Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

PRODI FARMASI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS TULANG BAWANG


MATA KULIAH : FARMAKOEKONOMI
DOSEN PENGAMPU : apt. Lilik Koernia Wahidah., S.Farm., MPH

INSTRUKSI :

1) Search jurnal nasional yang terakreditasi Sinta 1 atau 2, atau jurnal internasional bereputasi
dengan tema analisis farmakoekonomi dengan tahun terbit tidak lebih dari 5 tahun
2) Jawablah pada lembar jawaban dibuat dalam format microsoft word dengan line spasi 1,5 font
size 12, times new roman. Text rata kanan-kiri (center text)
3) Menjawab soal sesuai dengan jurnal atau artikel yang anda peroleh dengan cara menguraikan
dengan jelas pada lembar jawaban yang sudah disediakan di halaman kedua.
4) Penilaian berdasarkan kejelasan dan kemampuan dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan
jurnal/artikel (bukan memindahkan text translate). Menggunakan bahasa redaksi yang baik
dan mudah dipahami.
5) Tidak diperbolehkan saling bertukar jawaban, jika kedapatan memiliki jawaban yang sama
maka nilai akan dianggap nilai 0.
NAMA : Lisa Yunita
NPM : 173110097
Kelas Kuliah : A (Sore) 2017
Nama Jurnal : Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
Kode Jurnal : Vol.8 No.3, hlm 228-236, ISSN : 2252-6218/September 2019
Link Jurnal : sinta.ristekbrin.go.id (S2)/jurnal.unpad.ac.id

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar sesuai jurnal yang anda dapat!

No Pertanyaan dan Jawaban


.
1. Apa judul jurnal kajian farmakoekonomi yang anda peroleh? Dan jelaskan
alternatif/pilihan yang dibandingkan! (skor 5)
Judul : “Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Community-acquired Pneumonia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”
Dalam jurnal alternatif/pilihan yang dibandingkan yaitu terhadap penggunaan
antibiotik yang lebih efektif biaya serta efektivitasnya bagi pasien Community-
acquired Pneumonia yaitu antara penggunaan antibitoik azitromisin-seftriakson
dengan azitromisin-sefotaksim.
2. Sebutkan dan jelaskan tujuan studi tersebut (skor 5)
Studi dalam jurnal memiliki tujuan untuk mengetahui Cost Effectiveness
Analysis (CEA) pada pasien penderita Community-acquired Pneumonia di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. CEA dilakukan dengan menganalisis
pemilihan kombinasi antibiotik yang bervariasi dengan mempertimbangkan
biaya dan efektivitasnya.
3. Jelaskan metode penelitian yang digunakan termasuk desain penelitian, kriteria
inklusi dan ekslusinya ! (skor 10)
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan rancangan penelitian secara
observasional cross sectional (mengamati data populasi atau sampel satu kali
saja pada saat yang sama/data potong lintang) dengan pengambilan data secara
retrospektif (data terdahulu) bulan Januari-Desember 2018). Teknik
pengambilan sampel adalah total sampling.
Kriteria inklusi : pasien rawat inap non-ICU di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan diagnosis utama pasien CAP berusia > 18 tahun, mendapat
terapi kombinasi azithromisin-seftriakson dan azithromisin-sefotaksim.
Kriteria eksklusi : pasien tanpa jaminan kesehatan BPJS, meninggal/pulang
paksa, mengalami pergantian antibiotic CAP, komorbid disertai penyakit infeksi
yang lain, resisten terhadap azithromisin/sefriakson/sefotaksim, serta data yang
tidak lengkap.
4. Buat alur latar belakang dengan skema bagan dari studi tersebut? (skor 10)
Biaya pengobatan
Pneumonia : tinggi (254-1.208)
USD di Indonesia
1. Community-acquired
Pneumonia (CAP) Kasus CAP Terapi

2. Hospital-acquired lebih banyak Pengobatan

Pneumonia (HAP)
Prevalensi Pneumonia tahun 2018 di Indonesia adalah 4% Penggunaan terapi
Antibiotik (Golongan
betalaktam-makrolida)

Golongan obat yang


Membandingkan terapi kombinasi
dibandingkan dalam
penelitian Betalaktam antibiotik yang paling efektif biaya
(seftriakson dan
Sefotaksim) dan dan efektifitasnya terhadap
Makrolida (Azitromisin)
pengobatan pasien

Outcome : Studi Farmakoekonomi


1. Penurunan kadar (Cost-Effectiveness
leukosit yang paling Analysis)
efektif
2. Biaya pengobatan (rawat
inap) yang lebih efisien

5. Jelaskan perspektif studi farmakoekonomi yang digunakan dalam studi


tersebut? (skor 5)
Pada penelitian perpektif yang digunakan adalah payer perspective (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS) dan healthcare perspective (Rumah
Sakit).
“Payer perspective” yaitu membayar biaya terkait dengan pelayanan kesehatan
yang digunakan peserta asuransi selama pelayanan kesehatan yang digunakan
termasuk dalam tanggungan perusahaan bersangkutan.
“Healthcare perspective” yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang
diperlukan masyarakat.
6. Sebutkan jenis/komponen biaya yang dihitung dalam studi tersebut ! (Skor 10)
Komponen biaya yang dihitung yaitu menghitung nilai cost-effectiveness
(average Cost-effectiveness Ratio/ACER dan Incremental Cost-effectiveness
Ratio/ICER dari pengelompokkan penelitian Kel.A (azithromisin-sefriakson)
dank Kel.B (azithromisin-sefotaksim) menggunakan rumus :

Rata−rata total biaya


ACER =
Rata−rata efektivitas

Biaya intervensi kel . A−kel. B


ICER =
Penurunan leukosit kel . A−kel . B

7. Jelaskan outcome yang diukur dalam hasil studi tersebut ? (Skor 10)
Outcome yang diukur dalam penelitian ini yaitu terkait penurunan leukosit dan
biaya rawat inap merupaka faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai iCER
dan keduanya memiliki keterkaitan. Semakin baik penurunan leukosit, semakin
cepat pula proses pemulihan pasien sehingga biaya rawat inap dapat berkurang.
Efektivitas terapi merupakan faktor yang mempengaruhi dan memiliki peran
penting dalam penentuan efektivitas biaya antibiotik. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dar penggunaan antibiotic
kel.A (azitromisin-sefriakson) maupun kel. B (azitromisin-sefotaksim) sehingga
keduanya memiliki outcome klinis pasien yang sama-sama baik.
8. Bagaimanakah hasil intepretasi data dari intervensi/alternatif yang dibandingkan
? (Skor 15)
Nilai ACER kel.A dari payer dan health perspective secara berturut-turut adalah
Rp 2.987 dan Rp 2.080 per penurunan 1 sel leukosit/ mm3 , sedangkan kel.B
adalah Rp 2.853 dan Rp 1.184 per penurunan 1 sel leukosit/ mm3 . Hasil
perhitungan ICER kel. A dan kel.B baik dari payer maupun healthcare
perspective berturut-turut adalah Rp 4.531 dan Rp 22.379. Nilai cost-
effectiveness kel.A dank kel.B rata-rata tidak berbeda secara signifikan,
meskipun kelompok A dapat menurunkan sel leukosit lebih banyak jika
dibandingkan dengan kel.B. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
azitromisin-seftriakson maupun azitromisin-sefotaksim memiliki outcome yang
baik terhadap klinis pasien.
9. Apakah dilakukan perhitungan discounting rate dalam penelitian tersebut ? dan
apakah dilakukan analisis sensitivitas? Jelaskan ! (Skor 10)
Perhitungan discounting rate tidak dilakukan sedangkan untuk analisis
sensitivitas dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh
terhadap nilai cost-effectiveness terkait nilai ICER, dengan menambahkan dan
mengurangi 25% dari setiap parameter biaya dan efektivitas terhadap nilai
ICER karena menggunakan triangular distribution dan dengan
mempertimbangkan lower dan upper value +/- 25%.
10. Bagaimana kesimpulan yang diperoleh dalam studi tersebut ? (Skor 10)
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada efektivitas (penurunan leukosit) dan
total biaya medic antara kombinasi azithromisin-seftriakson dengan
azithromisin-sefotaksim, meskipun nilai ACER azithromisin-sefotaksim lebih
rendah jika dibandingkan dengan azithromisin-seftriakson. Berdasarkan hasil uji
analisis sensitivitas, penurunan leukosit dan biaya rawat inap merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap nilai ICER.

Note : boleh menambah space untuk jawaban namun tidak disarankan terlalu banyak.

Anda mungkin juga menyukai