Anda di halaman 1dari 89

PORTOFOLIO KEGIATAN DAN LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG INDUSTRI FARMASI

LOKASI: PT KALBE FARMA


PERIODE: 8 AGUSTUS – 30 SEPTEMBER 2022

Nama : Sri Ruhmina Syarfina

NIM : 21/491793/FA/13327

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
Halaman Pengesahan

LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
BIDANG INDUSTRI FARMASI

LOKASI: PT KALBE FARMA


PERIODE: 8 AGUSTUS – 30 SEPTEMBER 2022

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENDAPAT


DERAJAT APOTEKER PADA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Penyusun:
Nama : Sri Ruhmina Syarfina
NIM : 21/491793/FA/11772

Disahkan di :
Tanggal :

Pembimbing PKPA:
PT Kalbe Farma Fakultas Farmasi UGM

Nama: apt. Sevy Merisca, S.Farm Nama: Dr. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si.
NIP: 198002202009121005

Pimpinan Institusi:
QA Manager Ketua Program Studi
PT Kalbe Farma Profesi Apoteker Farmasi UGM

Nama: apt. Merrie Natalia, S.Farm Nama: apt. Anna Wahyu Widyanti, M.Kes
NIP: 198206252014042001
A. Identitas

PKPA: Industri Farmasi Lokasi: PT Kalbe Farma


Nama: Sri Ruhmina Periode: 8 Agustus – 30
Syarfina September 2022
NIM: 21/491793/FA/13327 Preseptor:
apt. Sevy Merisca, S.Farm
apt. Teresa Devina Hani
Wijaningtyas, S.Farm
Tandatangan: Co-preseptor:
Aditya Rachman Pradita
Dosen: Dr. rer.nat. Apt. Nanang
Fakhrudin, M.Si.

B. Rumusan kompetensi yang dicapai

Capaian CPL (Area Kompetensi): Mahasiswa mampu


Pembelajaran 1.1. Menunjukkan sikap Pancasilais dan kesadaran terhadap kepentingan bangsa dan negara
Lulusan (CPL) dan 1.2. Menunjukkan sikap jujur, bertanggung jawab, percaya diri, kematangan emosional,
Sub-CPL yang beretika, dan kesadaran menjadi pembelajar sepanjang hayat.
dibebankan pada 3.4. Melakukan perancangan dan pengembangan sediaan farmasi sesuai standar, produksi, dan
matakuliah penjaminan mutu
3.6 Melakukan pengawasan mutu (QC) dan penjaminan mutu (QA) sediaan farmasi
4.1 Menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dengan memanfaatkan
teknologi informasi untuk menghasilkan solusi sesuai bidang keahlian secara berintegritas
4.2 Mampu mengembangkan jaringan kerja, beradaptasi, berkreasi, berkontribusi, melakukan
supervisi, mengevaluasi dan mengambil keputusan dalam rangka menunjukkan kinerja
mandiri dan kelompok untuk menerapkan ilmu pengetahuan pada kehidupan bermasyarakat
Capaian CPMK 1 Mampu menggunakan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kemampuan
Pembelajaran berkolaborasi dengan pihak lain dalam melakukan riset untuk pengembangan
Mata Kuliah obat dan produk yang berkualitas
(CPMK) CPMK 2 Mampu menerapkan sistem penjaminan mutu pada keseluruhan proses sesuai
dengan CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
CPMK 3 Mampu mengembangkan dan melakukan validasi metode analisis raw material
dan finished good
CPMK 4 Mampu memahami proses produksi, melakukan IPC serta mengembangkan dan
melakukan validasi proses produksi
CPMK 5 Mampu melakukan pengujian mutu sediaan, penanganan limbah serta dapat
menginterpretasi hasil pengujian
CPMK 6 Mampu memahami manajemen produksi dan PPIC: pengadaan raw material,
penyimpanan/gudang, desain proses produksi
CPMK 7 Mampu melakukan penggalian informasi, menyiapkan dan menyusun informasi
untuk registrasi sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan obat
kembalian
Matriks Pemetaan
antara CPL dengan CPL CPMK CPMK CPMK CPMK CPMK CPMK CPMK
CPMK 1 2 3 4 5 6 7
CPL 1.1 √
CPL 1.2 √
CPL 3.4 √
CPL 3.6 √ √ √
CPL 4.1
CPL 4.2 √

C. Rangkuman Logbook kegiatan

Logbook ditujukan untuk kemudahan monitoring aktivitas harian mahasiswa. Selain itu,
logbook diharapkan dapat memudahkan dosen pembimbing dan preseptor untuk memastikan
keterpenuhan aktivitas atau realisasi rencana program kegiatan dan pembelajaran per semester
(RPKPS). Logbook dapat dimonitor setiap supervisi dan menjadi bagian dari laporan rutin dan
laporan akhir. Untuk selanjutnya rangkuman logbook kegiatan dituangkan dalam laporan akhir
berbasis portofolio untuk evaluasi ketercapaian kompetensi. Mahasiswa PKPA dinyatakan
selesai PKPA jika telah mengikuti seluruh materi kegiatan yang sudah dijadwalkan, ditunjukkan
dalam logbook kegiatan mahasiswa dan portofolio pekerjaan mahasiswa.

CPMK Cakupan materi Kegiatan Tanggal Tanda Tangan Keterangan


Dosen/Preseptor
1 1. Struktur organisasi, Pembimbingan oleh
kebijakan dan aturan di dosen (diskusi/kasus/
industri tempat PKPA: soal/tugas)
a. Peraturan perundang-
undangan dan regulasi di Kegiatan di tempat
industri farmasi PKPA meliputi:
b. Struktur organisasi Membaca SOP sebelum 10
perusahaan melaksanakan kegiatan Agustus
2. Ruang lingkup, tugas dan PKPA 2022
wewenang departemen
R&D
3. Kebijakan, pedoman, dan
standar prosedur
operasional serta
kebijakan mutu di
Industri
2 1. Ruang lingkup, tugas dan Pembimbingan oleh
wewenang departemen QA dosen (diskusi/kasus/
2. Persyaratan dan layout soal/tugas)
bangunan
Kegiatan di tempat
PKPA meliputi:
Penempatan PKPA pada 10
departemen QA sehingga Agustus –
mempelajari secara 30
langsung terkait ruang September
lingkup, tugas, dan
wewenang departemen
QA. Selain itu, telah
dilakukan induksi
Bersama masing-masing
supervisor bagian di QA

3 Ruang lingkup, tugas dan Pembimbingan oleh


wewenang departemen QC: dosen (diskusi/kasus/
1. Validasi proses (process soal/tugas)
validation)
2. Validasi pembersihan Kegiatan di tempat
(cleaning validation) PKPA meliputi:
3. Validasi fasilitas,
peralatan, sarana penunjang 1. Validasi
(facility & utility validation) pembersihan
4. Validasi produk (product a. Belajar mandiri 9 Agustus
quality validation) dan penjelasan 2022; 16
mengenai Agustus
validasi 2022; 24
pembersihan Agustus
oleh mentor 2022
b. Pemberian tugas 9 – 24
mapping Agustus
equipment train 2022
c. Pemberian tugas 15
review cleaning Agustus
validation report 2022
d. Pemberian tugas 18 – 24
review risk Agustus
analysis 2022
cleaning
validation
4 Ruang lingkup, tugas dan Pembimbingan oleh
wewenang departemen dosen (diskusi/kasus/
produksi dan validasi proses: soal/tugas)
1. Departemen Produksi
2. Produksi utama: Sediaan Kegiatan di tempat
tablet, liquid, steril PKPA meliputi:
3. Produksi khusus: misal 1. Kegiatan plant tour 10 – 11
beta-laktam (jika ada) mengenai produksi Agustus
4. Proses pengemasan 2022
5. Pengembangan formulasi 2. Training mengenai 8 – 9
dan proses, scale-up, produksi tablet, Agustus
pemilihan sistem kemasan, liquid, dan steril 2022
pengembangan metode
analisis, uji stabilitas
6. Validasi proses (process
validation)
5 1. Ruang lingkup, tugas dan Pembimbingan oleh
wewenang departemen dosen (diskusi/kasus/
tehnik dan pengolahan soal/tugas)
air untuk produksi:
a. Sistem penghasil Kegiatan di tempat
purified water PKPA meliputi:
b. Proses purifikasi air
c. Water for injection 1. Training mengenai 8 Agustus
environmental, 2022
2. Penanganan dan health, and safety
pengendalian limbah:
a. Sistem pengelolaan
limbah industri
b. Pengelolaan limbah B3
c. Environmental, Health,
& Safety (EHS)
6 1. Penerapan sistem Pembimbingan oleh
manajemen PPIC di dosen (diskusi/kasus/
industry: soal/tugas)
a. Departemen
Production Planning Kegiatan di tempat
and Inventory Control PKPA meliputi:
(PPIC)
b. Supply chain bahan
baku 1. Kegiatan plant tour 11
c. Analisis forecasting mengenai gudang Agustus
d. Pemilihan bahan, 2022
pengadaan/pembelian,
penyimpanan

2. Penerapan sistem
manajemen di gudang
bahan baku dan produk
jadi, logistic:
a. Departemen Logistik
b. Koordinasi logistik
dengan departemen
lainnya
c. Jenis jenis gudang
penyimpanan
7 Tata cara registrasi sediaan Pembimbingan oleh
farmasi, serta mampu dosen (diskusi/kasus/
menangani keluhan dan obat soal/tugas)
kembalian
Kegiatan di tempat
PKPA meliputi:
1. Penjelasan mengenai 26
registrasi sediaan Agustus
farmasi oleh mentor 2022
*Keterangan: tuliskan di kolom keterangan apabila materi tersebut tidak didapatkan, atau tidak dikerjakan (beserta
alasannya) atau apabila ada tambahan materi lain
Portofolio pengembangan diri (menggambarkan kesesuaian materi kegiatan yang dilaksanakan
selama PKPA dan kompetensi yang dicapai)

CPMK 1:
Mampu menggunakan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kemampuan berkolaborasi
dengan pihak lain dalam melakukan riset untuk pengembangan obat dan produk yang berkualitas

Materi 1:
Struktur organisasi, kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA
a. Peraturan perundang-undangan dan regulasi di industri farmasi
b. Struktur organisasi perusahaan

Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan struktur organisasi serta kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan struktur organisasi serta kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran didapatkan melalui kuliah/tutorial dan diskusi serta belajar mandiri

Deskripsi hasil pembelajaran:


Peraturan perundang-undangan dan aturan di industri farmasi, antara lain:
- Permenkes No. 16 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi
- Perka BPOM No. 34 Tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
- Perka BPOM No. 25 Tahun 2021 tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik
- Perka BPOM No. 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PerBPOM No. 9 Tahun 2019 tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
- Permenkes No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan
- Permenkes No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan
Alat Kesehatan
- Perpres No. 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional
- Perka BKPM No 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal
- PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)

Materi 2:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D

Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran dilakukan secara mandiri dan kuliah/tutorial dan diskusi.

Deskripsi hasil pembelajaran:


Departemen R&D-Technology Development (TD) berperan dalam pengembangan platform
teknologi baru, sistem penghantaran obat (in-house), pengembangan produk baru, improve
product existing, menentukan spesifikasi dan manufacturer raw material baru, dan diversifikasi
material. Technology Development (TD) ini berperan dalam pengembangan teknologi,
prototyping, dan produk (proof of concept) yang kemudian dilakukan transfer teknologi ke
Departemen R&D. Departemen R&D kemudian akan melakukan pengembangan produk baru
menggunakan teknologi tersebut untuk dilakukan transfer teknologi ke manufacturing site untuk
dilakukan pengaplikasian pembuatan produk pada skala pilot dan skala komersial.

Tujuan teknologi transfer pada dasarnya adalah untuk memperlancar pelaksanaan proses
produksi di skala pilot dan skala komersial; agar personil produksi dapat memahami formula,
proses, dan parameter kritis produk baru sehingga dapat melaksanakan proses produksi sesuai
dengan prosedur agar diperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi.

Alur pengembangan produk baru dimulai dengan ide produk yang diberikan oleh marketing
kemudian ide tersebut dikumpulkan untuk dievaluasi tren obat, besar pasar, pertumbuhan pasar,
tren teknologi, dan kebijakan perusahaan. Setelah dievaluasi, maka dapat diajukan sebagai
program produk dan profil baru untuk dikembangkan oleh R&D. Pengembangan obat baru
dilakukan berdasarkan implementasi Quality by Design (QbD), yang dimulai dari pembuatan
sediaan pada skala laboratorium kemudian dilakukan produksi skala pilot di bawah pengawasan
R&D dan dilakukan uji stabilitas premarketing. Transfer teknologi dilakukan kepada
manufacturing site dan dilakukan pengajuan ke regulator. Apabila sudah disetujui, maka dapat
dilakukan produksi 3 bets skala komersial dan dilakukan validasi proses. Data validasi proses
akan dikumpulkan untuk memperoleh Nomor Izin Edar (NIE), kemudian dapat dilakukan
produksi skala komersial.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)

Materi 3:
Kebijakan, pedoman, dan standar prosedur operasional serta kebijakan mutu di Industri

Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin di industri

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin di industri

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran didapatkan melalui tutorial dan diskusi oleh personil yang ahli di bidangnya
serta dengan belajar/mandiri.

Deskripsi hasil pembelajaran:


Prinsip penerapan CPOB adalah “tulis yang dikerjakan dan kerjakan yang tertulis”. Prinsip ini
selalu diterapkan pada PT. Kalbe Farma sendiri dengan pembuatan SOP berupa perintah tertulis
untuk mengerjakan suatu prosedur kerja. Penerapan lainnya adalah PPI (Produksi dan
Pengolahan Induk). PPI merupakan sebuah dokumen tertulis yang digunakan sebagai acuan pada
Departemen Produksi dan Logistik untuk jumlah pengambilan bahan. Pada gudang Raw Material
(RM), PPI digunakan sebagai acuan untuk pengambilan jumlah bahan material yang akan
dipakai untuk produksi. Sedangkan untuk gudang timbang, PPI digunakan sebagai acuan untuk
jumlah yang akan ditimbang per betsnya. Pada bagian produksi, PPI digunakan untuk acuan
rentang kadar tablet, spesifikasi mesin, dan lain sebagainya. Personil yang bertugas untuk
melakukan tes uji mesin sebelum digunakan untuk produksi juga diharuskan untuk menuliskan
spesifikasi yang didapatkan selama proses uji inisial maupun saat proses produksi telah
berlangsung pada PPI sesuai dengan prinsip CPOB “tulis yang telah dikerjakan” agar spec
selama proses uji inisial terdokumentasi dengan baik dan apabila terdapat komplain produk
maupun audit dari BPOM dapat terdokumentasi dengan jelas bahwa baik saat proses uji inisial
maupun produksi mutu mesin, obat, kemasan, dan lain sebagainya masih memenuhi syarat
spesifikasi dan menandakan bahwa kesalahan bukan dari pabrikan, bisa jadi pada saat distribusi
maupun penyimpanan di toko obat.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 2:
Mampu menerapkan sistem penjaminan mutu pada keseluruhan proses sesuai dengan
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin

Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA:
1. Kebijakan mutu
2. Manajemen sistem mutu (QA)
3. Proses QA
4. Dokumentasi QA

Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Mahasiswa melaksanakan proses pembelajaran secara praktek kerja langsung dengan arahan dan
bimbingan dari preseptor mengenai tugas, kewajiban, dan wewenang dari seorang apoteker yang
berada di departemen Quality Assurance.

Deskripsi hasil pembelajaran:


Pada Departemen QA sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:
Bagian operasional
1. Validasi
a. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan bertujuan untuk melihat efektivitas dari prosedur pembersihan
peralatan atau mesin yang kontak langsung dengan produk, membersihkan deterjen
yang digunakan, dan mengendalikan cemaran mikroba pada alat atau mesin. Metode
analisis untuk menguji sampel validasi pembersihan harus divalidasi terlebih dahulu
dan dapat dianalisis kadar cemaran sampel dengan LOQ yang sama atau lebih kecil
dari batas penerimaan.

Dalam validasi pembersihan, perlu dilakukan penilaian untuk menentukan faktor-


faktor variabel yang mempengaruhi efektivitas dan kinerja pembersihan, seperti
operator, tingkat kerincian prosedur pembersihan (waktu pembilasan, dll). Jika
faktor tersebut telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah penetapan worst case
sebagai dasar dari studi validasi pembersihan. Batasan residu produk sebelumnya
didasarkan pada evaluasi toksikologi. Selain itu, diperlukan juga penetapan batas
keberterimaan sisa bahan pembersih.

Validasi pembersihan tidak hanya dapat dilakukan secara visual, tetapi perlu juga
dilakukan sampling secara fisika, kimiawi, dan mikrobiologi. Metode sampling yang
digunakan untuk fisika dan kimiawi adalah swab test dan rinse test, sedangkan
metode untuk mikrobiologi ialah contact plate, swab test, dan rinse test.

a. Swab test: sampling dengan melakukan pengapusan pada bagian alat yang
kontak dengan produk menggunakan cotton swab yang diapus secara zig zag
berukuran 5x5 cm pada alat.

b. Rinse test: sampling dengan menggunakan pelarut pembilas yang kontak


dengan alat. Uji ini dilakukan untuk alat yang sulit dijangkau dengan metode
swab test. Rinse test digunakan untuk analisis kandungan residu dan mikroba.

b. Contact plate: sampling mikrobiologi untuk alat dengan permukaan yang


datar. Metode ini diutamakan dalam pengambilan sampel mikrobiologi. Jika
tidak memungkinkan dapat menggunakan metode swab dan rinse.
Kriteria keberterimaan validasi pembersihan harus mempertimbangkan efek
kumulatif dari beberapa peralatan dalam equipment train. Equipment train adalah
jalur kontak produk dengan mesin yang menjadi rangkaian perjalanan produk
hingga pengemasan primer. Kriteria keberterimaan adalah sebagai berikut.
Testing Point Method Acceptance Criteria
Visual Swab, rinse Visually clean
pH Rinse 5,0 – 7,0
Konduktivitas Rinse ≤1,3 µS
Total Organic Carbon (TOC) Swab, rinse < 500 ppb
Residu deterjen Swab, rinse
CO < MACO
Residu API Swab, rinse
<50 CFU/25 cm2 (swab) atau <100
Total Aerobic Microbial Count (TAMC) Swab, rinse
CFU/ml (rinse)
Total Yeasts and Mold Count (TYMC) Swab, rinse < 10 CFU/25 cm2 (swab)

Dalam melakukan validasi pembersihan, perlu dilakukan penetapan marker berupa


residu zat aktif suatu produk dari masing-masing yang digunakan dalam proses
pembuatan, khususnya mesin yang termasuk dalam equipment train. Penetapan
marker digunakan sebagai penetapan worst case dengan asumsi marker yang dipilih
adalah produk dengan zat aktif yang sukar dibersihkan dan mempunyai toksisitas
tertinggi. Bila marker yang paling “sukar” dapat dibersihkan maka produk dengan
zat aktif yang lebih mudah akan lebih mudah dibersihkan. Marker ditetapkan melalui
tingkat resiko yang dikategorikan menjadi kemudahan pembersihan, kelarutan dalam
air, LD50, dan dosis terapetik. Hasil dari tingkat masing-masing kategori dikalikan
lalu produk dengan skor tertinggi dijadikan sebagai marker mesin tersebut. Jika
terdapat >1 produk yang memiliki skor sama, penentuan marker dilihat dari produk
mana yang paling sulit untuk dibersihkan, tetapi jika sama-sama sulit dibersihkan
kemudian dapat dilihat melalui parameter prioritas lainnya. Ketika semuanya sama,
hal yang perlu diperhatikan terakhir adalah jumlah volume produksi per tahun.
Carry Over (CO) adalah salah satu kriteria penerimaan dari residu produk. CO
masing-masing residu produk tidak boleh melebihi Maximum Allowable Carry Over
(MACO). Dalam 1 equipment train, nilai CO total dari keseluruhan mesin tidak
boleh melebihi MACO total. Hasil akan tetap diterima walaupun CO salah satu
mesin melebihi MACO mesin dengan membuat Out of Expectation (OOE). Jika CO
total melebihi MACO total maka validasi pembersihan dianggap gagal dan perlu
dilakukan pengkajian ulang. Perhitungan CO menggunakan 4 rumus sebagai berikut.
𝐿𝐷50 × 𝐵𝑊 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 1 MACO: 2000 × 𝑆𝐹 × 𝑀𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡

Formula 2 MACO: 𝑀𝐵𝑆 × 10 𝑝𝑝𝑚


𝑇𝐷𝐷 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 3 MACO: 𝑆𝐹 ×𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡
𝐿𝐷50 × 𝐵𝑊 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 4 MACO: 2000 × 𝑆𝐹 × 𝑀𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡

Keterangan
MBS: Minimum Batch Size (mg)
LD50: Median Lethal Dose (mg/kg BW)
BW: Ideal Body Weight (70 kg)
SF: Safety Factor (1000)
MTDD: Maximum Therapeutic Daily Dose (mg)
TDD previous: Standard Therapeutic Daily Dose of The Investigated Product (in the
same dosage from as TDD next) (mg/day)
TDD next: Standard Therapeutic Daily Dose for The Next Product (mg/day)
PDE: Permitted Daily Exposure (mg)
MDD: Maximum Daily Dose (mg)

Dari keempat rumus tersebut, dipilih hasil yang terkecil, karena dengan
menggunakan hasil tersebut pasti akan memenuhi 3 rumus lainnya. Tidak semua
produk memiliki PDE, karena tidak bisa dilakukan kepada manusia.

Dalam pembersihan, terdapat parameter yang perlu ditetapkan pada timeline seputar
proses pembersihan, yaitu Clean Holding Time (CHT) dan Dirty Holding Time
(DHT). CHT merupakan waktu maksimal mesin dan peralatan didiamkan dalam
kondisi bersih setelah dibersihkan sampai proses produksi mulai kembali, sedangkan
DHT adalah waktu maksimal mesin dapat didiamkan dalam kondisi kotor sejak
mesin terakhir digunakan sampai mesin dibersihkan kembali. Lebih baik
menerapkan CHT dibandingkan DHT, karena semakin lama mesin dibiarkan kotor
maka akan semakin sulit untuk dibersihkan. Setiap mesin memiliki CHT dan DHT
yang berbeda. Metode pemeriksaan CHT adalah visual dan mikrobiologi (swab),
sedangkan DHT adalah mikrobiologi (swab). Selain CHT dan DHT, terdapat istilah
lain, yaitu batch campaign yang merupakan berapa banyak batch dan lama hari
dapat berjalan berturut-turut di suatu mesin tanpa adanya pembersihan. Misalnya uji
awal dengan memproduksi 5 batch dalam 3 hari di FBD. Sisa dari batch sebelumnya
akan terkena panas secara terus menerus sampai batch ke-5. Setelah semua batch
selesai, dilakukan pengujian mikrobiologi dan residu zat aktif apakah terdapat
perubahan senyawa. Jika ternyata hanya 3 batch awal yang memenuhi syarat, berarti
batch campaign-nya maksimal 3 batch dalam 3 hari. Batch campaign berbeda
dengan DHT, karena mesin berjalan terus menerus tidak hanya didiamkan kotor.

c. Computer system validation (CSV)


CSV adalah proses pengujian/validasi sistem komputerisasi untuk memastikan
bahwa sistem tersebut melakukan persis apa yang dirancang dengan cara yang
konsisten dan melakukan proses yang aman. Manfaat dari CSV adalah
meningkatkan keandalan sistem, menghasilkan lebih sedikit kesalahan dan lebih
sedikit risiko terhadap proses dan integritas data. CSV juga mengurangi biaya sistem
dan proyek jangka panjang dengan meminimalkan biaya pemeliharaan dan
pengerjaan ulang.

2. Evaluasi Batch Record (EBR) dan Product Quality Review (PQR)


a. EBR
EBR bertanggungjawab dalam memastikan mutu produk pada tahap akhir sebelum
produk tersebut dirilis ke pasaran.
b. PQR
PQR merupakan evaluasi yang dilakukan setiap tahun untuk menilai standar kualitas
masing-masing produk obat dengan maksud untuk memverifikasi konsistensi proses
yang ada dan untuk memeriksa kelayakan spesifikasi saat ini.

Bagian non-operasional
1. Facility validation and calibration
Kualifikasi terdapat 4 tahapan, yaitu kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI),
kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja (KK). Sebelum kualifikasi suatu
mesin dimulai, perlu dibuat change control terlebih dahulu. Change control adalah
dokumen yang digunakan untuk melakukan perubahan terhadap utilitas mesin dan
bangunan. Pembelian mesin baru termasuk dalam hal-hal yang berpengaruh terhadap
kualitas produk, sehingga diperlukan change control. Ketika change control selesai
disetujui, dapat dilakukan tahapan kualifikasi desain.

Kualifikasi desain merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa desain


yang diusulkan dari fasilitas, sistem, dan peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
Tahap ini dimulai dengan pembuatan User Requirement Specification (URS) atau
Spesifikasi Kebutuhan Pengguna (SKP) berisi spesifikasi yang diinginkan oleh industri
farmasi ditujukan kepada vendor. Setelah vendor menerima URS, vendor membuat
functional specification (FS) dan design specification (DS). Kedua dokumen ini berisi
tentang penjelasan produk untuk melihat kesesuaian spesifikasi desain dan fungsional
mesin terhadap URS industri farmasi. Setelah terdapat FS dan DS, dilakukan pembuatan
dokumen functional risk assessment. Hasil persetujuan dari FS dan DS kemudian dapat
diimplementasikan ke langkah instalasi.
Kualifikasi instalasi adalah tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas,
sistem, atau peralatan yang diinstal atau dimodifikasi memenuhi desain yang telah
disetujui dan sesuai rekomendasi industri pembuat. Dalam melakukan kualifikasi
instalasi, perlu dilakukan evaluasi terhadap peralatan di lokasi pemasok sebelum mesin
tersebut dikirim ke industri farmasi. Pihak industri datang ke vendor untuk melihat proses
KI di tempat vendor. Proses ini disebut Factory Acceptance Test (FAT) yang bertujuan
untuk konfirmasi kesesuaian peralatan dengan URS/SKP di lokasi pemasok. Jika sudah
sesuai dan dapat dijustifikasi, mesin tersebut dikirimkan ke industri dan diperiksa
kembali kesesuaiannya dengan URS di industri. Tahap ini disebut Site Acceptance Test
(SAT). FAT tidak perlu dilakukan apabila industri tersebut pernah membeli mesin yang
sama.

Kualifikasi operasional adalah tindakan verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau


sistem yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai tujuan dalam semua rentang
operasi yang diantisipasi. Tahap ini memastikan bahwa mesin yang telah diinstalasi
beroperasi sesuai dengan functional specification. Misalnya, tombol power untuk
menyalakan dan mematikan mesin berfungsi dengan baik. KO belum menjalankan mesin
dengan produk atau placebo, hanya dilakukan penetapan rentang batas atas dan batas
bawah operasi mesin tersebut. Kualifikasi operasional umumnya dilakukan setelah
kualifikasi instalasi, tetapi jika mesin tersebut tidak kompleks bisa dilakukan kombinasi
dari kualifikasi instalasi dan operasional (KIO).

Kualifikasi kinerja adalah tindakan verifikasi yang terdokumentasi bahwa fasilitas,


sistem, dan peralatan dapat berfungsi secara efektif dan berulang, berdasarkan metode
proses dan spesifikasi produk. Kualifikasi ini dilakukan terhadap placebo atau terhadap
produk langsung dengan kecepatan optimal minimal 3 batch. Rekualifikasi dilaksanakan
3 tahun sekali. Setelah semua tahapan kualifikasi, dilakukan pembuatan summary report
kualifikasi mesin tersebut.

2. Registrasi
Menurut Perka BPOM No. 24 Tahun 2017, registrasi obat adalah prosedur pendaftaran
dan evaluasi obat untuk mendapatkan persetujuan. Seluruh obat yang beredar di
Indonesia wajib memiliki izin edar, sehingga diperlukan registrasi untuk mendapatkan
Nomor Izin Edar (NIE). Terdapat 3 jenis registrasi, yaitu registrasi baru, registrasi variasi,
dan registrasi ulang. Registrasi baru adalah registrasi untuk obat yang belum
mendapatkan izin edar di Indonesia. Registrasi baru memiliki 3 kategori sebagai berikut.
a. Kategori 1: registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk produk biosimilar.
b. Kategori 2: registrasi obat generic dan obat generic bermerek.
c. Kategori 3: registrasi sediaan lain yang mengandung obat dengan teknologi khusus,
seperti transdermal patch, implant, dan beads

Registrasi variasi adalah registrasi perubahan pada aspek administratif, khasiat,


keamanan, mutu, dan/atau informasi produk dan label obat yang telah memiliki izin edar
di Indonesia. Registrasi variasi terbagi menjadi 3 kategori lanjutan dari registrasi baru.
a. Kategori 4: registrasi variasi major. Registrasi ini berlaku jika perubahan variasi
berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat.
b. Kategori 5: registrasi variasi minor. Registrasi ini berlaku jika terdapat perubahan
variasi yang tidak termasuk kategori mayor maupun notifikasi.
c. Kategori 6: registrasi variasi notifikasi. Registrasi ini berlaku terhadap perubahan
yang berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek
khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat, serta tidak mengubah informasi pada izin
edar.

Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar. Registrasi ini
termasuk dalam kategori 7. Obat yang harus diregistrasi adalah obat produksi dalam
negeri dan obat impor. Obat impor yang perlu diregistrasi adalah obat baik dalam bentuk
produk ruahan maupun produk jadi dan diutamakan untuk program kesehatan nasional,
penemuan baru (masih dalam perlindungan paten atau obat originator), dan/atau
dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri (teknologi khusus yang belum
dimiliki industri farmasi Indonesia, obat penyakit langka (Orphan Drug), dll).
Registrasi narkotika hanya bisa dilakukan oleh industri yang memiliki izin khusus untuk
produksi narkotika. Registrasi obat lisensi hanya bisa dilakukan industri yang
mendapatkan penunjukan dari pemberi lisensi. Registrasi obat khusus ekspor harus
dilakukan baik pada obat produksi dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan obat
impor khusus ekspor. Registrasi obat dengan zat aktif yang dilindungi paten di Indonesia
hanya dapat dilakukan oleh pemilik hak paten atau pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik
hak paten. Jika terdapat industri farmasi bukan pemilik hak paten yang akan
mendaftarkan obat generic dengan zat aktif yang masih dilindungi paten, maka dapat
melakukan registrasi obat generik pertama (belum ada obat generik untuk zat aktif
tersebut di Indonesia). Registrasi obat generik diajukan oleh pendaftar menggunakan
nama generik dan seluruh tahapan pembuatan obat dilakukan di dalam negeri.

Tahapan registrasi terdiri dari pra registrasi dan registrasi. BPOM telah mengembangkan
sistem registrasi obat secara online melalui New-AeRO (Aplikasi e-Registrasi Obat dan
Produk Biologi), sehingga memudahkan pendaftar untuk melakukan registrasi secara
elektronik. Praregistrasi dilakukan untuk penapisan registrasi, yaitu penentuan kategori
registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen
registrasi. Pra Registrasi tidak diperlukan jika produk tersebut adalah obat generik dan
obat generik bermerek yang tidak wajib BE dan bentuk sediaan konvensional, registrasi
variasi major yang tidak memerlukan uji klinik, registrasi variasi minor, registrasi variasi
notifikasi, dan registrasi ulang. Dokumen registrasi yang diperlukan terdapat empat
bagian sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD), yaitu bagian 1 berisi
dokumen administratif, informasi produk, dan label; bagian 2 berisi dokumen mutu;
bagian 3 berisi dokumen nonklinik; dan bagian 4 berisi dokumen klinik. Dokumen yang
telah dikumpulkan pendaftar kemudian diunggah melalui aplikasi New-AeRO. Setelah
itu, pendaftar akan menerima Surat Perintah Bayar (SPB) dan membayar sesuai dengan
jumlah yang tertera pada SPB. Pada tahapan ini, pihak BPOM dapat meminta tambahan
data untuk keperluan pra registrasi saat dievaluasi dalam jangka waktu maksimal 40 hari
kerja setelah pembayaran terverifikasi. Tambahan data atau dokumen yang diperlukan
harus dipenuhi maksimal 20 hari kerja setelah permintaan tersebut diterbitkan. Jika dalam
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pendaftar dapat mengajukan masa
perpanjangan pemenuhan tambahan data sebanyak satu kali. Selama proses pemenuhan
tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut dihentikan (clock off) sampai
tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Hasil Pra Registrasi (HPR) diterbitkan paling
lama 40 hari kerja setelah permohonan diterima dan dinyatakan dokumen telah lengkap.
HPR menjadi syarat untuk dapat melakukan tahap registrasi. Pada HPR terdapat
dokumen yang harus ditambahkan saat proses registrasi dan harga yang harus dibayar
untuk proses registrasi.
Tahap registrasi tidak jauh berbeda dengan pra registrasi. Obat yang telah melalui tahap
pra registrasi terlebih dahulu dapat menambahkan data-data sesuai permintaan dari HPR,
sedangkan obat yang tidak melalui pra registrasi melakukan pengunggahan dokumen
sesuai persyaratan dan terdapat proses verifikasi jenis obat. Setelah dilakukan unggah
dokumen, SPB akan terbit sesuai dengan jenis registrasi pendaftar atau HPR. Pendaftar
wajib membayar biaya tersebut dalam jangka waktu maksimal 10 hari kerja. Setelah
dilakukan pembayaran, BPOM melakukan evaluasi dengan jangka waktu yang
bergantung pada jenis registrasi yang diajukan. Menurut Perka BPOM Nomor 15 Tahun
2019, jalur evaluasi terdiri sebagai berikut.
a. Jalur 7 hari untuk obat khusus ekspor
b. Jalur 10 hari untuk registrasi ulang
c. Jalur 50 hari untuk registrasi pertama obat pengembangan baru oleh industri farmasi
yang melakukan investasi di Indonesia dan registrasi variasi obat baru dan produk
biologi terkait mutu yang telah disetujui paling sedikit 1 negara dengan sistem
evaluasi yang telah dikenal baik
d. Jalur 100 hari meliputi
1) Registrasi baru obat baru dan produk biologi dengan indikasi terapi penyakit yang
mengancam jiwa, dan/atau mudah menular, dan/atau belum ada atau kurangnya
pilihan terapi lain yang aman dan efektif
2) Registrasi baru obat baru dan produk biologi untuk penyakit serius dan langka di
Indonesia
3) Registrasi baru obat baru, produk biologi, obat generik, dan obat generik
bermerek untuk program kesehatan nasional
4) Registrasi pertama obat baru dan produk biologi oleh industri yang melakukan
investasi di Indonesia
5) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang melalui proses Obat
Pengembangan Baru yang dikembangkan oleh institusi riset atau industri farmasi
di Indonesia, dibuat oleh industri farmasi di Indonesia dan minimal terdapat 1 uji
klinik yang telah dilakukan di Indonesia
6) Registrasi Baru Obat Generik yang memiliki Formula, sumber bahan baku,
spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan menggunakan
fasilitas produksi yang sama dengan Obat Generik Bermerek yang telah disetujui
atau sebaliknya
7) Registrasi variasi major untuk obat yang dimaksud pada poin 1 – 5
8) Registrasi variasi major terkait mutu dan informasi produk
e. Jalur 120 hari untuk Registrasi Baru dan Registrasi Variasi Major indikasi
baru/posologi baru untuk Obat dan Produk Biologi Baru yang telah disetujui paling
sedikit di 1 (satu) negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik
f. Jalur 150 hari untuk Registrasi Baru Obat Generik dan Obat Generik Bermerek yang
tidak termasuk dalam jalur 100 hari kerja
g. Jalur 300 hari untuk Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi serta Registrasi
Variasi Major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk dalam jalur 100 dan
120 hari kerja

Apabila saat evaluasi terdapat kekurangan data atau dokumen maka akan dikeluarkan
surat tambahan data yang harus dipenuhi oleh pendaftar dalam waktu maksimal 100 hari
kerja. Apabila tidak dapat memenuhi, pendaftar dapat mengajukan perpanjangan
pemenuhan tambahan data satu kali dengan disertai justifikasi, jika tidak maka
pendaftaran dianggap batal dan biaya registrasi tidak dapat ditarik kembali. Selama
proses pemenuhan tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut
dihentikan (clock off) sampai tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Apabila
pengajuan sudah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat maka akan diberikan
persetujuan berupa izin edar, persetujuan khusus ekspor, atau persetujuan variasi. Izin
edar diterbitkan apabila dokumen yang diserahkan adalah produksi skala komersial,
apabila masih dalam skala pilot maka akan diterbitkan AL (Approvable Letter). Setelah
melakukan produksi skala komersial dan telah memenuhi persyaratan dalam AL maka
izin edar akan diterbitkan dalam waktu maksimal 20 hari kerja.

3. Change control
Change control merupakan bagian dari departemen QA yang menaungi semua perubahan
yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan yang berkaitan dengan jaminan
mutu produk, termasuk perubahan yang ada pada toll in dan toll out. Menurut EU GMP
Annex 15, change control merupakan sebuah sistem formal dimana perwakilan yang
memenuhi syarat dari disiplin ilmu yang sesuai meninjau perubahan yang diusulkan atau
aktual yang mungkin mempengaruhi status fasilitas, sistem, peralatan atau proses yang
divalidasi. Tujuannya adalah untuk memastikan dan mendokumentasikan bahwa sistem
yang terjadi perubahan dipertahankan dalam keadaan tervalidasi.

Setiap pabrikan atau industri obat harus mengikuti prosedur pengendalian perubahan
ketika terjadi perubahan baik untuk sistem maupun proses yang sebelumnya sudah ada.
Misalnya, terdapat perubahan pada kapasitas peralatan yang digunakan oleh departemen
produksi atau terdapat perubahan pada jenis alat disolusi yang digunakan oleh
Departemen R&D atau perubahan letak layout karena pembelian mesin baru hingga
pembelian mesin baru untuk kalibrasi awal pun semua perubahan harus melalui proses
Change Control terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar produk tetap terjamin mutunya
walaupun terjadi perubahan baik perubahan pada kemasan, proses pengolahan, instrumen
yang digunakan, dan lain sebagainya.

Terdapat 2 tipe perubahan yang biasanya terjadi, yaitu perubahan tidak direncanakan dan
perubahan terencana. Perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga yang memerlukan penanganan segera (bersifat
cito). Perubahan terencana adalah perubahan yang telah direncanakan dengan tepat
sebelumnya dalam waktu yang tetap. Rencana ini telah dirancang jauh hari sebelum
dilakukan perubahan dengan alokasi yang matang dan detail. Sedangkan berdasarkan
golongannya, perubahan yang terjadi di perusahaan dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Minor
Perubahan minor yaitu perubahan yang berdampak kecil pada bagian dari proses
tanpa mempengaruhi sifat, karakteristik, maupun spec dari produk jadi. Dapat
dikatakan bahwa produk jadi masih memenuhi persyaratan atau memiliki mutu
yang sama dari sebelum terjadinya perubahan.

2. Major
Perubahan major adalah perubahan yang berdampak pada aspek karakteristik
cGMP dari produk, fasilitas, mesin, proses atau sistem. Perubahan ini dapat
mempengaruhi kualitas dari produk, mesin, sistem, fasilitas, maupun proses yang
dapat disetujui perubahannya apabila telah melewati prosedur pengujian terlebih
dahulu.

3. Critical
Perubahan critical ini dapat berdampak serius terhadap mutu produk karena dapat
menyebabkan produk tidak memenuhi syarat (TMS) dari spec yang seharusnya
diharapkan. Hal ini berdampak serius apabila produk yang TMS tersebut sampai
ke tangan customer sehingga dibutuhkan pengujian dan perbaikan lebih lanjut
terhadap produk tersebut.

Berdasarkan Technical Report Series (WHO, 2019), ada beberapa hal yang perlu
dilakukan validasi sehingga memerlukan change control, yaitu:
- Perubahan pada master formula, metode, vendor dari raw material (RM) baik API
maupun eksipien, proses produksi dari vendor RM.
- Perubahan pada peralatan atau instrumen
- Perubahan yang berkaitan dengan kalibrasi peralatan dan perawatan preventif yang
mungkin dapat berdampak pada proses
- Perubahan area produksi dan support system
- Perubahan dalam proses produksi
- Pemindahan suatu proses ke line/tempat lain
- Perubahan tidak terduga seperti ditemukan perubahan ketika pengamatan selama
inspeksi diri atau perubahan yang terjadi selama analisis rutin proses trend data
- Perubahan pada SOP (Standard Operating Procedures)
- Perubahan pada program kebersihan dan higiene

Pada dasarnya, alur sebuah proses Change Control memuat identifikasi, justifikasi,
pengkajian, pengkajian dan persetujuan, pengkomunikasian, pelatihan, implementasi, dan
evaluasi. Di Kalbe sendiri, terdapat alur kerja atau workflow proses change control, yaitu:
1. Pengisian Change Control Feasibility Form
Pengusul yang mengajukan perubahan harus mengisi Change Control Feasibility
Form (CC FS) terlebih dahulu. FS tersebut akan dikaji oleh kepala
departemen/manager/atasan yang bersangkutan dan setelah disetujui maka nomor
dokumen FS tersebut dimasukkan dalam database QA CCM (Change Control
Management). FS ini akan dikaji ulang oleh CCM Officer sebelum disetujui oleh
Manajer QA/HSE/Halal. Setelah disetujui maka akan diadakan rapat atau diskusi
mengenai usulan perubahan tersebut apabila diperlukan dengan kajian SME dan
pembuatan timeline tindakan. Tindakan yang dimaksud misalnya perubahan
memerlukan penelitian lebih lanjut, maka harus dilakukan penelitian. QA CCM
juga harus mengawasi tindakan tersebut dan mengharuskan PIC melampirkan
bukti yang dapat berupa hasil dari penelitian, dan sebagainya, sebagai prasyarat
bahwa perubahan masih memenuhi mutu standar CPOB. Setelah itu, hasil
diverifikasi dan biasanya dibandingkan dengan existing lalu disimpulkan
keseluruhan tahapan. Kemudian keseluruhan tahapan akan dikaji ulang sebelum
disahkan oleh Manajer QA/HSE/Halal. CC FS yang telah disahkan dan disetujui
kemudian dapat melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan dokumen
change control.

2. Pembuatan Change Control Online


Pengusul akan membuat Change Control (CC) melalui sistem PLM secara online
dan menunggu pengesahan dari atasan terkait. Setelah disahkan, akan dilakukan
pengkajian awal oleh CCM Officer sebelum dikaji dan disetujui oleh QA
Compliance Manager. Namun apabila dari pengkajian CCM Officer ada yang
belum sesuai, maka akan diberi catatan terkait hal-hal yang harus diperbaiki
sebelum menuju tahap lebih lanjut. QA Compliance Manager juga dapat
mengembalikan atau menolak usulan perubahan tersebut setelah pengkajian
ulang. Apabila perubahan telah dilakukan pengesahan awal maka akan disebar
kepada reviewer untuk dikaji lebih lanjut lagi mengenai metode analisis, metode
pengujian, dan lain sebagainya. Yang bertindak sebagai reviewer dapat berbeda-
beda sesuai dengan perubahan yang diusulkan, namun sebagian besar berasal dari
departemen Quality Control, Research and Development, Technical Services, dan
Quality Assurance. Setelah semua reviewer mengkaji, reviewer dapat
mengembalikan kepada pengusul apabila ada perbaikan maupun reject. Apabila
disetujui, maka disimpulkan keseluruhan isi dalam CC sebelum CC memasuki
tahap akhir pengkajian. Saat pengkajian final dilakukan, manajer QA/HSE/Halal
juga dapat mengembalikan kepada pengusul apabila ada sesuatu yang harus
direvisi maupun reject. Dan apabila CC disetujui maka CC akan berstatus
approved dan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pengimplementasian.

3. Pembuatan Jadwal Implementasi Produk (JIP)


Setelah CC approved, maka QA CCM Officer akan membuat JIP dan menunggu
persetujuan dari QA Compliance Manager. Setelah disetujui, maka langkah
berikutnya adalah update aktivitas JIP oleh PIC yang telah ditentukan sebelumnya
oleh QA CCM Officer. Aktivitas yang telah diupdate oleh PIC akan diverifikasi
kembali oleh QA CCM Officer, seperti verifikasi berkas yang dilampirkan, dan
lain sebagainya. Setelah semua sudah sesuai, maka akan dilanjutkan tahap
verifikasi oleh QA Compliance Manager sebelum dilakukan persetujuan. Setelah
disetujui, maka JIP akan disahkan dan hal tersebut menandakan bahwa CC closed.

4. Complaint

5. Self inspection (Inspeksi Diri)


Berdasarkan CPOB 2018, Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah
semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi telah memenuhi
ketentuan dalam CPOB atau belum. Program inspeksi diri dirancang untuk
mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri dilakukan secara independen dan
terperinci oleh individu yang kompeten dalam bidangnya yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif. Pada PT. Kalbe Farma sendiri,
ada badan khusus untuk pelaksanaan inspeksi diri pada bagian QA, yaitu GMP
audit atau bagian inspeksi diri yang dibentuk bertujuan untuk menjamin sistem
sudah memenuhi CPOB, ISO, dan Halal.

Penjadwalan pada inspeksi diri telah diatur selama 1 tahun penuh yang dibuat
pada akhir tahun sebelumnya dan harus dipastikan bahwa setiap departemen harus
diinspeksi setidaknya 1 kali dalam setahun. Terdapat 3 jenis penjadwalan inspeksi
pada PT. Kalbe Farma, yaitu:
a. IDS (Inspeksi Diri Semester) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap 6 bulan
sekali yang dipimpin oleh Quality Group Health yang menginspeksi secara
general. Apabila Quality Group Health yang memimpin biasanya
mengobservasi melalui helicopter view, yaitu mengobservasi dari cakupan
yang lebih luas.
b. IDT (Inspeksi Diri Triwulan) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap 3 bulan
sekali yang dipimpin oleh Quality Manager (Life QA Manager/QA
Compliance Manager/QS Manager/QC Manager). Pada tingkatan Manajerial
biasanya lebih mengobservasi bagaimana pembuatan SOP ataupun tindakan
dalam pengambilan keputusan.
c. IDB (Inspeksi Diri Bulanan) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap bulan yang
dipimpin oleh Quality Supervisor. Quality Supervisor biasanya lebih
mengobservasi teknis di lapangan.

Untuk ketiga jenis diatas, penjadwalannya diatur agar tidak ada hari yang sama
untuk masing-masing jadwal inspeksi. Apabila seseorang ingin menjadi lead
auditor maka urutannya adalah satu kali menjadi observer auditor dan dua kali
menjadi auditor.

Aspek yang diteliti dalam inspeksi diri antara lain dokumentasi logbook,
peralatan, sistem mutu, produksi, bangunan dan fasilitas, kualitas dan validasi,
personalia (memastikan bahwa kompetensi personil yang bertugas sudah sesuai di
bidangnya), serta pengawasan mutu (biasanya pada laboratorium QC, apakah
peralatan bersih, MA (Method Analysis) telah dilaksanakan dengan baik atau
tidak, apakah telah menerapkan GMP dalam prakteknya). Pelaksanaan inspeksi
diri tidak lepas dari auditor, yaitu orang yang melaksanakan audit. Terdapat syarat
tertentu apabila akan menjadi seorang auditor, antara lain:
a) Memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidangnya (sudah bekerja minimal 1
tahun di Kalbe).
b) Memiliki latar belakang pendidikan yang cukup (sesuai tingkatan supervisor,
quality manager, Quality Group Health, dan lain sebagainya).
c) Telah menguasai CPOB, CPOTB, ISO 9001 dan sistem manajemen mutu lain.
d) Telah menjalani proses training dan telah dinyatakan lulus training (CPOB,
CPOTB, ISO, Halal).
Adapun alur dari inspeksi diri adalah sebagai berikut:
1. Proses Inspeksi Diri
Proses inspeksi diri ini meliputi pengecekan checklist oleh auditor berupa daftar
yang harus diamati selama proses inspeksi berlangsung yang sesuai dengan SOP.

2. Form Temuan Audit (FTA)


Setelah proses inspeksi diri dilakukan, maka auditor akan menulis temuan-temuan
yang mungkin menyimpang dari standar yang seharusnya berlaku pada FTA. FTA
berisi penyimpangan yang ditemukan selama proses inspeksi, siapa personil yang
diinspeksi, menyalahi ketentuan apa, rekomendasi dari auditor. Lead time (LT)
dari FTA approve adalah H+5 HK (Hari Kerja) setelah proses inspeksi
berlangsung.

3. Matriks CAPA (Corrective Action Preventive Action)


Matriks CAPA merupakan form kelanjutan dari FTA yang telah disetujui. Berikut
adalah komponen yang harus ada dalam matriks CAPA:
a. Finding (temuan)
Temuan ini sama dengan temuan yang ada pada FTA, yaitu penyimpangan
yang terjadi di lapangan selama proses inspeksi berlangsung.
b. Category (Critical, Major, Minor)
Penetapan kategori ini berdasarkan SOP. Contohnya antara lain:
- Critical misalnya terjadi mix up atau cross contamination
- Major misalnya kebersihan ruangan yang berdampak pada sediaan
- Minor misalnya logbook tidak terisi
c. Requirement
Persyaratan CPOB mana yang ada penyimpangan selama temuan
d. Actual Condition
Apakah ada prosedur yang telah mengatur mengenai penyimpangan yang
ditemukan. Misalnya mengenai pengisian log book yang tidak terisi, apakah
telah ada SOP yang mengatur mengenai pengisian log book tersebut atau
belum.
e. Gap Analysis
Gap Analysis merupakan analisis yang membandingkan antara actual
condition dengan kondisi yang seharusnya.
f. Root Cause Analysis
Menganalisa penyebab hingga ke akar masalah terakhir.
g. Corrective Action
Corrective action adalah langkah perbaikan yang akan dilakukan. Corrective
action bersifat reaktif (telah ada masalah, lalu diperbaiki).
h. Preventive Action
Bersifat mencegah agar tidak ada lagi kesalahan yang sama di masa depan atau
pencegahan potensi penyimpangan lain yang mungkin timbul.
i. PIC (Person In Charge)
Menunjuk 1 orang personil yang menjadi penanggung jawab agar langkah
perbaikan dan pencegahan ini dapat dilaksanakan dengan baik.
Matriks CAPA ini harus segera dipenuhi setelah disetujui dengan LT 14 HK.
4. Implementasi

Ketika ada temuan, maka akan dilakukan proses verifikasi dengan melihat ke lapangan
apakah temuan tersebut terjadi lagi atau tidak. Apabila terjadi lagi maka harus
menetapkan kembali akar permasalahannya, hal ini menandakan bahwa akar
permasalahan yang ditetapkan kemarin tidak efektif sehingga tidak membawa perubahan
walau telah diberikan langkah perbaikan.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)

Materi 2:
Bangunan:
1. Persyaratan bangunan industri sesuai CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
2. Lay out bangunan

Capaian Pembelajaran:
Memahami persyaratan dan layout bangunan sesuai CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan persyaratan dan layout bangunan sesuai
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran didapatkan dari belajar mandiri serta kuliah/tutorial dan diskusi

Deskripsi hasil pembelajaran:

Berdasarkan Perka BPOM No. 34 Tahun 2018 tentang penerapan CPOB pada Bab 3 Bangunan-
fasilitas, adapun syarat bangunan industri adalah sebagai berikut:

Prinsip
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
ketidakjelasan, kontaminasi silang, dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi
dan perawatan efektif untuk menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran,
dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

Bangunan secara umum


1. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi dari
lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri
lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan
pencegahan yang efektif terhadap kontaminasi tersebut.
2. Bangunan-fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dipelihara sedemikian
agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari
tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.
3. Bangunan-fasilitas hendaklah dipelihara dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu,
didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah
dikelola.
4. Seluruh bangunan-fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor
dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dipelihara dalam kondisi bersih dan rapi.
Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
serta pemeliharaan bangunan-fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut
tidak merugikan mutu obat.
5. Pasokan listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak
mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
obat selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap keakuratan fungsi dari
peralatan.
6. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan:
a. kompatibilitas dengan kegiatan pengolahan lain yang mungkin dilakukan di dalam
fasilitas yang sama atau fasilitas yang berdampingan; dan
b. pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personel dan
bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang
sedang diproses.
7. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personel yang tidak
berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak
boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personel yang tidak bekerja di area tersebut.
8. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
- penerimaan bahan;
- karantina barang masuk;
- penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
- penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
- pengolahan;
- pencucian peralatan;
- penyimpanan peralatan;
- penyimpanan produk ruahan;
- pengemasan;
- karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
- pengiriman produk; dan
- laboratorium pengawasan mutu

Bangunan pada Area Penimbangan


1. Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

Bangunan pada Area Produksi


1. Kontaminasi silang hendaklah dicegah untuk semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat. Tindakan pencegahan kontaminasi silang
hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip Manajemen Risiko Mutu hendaklah digunakan
untuk menilai dan mengendalikan risiko. Tergantung dari tingkat risiko, mungkin diperlukan
bangunan-fasilitas dan peralatan yang terdedikasi untuk kegiatan pengolahan dan/atau
pengemasan guna mengendalikan risiko dari beberapa obat.
Fasilitas tersendiri dipersyaratkan untuk pembuatan obat yang berisiko karena:
a) risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai melalui pengoperasian dan/atau tindakan
teknis;
b) data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung risiko yang dapat dikendalikan;
c) batas residu relevan berdasarkan hasil evaluasi toksikologi, tidak dapat ditentukan secara
memuaskan dengan metode analisis tervalidasi.
Termasuk produk yang dapat menimbulkan alergi dari bahan yang menimbulkan sensitisasi
tinggi (misal betalaktam), preparat biologis (misal dari organisme hidup), dan produk lain
seperti hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung
bahan aktif tertentu berpotensi tinggi serta pembuatan produk non obat.

2. Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:


a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan mengikuti
urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.

3. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara logis,
sehingga dapat memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan antara obat atau komponen obat
yang berbeda, mencegah kontaminasi silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan langkah proses pengolahan atau pengawasan.

4. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan
baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke
lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan
partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah
dan efektif.

5. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap rembesan,
permukaan rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat\ serta efisien apabila terjadi
tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk
lengkungan.

6. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi layanan lain hendaklah didesain dan dipasang
sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk
kepentingan pemeliharaan, sedapat mungkin hendaklah dapat diakses dari luar area
produksi.

7. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku penyangga berjarak cukup dari dinding untuk
memudahkan pembersihan menyeluruh.
8. Instalasi rangka atap, pipa dan saluran udara yang terpapar ke dalam ruangan hendaklah
dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi
tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.

9. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi terhadap produk.

10. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi parit perangkap
untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu
hendaklah dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.

11. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan fasilitas pengendali
udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah kontaminasi dan
kontaminasi silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai
kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara
teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan
terhadap spesifikasi desain.

12. Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan pada jumlah maksimum
partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihan. Kelas kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat risiko terhadap
produk yang dibuat. Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan
produk steril.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril, dimana
persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi nonoperasional adalah
3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5
µm. Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari
jenis sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat.
Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan menurut Butir 3.21 di atas, hendaklah dilindungi.
13. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu (misalnya pada saat pengambilan
sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk,
pengemasan produk kering), memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
kontaminasi silang dan untuk memudahkan pembersihan.

14. Fasilitas pengemasan obat hendaklah didesain secara khusus dan ditata sedemikian rupa
untuk mencegah kecampurbauran atau kontaminasi silang.

15. Area produksi hendaklah mendapat pencahayaan yang memadai, terutama di mana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.

16. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan
tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi.

17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa
sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam
area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap kontaminasi silang hendaklah selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.

Bangunan pada Area Penyimpanan


1. Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan
rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang
telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik
dari peredaran.

2. Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi


penyimpanan yang baik; Secara khusus area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat
pencahayaan yang cukup serta suhunya dipertahankan dalam batas yang ditetapkan.
3. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut
hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau, dan dicatat dimana diperlukan.

4. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang masuk, bila diperlukan,
sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.

5. Apabila status karantina dijamin dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi
personel yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara
fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.

6. Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan
sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka
pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi atau
kontaminasi silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel
hendaklah tersedia.

7. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang
ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.

8. Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan zat atau
bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan
hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya
lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.

9. Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran obat
menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini
agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci.

Bangunan pada Area Pengawasan Mutu


1. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian
biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

2. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan kontaminasi silang.
Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku
pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.

3. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen
terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila
perlu untuk mengisolasi instrumen.

4. Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan konstruksi yang dipakai,


ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan
dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk
masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

Bangunan pada Sarana Pendukung


1. Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu.

2. Fasilitas untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan
dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung
dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian untuk area produksi
hendaklah berada di area produksi namun terpisah dari ruang produksi.

3. Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan pemeliharaan peralatan terpisah dari area
produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel direa produksi,
hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat tersebut.
4. Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan dilengkapi
pintu masuk terpisah (akses hewan) serta fasilitas pengendali udara yang terpisah.

Pembersihan dan Sanitasi Bangunan-Fasilitas


1. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan
tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik.

2. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian personel dan milik
pribadinya di tempat yang tepat.

3. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah dibatasi di area
khusus, misalnya kantin. fasilitas ini hendaklah memenuhi standar saniter.

4. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah dikumpulkan di dalam wadah
yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara
teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter.

5. Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mengkontaminasi
peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi.

6. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens
fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan
dipatuhi untuk mencegah kontaminasi terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup
wadah, bahan pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida
tidak boleh digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
7. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta
menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih
yang harus digunakan untuk pembersihan fasilitas dan bangunan. Prosedur tertulis terkait
hendaklah dipatuhi.
8. Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor atau
karyawan sementara maupun karyawan purnawaktu selama pekerjaan operasional biasa.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 3:
Mampu mengembangkan dan melakukan validasi metode analisis raw material dan finished
good

Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC:
1. Validasi proses (process validation)
2. Validasi pembersihan (cleaning validation)
3. Validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang (facility & utility validation)
4. Validasi produk (product quality validation)

Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Pembelajaran diperoleh dengan belajar mandiri melalui SOP perusahaan terkait validasi, diskusi
dengan para mentor, dan mengerjakan tugas terkait dengan validasi oleh mentor.

Deskripsi hasil pembelajaran:


1. Validasi proses
Validasi proses bertujuan untuk membuktikan keberulangan proses produksi akan selalu
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi selama siklus hidup. Terdapat jenis-jenis
validasi proses, yaitu validasi prospektif dan validasi konkuren. Sebelumnya, terdapat
validasi retrospektif, tetapi validasi tersebut sudah tidak dapat diterima lagi di CPOB 2018.
Validasi prospektif adalah validasi proses yang dilakukan sebelum produk tersebut
mendapatkan izin edar, sedangkan validasi konkuren adalah validasi proses yang dilakukan
ketika berada dalam kondisi di luar kebiasaan, terdapat rasio manfaat-risiko yang besar bagi
pasien, dan dimungkinkan untuk tidak menyelesaikan program validasi sebelum produksi
rutin dilaksanakan. Validasi ini dilakukan untuk produk yang belum mencukupi dalam
analisis validasi, tetapi sudah harus segera dipasarkan. Validasi konkuren dilakukan setelah
diberi persetujuan oleh BPOM. Pendekatan validasi proses terbagi menjadi 3 sebagai
berikut.
a. Validasi proses tradisional
Validasi yang dilakukan terhadap sejumlah batch produk yang diproduksi dalam kondisi
rutin untuk memastikan reprodusibilitas. Umumnya validasi proses tradisional
dilakukan minimal produksi 3 batch secara berturut-turut.

b. Verifikasi proses kontinu


Pendekatan validasi proses untuk produk yang dikembangkan dengan pendekatan
quality by design (QbD). QbD mencakup seluruh product life cycle, termasuk
kualifikasi dan validasi. QbD sudah tidak membutuhkan konkuren karena validasi
menjadi bagian tahapan siklus produk. Proses QbD sejak desain hingga komersial harus
melewati validasi terlebih dahulu dan validasi berkelanjutan. Verifikasi proses kontinu
memiliki 3 fase.

1) Process Design Validation


Fase ini mirip dengan studi validasi saat masih dalam tahap desain produk. Tahap
ini dapat memetakan CMA, CPP, dan CQA. Kriteria penetapan marker CV dan
residu sudah dapat ditetapkan. Tujuan dilakukan desain agar kualitas produk yang
dihasilkan mencapai mutu secara konsisten.

2) Process Qualification
Fase ini dilakukan validasi secara menyeluruh, mirip dengan validasi prospektif
tradisional dengan membuat Rencana Induk Validasi (RIV), kualifikasi pada
equipment train, validasi proses, dan validasi pembersihan. Jumlah batch untuk
dilakukan validasi ditetapkan berdasarkan analisis statistik. Umumnya dilakukan
pada 3 batch produksi.

3) Continued/On-going Process Verification


Fase ini dilakukan selama siklus hidup produk untuk memelihara status validasi.
c. Hibrida
Kombinasi dari pendekatan tradisional dan verifikasi proses kontinu. Pendekatan ini
dapat dilakukan untuk industri farmasi yang telah mempunyai produk yang prosesnya
telah tervalidasi dengan pendekatan tradisional, telah mempunyai pengalaman
pembuatan sehingga memiliki pengetahuan dan pemahaman tinggi tentang produk dan
proses, serta memiliki data riwayat batch produk.

Ketiga pendekatan validasi proses yang telah dilakukan dan telah tervalidasi masih
memerlukan validasi selama siklus hidup produk berupa verifikasi on-going. Verifikasi
proses on-going dilakukan untuk membuktikan mutu produk dan kinerja proses selalu dalam
keadaan terkendali dan tervalidasi sepanjang siklus hidup dan berlaku untuk semua
pendekatan validasi. Monitoring OPV harus lebih sering daripada PQR dan menjadi bagian
dari penunjang PQR, sehingga OPV bukan dan tidak bisa menjadi pengganti PQR.

2. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan bertujuan untuk melihat efektivitas dari prosedur pembersihan
peralatan atau mesin yang kontak langsung dengan produk, membersihkan deterjen yang
digunakan, dan mengendalikan cemaran mikroba pada alat atau mesin. Metode analisis
untuk menguji sampel validasi pembersihan harus divalidasi terlebih dahulu dan dapat
dianalisis kadar cemaran sampel dengan LOQ yang sama atau lebih kecil dari batas
penerimaan.

Dalam validasi pembersihan, perlu dilakukan penilaian untuk menentukan faktor-faktor


variabel yang mempengaruhi efektivitas dan kinerja pembersihan, seperti operator, tingkat
kerincian prosedur pembersihan (waktu pembilasan, dll). Jika faktor tersebut telah
diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah penetapan worst case sebagai dasar dari studi
validasi pembersihan. Batasan residu produk sebelumnya didasarkan pada evaluasi
toksikologi. Selain itu, diperlukan juga penetapan batas keberterimaan sisa bahan pembersih.

Validasi pembersihan tidak hanya dapat dilakukan secara visual, tetapi perlu juga dilakukan
sampling secara fisika, kimiawi, dan mikrobiologi. Metode sampling yang digunakan untuk
fisika dan kimiawi adalah swab test dan rinse test, sedangkan metode untuk mikrobiologi
ialah contact plate, swab test, dan rinse test.
a. Swab test: sampling dengan melakukan pengapusan pada bagian alat yang kontak
dengan produk menggunakan cotton swab yang diapus secara zig zag berukuran 5x5 cm
pada alat.
b. Rinse test: sampling dengan menggunakan pelarut pembilas yang kontak dengan alat.
Uji ini dilakukan untuk alat yang sulit dijangkau dengan metode swab test. Rinse test
digunakan untuk analisis kandungan residu dan mikroba.
c. Contact plate: sampling mikrobiologi untuk alat dengan permukaan yang datar. Metode
ini diutamakan dalam pengambilan sampel mikrobiologi. Jika tidak memungkinkan
dapat menggunakan metode swab dan rinse.

Kriteria keberterimaan validasi pembersihan harus mempertimbangkan efek kumulatif dari


beberapa peralatan dalam equipment train. Equipment train adalah jalur kontak produk
dengan mesin yang menjadi rangkaian perjalanan produk hingga pengemasan primer.
Kriteria keberterimaan adalah sebagai berikut.
Testing Point Method Acceptance Criteria
Visual Swab, rinse Visually clean
pH Rinse 5,0 – 7,0
Konduktivitas Rinse ≤1,3 µS
Total Organic Carbon (TOC) Swab, rinse < 500 ppb
Residu deterjen Swab, rinse
CO < MACO
Residu API Swab, rinse
Total Aerobic Microbial Count <50 CFU/25 cm2 (swab) atau <100
Swab, rinse
(TAMC) CFU/ml (rinse)
Total Yeasts and Mold Count (TYMC) Swab, rinse < 10 CFU/25 cm2 (swab)

Dalam melakukan validasi pembersihan, perlu dilakukan penetapan marker berupa residu
zat aktif suatu produk dari masing-masing yang digunakan dalam proses pembuatan,
khususnya mesin yang termasuk dalam equipment train. Penetapan marker digunakan
sebagai penetapan worst case dengan asumsi marker yang dipilih adalah produk dengan zat
aktif yang sukar dibersihkan dan mempunyai toksisitas tertinggi. Bila marker yang paling
“sukar” dapat dibersihkan maka produk dengan zat aktif yang lebih mudah akan lebih
mudah dibersihkan. Marker ditetapkan melalui tingkat resiko yang dikategorikan menjadi
kemudahan pembersihan, kelarutan dalam air, LD50, dan dosis terapetik. Hasil dari tingkat
masing-masing kategori dikalikan lalu produk dengan skor tertinggi dijadikan sebagai
marker mesin tersebut. Jika terdapat >1 produk yang memiliki skor sama, penentuan marker
dilihat dari produk mana yang paling sulit untuk dibersihkan, tetapi jika sama-sama sulit
dibersihkan kemudian dapat dilihat melalui parameter prioritas lainnya. Ketika semuanya
sama, hal yang perlu diperhatikan terakhir adalah jumlah volume produksi per tahun.

Carry Over (CO) adalah salah satu kriteria penerimaan dari residu produk. CO masing-
masing residu produk tidak boleh melebihi Maximum Allowable Carry Over (MACO).
Dalam 1 equipment train, nilai CO total dari keseluruhan mesin tidak boleh melebihi MACO
total. Hasil akan tetap diterima walaupun CO salah satu mesin melebihi MACO mesin
dengan membuat Out of Expectation (OOE). Jika CO total melebihi MACO total maka
validasi pembersihan dianggap gagal dan perlu dilakukan pengkajian ulang. Perhitungan CO
menggunakan 4 rumus sebagai berikut.
𝐿𝐷50 × 𝐵𝑊 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 1 MACO: 2000 × 𝑆𝐹 × 𝑀𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡

Formula 2 MACO: 𝑀𝐵𝑆 × 10 𝑝𝑝𝑚


𝑇𝐷𝐷 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 3 MACO: 𝑆𝐹 ×𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡
𝐿𝐷50 × 𝐵𝑊 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 4 MACO: 2000 × 𝑆𝐹 × 𝑀𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡

Keterangan
MBS: Minimum Batch Size (mg)
LD50: Median Lethal Dose (mg/kg BW)
BW: Ideal Body Weight (70 kg)
SF: Safety Factor (1000)
MTDD: Maximum Therapeutic Daily Dose (mg)
TDD previous: Standard Therapeutic Daily Dose of The Investigated Product (in the same
dosage from as TDD next) (mg/day)
TDD next: Standard Therapeutic Daily Dose for The Next Product (mg/day)
PDE: Permitted Daily Exposure (mg)
MDD: Maximum Daily Dose (mg)

Dari keempat rumus tersebut, dipilih hasil yang terkecil, karena dengan menggunakan hasil
tersebut pasti akan memenuhi 3 rumus lainnya. Tidak semua produk memiliki PDE, karena
tidak bisa dilakukan kepada manusia.

Dalam pembersihan, terdapat parameter yang perlu ditetapkan pada timeline seputar proses
pembersihan, yaitu Clean Holding Time (CHT) dan Dirty Holding Time (DHT). CHT
merupakan waktu maksimal mesin dan peralatan didiamkan dalam kondisi bersih setelah
dibersihkan sampai proses produksi mulai kembali, sedangkan DHT adalah waktu maksimal
mesin dapat didiamkan dalam kondisi kotor sejak mesin terakhir digunakan sampai mesin
dibersihkan kembali. Lebih baik menerapkan CHT dibandingkan DHT, karena semakin
lama mesin dibiarkan kotor maka akan semakin sulit untuk dibersihkan. Setiap mesin
memiliki CHT dan DHT yang berbeda. Metode pemeriksaan CHT adalah visual dan
mikrobiologi (swab), sedangkan DHT adalah mikrobiologi (swab). Selain CHT dan DHT,
terdapat istilah lain, yaitu batch campaign yang merupakan berapa banyak batch dan lama
hari dapat berjalan berturut-turut di suatu mesin tanpa adanya pembersihan. Misalnya uji
awal dengan memproduksi 5 batch dalam 3 hari di FBD. Sisa dari batch sebelumnya akan
terkena panas secara terus menerus sampai batch ke-5. Setelah semua batch selesai,
dilakukan pengujian mikrobiologi dan residu zat aktif apakah terdapat perubahan senyawa.
Jika ternyata hanya 3 batch awal yang memenuhi syarat, berarti batch campaign-nya
maksimal 3 batch dalam 3 hari. Batch campaign berbeda dengan DHT, karena mesin
berjalan terus menerus tidak hanya didiamkan kotor.

3. Validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang


Kualifikasi terdapat 4 tahapan, yaitu kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI),
kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja (KK). Sebelum kualifikasi suatu mesin
dimulai, perlu dibuat change control terlebih dahulu. Change control adalah dokumen yang
digunakan untuk melakukan perubahan terhadap utilitas mesin dan bangunan. Pembelian
mesin baru termasuk dalam hal-hal yang berpengaruh terhadap kualitas produk, sehingga
diperlukan change control. Ketika change control selesai disetujui, dapat dilakukan tahapan
kualifikasi desain.

Kualifikasi desain merupakan tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa desain


yang diusulkan dari fasilitas, sistem, dan peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
Tahap ini dimulai dengan pembuatan User Requirement Specification (URS) atau
Spesifikasi Kebutuhan Pengguna (SKP) berisi spesifikasi yang diinginkan oleh industri
farmasi ditujukan kepada vendor. Setelah vendor menerima URS, vendor membuat
functional specification (FS) dan design specification (DS). Kedua dokumen ini berisi
tentang penjelasan produk untuk melihat kesesuaian spesifikasi desain dan fungsional mesin
terhadap URS industri farmasi. Setelah terdapat FS dan DS, dilakukan pembuatan dokumen
functional risk assessment. Hasil persetujuan dari FS dan DS kemudian dapat
diimplementasikan ke langkah instalasi.

Kualifikasi instalasi adalah tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas,


sistem, atau peralatan yang diinstal atau dimodifikasi memenuhi desain yang telah disetujui
dan sesuai rekomendasi industri pembuat. Dalam melakukan kualifikasi instalasi, perlu
dilakukan evaluasi terhadap peralatan di lokasi pemasok sebelum mesin tersebut dikirim ke
industri farmasi. Pihak industri datang ke vendor untuk melihat proses KI di tempat vendor.
Proses ini disebut Factory Acceptance Test (FAT) yang bertujuan untuk konfirmasi
kesesuaian peralatan dengan URS/SKP di lokasi pemasok. Jika sudah sesuai dan dapat
dijustifikasi, mesin tersebut dikirimkan ke industri dan diperiksa kembali kesesuaiannya
dengan URS di industri. Tahap ini disebut Site Acceptance Test (SAT). FAT tidak perlu
dilakukan apabila industri tersebut pernah membeli mesin yang sama.

Kualifikasi operasional adalah tindakan verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau


sistem yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai tujuan dalam semua rentang operasi
yang diantisipasi. Tahap ini memastikan bahwa mesin yang telah diinstalasi beroperasi
sesuai dengan functional specification. Misalnya, tombol power untuk menyalakan dan
mematikan mesin berfungsi dengan baik. KO belum menjalankan mesin dengan produk atau
placebo, hanya dilakukan penetapan rentang batas atas dan batas bawah operasi mesin
tersebut. Kualifikasi operasional umumnya dilakukan setelah kualifikasi instalasi, tetapi jika
mesin tersebut tidak kompleks bisa dilakukan kombinasi dari kualifikasi instalasi dan
operasional (KIO).

Kualifikasi kinerja adalah tindakan verifikasi yang terdokumentasi bahwa fasilitas, sistem,
dan peralatan dapat berfungsi secara efektif dan berulang, berdasarkan metode proses dan
spesifikasi produk. Kualifikasi ini dilakukan terhadap placebo atau terhadap produk
langsung dengan kecepatan optimal minimal 3 batch. Rekualifikasi dilaksanakan 3 tahun
sekali. Setelah semua tahapan kualifikasi, dilakukan pembuatan summary report kualifikasi
mesin tersebut.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 4:
Mampu memahami proses produksi, melakukan IPC serta mengembangkan dan melakukan
validasi proses produksi

Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen produksi dan validasi proses
1. Departemen Produksi
2. Produksi utama: Sediaan tablet, liquid, steril
3. Produksi khusus: misal beta-laktam (jika ada)
4. Proses pengemasan
5. Pengembangan formulasi dan proses, scale-up, pemilihan sistem kemasan,
pengembangan metode analisis, uji stabilitas
6. Validasi proses (process validation)

Capaian Pembelajaran:
Memahami dan mendesain proses produksi dan validasi proses

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan dan membuat desain proses produksi dan validasi proses

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Pembelajaran diperoleh dengan belajar mandiri, diskusi dengan para mentor terutama dalam
kegiatan plant tour, dan mengerjakan tugas terkait pembuatan laporan PQR yang di dalamnya
memuat alur proses produksi dan validasi proses.

Deskripsi hasil pembelajaran:

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam departemen produksi, sesuai yang diatur oleh CPOB,
meliputi :
1. Pembelian bahan baku, baik bahan baku maupun bahan pengemas
2. Verifikasi proses
3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Sistem penomoran batch
5. Penimbangan dan pengolahan
6. Tindakan terhadap bahan dan produk yang dipulangkan
7. Karantina dan pengiriman produk jadi
8. Catatan pengendalian pengiriman obat
9. Penyimpanan bahan prematur, bahan pengemas, produk antara, produk curah dan produk
jadi, serta transportasi.

Segala aktivitas dalam produksi hendaklah dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Selain aktivitas yang dilakukan, produksi juga hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil
yang kompeten. Secara umum, departemen produksi bertanggung jawab untuk memproduksi
produk sesuai yang telah ditargetkan dan sesuai dengan jadwal produksi bulanan (JPB) yang
telah ditetapkan. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI)
yang disusun oleh Departemen Research & Development (R&D) dan dikeluarkan oleh
Departemen Procurement di mana formula dan proses telah divalidasi melalui beberapa tahap.

Pada industri farmasi, utamanya memproduksi sediaan solid, liquid, dan steril. Di mana dalam
melakukan produksi sediaan solid, aktivitas yang dilakukan adalah :
1. Pencampuran dan Granulasi
Dalam proses pencampuran dan granulasi digunakan mesin pencampur, pengayakan dan
pengaduk yang dilengkapi dengan sistem pengendalian debu, kecuali apabila digunakan
sistem tertutup. Selama proses pencampuran, parameter operasional yang kritis untuk
diperhatikan adalah waktu, kecepatan dan pencampuran. Parameter-parameter ini
hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk dan dipantau selama proses
berlangsung serta dicatat dalam batch record.

2. Pencetakan Tablet
Tablet dicetak menggunakan mesin pencetak tablet yang dilengkapi dengan fasilitas
pengendalian debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan
kecampurbauran antar produk. Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan
pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun penandaan. Selama
proses pencetakan tablet (IPC), kerap dilakukan pemantauan bobot tablet sehingga
hendaklah selalu tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi. Tablet yang
diambil untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke
dalam batch yang bersangkutan. Selain itu, tablet yang reject harus ditempatkan dalam
wadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada batch
record. Sebelum melakukan proses pencetakan tablet, punch dan die perlu diperiksa
keausan dan kesesuaian terhadap spesifikasi.

3. Penyalutan
Penyalutan tablet dilakukan untuk menutupi rasa dari obat yang tidak enak, melindungi
obat dari pembusukan karena pengaruh lembab atau oksigen, memisahkan kandungan
yang incompatible, mengendalikan pelepasan obat di dalam saluran GI dan memudahkan
identifikasi tablet.

4. Pengisian Kapsul Keras

5. Penandaan Tablet Salut dan Kapsul


Perlu diberikan perhatian khusus untuk menghindari kecampurbauran selama proses
penandaan tablet salut dan kapsul.

Berbeda dengan produksi sediaan solid, dalam produksi sediaan cair, krim dan salep (non-steril)
perlu tindakan khusus seperti penggunaan sistem tertutup baik selama pengolahan maupun
proses transfer untuk mencegah kontaminasi karena produk tersebut mudah terkena kontaminasi
terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses. Kualitas kimia dan mikrobiologi air
yang digunakan juga harus ditetapkan dan selalu dipantau untuk menghindari perkembangbiakan
mikroba. Selain itu, perlu dilakukan validasi terhadap proses pencampuran dan pengisian untuk
mempertahankan homogenitas campuran, suspensi, dan produk lain selama pengisian.

Setelah produk telah selesai diproduksi, departemen produksi juga bertanggung jawab dalam
melakukan pengemasan produk, baik pengemasan primer, sekunder, maupun tersier. Kegiatan
pengemasan berfungsi untuk membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi yang
dalam aktivitasnya perlu dilakukan pengendalian secara ketat untuk menjaga identitas, keutuhan
dan mutu produk akhir yang dikemas. Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain
memerlukan prakodifikasi berupa nomor batch, tanggal kedaluwarsa dan informasi lain yang
perlu dilakukan pengecekan secara ketat. Perlu perhatian khusus untuk meminimalkan risiko
kontaminasi silang, kecampurbauran atau kekeliruan. Produk yang berbeda tidak boleh dikemas
berdekatan kecuali ada segregasi fisik. Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat
diperkecil dengan cara sebagai berikut:
1. Menggunakan label dalam gulungan
2. Pemberian penandaan batch pada jalur pemasangan label
3. Menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis
4. Label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda
5. Pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu selama dan pada akhir
proses pengemasan

Dalam segala proses produksi, perlu dilakukan validasi proses yang merupakan tindakan
pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk
menghasilkan produk jadi memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan. Validasi
proses meliputi fasilitas, sistem, peralatan dan proses hendaklah dievaluasi secara berkala oleh
personil yang mendapat pelatihan validasi yang sesuai untuk verifikasi bahwa fasilitas, sistem,
peralatan, dan proses tersebut masih bekerja dengan baik. Validasi proses mencakup :
1. Uraian singkat suatu proses
2. Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi daftar
peralatan/fasilitas yang digunakan
3. Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
4. Daftar metode analisa yang seharusnya
5. Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
6. Pengujian tambahan yang dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode
analisanya
7. Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi)
8. Metode pencatatan dan evaluasi hasil, fungsi dan tanggung jawab, dan jadwal yang
diusulkan.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 5:
Mampu melakukan pengujian mutu sediaan, penanganan limbah serta dapat menginterpretasi
hasil pengujian

Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air untuk produksi
1. Sistem penghasil purified water
2. Proses purifikasi air
3. Water for injection

Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air untuk
produksi

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air
untuk produksi

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran diperoleh melalui belajar mandiri mengenai water purified system, proses
purifikasi air, dan water for injection, serta plant tour bagian departemen teknik.

Deskripsi hasil pembelajaran:

Departemen Teknik
Departemen teknik/engineering adalah salah satu bagian yang menunjang proses produksi
dengan cara memelihara dan melakukan perawatan semua mesin di setiap departemen.
departemen ini menjadi pendukung utama kegiatan produksi di mana memiliki tanggung jawab
dalam pengadaan, perbaikan, pemeliharaan gedung, sarana penunjang, dan mesin-mesin yang
digunakan dalam industri farmasi. departemen ini dipimpin oleh seorang manager yang
bertanggung jawab langsung terhadap plant manager. Departemen teknik terdiri dari tiga bagian
sebagai berikut.
1. Maintenance
Bagian ini berperan memastikan pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin produksi sesuai
dengan prosedur yang berlaku, serta mengontrol pelaksanaan instalasi mesin baru dan
pemeliharaannya agar dapat mencegah kerusakan.

2. Utility
Bagian ini berperan memastikan tersedianya sumber energi dan sarana penunjang lain untuk
keperluan produksi dan operasional perusahaan agar semua proses dapat berjalan dengan
lancar dan biaya yang efektif. Utility bertanggung jawab pula terhadap perawatan fasilitas
sipil dan mesin utilitas dasar seperti HAC dan power house.

3. Building
Bagian ini berperan dalam melaksanakan perawatan gedung di lingkungan PT Kalbe Farma
Cikarang berjalan lancar sesuai standar dan jadwal yang ditetapkan.

4. Workshop
Bagian ini berperan dalam mengkoordinasikan dan menindaklanjuti kebutuhan user dalam
pembuatan atau perbaikan sparepart mesin produksi dan alat bantu pendukung lainnya.

Sistem Purifikasi Air


Sistem pengolahan air (SPA) adalah sistem untuk memperoleh air dengan kualitas yang
dibutuhkan setiap jenis sediaan farmasi yang dibuat dan memenuhi monografi farmakope. Air
memegang peran penting dan kritis dalam industri farmasi karena termasuk bahan awal untuk
memastikan produksi sediaan farmasi yang bermutu dan aman bagi konsumen. Air (raw water)
dapat diperoleh dari air PDAM (city water), sumur dangkal dengan kedalaman 10-20 m (shallow
well), dan sumur dalam dengan kedalaman 80-150 m (deep well). Spesifikasi mutu air dapat
dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu air pasokan (feed water), air murni (purified water), air dengan
tingkat pemurnian yang tinggi (highly purified water), dan air untuk injeksi (water for injection).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI, air murni adalah air yang memenuhi persyaratan air
minum, dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik, atau proses yang lain yang
sesuai. Purified water system terdiri dari multimedia filter, carbon filter, water softener, heat
exchanger, microfilter, ultrafiltration (reverse osmosis), dan electro deionization (EDI).

1. Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan, dan partikel-partikel


yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6
- 12 mm; 2,4 - 4,8 mm; 1,2 - 2,4 mm; dan 0,6 - 1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam 1
vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel,
sehingga sering juga disebut dengan sand filter.

2. Active carbon filter adalah filter karbon yang telah diaktifkan menggunakan uap bertekanan
tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorpsi yang
sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi
sebagai pretreatment sebelum proses deionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine,
benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau, dan rasa dalam air.

3. Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan
tingginya tingkat kesadahan air.

4. Reverse Osmosis adalah teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkan
hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. RO terdiri dari lapisan filter yang
sangat halus hingga 0,0001 mikron.

5. Electronic Deionization (EDI) adalah perkembangan dari ion exchange system sebagai
pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda di samping resin. Elektroda ini dihubungkan
dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus
tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan
ditampung dalam tangki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning
in place) dan looping system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
Sumber air PT Kalbe Farma adalah city water yang mengelola air di kawasan EJIP. PT Kalbe
Farma memiliki 4 unit tangki dengan kapasitas penyimpanan air sebanyak 400 ton. Proses ini
dimulai dari air sungai disaring untuk city water lalu air bersih yang dihasilkan dikirim ke PT
Kalbe Farma. City water yang diterima kemudian melewati proses pretreatment yang dimulai
dengan melewati multimedia filter seperti ijuk, batu bata, dan partikel-partikel besar, sehingga
pasir, lumpur, dan partikel dalam air akan terjebak di filter tersebut. Setelah itu, air yang telah
disaring diberikan injeksi klorin (chlorination) untuk membunuh bakteri-bakteri. Raw water
yang dihasilkan ditampung dalam raw tank. Air yang telah ditampung kemudian dipompa ke
filter karbon dengan pressure tank. Pressure tank berfungsi untuk menstabilkan tekanan air agar
debit air bisa stabil. Setelah itu, air tersebut melewati free chlorine controller untuk mencegah
klorin terikut dalam air.
Hasil dari proses ini menjadi 2 kegunaan, yaitu drinking water yang akan didistribusikan ke
ruangan seperti office dan raw water untuk produksi. Raw water untuk produksi selanjutnya
ditambahkan softener dan dimasukkan ke dalam tangki lalu dipompa ke Reverse Osmosis (RO)
yang sebelumnya melewati penyinaran UV untuk menyaring mikroba yang masih hidup. Air
yang dihasilkan dari RO memiliki konduktivitas tidak lebih dari 30 microsiemens. Air ini
kemudian masuk ke electrodeionization (EDI) dan diperoleh konduktivitas akhir sekitar 0,04
hingga kurang dari 1,3 microsiemens. Hasil dari EDI ialah Water For Industry yang disimpan di
holding tank di mana tank ini selalu mengalir 24 jam. Terdapat 2 cara untuk menjaga purified
water dari kontaminan, yaitu dengan metode panas atau filter yang kemudian dilewatkan
penyinaran UV. Untuk purified water yang digunakan dalam produksi sediaan padat
dipertahankan dengan filter 0,2 mikron dan dilewatkan UV, sedangkan untuk sediaan cair
digunakan sistem pemanasan dengan suhu 80 C.

Air disaring kembali dengan mikrofilter berupa keramik lalu dikirimkan ke departemen produksi.
Air untuk toilet dan siram tanaman berasal dari limbah yang diolah kembali. Looping speed tidak
boleh kurang dari 1 m/s untuk menjaga putaran air tetap turbulen dan tidak terjadi pertumbuhan
mikroba. Sebelum air masuk kembali ke tangki, air akan disanitasi dengan ozon.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)

Materi 2:
Penanganan dan pengendalian limbah
a. Sistem pengelolaan limbah industri
b. Pengelolaan limbah B3
c. Environmental, Health, & Safety (EHS)

Capaian Pembelajaran:
Memahami penanganan dan pengendalian limbah

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penanganan dan pengendalian limbah

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran diperoleh melalui belajar mandiri mengenai SOP Pengelolaan Limbah di
Kalbe Farma, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 14 Tahun 2013 Tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No.
6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Beracun.

Deskripsi hasil pembelajaran:

Sistem Pengelolaan Limbah Industri


Limbah dalam industri farmasi diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu limbah B3 dan limbah non
B3. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung mencemari dan
merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup
lainnya. Limbah non B3 adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik dan tidak
mempunyai dampak yang membahayakan lingkungan. karakteristik limbah B3 meliputi mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun melalui uji TCLP, uji
toksikologi LD50, uji toksikologi subkronis. Pengelompokkan penetapan jenis limbah menurut
Peraturan Menteri No. 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Beracun adalah sebagai berikut.

1. Limbah B3 kategori 1
Penetapan limbah sebagai B3 kategori 1 ditetapkan jika limbah memiliki karakteristik mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif; memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar lebih besar atau sama dengan konsentrasi zat pencemar TCLP-A untuk
karakteristik beracun melalui uji TCLP; dan/atau memiliki nilai LD50 lebih kecil atau sama
dengan 50 mg/kg berat badan hewan uji untuk karakteristik beracun melalui uji toksikologi
LD50.
2. Limbah B3 kategori 2
Penetapan limbah sebagai B3 kategori 2 ditetapkan jika memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar yang memenuhi ketentuan lebih kecil atau sama dengan nilai konsentrasi zat
pencemar TCLP-A dan lebih besar dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B; memiliki
nilai LD50 yang memenuhi ketentuan lebih besar dari 50 mg/kg berat badan hewan uji dan
lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg berat badan hewan uji untuk karakteristik
beracun melalui uji toksikologi LD50; memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi
subkronis berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji, dan histopatologis.

3. Limbah non B3
Penetapan limbah sebagai nonB3 ditetapkan jika tidak memiliki karakteristik mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif; memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar sama dengan atau lebih kecil dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B, untuk
karakteristik beracun melalui uji TCLP; memiliki nilai LD50 lebih besar dari 5000 mg/kg
berat badan hewan uji, untuk karakteristik beracun melalui uji toksikologi LD50; dan tidak
memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi subkronis berdasarkan hasil
pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon
antar individu hewan uji, dan histopatologis.

Jenis simbol dan label limbah B3 menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 14
Tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan digunakan di
PT Kalbe Farma adalah sebagai berikut.
1. Simbol limbah B3 Berbahaya Terhadap Lingkungan
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam, memuat gambar berupa pohon berwarna hitam, gambar ikan berwarna
putih, dan gambar tumpahan limbah B3 berwarna hitam yang terletak di sebelah garis
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah terdapat tulisan BERBAHAYA
TERHADAP dan di bawahnya terdapat tulisan LINGKUNGAN berwarna hitam, serta
blok segilima berwarna merah.

2. Simbol Limbah B3 Infeksius

Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam, memuat gambar infeksius berwarna hitam terletak di sebelah bawah
sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengahnya terdapat tulisan
INFEKSIUS berwarna hitam, dan di bawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.

3. Simbol Limbah B3 Cairan Mudah Terbakar


Bahan dasar berwarna merah, memuat gambar berupa lidah api berwarna putih yang
menyala pada suatu permukaan berwarna putih terletak di bawah sudut atas garis ketupat
bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan CAIRAN dan di bawahnya terdapat
tulisan MUDAH TERBAKAR berwarna putih. Blok segilima berwarna putih.

4. Label Limbah B3 Untuk Wadah dan/atau Kemasan Limbah B3

Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah B3,
identitas limbah B3, serta kuantifikasi limbah B3 dalam kemasan limbah B3. Label
limbah B3 berukuran paling rendah 15 cm x 20 cm dengan warna dasar kuning serta garis
tepi berwarna hitam, dan tulisan identitas berwarna hitam serta tulisan PERINGATAN !
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah. Label limbah B3 diisi dengan huruf cetak
yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada setiap kemasan limbah
B3, dan yang disimpan di tempat penyimpanan. Pada label limbah B3 wajib dicantumkan
identitas sebagai berikut.
a. Penghasil, nama perusahaan yang menghasilkan limbah B3 dalam kemasan.
b. Alamat, alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah.
c. Telp, nomor telepon penghasil, termasuk kode area.
d. Fax, nomor faksimile penghasil, termasuk kode area.
e. Nomor penghasil, nomor yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup kepada
penghasil ketika melaporkan.
f. Tanggal pengemasan, data tanggal saat pengemasan dilakukan.
g. Jenis limbah, keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok jenisnya (cair,
padat, sludge anorganik, atau organik, dll).
h. Kode limbah, kode limbah yang dikemas.
i. Jumlah limbah, jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan (ton, kg, atau m3).
j. Sifat limbah, karakteristik limbah B3 yang dikemas (sesuai simbol limbah B3 yang
dipasang).
k. Nomor, nomor urut pengemasan.

Pengolahan limbah dilakukan dengan beberapa jenis cara sebagai berikut.


1. Termal
Cara ini menggunakan proses insinerasi atau cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Cara ini berlaku untuk limbah yang tidak memiliki karakteristik
mudah meledak, bukan limbah merkuri, dan bukan limbah yang mengandung radioaktif
dengan tingkat kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2. Limbah
yang dihasilkan dari cara ini berupa abu terbang (fly ash) insinerator, abu dasar (bottom ash)
insinerator, dan residu pengolahan flue gas.

2. Stabilisasi dan solidifikasi


Cara ini dilakukan untuk limbah yang memiliki karakteristik mudah meledak, mudah
menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun; melakukan analisis organik dan anorganik
berdasarkan mutu TCLP-B; berwujud cair atau lumpur. Pengolahan limbah dengan cara ini
dilaksanakan dengan melakukan pengaturan komposisi antara limbah B3 dan bahan baku lain
yang digunakan, pencampuran limbah dan bahan baku lain hingga mendapatkan campuran
homogen, dan pengaturan nilai pH.

3. Bioremediasi
Cara ini dilakukan untuk limbah yang memiliki konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH) paling tinggi 15% di mana jika lebih dari 15% harus dilakukan pretreatment untuk
menurunkan konsentrasi TPH hingga memenuhi ketentuan dan hasil uji logam berat
memenuhi baku mutu lebih kecil dari atau sama dengan TCLP-B. Metode yang digunakan
adalah landfarming dan/atau biopile. Cara bioremediasi dilakukan di permukaan tanah pada
kondisi aerob, mencampur bahan pencampur dengan limbah B3 yang akan diolah dengan
perbandingan 1:1 dari volume limbah B3 yang akan diolah, pencampuran bahan penggembur
antara 10 - 15% dari volume limbah B3 yang akan diolah, proses pengolahan dilakukan
dengan pemberian oksigen melalui pipa dan/atau pengadukan manual, menghamparkan
limbah B3 di fasilitas pengolahan dengan ketinggian paling tinggi 30 cm, mempertahankan
nilai kadar air optimum limbah yang diolah antara 15 - 25%, pengaturan pH optimum hingga
mendekati pH netral, dan penambahan zat makanan atau unsur hara.

4. Elektrokoagulasi
Cara ini dilakukan untuk limbah B3 fase cair. Prosedur elektrokoagulasi harus memenuhi
ketentuan penampungan dan pemisahan antara pengotor dan limbah B3, proses koagulasi
pada reaktor menggunakan aliran listrik searah dengan arus maksimal dan tegangan yang
telah disesuaikan, volume limbah B3 yang diumpankan per satuan waktu, dan pemisahan
antara residu dengan air limbah hasil olahan.

5. Pencucian
Cara ini dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan menghilangkan gas-gas berbahaya (gas
freeing), pembersihan dinding tangki (tank washing), memindahkan air hasil pencucian (de-
sloping), mengangkat limbah B3 (de-mucking), dan mengemas residu hasil pencucian tangki
kapal (packing).

Proses pengolahan limbah di PT Kalbe Farma menggunakan metode stabilisasi dan solidifikasi
sesuai dengan skema berikut.
Limbah domestik dan industrial dicampur menjadi satu di dalam sump well lalu masuk ke dalam
reactor tank. Limbah yang berada di dalam reactor tank kemudian dilakukan penyesuaian pH.
Setelah pH sesuai, limbah masuk ke dalam anaerobe tank di mana berisi bakteri anaerob.
Anaerobe tank memiliki trickling filter dengan banyak material seperti gula pasir dan urea untuk
mempertahankan bakteri anaerob tetap hidup. Limbah dari anaerobe tank kemudian berpindah
ke aerobe tank yang dilengkapi mixer agar udara bisa masuk ke dalam air. Setelah dilakukan
penguraian di aerobe tank, limbah dimasukkan ke dalam mixing tank. Dalam mixing tank
tersebut, limbah diberikan Poly Aluminium Chloride (PAC) yang merupakan suatu koagulan
sehingga terjadi proses sedimentasi limbah menjadi seperti lumpur. Endapan yang terbentuk
dipompa ke drying bed dan filtrat air dialirkan ke clarifier berupa saringan berbentuk V.
Sebagian endapan yang dipompa ke drying bed akan masuk ke dalam filter press untuk
mempercepat penguapan. Dalam drying bed, endapan akan dikeringkan lalu endapan tersebut
akan dibuang ke PPLI setiap seminggu sekali. filtrat air yang telah dimasukkan ke dalam
clarifier akan disaring kembali dengan zeolit dan karbon. Setelah air limbah tersaring, air
tersebut akan ditampung di clear well dan sudah aman untuk lingkungan.

Health, Safety, Security, dan Environment (HSSE)


Health, Safety, Security, dan Environment (HSSE) atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah upaya vital dalam melindungi produktivitas kerja karyawan secara maksimal. Undang-
undang yang mengatur Health adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja yang berarti perusahaan wajib menerapkan K3. Undang-undang yang mengatur Safety
adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berarti karyawan
wajib melaksanakan peraturan K3. Undang-undang yang mengatur Security adalah Peraturan
Kapolri No. 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Perusahaan yang berarti
perusahaan wajib melakukan pengamanan secara sistematis dan Peraturan Kepolisian No. 4
Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa yang berarti satpam merupakan profesi yang diakui
dan diatur oleh negara. Undang-undang yang mengatur Environment adalah Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup yang berarti perusahaan wajib
melakukan pengelolaan lingkungan. ISO 45001 mengatur tentang sistem manajemen K3 dan ISO
14001 tentang sistem manajemen lingkungan. Terdapat berbagai resiko dari HSSE di lingkungan
kerja, yaitu kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, dan tindak
kejahatan.

Untuk mencegah kecelakaan kerja terjadi, maka diperlukan strategi pencegahan dengan
pendekatan sistematis. Upaya meminimalkan unsafe act dan unsafe condition dilakukan dengan
HIRADC, yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk Assessment (Penilaian Risiko),
dan Determining Control (Penetapan Pengendalian). HIRADC adalah metode penilaian risiko
dari suatu pekerjaan yang ada di suatu perusahaan sehingga bisa memperoleh gambaran prioritas
pekerjaan yang harus dikendalikan bahayanya. Proses ini mengidentifikasi bahaya yang dapat
terjadi dalam aktivitas rutin atau nonrutin dalam perusahaan untuk selanjutnya dilakukan
penilaian risiko dari bahaya tersebut. Contoh HIRADC adalah sebagai berikut.

Hazard Identification Risk Assessment Determining Control


Pekerjaan
Bahaya Insiden/ Dampak Tingkat Tingkat Tingkat Identifika Keputusa
(Hazard) Kejadian Kemungk Keparaha Risiko si psi n
inan n Pengendal Tindakan
ian Pengendal
ian
Menggant Kebocora Tersengat Meningga Sedang Fatal Tinggi Pemasang OK
i Lampu n Arus Listrik l an Alat
Rusak Listrik Deteksi
Kebocora
n Arus
Listrik
dan
Groundin
g

SOP
Kegiatan
Perbaikan OK

Terdapat lima urutan dalam pengendalian risiko K3, yaitu eliminasi, substitusi,
engineering/perancangan, administrasi, dan APD.

1. Eliminasi
Pengendalian risiko dengan menghilangkan sumber bahaya. Eliminasi menjadi puncak
tertinggi dalam pengendalian risiko K3, karena ketika bahaya dihilangkan maka
kemungkinan ancaman akan sangat kecil.

2. Substitusi
Pengendalian risiko dengan penggantian suatu alat, mesin, atau barang yang memiliki bahaya
dengan yang tidak memiliki bahaya. Misalnya, suatu mesin diesel memiliki kebisingan yang
tinggi sehingga dapat membahayakan karyawan, sehingga mesin tersebut diganti dengan
mesin lain yang kebisingannya lebih kecil. Substitusi dilakukan apabila eliminasi tidak dapat
dilakukan.

3. Perancangan
Pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan mengendalikan
bahaya. Perancangan dilakukan apabila substitusi tidak bisa dilakukan, seperti karena biaya
yang mahal. Misalnya, mesin diesel yang kebisingannya tinggi dapat dimodifikasi
sedemikian rupa seperti membuat ruangan tersendiri agar kebisingannya menjadi lebih kecil.

4. Administrasi
Pengendalian risiko secara nonteknis dengan membuat prosedur kerja, pembuatan aturan
kerja, pelatihan kerja, penempatan tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu, dan
lain-lain.

5. APD
Pengendalian risiko terakhir yang banyak digunakan karena sederhana dan murah, tetapi
memiliki proteksi yang tidak lebih kuat dari 4 pengendalian lainnya/

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 6:
Mampu memahami manajemen produksi dan PPIC: pengadaan raw material,
penyimpanan/gudang, desain proses produksi

Materi 1:
Penerapan sistem manajemen PPIC di industri farmasi
Flow of material:
1. Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC)
2. Supply chain bahan baku
3. Analisis forecasting
4. Pemilihan bahan, pengadaan/pembelian, penyimpanan

Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan sistem manajemen PPIC di industri

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan sistem manajemen PPIC di industri

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran didapatkan melalui belajar mandiri dan tutorial serta kuliah bersama
pendamping.

Deskripsi hasil pembelajaran:

Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC)


Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant. PPIC manager
membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist membawahi tiga bagian yaitu Inventory
Planning Control (IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing.
Departemen PPIC bertugas untuk merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk,
mengalir dan keluar disesuaikan dengan kapasitas produksi sehingga permintaan pasar dapat
dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi yang
minimum. Selain itu melakukan kegiatan toll manufacturing (toll in dan toll out) yang
memerlukan koordinasi dengan kegiatan logistik. Dalam struktur organisasi PPIC group, dibagi
menjadi tiga bagian dengan fungsi berbeda antara lain:
a. Demand planning: memastikan ketersedian produk yang beredar dengan menjaga
inventory level yang ada. Bekerja sama pula dengan marketing untuk melakukan
forecasting penjualan produk dari EPM ke konsumen.

b. PPIC
i. PPIC FG : Memperkirakan kebutuhan yang diusulkan oleh marketing
menjadi Rolling Production Plan (RPP) dengan pertimbangan stock,
buffer stock, work in process (WIP), batch size, average selling out,
pending order, dan day of inventory (DOI). RPP merupakan rencana
produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch. Selain
itu, bertugas menghitung kebutuhan produk yang harus diproduksi atau
merencanakan produksi untuk menjamin ketersediaan produk sesuai
kebutuhan marketing dan memastikan ketersediaan produk di gudang
pusat tetap terjaga inventory level yang ada.

ii. PPIC material: Memperbanyak dan mendistribusikan PPI; membuat FPB


untuk material; menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan
selama 6 bulan kedepan berdasarkan Rolling Production Plan (RPP);
memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi

iii. PPIC site: Bekerja sama dengan produksi untuk melakukan penjadwalan
produksi agar memenuhi kebutuhan yang ada; Merancang dan memantau
jadwal kerja produksi (membuat JPH/Jadwal Produksi Harian);
Monitoring pencapaian produksi untuk menjamin pemenuhan produksi
sesuai dengan kebutuhan; Menyiapkan, memperbanyak, dan
mendistribusikan dokumen PPI yang digunakan untuk produksi;
Memantau pereleasean material dari QC

c. Toll (toll in/out): mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in untuk
menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh rekanan
yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak tersedia/
tidak mencukupi.

Supply chain bahan baku


Kegiatan Supply Chain Management di PT. Kalbe Farma dilaksanakan oleh sub unit
pengendalian proses produksi (PPIC). PPIC di PT. Kalbe Farma bertugas melaksanakan
production planning yaitu merencanakan proses produksi, membuat jadwal pengiriman produk
berdasarkan target dari bagian marketing, evaluasi kapasitas produksi, monitoring dan
mengevaluasi stok work in process serta membuat laporan seperti E-Napza dll. Kemudian
kegiatan inventory control seperti merencanakan pemesanan bahan baku / kemas, merencanakan
jadwal kedatangan produk serta monitoring dan evaluasi stok persediaan produk. Pengadaan
bahan baku dan bahan kemas mengumpulkan rencana kebutuhan bahan baku dan bahan kemas
ke bagian procurement PT. Kalbe Farma Tbk. pusat nanti bagian procurement yang akan
memesankan bahan baku dan bahan kemas tersebut. Setelah bahan baku dan bahan kemas
datang, maka dilakukan proses produksi.

Analisis forecasting
Menurut Kushartini dan Almahdy (2016) dalam Jurnal PASTI. Forecasting adalah proses untuk
memperkirakan jumlah kebutuhan di masa datang. Jumlah tersebut meliputi ukuran kuantitas,
kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau
jasa. Menurut Sofyan, D.K. (2013) dalam buku Perencanaan & Pengendalian Produksi.
Forecasting adalah suatu kegiatan memperkirakan atau memprediksikan kejadian di masa yang
akan datang. Tujuan pentingnya sebuah perusahaan melakukan analisis forecasting adalah
sebagai kajian bagi kebijakan perusahaan yang berlaku pada saat ini, masa lalu, serta sejauh
mana pengaruhnya di masa depan. Selain itu, adanya time gap antara kebijakan dengan
implementasinya. Perusahaan memiliki acuan atau arah sehingga setiap kebijakan sejalan dengan
tujuan perusahaan. Memberikan solusi strategis apabila di masa depan menghadapi masalah yang
berkaitan dengan bisnis. Permintaan selalu saja menghadapi anomali atau perubahan dan tentu
bisa saja berbeda dari masa lalu dengan masa depan. Dan analisis forecasting penting untuk
menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi analisis forecasting:
1. Sifat produk yaitu jangka waktu produk yang akan diproduksi. Apakah produksi jangka
panjang atau pendek.
2. Metode distribusi yaitu jangkauan pasar antara perusahaan dengan konsumen.
Kemampuan perusahaan dalam menjangkau konsumennya di dalam pasar.
3. Posisi perusahaan dalam pasar. Apakah perusahaan tersebut market leader, penantang
baru atau hanya ikut meramaikan pasar tersebut.
4. Tingkat persaingan. Bagaimana posisi perusahaan dengan pesaingnya. Apa kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi antara perusahaan dengan pesaing.
5. Data historis. Segala data kejadian yang berhubungan dengan perusahaan di masa lalu.
Biasanya data yang diambil setidaknya merupakan data perkembang dari lima tahun lalu.

Pemilihan bahan, Pengadaan/pembelian, Penyimpanan


Pemilihan bahan dilakukan sesuai dengan persyaratan yang sudah dibuat oleh departemen RnD.
PPIC bekerja sama dengan purchasing untuk mengadakan bahan dari vendor yang sudah dipilih
sesuai dengan hasil dari RoFo (rolling forecasting) yang sudah direncanakan untuk 1 tahun
kedepan. Penentuan RoFo juga bekerjasama dengan pihak marketing berdasarkan beberapa
faktor seperti kebutuhan konsumen, epidemiologi, trend penyakit, dan letak geografis Setelah
bahan sudah diadakan maka tinggal menunggu pengiriman dan masuk ke gudang. Penyimpanan
bahan baku yang sudah dipilih dan diadakan harus mengacu sesuai CoA dari pabrik vendor.
Disesuaikan persyaratan yang diminta untuk bahan tertentu juga diperhatikan seperti bahan
mudah terbakar yang disimpan di ruangan khusus dengan penandaan, bahan mudah menguap,
bahan yang termasuk psikotropik prekursor dan bahan yang harus disimpan di suhu dibawah
0°C. Penyimpanan bahan dan produk jadi. Penyimpanan dilakukan secara rapi dan teratur untuk
mencegah resiko kecampurbauran atau kontaminasi dan memudahkan pemeriksaan dan
pemeliharaan. Penyimpanan juga harus memiliki beberapa suhu terpisah. Di kalbe, disimpan
dalam kondisi lingkungan sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji
stabilitas. Berdasarkan suhu, ruangan dibagi menjadi Gudang Suhu Kamar (< 30°C), Suhu Sejuk
(15 - 25 °C) Suhu dingin (8 - 15 °C). Suhu tetap harus dipantau dan dievaluasi sesuai dengan
syarat berlaku. Catatan pemantauan suhu minimal disimpan sama dengan umur bahan/produk +
1 tahun atau sesuai peraturan pemerintah. Bahan yang boleh disimpan diluar gedung adalah
bahan yang dikemas dalam wadah kedap (drum/logam) dan mutunya tidak terpengaruh suhu atau
kondisi lain. Tersedia kartu stok dan rekonsiliasi secara berkala. Justifikasi terhadap perbedaan
antara stok vs aktual tercatat dna disetujui. Status karantina dan penyerahan produk jadi untuk
seluruh bets/lot yang sudah dikemas harus menunggu kelulusan dari QA.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)

Materi 2:
Penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi
Logistik:
1. Departemen Logistik
2. Koordinasi logistik dengan departemen lainnya
3. Jenis jenis gudang penyimpanan

Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran melalui belajar mandiri dan kuliah serta diskusi bersama pendamping
melalui plant tour.

Deskripsi hasil pembelajaran:

Departemen Logistik
Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan,
penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan produk jadi. Secara struktural
departemen logistik dipimpin oleh seorang Manajer Logistik yang membawahi lima supervisor
gudang, yaitu supervisor gudang bahan baku dan wadah, supervisor gudang penyimpanan,
supervisor gudang kemasan, serta supervisor gudang produk dan sarana promosi. Bagian
Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
bahan baku, wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen
Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC,
Produksi, dan Teknik.

Koordinasi logistik dengan departemen lainnya


Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing,
PPIC, Produksi, dan Teknik. Alur pengemasan dimulai dari pengemasan primer dan dilanjutkan
dengan pengemasan sekunder. Evaluasi yang dilakukan pada proses pengemasan adalah adanya
uji kebocoran, tampilan fisik kemasan, dan hasil labeling (cetak printer). Evaluasi dilakukan
pada awal, tengah, dan akhir setiap shift. Produk yang sudah disortir selanjutnya dimasukkan ke
dalam dus baik secara manual maupun otomatis dan dimasukkan ke dalam karton/box. Box yang
sudah dikemas dilakukan penimbangan, IPC pengemasan, karantina, hingga nantinya produk
diluluskan dan diserahkan kepada gudang produk jadi.

Sistem pengadaan material oleh gudang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Push System yang
melakukan pengadaan sesuai Jadwal Produksi Mingguan (JPM) dan Pull System yang
melakukan pengadaan sesuai permintaan atau kebutuhan. Sistem pengeluaran/penyerahan
material berdasarkan FEFO dan FIFO. Departemen yang berhubungan dengan logistik yaitu
departemen QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik.
Gambar 14. Alur masuk bahan di logistik hingga produksi

Jenis jenis gudang penyimpanan


a. Gudang bahan baku/wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan dengan suhu
ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25- 30°C), ruang AC (20-25°C), dan
ruang pendingin/cool room (2-8°C) untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap
suhu. Untuk ruang AC terdiri dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material
halal, ruang AC 2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk
penyimpanan bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan berbagai macam
bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku beta laktam dalam kemasan asli,
ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan baku dan wadah yang bersifat umum, serta ruang AC
khusus untuk penyimpanan menthae peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area atau
ruang yang penting seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang bersifat
prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan akses ke area ini
harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan wadah
yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku dan
wadah yang ditolak oleh QC. Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah
menggunakan system racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat
beberapa level (tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta di data secara
komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application System)
yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk, nama
produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA).
b. Gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan penyediaan bahan
baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan JPM (Jadwal Produksi
Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan disediakan sesuai dengan Prosedur
Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu: PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah
ditimbang dan disediakan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang
timbang, kemudian dikirim ke produksi sesuai line yang membutuhkan.

c. Gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan sekunder berupa
master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya ke setiap line produksi
berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama
seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian
kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka
kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO (First in First
Out) juga diterapkan untuk pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.
d. Gudang produk

1) Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi adalah
menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
2) Menata dan menyimpan produk.
3) Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya) atas Sales
Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir Kebutuhan Barang
(FKB).
4) Melaksanakan cycle count produk.
5) Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
6) Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas permintaan
Marketing.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 7:
Mampu melakukan penggalian informasi, menyiapkan dan menyusun informasi untuk registrasi
sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan obat kembalian

Materi 1:
Tata cara registrasi sediaan farmasi, penanganan keluhan dan obat kembalian

Capaian Pembelajaran:
Memahami tata cara registrasi sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan obat
kembalian

Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan tata cara registrasi sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan
obat kembalian

Cara Pencapaian/Pengalaman Pembelajaran* (pilihlah, bisa >1 pilihan):


1. Belajar mandiri
2. Kuliah/tutorial dan diskusi
3. Praktek kerja
4. Case/problem based learning dan diskusi (pembahasan)
5. Project/team based learning dan diskusi (pembahasan)
6. Tugas/kuis

Deskripsi proses pembelajaran (Tuliskan proses pembelajaran selama PKPA):


Proses pembelajaran melalui belajar mandiri dan diskusi bersama pendamping.

Deskripsi hasil pembelajaran:


1. Registrasi sediaan farmasi
Menurut Perka BPOM No. 24 Tahun 2017, registrasi obat adalah prosedur pendaftaran
dan evaluasi obat untuk mendapatkan persetujuan. Seluruh obat yang beredar di
Indonesia wajib memiliki izin edar, sehingga diperlukan registrasi untuk mendapatkan
Nomor Izin Edar (NIE). Terdapat 3 jenis registrasi, yaitu registrasi baru, registrasi variasi,
dan registrasi ulang. Registrasi baru adalah registrasi untuk obat yang belum
mendapatkan izin edar di Indonesia. Registrasi baru memiliki 3 kategori sebagai berikut.
a. Kategori 1: registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk produk biosimilar.
b. Kategori 2: registrasi obat generic dan obat generic bermerek.
c. Kategori 3: registrasi sediaan lain yang mengandung obat dengan teknologi khusus,
seperti transdermal patch, implant, dan beads
Registrasi variasi adalah registrasi perubahan pada aspek administratif, khasiat,
keamanan, mutu, dan/atau informasi produk dan label obat yang telah memiliki izin edar
di Indonesia. Registrasi variasi terbagi menjadi 3 kategori lanjutan dari registrasi baru.
d. Kategori 4: registrasi variasi major. Registrasi ini berlaku jika perubahan variasi
berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat.
e. Kategori 5: registrasi variasi minor. Registrasi ini berlaku jika terdapat perubahan
variasi yang tidak termasuk kategori mayor maupun notifikasi.
f. Kategori 6: registrasi variasi notifikasi. Registrasi ini berlaku terhadap perubahan
yang berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek
khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat, serta tidak mengubah informasi pada izin
edar.

Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar. Registrasi ini
termasuk dalam kategori 7. Obat yang harus diregistrasi adalah obat produksi dalam
negeri dan obat impor. Obat impor yang perlu diregistrasi adalah obat baik dalam bentuk
produk ruahan maupun produk jadi dan diutamakan untuk program kesehatan nasional,
penemuan baru (masih dalam perlindungan paten atau obat originator), dan/atau
dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri (teknologi khusus yang belum
dimiliki industri farmasi Indonesia, obat penyakit langka (Orphan Drug), dll).

Registrasi narkotika hanya bisa dilakukan oleh industri yang memiliki izin khusus untuk
produksi narkotika. Registrasi obat lisensi hanya bisa dilakukan industri yang
mendapatkan penunjukan dari pemberi lisensi. Registrasi obat khusus ekspor harus
dilakukan baik pada obat produksi dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan obat
impor khusus ekspor. Registrasi obat dengan zat aktif yang dilindungi paten di Indonesia
hanya dapat dilakukan oleh pemilik hak paten atau pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik
hak paten. Jika terdapat industri farmasi bukan pemilik hak paten yang akan
mendaftarkan obat generic dengan zat aktif yang masih dilindungi paten, maka dapat
melakukan registrasi obat generik pertama (belum ada obat generik untuk zat aktif
tersebut di Indonesia). Registrasi obat generik diajukan oleh pendaftar menggunakan
nama generik dan seluruh tahapan pembuatan obat dilakukan di dalam negeri.
Tahapan registrasi terdiri dari pra registrasi dan registrasi. BPOM telah mengembangkan
sistem registrasi obat secara online melalui New-AeRO (Aplikasi e-Registrasi Obat dan
Produk Biologi), sehingga memudahkan pendaftar untuk melakukan registrasi secara
elektronik. Praregistrasi dilakukan untuk penapisan registrasi, yaitu penentuan kategori
registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen
registrasi. Pra Registrasi tidak diperlukan jika produk tersebut adalah obat generik dan
obat generik bermerek yang tidak wajib BE dan bentuk sediaan konvensional, registrasi
variasi major yang tidak memerlukan uji klinik, registrasi variasi minor, registrasi variasi
notifikasi, dan registrasi ulang. Dokumen registrasi yang diperlukan terdapat empat
bagian sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD), yaitu bagian 1 berisi
dokumen administratif, informasi produk, dan label; bagian 2 berisi dokumen mutu;
bagian 3 berisi dokumen nonklinik; dan bagian 4 berisi dokumen klinik. Dokumen yang
telah dikumpulkan pendaftar kemudian diunggah melalui aplikasi New-AeRO. Setelah
itu, pendaftar akan menerima Surat Perintah Bayar (SPB) dan membayar sesuai dengan
jumlah yang tertera pada SPB. Pada tahapan ini, pihak BPOM dapat meminta tambahan
data untuk keperluan pra registrasi saat dievaluasi dalam jangka waktu maksimal 40 hari
kerja setelah pembayaran terverifikasi. Tambahan data atau dokumen yang diperlukan
harus dipenuhi maksimal 20 hari kerja setelah permintaan tersebut diterbitkan. Jika dalam
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pendaftar dapat mengajukan masa
perpanjangan pemenuhan tambahan data sebanyak satu kali. Selama proses pemenuhan
tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut dihentikan (clock off) sampai
tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Hasil Pra Registrasi (HPR) diterbitkan paling
lama 40 hari kerja setelah permohonan diterima dan dinyatakan dokumen telah lengkap.
HPR menjadi syarat untuk dapat melakukan tahap registrasi. Pada HPR terdapat
dokumen yang harus ditambahkan saat proses registrasi dan harga yang harus dibayar
untuk proses registrasi.

Tahap registrasi tidak jauh berbeda dengan pra registrasi. Obat yang telah melalui tahap
pra registrasi terlebih dahulu dapat menambahkan data-data sesuai permintaan dari HPR,
sedangkan obat yang tidak melalui pra registrasi melakukan pengunggahan dokumen
sesuai persyaratan dan terdapat proses verifikasi jenis obat. Setelah dilakukan unggah
dokumen, SPB akan terbit sesuai dengan jenis registrasi pendaftar atau HPR. Pendaftar
wajib membayar biaya tersebut dalam jangka waktu maksimal 10 hari kerja. Setelah
dilakukan pembayaran, BPOM melakukan evaluasi dengan jangka waktu yang
bergantung pada jenis registrasi yang diajukan. Menurut Perka BPOM Nomor 15 Tahun
2019, jalur evaluasi terdiri sebagai berikut.
a. Jalur 7 hari untuk obat khusus ekspor
b. Jalur 10 hari untuk registrasi ulang
c. Jalur 50 hari untuk registrasi pertama obat pengembangan baru oleh industri
farmasi yang melakukan investasi di Indonesia dan registrasi variasi obat baru
dan produk biologi terkait mutu yang telah disetujui paling sedikit 1 negara
dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik
d. Jalur 100 hari meliputi
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi dengan indikasi terapi
penyakit yang mengancam jiwa, dan/atau mudah menular, dan/atau belum
ada atau kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi untuk penyakit serius dan
langka di Indonesia
• Registrasi baru obat baru, produk biologi, obat generik, dan obat generik
bermerek untuk program kesehatan nasional
• Registrasi pertama obat baru dan produk biologi oleh industri yang
melakukan investasi di Indonesia
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang melalui proses Obat
Pengembangan Baru yang dikembangkan oleh institusi riset atau industri
farmasi di Indonesia, dibuat oleh industri farmasi di Indonesia dan
minimal terdapat 1 uji klinik yang telah dilakukan di Indonesia
• Registrasi Baru Obat Generik yang memiliki Formula, sumber bahan
baku, spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan
menggunakan fasilitas produksi yang sama dengan Obat Generik
Bermerek yang telah disetujui atau sebaliknya
• Registrasi variasi major untuk obat yang dimaksud pada poin 1 – 5
• Registrasi variasi major terkait mutu dan informasi produk
e. Jalur 120 hari untuk Registrasi Baru dan Registrasi Variasi Major indikasi
baru/posologi baru untuk Obat dan Produk Biologi Baru yang telah disetujui
paling sedikit di 1 (satu) negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal
baik
f. Jalur 150 2hari untuk Registrasi Baru Obat Generik dan Obat Generik
Bermerek yang tidak termasuk dalam jalur 100 hari kerja
g. Jalur 300 hari untuk Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi serta
Registrasi Variasi Major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk
dalam jalur 100 dan 120 hari kerja

Apabila saat evaluasi terdapat kekurangan data atau dokumen maka akan dikeluarkan
surat tambahan data yang harus dipenuhi oleh pendaftar dalam waktu maksimal 100 hari
kerja. Apabila tidak dapat memenuhi, pendaftar dapat mengajukan perpanjangan
pemenuhan tambahan data satu kali dengan disertai justifikasi, jika tidak maka
pendaftaran dianggap batal dan biaya registrasi tidak dapat ditarik kembali. Selama
proses pemenuhan tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut
dihentikan (clock off) sampai tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Apabila
pengajuan sudah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat maka akan diberikan
persetujuan berupa izin edar, persetujuan khusus ekspor, atau persetujuan variasi. Izin
edar diterbitkan apabila dokumen yang diserahkan adalah produksi skala komersial,
apabila masih dalam skala pilot maka akan diterbitkan AL (Approvable Letter). Setelah
melakukan produksi skala komersial dan telah memenuhi persyaratan dalam AL maka
izin edar akan diterbitkan dalam waktu maksimal 20 hari kerja.

Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
D. Refleksi oleh mahasiswa

Secara prinsip, mahasiswa perlu diajak untuk melakukan refleksi, menilai diri sendiri, sejauh
mana tujuan kompetensi yang disusun di awal tercapai, serta mengidentifikasi apa saja faktor
pendukung dan penghambatnya.

Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Ketercapaian Hal yang perlu Usulan
kompetensi (%) diperbaiki/ditingkatkan perbaikan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, 80% perlu mempelajiari lebih Diadakan
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di banyak lagi pada induksi
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA departemen RnD bersama
kemampuan berkolaborasi dengan 2. Ruang lingkup, tugas terutama karena tidak departemen
pihak lain dalam melakukan riset dan wewenang diadakannya induksi RnD
untuk pengembangan obat dan produk departemen R&D dengan departemen RnD
yang berkualitas 3. Kebijakan, pedoman,
dan standar prosedur
operasional serta
kebijakan mutu di
Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas 90% Sudah banyak dilakukan Diadakan
Mampu menerapkan sistem dan wewenang induksi pada bagian- induksi
penjaminan mutu pada keseluruhan departemen QA bagian QA, namun bersama QA
proses sesuai dengan 2. Persyaratan dan layout belum dilakukan induksi complaince
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksi bangunan pada bagian complaint
n
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan 90% Sudah cukup baik namun Melihat
Mampu mengembangkan dan wewenang departemen belum memahami terkait praktek secara
melakukan validasi metode analisis QC: prakteknya secara langsung
raw material dan finished good 1. Validasi proses langsung
(process validation)
2. Validasi pembersihan
(cleaning validation)
3. Validasi fasilitas,
peralatan, sarana
penunjang (facility &
utility validation)
4. Validasi produk
(product quality
validation)
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan 90% Sudah cukup bagus dan
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen lengkap saat plant tour
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi
dan melakukan validasi proses proses:
produksi 1. Departemen Produksi
2. Produksi utama:
Sediaan tablet, liquid,
steril
3. Produksi khusus: misal
beta-laktam (jika ada)
4. Proses pengemasan
5. Pengembangan
formulasi dan proses,
scale-up, pemilihan sistem
kemasan, pengembangan
metode analisis, uji
stabilitas
6. Validasi proses
(process validation)
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas 80% sudah dilakukan plant Diadakan plant
Mampu melakukan pengujian mutu dan wewenang tour namun terlewat pada tour untuk
sediaan, penanganan limbah serta departemen tehnik dan bagian WTP, pengolahan melihat WTP
dapat menginterpretasi hasil pengolahan air untuk limbah dan proses
pengujian produksi: pengolahan
a. Sistem penghasil limbah
purified water
b. Proses purifikasi
air
c. Water for injection

2. Penanganan dan
pengendalian limbah:
a. Sistem pengelolaan
limbah industri
b. Pengelolaan limbah
B3
c. Environmental,
Health, & Safety
(EHS)
CPMK6: 1. Penerapan sistem 90% Sudah cukup baik
Mampu memahami manajemen manajemen PPIC di dijelaskan saat plant tour
produksi dan PPIC: pengadaan raw industry:
material, penyimpanan/gudang, 1. Departemen
desain proses produksi Production Planning
and Inventory
Control (PPIC)
2. Supply chain bahan
baku
3. Analisis forecasting
4. Pemilihan bahan,
pengadaan/pembelia
n, penyimpanan

2. Penerapan sistem
manajemen di gudang
bahan baku dan
produk jadi, logistic:
a. Departemen
Logistik
b. Koordinasi logistik
dengan departemen
lainnya
c. Jenis jenis gudang
penyimpanan
CPMK7: Tata cara registrasi 90% Sudah cukup baik
Mampu melakukan penggalian sediaan farmasi, serta dijelaskan saat induksi
informasi, menyiapkan dan menyusun mampu menangani
informasi untuk registrasi sediaan keluhan dan obat
farmasi, serta mampu menangani kembalian
keluhan dan obat kembalian
E. Review/umpan balik preceptor (diisi oleh perseptor)

Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Hal yang perlu Saran preseptor
diperbaiki/ditingkatkan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, Saran:
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA
kemampuan berkolaborasi dengan 2. Ruang lingkup, tugas
pihak lain dalam melakukan riset dan wewenang
untuk pengembangan obat dan produk departemen R&D
yang berkualitas 3. Kebijakan, pedoman,
dan standar prosedur
operasional serta
kebijakan mutu di Nilai (nilai maksimal 15):
Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas Saran:
Mampu menerapkan sistem dan wewenang
penjaminan mutu pada keseluruhan departemen QA
proses sesuai dengan 2. Persyaratan dan layout Nilai (nilai maksimal 15):
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksi bangunan
n
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu mengembangkan dan wewenang departemen QC
melakukan validasi metode analisis
raw material dan finished good Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi proses
dan melakukan validasi proses Nilai (nilai maksimal 15):
produksi
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas Saran:
Mampu melakukan pengujian mutu dan wewenang
sediaan, penanganan limbah serta departemen tehnik dan
dapat menginterpretasi hasil pengolahan air untuk
pengujian produksi
2. Penanganan dan Nilai (nilai maksimal 15):
pengendalian limbah
CPMK6: 1. Penerapan sistem Saran:
Mampu memahami manajemen manajemen PPIC di
produksi dan PPIC: pengadaan raw industry
material, penyimpanan/gudang, 2. Penerapan sistem
desain proses produksi manajemen di gudang
bahan baku dan produk
jadi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK7: Tata cara registrasi sediaan Saran:
Mampu melakukan penggalian farmasi, serta mampu
informasi, menyiapkan dan menyusun menangani keluhan dan obat
informasi untuk registrasi sediaan kembalian
farmasi, serta mampu menangani
keluhan dan obat kembalian Nilai (nilai maksimal 10):
Nilai dan otorisasi preceptor

Total Nilai:
Tandatangan:

Catatan: nilai batas kelulusan ketercapaian kompetensi adalah nilai B (66,00-69,99).

Nilai Akhir Rentang Nilai Nilai Akhir Rentang Nilai


A ≥82,00 C+ 54,00-57,99
A- 78,00-81,99 C 50,00-53,99
A/B 74,00-77,99 C- 46,00-49,99
B+ 70,00-73,99 C/D 42,00-45,99
B 66,00-69,99 D+ 38,00-41,99
B- 62,00-65,99 D 34,00-37,99
B/C 58,00-61,99 E <34,00
F. Validasi capaian pembelajaran, penilaian dosen pembimbing dan menuangkan
penilaian dari preseptor untuk kepentingan perguruan tinggi (diisi oleh dosen
pembimbing)

Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Hal yang perlu Saran dan nilai
diperbaiki/ditingkatkan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, Saran:
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA
kemampuan berkolaborasi dengan pihak 2. Ruang lingkup, tugas dan
lain dalam melakukan riset untuk wewenang departemen
pengembangan obat dan produk yang R&D
berkualitas 3. Kebijakan, pedoman, dan
standar prosedur
operasional serta kebijakan Nilai (nilai maksimal 15):
mutu di Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu menerapkan sistem penjaminan wewenang departemen QA
mutu pada keseluruhan proses sesuai 2. Persyaratan dan layout
dengan bangunan Nilai (nilai maksimal 15):
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu mengembangkan dan melakukan wewenang departemen QC
validasi metode analisis raw material dan
finished good Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi proses
dan melakukan validasi proses produksi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu melakukan pengujian mutu wewenang departemen
sediaan, penanganan limbah serta dapat tehnik dan pengolahan air
menginterpretasi hasil pengujian untuk produksi
2. Penanganan dan Nilai (nilai maksimal 15):
pengendalian limbah
CPMK6: 1. Penerapan sistem Saran:
Mampu memahami manajemen produksi manajemen PPIC di
dan PPIC: pengadaan raw material, industry
penyimpanan/gudang, desain proses 2. Penerapan sistem
produksi manajemen di gudang
bahan baku dan produk jadi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK7: Tata cara registrasi sediaan Saran:
Mampu melakukan penggalian informasi, farmasi, serta mampu
menyiapkan dan menyusun informasi menangani keluhan dan obat
untuk registrasi sediaan farmasi, serta kembalian
mampu menangani keluhan dan obat
kembalian Nilai (nilai maksimal 10):
Nilai akhir dan otorisasi dosen pembimbing

Nilai perseptor (50%):


Nilai dosen (50%):
Nilai akhir angka: ……… (nilai akhir huruf: ……. )
Tandatangan:
Catatan: nilai batas kelulusan ketercapaian kompetensi adalah nilai B (66,00-69,99).

Nilai Akhir Rentang Nilai Nilai Akhir Rentang Nilai


A ≥82,00 C+ 54,00-57,99
A- 78,00-81,99 C 50,00-53,99
A/B 74,00-77,99 C- 46,00-49,99
B+ 70,00-73,99 C/D 42,00-45,99
B 66,00-69,99 D+ 38,00-41,99
B- 62,00-65,99 D 34,00-37,99
B/C 58,00-61,99 E <34,00

Anda mungkin juga menyukai