dalam
efektivitas lebih rendah dengan biaya yang lebih tinggi penatalaksanaan pneumonia dengan memperhatikan resiko
dibanding dengan intervensi standar masuk kedalam beban biaya yang ditanggung pasien, sehingga tercapainya
Kuadran IV (Didominasi). Dimana nilai perbedaan biaya tujuan penatalaksanaan terapi tersebut.
yang tinggi dan efektivitas yang rendah. Berdasarkan
diagram efektivitas baiaya, bila suatu intervensi kesehatan
memiliki efektivitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
rendah masuk ke dalam Kuadran II (Dominan), dimana
nilai perbedaan biaya yang rendah dan efektivitas yang Alfaqinisa, R. (2015). Hubungan antara tingkat
tinggi menjadi pilihan utama. Untuk Efektivitas tinggi pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua
dan biaya yang lebih rendah dicapai oleh terapi tentang pneumonia dengan tingkat kekambuhan
antibiotik sefotaksim. Sehingga dapat disimpulkan pneumonia pada balita di wilayah kerja
bahwa pilihan terapi antibiotik sefotaksim merupakan puskesmas ngesrep kota semarang tahun 2015.
pilihan terapi yang paling cost effective untuk terapi semarang : Universitas Negeri Semarang
pengobatan pasien pneumonia rawat inap di RSPAD American Thoraric Society. (2017). Chapter 15 Journal
Gatot Soebroto Jakarta. of Pneumonia. USA : American Thoraric Society
Caesarontia, D.A. (2017). Analisis Efektivitas Biaya
Penggunaan Injeksi Ceftriaxone Dan Cefotaxime
Pada Pasien Pneumonia Balita di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Tahun 2015-2016. Surakarta : Universitas Setia
Budi
Cahyaningrum, J. (2018). Evaluasi Penggunaan Obat
Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Pediatri Di Instalasi Rawat Inap RSUD. Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2017. Surakarta : Universitas Setia Budi Wulandari, D.N. (2016). Efektivitas Penggunaan
California, S.H. et al., (2018). Perbandingan Efektivitas Antibiotik Ceftriaxone Pada Pasien Pneumonia
Ampisilin dengan Ampisilin-Gentamisin pada Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Pasien Balita dengan Pneumonia. Sumedang : Moewardi Surakarta Tahun 2014-2015. Surakarta
Universitas Padjadjaran : Universitas Sebelas Maret.
Izquierdo C, Oviedo M, Ruiz L, dkk. (2010). Influence
of Sosioeconomic status on Community- Acquired
Pneumonia outcomes in elderly patients requiring
hospitalization : a multicenter observational study.
BMC Public Health
Jalil, A.N.A . (2015). Profil Pasien Pneumonia
Komunitas Di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng Tahun 2013-2014. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Juwita, D. A., Arifin, H., & Yulianti, N. (2017). A
retrospective descriptive study on antibiotic
dosage regimen in pediatric pneumonia patients at
Dr. M. Djamil Hospital Padang Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, Hal 134–140. Padang : Fakultas
Farmasi Universitas Andalas
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013).
Pedoman penerapan kajian farmakoekonomi.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016).
profil kesehatan indonesia ,pusat data dan
informasi tahun 2015. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Mulyana, R. (2019). Terapi Antibiotika pada Pneumonia
Usia Lanjut Hal 172-177. Padang : Jurnal
Kesehatan Universitas Andalas
Musdalipah, Setiawan, M., & Santi, E. (Maret, 2018).
Analisis Efektivitas Biaya Antibiotik Sefotaxime dan
Gentamisin Penderita Pneumonia Pada Balita di
RSUD Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara Hal 1–11. Kendari : Akademi Farmasi
Bina Husada Kendari
Nalang, A., Citraningtyas, G., & Lolo, W. A. (2018).
Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Pneumonia
Menggunakan Antibiotik Seftriakson dan
Sefotaksim di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado. 321–329. Manado : Universitas Sam
Ratulangi
NICE. 2014. Pneumonia : Diagnosis and Management
of Community-and Hospital-Acquired Pneumonia
in Adults. UK : NICE Clinical Guidline
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Safriani, J. (2016).Analisis Minimalisasi Biaya
Penggunaan Intravena Seftriakson Dan
Sefotaksim Pada Pasien Pneumonia Geriatri
Rawat Inap Di Rsud Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie. Pontianak : Universitas Tanjung Pura
Salamah, U. (2017). Analisis Cost-Effectiveness
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia
Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta Tahun 2016. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai