NIM : 21/491793/FA/13327
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
BIDANG INDUSTRI FARMASI
Penyusun:
Nama : Sri Ruhmina Syarfina
NIM : 21/491793/FA/11772
Disahkan di :
Tanggal :
Pembimbing PKPA:
PT Kalbe Farma Fakultas Farmasi UGM
Nama: apt. Sevy Merisca, S.Farm Nama: Dr. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si.
NIP: 198002202009121005
Pimpinan Institusi:
QA Manager Ketua Program Studi
PT Kalbe Farma Profesi Apoteker Farmasi UGM
Nama: apt. Merrie Natalia, S.Farm Nama: apt. Anna Wahyu Widyanti, M.Kes
NIP: 198206252014042001
A. Identitas
Logbook ditujukan untuk kemudahan monitoring aktivitas harian mahasiswa. Selain itu,
logbook diharapkan dapat memudahkan dosen pembimbing dan preseptor untuk memastikan
keterpenuhan aktivitas atau realisasi rencana program kegiatan dan pembelajaran per semester
(RPKPS). Logbook dapat dimonitor setiap supervisi dan menjadi bagian dari laporan rutin dan
laporan akhir. Untuk selanjutnya rangkuman logbook kegiatan dituangkan dalam laporan akhir
berbasis portofolio untuk evaluasi ketercapaian kompetensi. Mahasiswa PKPA dinyatakan
selesai PKPA jika telah mengikuti seluruh materi kegiatan yang sudah dijadwalkan, ditunjukkan
dalam logbook kegiatan mahasiswa dan portofolio pekerjaan mahasiswa.
2. Penerapan sistem
manajemen di gudang
bahan baku dan produk
jadi, logistic:
a. Departemen Logistik
b. Koordinasi logistik
dengan departemen
lainnya
c. Jenis jenis gudang
penyimpanan
7 Tata cara registrasi sediaan Pembimbingan oleh
farmasi, serta mampu dosen (diskusi/kasus/
menangani keluhan dan obat soal/tugas)
kembalian
Kegiatan di tempat
PKPA meliputi:
1. Penjelasan mengenai 26
registrasi sediaan Agustus
farmasi oleh mentor 2022
*Keterangan: tuliskan di kolom keterangan apabila materi tersebut tidak didapatkan, atau tidak dikerjakan (beserta
alasannya) atau apabila ada tambahan materi lain
Portofolio pengembangan diri (menggambarkan kesesuaian materi kegiatan yang dilaksanakan
selama PKPA dan kompetensi yang dicapai)
CPMK 1:
Mampu menggunakan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kemampuan berkolaborasi
dengan pihak lain dalam melakukan riset untuk pengembangan obat dan produk yang berkualitas
Materi 1:
Struktur organisasi, kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA
a. Peraturan perundang-undangan dan regulasi di industri farmasi
b. Struktur organisasi perusahaan
Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan struktur organisasi serta kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan struktur organisasi serta kebijakan dan aturan di industri tempat PKPA
Materi 2:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D
Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen R&D
Tujuan teknologi transfer pada dasarnya adalah untuk memperlancar pelaksanaan proses
produksi di skala pilot dan skala komersial; agar personil produksi dapat memahami formula,
proses, dan parameter kritis produk baru sehingga dapat melaksanakan proses produksi sesuai
dengan prosedur agar diperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi.
Alur pengembangan produk baru dimulai dengan ide produk yang diberikan oleh marketing
kemudian ide tersebut dikumpulkan untuk dievaluasi tren obat, besar pasar, pertumbuhan pasar,
tren teknologi, dan kebijakan perusahaan. Setelah dievaluasi, maka dapat diajukan sebagai
program produk dan profil baru untuk dikembangkan oleh R&D. Pengembangan obat baru
dilakukan berdasarkan implementasi Quality by Design (QbD), yang dimulai dari pembuatan
sediaan pada skala laboratorium kemudian dilakukan produksi skala pilot di bawah pengawasan
R&D dan dilakukan uji stabilitas premarketing. Transfer teknologi dilakukan kepada
manufacturing site dan dilakukan pengajuan ke regulator. Apabila sudah disetujui, maka dapat
dilakukan produksi 3 bets skala komersial dan dilakukan validasi proses. Data validasi proses
akan dikumpulkan untuk memperoleh Nomor Izin Edar (NIE), kemudian dapat dilakukan
produksi skala komersial.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
Materi 3:
Kebijakan, pedoman, dan standar prosedur operasional serta kebijakan mutu di Industri
Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin di industri
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin di industri
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 2:
Mampu menerapkan sistem penjaminan mutu pada keseluruhan proses sesuai dengan
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA:
1. Kebijakan mutu
2. Manajemen sistem mutu (QA)
3. Proses QA
4. Dokumentasi QA
Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QA
Validasi pembersihan tidak hanya dapat dilakukan secara visual, tetapi perlu juga
dilakukan sampling secara fisika, kimiawi, dan mikrobiologi. Metode sampling yang
digunakan untuk fisika dan kimiawi adalah swab test dan rinse test, sedangkan
metode untuk mikrobiologi ialah contact plate, swab test, dan rinse test.
a. Swab test: sampling dengan melakukan pengapusan pada bagian alat yang
kontak dengan produk menggunakan cotton swab yang diapus secara zig zag
berukuran 5x5 cm pada alat.
Keterangan
MBS: Minimum Batch Size (mg)
LD50: Median Lethal Dose (mg/kg BW)
BW: Ideal Body Weight (70 kg)
SF: Safety Factor (1000)
MTDD: Maximum Therapeutic Daily Dose (mg)
TDD previous: Standard Therapeutic Daily Dose of The Investigated Product (in the
same dosage from as TDD next) (mg/day)
TDD next: Standard Therapeutic Daily Dose for The Next Product (mg/day)
PDE: Permitted Daily Exposure (mg)
MDD: Maximum Daily Dose (mg)
Dari keempat rumus tersebut, dipilih hasil yang terkecil, karena dengan
menggunakan hasil tersebut pasti akan memenuhi 3 rumus lainnya. Tidak semua
produk memiliki PDE, karena tidak bisa dilakukan kepada manusia.
Dalam pembersihan, terdapat parameter yang perlu ditetapkan pada timeline seputar
proses pembersihan, yaitu Clean Holding Time (CHT) dan Dirty Holding Time
(DHT). CHT merupakan waktu maksimal mesin dan peralatan didiamkan dalam
kondisi bersih setelah dibersihkan sampai proses produksi mulai kembali, sedangkan
DHT adalah waktu maksimal mesin dapat didiamkan dalam kondisi kotor sejak
mesin terakhir digunakan sampai mesin dibersihkan kembali. Lebih baik
menerapkan CHT dibandingkan DHT, karena semakin lama mesin dibiarkan kotor
maka akan semakin sulit untuk dibersihkan. Setiap mesin memiliki CHT dan DHT
yang berbeda. Metode pemeriksaan CHT adalah visual dan mikrobiologi (swab),
sedangkan DHT adalah mikrobiologi (swab). Selain CHT dan DHT, terdapat istilah
lain, yaitu batch campaign yang merupakan berapa banyak batch dan lama hari
dapat berjalan berturut-turut di suatu mesin tanpa adanya pembersihan. Misalnya uji
awal dengan memproduksi 5 batch dalam 3 hari di FBD. Sisa dari batch sebelumnya
akan terkena panas secara terus menerus sampai batch ke-5. Setelah semua batch
selesai, dilakukan pengujian mikrobiologi dan residu zat aktif apakah terdapat
perubahan senyawa. Jika ternyata hanya 3 batch awal yang memenuhi syarat, berarti
batch campaign-nya maksimal 3 batch dalam 3 hari. Batch campaign berbeda
dengan DHT, karena mesin berjalan terus menerus tidak hanya didiamkan kotor.
Bagian non-operasional
1. Facility validation and calibration
Kualifikasi terdapat 4 tahapan, yaitu kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI),
kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja (KK). Sebelum kualifikasi suatu
mesin dimulai, perlu dibuat change control terlebih dahulu. Change control adalah
dokumen yang digunakan untuk melakukan perubahan terhadap utilitas mesin dan
bangunan. Pembelian mesin baru termasuk dalam hal-hal yang berpengaruh terhadap
kualitas produk, sehingga diperlukan change control. Ketika change control selesai
disetujui, dapat dilakukan tahapan kualifikasi desain.
2. Registrasi
Menurut Perka BPOM No. 24 Tahun 2017, registrasi obat adalah prosedur pendaftaran
dan evaluasi obat untuk mendapatkan persetujuan. Seluruh obat yang beredar di
Indonesia wajib memiliki izin edar, sehingga diperlukan registrasi untuk mendapatkan
Nomor Izin Edar (NIE). Terdapat 3 jenis registrasi, yaitu registrasi baru, registrasi variasi,
dan registrasi ulang. Registrasi baru adalah registrasi untuk obat yang belum
mendapatkan izin edar di Indonesia. Registrasi baru memiliki 3 kategori sebagai berikut.
a. Kategori 1: registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk produk biosimilar.
b. Kategori 2: registrasi obat generic dan obat generic bermerek.
c. Kategori 3: registrasi sediaan lain yang mengandung obat dengan teknologi khusus,
seperti transdermal patch, implant, dan beads
Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar. Registrasi ini
termasuk dalam kategori 7. Obat yang harus diregistrasi adalah obat produksi dalam
negeri dan obat impor. Obat impor yang perlu diregistrasi adalah obat baik dalam bentuk
produk ruahan maupun produk jadi dan diutamakan untuk program kesehatan nasional,
penemuan baru (masih dalam perlindungan paten atau obat originator), dan/atau
dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri (teknologi khusus yang belum
dimiliki industri farmasi Indonesia, obat penyakit langka (Orphan Drug), dll).
Registrasi narkotika hanya bisa dilakukan oleh industri yang memiliki izin khusus untuk
produksi narkotika. Registrasi obat lisensi hanya bisa dilakukan industri yang
mendapatkan penunjukan dari pemberi lisensi. Registrasi obat khusus ekspor harus
dilakukan baik pada obat produksi dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan obat
impor khusus ekspor. Registrasi obat dengan zat aktif yang dilindungi paten di Indonesia
hanya dapat dilakukan oleh pemilik hak paten atau pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik
hak paten. Jika terdapat industri farmasi bukan pemilik hak paten yang akan
mendaftarkan obat generic dengan zat aktif yang masih dilindungi paten, maka dapat
melakukan registrasi obat generik pertama (belum ada obat generik untuk zat aktif
tersebut di Indonesia). Registrasi obat generik diajukan oleh pendaftar menggunakan
nama generik dan seluruh tahapan pembuatan obat dilakukan di dalam negeri.
Tahapan registrasi terdiri dari pra registrasi dan registrasi. BPOM telah mengembangkan
sistem registrasi obat secara online melalui New-AeRO (Aplikasi e-Registrasi Obat dan
Produk Biologi), sehingga memudahkan pendaftar untuk melakukan registrasi secara
elektronik. Praregistrasi dilakukan untuk penapisan registrasi, yaitu penentuan kategori
registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen
registrasi. Pra Registrasi tidak diperlukan jika produk tersebut adalah obat generik dan
obat generik bermerek yang tidak wajib BE dan bentuk sediaan konvensional, registrasi
variasi major yang tidak memerlukan uji klinik, registrasi variasi minor, registrasi variasi
notifikasi, dan registrasi ulang. Dokumen registrasi yang diperlukan terdapat empat
bagian sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD), yaitu bagian 1 berisi
dokumen administratif, informasi produk, dan label; bagian 2 berisi dokumen mutu;
bagian 3 berisi dokumen nonklinik; dan bagian 4 berisi dokumen klinik. Dokumen yang
telah dikumpulkan pendaftar kemudian diunggah melalui aplikasi New-AeRO. Setelah
itu, pendaftar akan menerima Surat Perintah Bayar (SPB) dan membayar sesuai dengan
jumlah yang tertera pada SPB. Pada tahapan ini, pihak BPOM dapat meminta tambahan
data untuk keperluan pra registrasi saat dievaluasi dalam jangka waktu maksimal 40 hari
kerja setelah pembayaran terverifikasi. Tambahan data atau dokumen yang diperlukan
harus dipenuhi maksimal 20 hari kerja setelah permintaan tersebut diterbitkan. Jika dalam
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pendaftar dapat mengajukan masa
perpanjangan pemenuhan tambahan data sebanyak satu kali. Selama proses pemenuhan
tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut dihentikan (clock off) sampai
tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Hasil Pra Registrasi (HPR) diterbitkan paling
lama 40 hari kerja setelah permohonan diterima dan dinyatakan dokumen telah lengkap.
HPR menjadi syarat untuk dapat melakukan tahap registrasi. Pada HPR terdapat
dokumen yang harus ditambahkan saat proses registrasi dan harga yang harus dibayar
untuk proses registrasi.
Tahap registrasi tidak jauh berbeda dengan pra registrasi. Obat yang telah melalui tahap
pra registrasi terlebih dahulu dapat menambahkan data-data sesuai permintaan dari HPR,
sedangkan obat yang tidak melalui pra registrasi melakukan pengunggahan dokumen
sesuai persyaratan dan terdapat proses verifikasi jenis obat. Setelah dilakukan unggah
dokumen, SPB akan terbit sesuai dengan jenis registrasi pendaftar atau HPR. Pendaftar
wajib membayar biaya tersebut dalam jangka waktu maksimal 10 hari kerja. Setelah
dilakukan pembayaran, BPOM melakukan evaluasi dengan jangka waktu yang
bergantung pada jenis registrasi yang diajukan. Menurut Perka BPOM Nomor 15 Tahun
2019, jalur evaluasi terdiri sebagai berikut.
a. Jalur 7 hari untuk obat khusus ekspor
b. Jalur 10 hari untuk registrasi ulang
c. Jalur 50 hari untuk registrasi pertama obat pengembangan baru oleh industri farmasi
yang melakukan investasi di Indonesia dan registrasi variasi obat baru dan produk
biologi terkait mutu yang telah disetujui paling sedikit 1 negara dengan sistem
evaluasi yang telah dikenal baik
d. Jalur 100 hari meliputi
1) Registrasi baru obat baru dan produk biologi dengan indikasi terapi penyakit yang
mengancam jiwa, dan/atau mudah menular, dan/atau belum ada atau kurangnya
pilihan terapi lain yang aman dan efektif
2) Registrasi baru obat baru dan produk biologi untuk penyakit serius dan langka di
Indonesia
3) Registrasi baru obat baru, produk biologi, obat generik, dan obat generik
bermerek untuk program kesehatan nasional
4) Registrasi pertama obat baru dan produk biologi oleh industri yang melakukan
investasi di Indonesia
5) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang melalui proses Obat
Pengembangan Baru yang dikembangkan oleh institusi riset atau industri farmasi
di Indonesia, dibuat oleh industri farmasi di Indonesia dan minimal terdapat 1 uji
klinik yang telah dilakukan di Indonesia
6) Registrasi Baru Obat Generik yang memiliki Formula, sumber bahan baku,
spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan menggunakan
fasilitas produksi yang sama dengan Obat Generik Bermerek yang telah disetujui
atau sebaliknya
7) Registrasi variasi major untuk obat yang dimaksud pada poin 1 – 5
8) Registrasi variasi major terkait mutu dan informasi produk
e. Jalur 120 hari untuk Registrasi Baru dan Registrasi Variasi Major indikasi
baru/posologi baru untuk Obat dan Produk Biologi Baru yang telah disetujui paling
sedikit di 1 (satu) negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik
f. Jalur 150 hari untuk Registrasi Baru Obat Generik dan Obat Generik Bermerek yang
tidak termasuk dalam jalur 100 hari kerja
g. Jalur 300 hari untuk Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi serta Registrasi
Variasi Major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk dalam jalur 100 dan
120 hari kerja
Apabila saat evaluasi terdapat kekurangan data atau dokumen maka akan dikeluarkan
surat tambahan data yang harus dipenuhi oleh pendaftar dalam waktu maksimal 100 hari
kerja. Apabila tidak dapat memenuhi, pendaftar dapat mengajukan perpanjangan
pemenuhan tambahan data satu kali dengan disertai justifikasi, jika tidak maka
pendaftaran dianggap batal dan biaya registrasi tidak dapat ditarik kembali. Selama
proses pemenuhan tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut
dihentikan (clock off) sampai tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Apabila
pengajuan sudah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat maka akan diberikan
persetujuan berupa izin edar, persetujuan khusus ekspor, atau persetujuan variasi. Izin
edar diterbitkan apabila dokumen yang diserahkan adalah produksi skala komersial,
apabila masih dalam skala pilot maka akan diterbitkan AL (Approvable Letter). Setelah
melakukan produksi skala komersial dan telah memenuhi persyaratan dalam AL maka
izin edar akan diterbitkan dalam waktu maksimal 20 hari kerja.
3. Change control
Change control merupakan bagian dari departemen QA yang menaungi semua perubahan
yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan yang berkaitan dengan jaminan
mutu produk, termasuk perubahan yang ada pada toll in dan toll out. Menurut EU GMP
Annex 15, change control merupakan sebuah sistem formal dimana perwakilan yang
memenuhi syarat dari disiplin ilmu yang sesuai meninjau perubahan yang diusulkan atau
aktual yang mungkin mempengaruhi status fasilitas, sistem, peralatan atau proses yang
divalidasi. Tujuannya adalah untuk memastikan dan mendokumentasikan bahwa sistem
yang terjadi perubahan dipertahankan dalam keadaan tervalidasi.
Setiap pabrikan atau industri obat harus mengikuti prosedur pengendalian perubahan
ketika terjadi perubahan baik untuk sistem maupun proses yang sebelumnya sudah ada.
Misalnya, terdapat perubahan pada kapasitas peralatan yang digunakan oleh departemen
produksi atau terdapat perubahan pada jenis alat disolusi yang digunakan oleh
Departemen R&D atau perubahan letak layout karena pembelian mesin baru hingga
pembelian mesin baru untuk kalibrasi awal pun semua perubahan harus melalui proses
Change Control terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar produk tetap terjamin mutunya
walaupun terjadi perubahan baik perubahan pada kemasan, proses pengolahan, instrumen
yang digunakan, dan lain sebagainya.
Terdapat 2 tipe perubahan yang biasanya terjadi, yaitu perubahan tidak direncanakan dan
perubahan terencana. Perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga yang memerlukan penanganan segera (bersifat
cito). Perubahan terencana adalah perubahan yang telah direncanakan dengan tepat
sebelumnya dalam waktu yang tetap. Rencana ini telah dirancang jauh hari sebelum
dilakukan perubahan dengan alokasi yang matang dan detail. Sedangkan berdasarkan
golongannya, perubahan yang terjadi di perusahaan dikategorikan menjadi 3, yaitu:
1. Minor
Perubahan minor yaitu perubahan yang berdampak kecil pada bagian dari proses
tanpa mempengaruhi sifat, karakteristik, maupun spec dari produk jadi. Dapat
dikatakan bahwa produk jadi masih memenuhi persyaratan atau memiliki mutu
yang sama dari sebelum terjadinya perubahan.
2. Major
Perubahan major adalah perubahan yang berdampak pada aspek karakteristik
cGMP dari produk, fasilitas, mesin, proses atau sistem. Perubahan ini dapat
mempengaruhi kualitas dari produk, mesin, sistem, fasilitas, maupun proses yang
dapat disetujui perubahannya apabila telah melewati prosedur pengujian terlebih
dahulu.
3. Critical
Perubahan critical ini dapat berdampak serius terhadap mutu produk karena dapat
menyebabkan produk tidak memenuhi syarat (TMS) dari spec yang seharusnya
diharapkan. Hal ini berdampak serius apabila produk yang TMS tersebut sampai
ke tangan customer sehingga dibutuhkan pengujian dan perbaikan lebih lanjut
terhadap produk tersebut.
Berdasarkan Technical Report Series (WHO, 2019), ada beberapa hal yang perlu
dilakukan validasi sehingga memerlukan change control, yaitu:
- Perubahan pada master formula, metode, vendor dari raw material (RM) baik API
maupun eksipien, proses produksi dari vendor RM.
- Perubahan pada peralatan atau instrumen
- Perubahan yang berkaitan dengan kalibrasi peralatan dan perawatan preventif yang
mungkin dapat berdampak pada proses
- Perubahan area produksi dan support system
- Perubahan dalam proses produksi
- Pemindahan suatu proses ke line/tempat lain
- Perubahan tidak terduga seperti ditemukan perubahan ketika pengamatan selama
inspeksi diri atau perubahan yang terjadi selama analisis rutin proses trend data
- Perubahan pada SOP (Standard Operating Procedures)
- Perubahan pada program kebersihan dan higiene
Pada dasarnya, alur sebuah proses Change Control memuat identifikasi, justifikasi,
pengkajian, pengkajian dan persetujuan, pengkomunikasian, pelatihan, implementasi, dan
evaluasi. Di Kalbe sendiri, terdapat alur kerja atau workflow proses change control, yaitu:
1. Pengisian Change Control Feasibility Form
Pengusul yang mengajukan perubahan harus mengisi Change Control Feasibility
Form (CC FS) terlebih dahulu. FS tersebut akan dikaji oleh kepala
departemen/manager/atasan yang bersangkutan dan setelah disetujui maka nomor
dokumen FS tersebut dimasukkan dalam database QA CCM (Change Control
Management). FS ini akan dikaji ulang oleh CCM Officer sebelum disetujui oleh
Manajer QA/HSE/Halal. Setelah disetujui maka akan diadakan rapat atau diskusi
mengenai usulan perubahan tersebut apabila diperlukan dengan kajian SME dan
pembuatan timeline tindakan. Tindakan yang dimaksud misalnya perubahan
memerlukan penelitian lebih lanjut, maka harus dilakukan penelitian. QA CCM
juga harus mengawasi tindakan tersebut dan mengharuskan PIC melampirkan
bukti yang dapat berupa hasil dari penelitian, dan sebagainya, sebagai prasyarat
bahwa perubahan masih memenuhi mutu standar CPOB. Setelah itu, hasil
diverifikasi dan biasanya dibandingkan dengan existing lalu disimpulkan
keseluruhan tahapan. Kemudian keseluruhan tahapan akan dikaji ulang sebelum
disahkan oleh Manajer QA/HSE/Halal. CC FS yang telah disahkan dan disetujui
kemudian dapat melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan dokumen
change control.
4. Complaint
Penjadwalan pada inspeksi diri telah diatur selama 1 tahun penuh yang dibuat
pada akhir tahun sebelumnya dan harus dipastikan bahwa setiap departemen harus
diinspeksi setidaknya 1 kali dalam setahun. Terdapat 3 jenis penjadwalan inspeksi
pada PT. Kalbe Farma, yaitu:
a. IDS (Inspeksi Diri Semester) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap 6 bulan
sekali yang dipimpin oleh Quality Group Health yang menginspeksi secara
general. Apabila Quality Group Health yang memimpin biasanya
mengobservasi melalui helicopter view, yaitu mengobservasi dari cakupan
yang lebih luas.
b. IDT (Inspeksi Diri Triwulan) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap 3 bulan
sekali yang dipimpin oleh Quality Manager (Life QA Manager/QA
Compliance Manager/QS Manager/QC Manager). Pada tingkatan Manajerial
biasanya lebih mengobservasi bagaimana pembuatan SOP ataupun tindakan
dalam pengambilan keputusan.
c. IDB (Inspeksi Diri Bulanan) yaitu inspeksi yang dilakukan setiap bulan yang
dipimpin oleh Quality Supervisor. Quality Supervisor biasanya lebih
mengobservasi teknis di lapangan.
Untuk ketiga jenis diatas, penjadwalannya diatur agar tidak ada hari yang sama
untuk masing-masing jadwal inspeksi. Apabila seseorang ingin menjadi lead
auditor maka urutannya adalah satu kali menjadi observer auditor dan dua kali
menjadi auditor.
Aspek yang diteliti dalam inspeksi diri antara lain dokumentasi logbook,
peralatan, sistem mutu, produksi, bangunan dan fasilitas, kualitas dan validasi,
personalia (memastikan bahwa kompetensi personil yang bertugas sudah sesuai di
bidangnya), serta pengawasan mutu (biasanya pada laboratorium QC, apakah
peralatan bersih, MA (Method Analysis) telah dilaksanakan dengan baik atau
tidak, apakah telah menerapkan GMP dalam prakteknya). Pelaksanaan inspeksi
diri tidak lepas dari auditor, yaitu orang yang melaksanakan audit. Terdapat syarat
tertentu apabila akan menjadi seorang auditor, antara lain:
a) Memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidangnya (sudah bekerja minimal 1
tahun di Kalbe).
b) Memiliki latar belakang pendidikan yang cukup (sesuai tingkatan supervisor,
quality manager, Quality Group Health, dan lain sebagainya).
c) Telah menguasai CPOB, CPOTB, ISO 9001 dan sistem manajemen mutu lain.
d) Telah menjalani proses training dan telah dinyatakan lulus training (CPOB,
CPOTB, ISO, Halal).
Adapun alur dari inspeksi diri adalah sebagai berikut:
1. Proses Inspeksi Diri
Proses inspeksi diri ini meliputi pengecekan checklist oleh auditor berupa daftar
yang harus diamati selama proses inspeksi berlangsung yang sesuai dengan SOP.
Ketika ada temuan, maka akan dilakukan proses verifikasi dengan melihat ke lapangan
apakah temuan tersebut terjadi lagi atau tidak. Apabila terjadi lagi maka harus
menetapkan kembali akar permasalahannya, hal ini menandakan bahwa akar
permasalahan yang ditetapkan kemarin tidak efektif sehingga tidak membawa perubahan
walau telah diberikan langkah perbaikan.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
Materi 2:
Bangunan:
1. Persyaratan bangunan industri sesuai CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
2. Lay out bangunan
Capaian Pembelajaran:
Memahami persyaratan dan layout bangunan sesuai CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan persyaratan dan layout bangunan sesuai
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
Berdasarkan Perka BPOM No. 34 Tahun 2018 tentang penerapan CPOB pada Bab 3 Bangunan-
fasilitas, adapun syarat bangunan industri adalah sebagai berikut:
Prinsip
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak
dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
ketidakjelasan, kontaminasi silang, dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi
dan perawatan efektif untuk menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran,
dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
3. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara logis,
sehingga dapat memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan antara obat atau komponen obat
yang berbeda, mencegah kontaminasi silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan langkah proses pengolahan atau pengawasan.
4. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan
baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke
lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan
partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah
dan efektif.
5. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap rembesan,
permukaan rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat\ serta efisien apabila terjadi
tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk
lengkungan.
6. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi layanan lain hendaklah didesain dan dipasang
sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk
kepentingan pemeliharaan, sedapat mungkin hendaklah dapat diakses dari luar area
produksi.
7. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku penyangga berjarak cukup dari dinding untuk
memudahkan pembersihan menyeluruh.
8. Instalasi rangka atap, pipa dan saluran udara yang terpapar ke dalam ruangan hendaklah
dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi
tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.
9. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi terhadap produk.
10. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi parit perangkap
untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu
hendaklah dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
11. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan fasilitas pengendali
udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah kontaminasi dan
kontaminasi silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai
kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara
teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan
terhadap spesifikasi desain.
12. Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan pada jumlah maksimum
partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihan. Kelas kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat risiko terhadap
produk yang dibuat. Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan
produk steril.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril, dimana
persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi nonoperasional adalah
3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5
µm. Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari
jenis sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat.
Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan menurut Butir 3.21 di atas, hendaklah dilindungi.
13. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu (misalnya pada saat pengambilan
sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk,
pengemasan produk kering), memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
kontaminasi silang dan untuk memudahkan pembersihan.
14. Fasilitas pengemasan obat hendaklah didesain secara khusus dan ditata sedemikian rupa
untuk mencegah kecampurbauran atau kontaminasi silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat pencahayaan yang memadai, terutama di mana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan
tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa
sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam
area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap kontaminasi silang hendaklah selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.
4. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang masuk, bila diperlukan,
sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.
5. Apabila status karantina dijamin dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi
personel yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara
fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
6. Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan
sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka
pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi atau
kontaminasi silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel
hendaklah tersedia.
7. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang
ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
8. Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan zat atau
bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan
hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya
lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
9. Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran obat
menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini
agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci.
2. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan kontaminasi silang.
Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku
pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
3. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen
terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila
perlu untuk mengisolasi instrumen.
2. Fasilitas untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan
dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung
dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian untuk area produksi
hendaklah berada di area produksi namun terpisah dari ruang produksi.
3. Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan pemeliharaan peralatan terpisah dari area
produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel direa produksi,
hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat tersebut.
4. Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan dilengkapi
pintu masuk terpisah (akses hewan) serta fasilitas pengendali udara yang terpisah.
2. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian personel dan milik
pribadinya di tempat yang tepat.
3. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman hendaklah dibatasi di area
khusus, misalnya kantin. fasilitas ini hendaklah memenuhi standar saniter.
4. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah dikumpulkan di dalam wadah
yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara
teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter.
5. Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mengkontaminasi
peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi.
6. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens
fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan
dipatuhi untuk mencegah kontaminasi terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup
wadah, bahan pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida
tidak boleh digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
7. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta
menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih
yang harus digunakan untuk pembersihan fasilitas dan bangunan. Prosedur tertulis terkait
hendaklah dipatuhi.
8. Prosedur sanitasi hendaklah berlaku untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor atau
karyawan sementara maupun karyawan purnawaktu selama pekerjaan operasional biasa.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 3:
Mampu mengembangkan dan melakukan validasi metode analisis raw material dan finished
good
Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC:
1. Validasi proses (process validation)
2. Validasi pembersihan (cleaning validation)
3. Validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang (facility & utility validation)
4. Validasi produk (product quality validation)
Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen QC
2) Process Qualification
Fase ini dilakukan validasi secara menyeluruh, mirip dengan validasi prospektif
tradisional dengan membuat Rencana Induk Validasi (RIV), kualifikasi pada
equipment train, validasi proses, dan validasi pembersihan. Jumlah batch untuk
dilakukan validasi ditetapkan berdasarkan analisis statistik. Umumnya dilakukan
pada 3 batch produksi.
Ketiga pendekatan validasi proses yang telah dilakukan dan telah tervalidasi masih
memerlukan validasi selama siklus hidup produk berupa verifikasi on-going. Verifikasi
proses on-going dilakukan untuk membuktikan mutu produk dan kinerja proses selalu dalam
keadaan terkendali dan tervalidasi sepanjang siklus hidup dan berlaku untuk semua
pendekatan validasi. Monitoring OPV harus lebih sering daripada PQR dan menjadi bagian
dari penunjang PQR, sehingga OPV bukan dan tidak bisa menjadi pengganti PQR.
2. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan bertujuan untuk melihat efektivitas dari prosedur pembersihan
peralatan atau mesin yang kontak langsung dengan produk, membersihkan deterjen yang
digunakan, dan mengendalikan cemaran mikroba pada alat atau mesin. Metode analisis
untuk menguji sampel validasi pembersihan harus divalidasi terlebih dahulu dan dapat
dianalisis kadar cemaran sampel dengan LOQ yang sama atau lebih kecil dari batas
penerimaan.
Validasi pembersihan tidak hanya dapat dilakukan secara visual, tetapi perlu juga dilakukan
sampling secara fisika, kimiawi, dan mikrobiologi. Metode sampling yang digunakan untuk
fisika dan kimiawi adalah swab test dan rinse test, sedangkan metode untuk mikrobiologi
ialah contact plate, swab test, dan rinse test.
a. Swab test: sampling dengan melakukan pengapusan pada bagian alat yang kontak
dengan produk menggunakan cotton swab yang diapus secara zig zag berukuran 5x5 cm
pada alat.
b. Rinse test: sampling dengan menggunakan pelarut pembilas yang kontak dengan alat.
Uji ini dilakukan untuk alat yang sulit dijangkau dengan metode swab test. Rinse test
digunakan untuk analisis kandungan residu dan mikroba.
c. Contact plate: sampling mikrobiologi untuk alat dengan permukaan yang datar. Metode
ini diutamakan dalam pengambilan sampel mikrobiologi. Jika tidak memungkinkan
dapat menggunakan metode swab dan rinse.
Dalam melakukan validasi pembersihan, perlu dilakukan penetapan marker berupa residu
zat aktif suatu produk dari masing-masing yang digunakan dalam proses pembuatan,
khususnya mesin yang termasuk dalam equipment train. Penetapan marker digunakan
sebagai penetapan worst case dengan asumsi marker yang dipilih adalah produk dengan zat
aktif yang sukar dibersihkan dan mempunyai toksisitas tertinggi. Bila marker yang paling
“sukar” dapat dibersihkan maka produk dengan zat aktif yang lebih mudah akan lebih
mudah dibersihkan. Marker ditetapkan melalui tingkat resiko yang dikategorikan menjadi
kemudahan pembersihan, kelarutan dalam air, LD50, dan dosis terapetik. Hasil dari tingkat
masing-masing kategori dikalikan lalu produk dengan skor tertinggi dijadikan sebagai
marker mesin tersebut. Jika terdapat >1 produk yang memiliki skor sama, penentuan marker
dilihat dari produk mana yang paling sulit untuk dibersihkan, tetapi jika sama-sama sulit
dibersihkan kemudian dapat dilihat melalui parameter prioritas lainnya. Ketika semuanya
sama, hal yang perlu diperhatikan terakhir adalah jumlah volume produksi per tahun.
Carry Over (CO) adalah salah satu kriteria penerimaan dari residu produk. CO masing-
masing residu produk tidak boleh melebihi Maximum Allowable Carry Over (MACO).
Dalam 1 equipment train, nilai CO total dari keseluruhan mesin tidak boleh melebihi MACO
total. Hasil akan tetap diterima walaupun CO salah satu mesin melebihi MACO mesin
dengan membuat Out of Expectation (OOE). Jika CO total melebihi MACO total maka
validasi pembersihan dianggap gagal dan perlu dilakukan pengkajian ulang. Perhitungan CO
menggunakan 4 rumus sebagai berikut.
𝐿𝐷50 × 𝐵𝑊 ×𝑀𝐵𝑆
Formula 1 MACO: 2000 × 𝑆𝐹 × 𝑀𝑇𝐷𝐷 𝑛𝑒𝑥𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
Keterangan
MBS: Minimum Batch Size (mg)
LD50: Median Lethal Dose (mg/kg BW)
BW: Ideal Body Weight (70 kg)
SF: Safety Factor (1000)
MTDD: Maximum Therapeutic Daily Dose (mg)
TDD previous: Standard Therapeutic Daily Dose of The Investigated Product (in the same
dosage from as TDD next) (mg/day)
TDD next: Standard Therapeutic Daily Dose for The Next Product (mg/day)
PDE: Permitted Daily Exposure (mg)
MDD: Maximum Daily Dose (mg)
Dari keempat rumus tersebut, dipilih hasil yang terkecil, karena dengan menggunakan hasil
tersebut pasti akan memenuhi 3 rumus lainnya. Tidak semua produk memiliki PDE, karena
tidak bisa dilakukan kepada manusia.
Dalam pembersihan, terdapat parameter yang perlu ditetapkan pada timeline seputar proses
pembersihan, yaitu Clean Holding Time (CHT) dan Dirty Holding Time (DHT). CHT
merupakan waktu maksimal mesin dan peralatan didiamkan dalam kondisi bersih setelah
dibersihkan sampai proses produksi mulai kembali, sedangkan DHT adalah waktu maksimal
mesin dapat didiamkan dalam kondisi kotor sejak mesin terakhir digunakan sampai mesin
dibersihkan kembali. Lebih baik menerapkan CHT dibandingkan DHT, karena semakin
lama mesin dibiarkan kotor maka akan semakin sulit untuk dibersihkan. Setiap mesin
memiliki CHT dan DHT yang berbeda. Metode pemeriksaan CHT adalah visual dan
mikrobiologi (swab), sedangkan DHT adalah mikrobiologi (swab). Selain CHT dan DHT,
terdapat istilah lain, yaitu batch campaign yang merupakan berapa banyak batch dan lama
hari dapat berjalan berturut-turut di suatu mesin tanpa adanya pembersihan. Misalnya uji
awal dengan memproduksi 5 batch dalam 3 hari di FBD. Sisa dari batch sebelumnya akan
terkena panas secara terus menerus sampai batch ke-5. Setelah semua batch selesai,
dilakukan pengujian mikrobiologi dan residu zat aktif apakah terdapat perubahan senyawa.
Jika ternyata hanya 3 batch awal yang memenuhi syarat, berarti batch campaign-nya
maksimal 3 batch dalam 3 hari. Batch campaign berbeda dengan DHT, karena mesin
berjalan terus menerus tidak hanya didiamkan kotor.
Kualifikasi kinerja adalah tindakan verifikasi yang terdokumentasi bahwa fasilitas, sistem,
dan peralatan dapat berfungsi secara efektif dan berulang, berdasarkan metode proses dan
spesifikasi produk. Kualifikasi ini dilakukan terhadap placebo atau terhadap produk
langsung dengan kecepatan optimal minimal 3 batch. Rekualifikasi dilaksanakan 3 tahun
sekali. Setelah semua tahapan kualifikasi, dilakukan pembuatan summary report kualifikasi
mesin tersebut.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 4:
Mampu memahami proses produksi, melakukan IPC serta mengembangkan dan melakukan
validasi proses produksi
Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen produksi dan validasi proses
1. Departemen Produksi
2. Produksi utama: Sediaan tablet, liquid, steril
3. Produksi khusus: misal beta-laktam (jika ada)
4. Proses pengemasan
5. Pengembangan formulasi dan proses, scale-up, pemilihan sistem kemasan,
pengembangan metode analisis, uji stabilitas
6. Validasi proses (process validation)
Capaian Pembelajaran:
Memahami dan mendesain proses produksi dan validasi proses
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan dan membuat desain proses produksi dan validasi proses
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam departemen produksi, sesuai yang diatur oleh CPOB,
meliputi :
1. Pembelian bahan baku, baik bahan baku maupun bahan pengemas
2. Verifikasi proses
3. Pencegahan kontaminasi silang
4. Sistem penomoran batch
5. Penimbangan dan pengolahan
6. Tindakan terhadap bahan dan produk yang dipulangkan
7. Karantina dan pengiriman produk jadi
8. Catatan pengendalian pengiriman obat
9. Penyimpanan bahan prematur, bahan pengemas, produk antara, produk curah dan produk
jadi, serta transportasi.
Segala aktivitas dalam produksi hendaklah dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
Selain aktivitas yang dilakukan, produksi juga hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil
yang kompeten. Secara umum, departemen produksi bertanggung jawab untuk memproduksi
produk sesuai yang telah ditargetkan dan sesuai dengan jadwal produksi bulanan (JPB) yang
telah ditetapkan. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI)
yang disusun oleh Departemen Research & Development (R&D) dan dikeluarkan oleh
Departemen Procurement di mana formula dan proses telah divalidasi melalui beberapa tahap.
Pada industri farmasi, utamanya memproduksi sediaan solid, liquid, dan steril. Di mana dalam
melakukan produksi sediaan solid, aktivitas yang dilakukan adalah :
1. Pencampuran dan Granulasi
Dalam proses pencampuran dan granulasi digunakan mesin pencampur, pengayakan dan
pengaduk yang dilengkapi dengan sistem pengendalian debu, kecuali apabila digunakan
sistem tertutup. Selama proses pencampuran, parameter operasional yang kritis untuk
diperhatikan adalah waktu, kecepatan dan pencampuran. Parameter-parameter ini
hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk dan dipantau selama proses
berlangsung serta dicatat dalam batch record.
2. Pencetakan Tablet
Tablet dicetak menggunakan mesin pencetak tablet yang dilengkapi dengan fasilitas
pengendalian debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan
kecampurbauran antar produk. Untuk mencegah kecampurbauran perlu dilakukan
pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun penandaan. Selama
proses pencetakan tablet (IPC), kerap dilakukan pemantauan bobot tablet sehingga
hendaklah selalu tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi. Tablet yang
diambil untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke
dalam batch yang bersangkutan. Selain itu, tablet yang reject harus ditempatkan dalam
wadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada batch
record. Sebelum melakukan proses pencetakan tablet, punch dan die perlu diperiksa
keausan dan kesesuaian terhadap spesifikasi.
3. Penyalutan
Penyalutan tablet dilakukan untuk menutupi rasa dari obat yang tidak enak, melindungi
obat dari pembusukan karena pengaruh lembab atau oksigen, memisahkan kandungan
yang incompatible, mengendalikan pelepasan obat di dalam saluran GI dan memudahkan
identifikasi tablet.
Berbeda dengan produksi sediaan solid, dalam produksi sediaan cair, krim dan salep (non-steril)
perlu tindakan khusus seperti penggunaan sistem tertutup baik selama pengolahan maupun
proses transfer untuk mencegah kontaminasi karena produk tersebut mudah terkena kontaminasi
terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses. Kualitas kimia dan mikrobiologi air
yang digunakan juga harus ditetapkan dan selalu dipantau untuk menghindari perkembangbiakan
mikroba. Selain itu, perlu dilakukan validasi terhadap proses pencampuran dan pengisian untuk
mempertahankan homogenitas campuran, suspensi, dan produk lain selama pengisian.
Setelah produk telah selesai diproduksi, departemen produksi juga bertanggung jawab dalam
melakukan pengemasan produk, baik pengemasan primer, sekunder, maupun tersier. Kegiatan
pengemasan berfungsi untuk membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi yang
dalam aktivitasnya perlu dilakukan pengendalian secara ketat untuk menjaga identitas, keutuhan
dan mutu produk akhir yang dikemas. Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain
memerlukan prakodifikasi berupa nomor batch, tanggal kedaluwarsa dan informasi lain yang
perlu dilakukan pengecekan secara ketat. Perlu perhatian khusus untuk meminimalkan risiko
kontaminasi silang, kecampurbauran atau kekeliruan. Produk yang berbeda tidak boleh dikemas
berdekatan kecuali ada segregasi fisik. Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat
diperkecil dengan cara sebagai berikut:
1. Menggunakan label dalam gulungan
2. Pemberian penandaan batch pada jalur pemasangan label
3. Menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis
4. Label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda
5. Pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu selama dan pada akhir
proses pengemasan
Dalam segala proses produksi, perlu dilakukan validasi proses yang merupakan tindakan
pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk
menghasilkan produk jadi memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan. Validasi
proses meliputi fasilitas, sistem, peralatan dan proses hendaklah dievaluasi secara berkala oleh
personil yang mendapat pelatihan validasi yang sesuai untuk verifikasi bahwa fasilitas, sistem,
peralatan, dan proses tersebut masih bekerja dengan baik. Validasi proses mencakup :
1. Uraian singkat suatu proses
2. Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi daftar
peralatan/fasilitas yang digunakan
3. Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
4. Daftar metode analisa yang seharusnya
5. Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
6. Pengujian tambahan yang dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode
analisanya
7. Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi)
8. Metode pencatatan dan evaluasi hasil, fungsi dan tanggung jawab, dan jadwal yang
diusulkan.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 5:
Mampu melakukan pengujian mutu sediaan, penanganan limbah serta dapat menginterpretasi
hasil pengujian
Materi 1:
Ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air untuk produksi
1. Sistem penghasil purified water
2. Proses purifikasi air
3. Water for injection
Capaian Pembelajaran:
Memahami ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air untuk
produksi
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan ruang lingkup, tugas dan wewenang departemen teknik dan pengolahan air
untuk produksi
Departemen Teknik
Departemen teknik/engineering adalah salah satu bagian yang menunjang proses produksi
dengan cara memelihara dan melakukan perawatan semua mesin di setiap departemen.
departemen ini menjadi pendukung utama kegiatan produksi di mana memiliki tanggung jawab
dalam pengadaan, perbaikan, pemeliharaan gedung, sarana penunjang, dan mesin-mesin yang
digunakan dalam industri farmasi. departemen ini dipimpin oleh seorang manager yang
bertanggung jawab langsung terhadap plant manager. Departemen teknik terdiri dari tiga bagian
sebagai berikut.
1. Maintenance
Bagian ini berperan memastikan pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesin produksi sesuai
dengan prosedur yang berlaku, serta mengontrol pelaksanaan instalasi mesin baru dan
pemeliharaannya agar dapat mencegah kerusakan.
2. Utility
Bagian ini berperan memastikan tersedianya sumber energi dan sarana penunjang lain untuk
keperluan produksi dan operasional perusahaan agar semua proses dapat berjalan dengan
lancar dan biaya yang efektif. Utility bertanggung jawab pula terhadap perawatan fasilitas
sipil dan mesin utilitas dasar seperti HAC dan power house.
3. Building
Bagian ini berperan dalam melaksanakan perawatan gedung di lingkungan PT Kalbe Farma
Cikarang berjalan lancar sesuai standar dan jadwal yang ditetapkan.
4. Workshop
Bagian ini berperan dalam mengkoordinasikan dan menindaklanjuti kebutuhan user dalam
pembuatan atau perbaikan sparepart mesin produksi dan alat bantu pendukung lainnya.
2. Active carbon filter adalah filter karbon yang telah diaktifkan menggunakan uap bertekanan
tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorpsi yang
sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi
sebagai pretreatment sebelum proses deionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine,
benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau, dan rasa dalam air.
3. Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan
tingginya tingkat kesadahan air.
4. Reverse Osmosis adalah teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkan
hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. RO terdiri dari lapisan filter yang
sangat halus hingga 0,0001 mikron.
5. Electronic Deionization (EDI) adalah perkembangan dari ion exchange system sebagai
pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda di samping resin. Elektroda ini dihubungkan
dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus
tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan
ditampung dalam tangki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning
in place) dan looping system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
Sumber air PT Kalbe Farma adalah city water yang mengelola air di kawasan EJIP. PT Kalbe
Farma memiliki 4 unit tangki dengan kapasitas penyimpanan air sebanyak 400 ton. Proses ini
dimulai dari air sungai disaring untuk city water lalu air bersih yang dihasilkan dikirim ke PT
Kalbe Farma. City water yang diterima kemudian melewati proses pretreatment yang dimulai
dengan melewati multimedia filter seperti ijuk, batu bata, dan partikel-partikel besar, sehingga
pasir, lumpur, dan partikel dalam air akan terjebak di filter tersebut. Setelah itu, air yang telah
disaring diberikan injeksi klorin (chlorination) untuk membunuh bakteri-bakteri. Raw water
yang dihasilkan ditampung dalam raw tank. Air yang telah ditampung kemudian dipompa ke
filter karbon dengan pressure tank. Pressure tank berfungsi untuk menstabilkan tekanan air agar
debit air bisa stabil. Setelah itu, air tersebut melewati free chlorine controller untuk mencegah
klorin terikut dalam air.
Hasil dari proses ini menjadi 2 kegunaan, yaitu drinking water yang akan didistribusikan ke
ruangan seperti office dan raw water untuk produksi. Raw water untuk produksi selanjutnya
ditambahkan softener dan dimasukkan ke dalam tangki lalu dipompa ke Reverse Osmosis (RO)
yang sebelumnya melewati penyinaran UV untuk menyaring mikroba yang masih hidup. Air
yang dihasilkan dari RO memiliki konduktivitas tidak lebih dari 30 microsiemens. Air ini
kemudian masuk ke electrodeionization (EDI) dan diperoleh konduktivitas akhir sekitar 0,04
hingga kurang dari 1,3 microsiemens. Hasil dari EDI ialah Water For Industry yang disimpan di
holding tank di mana tank ini selalu mengalir 24 jam. Terdapat 2 cara untuk menjaga purified
water dari kontaminan, yaitu dengan metode panas atau filter yang kemudian dilewatkan
penyinaran UV. Untuk purified water yang digunakan dalam produksi sediaan padat
dipertahankan dengan filter 0,2 mikron dan dilewatkan UV, sedangkan untuk sediaan cair
digunakan sistem pemanasan dengan suhu 80 C.
Air disaring kembali dengan mikrofilter berupa keramik lalu dikirimkan ke departemen produksi.
Air untuk toilet dan siram tanaman berasal dari limbah yang diolah kembali. Looping speed tidak
boleh kurang dari 1 m/s untuk menjaga putaran air tetap turbulen dan tidak terjadi pertumbuhan
mikroba. Sebelum air masuk kembali ke tangki, air akan disanitasi dengan ozon.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
Materi 2:
Penanganan dan pengendalian limbah
a. Sistem pengelolaan limbah industri
b. Pengelolaan limbah B3
c. Environmental, Health, & Safety (EHS)
Capaian Pembelajaran:
Memahami penanganan dan pengendalian limbah
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penanganan dan pengendalian limbah
1. Limbah B3 kategori 1
Penetapan limbah sebagai B3 kategori 1 ditetapkan jika limbah memiliki karakteristik mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif; memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar lebih besar atau sama dengan konsentrasi zat pencemar TCLP-A untuk
karakteristik beracun melalui uji TCLP; dan/atau memiliki nilai LD50 lebih kecil atau sama
dengan 50 mg/kg berat badan hewan uji untuk karakteristik beracun melalui uji toksikologi
LD50.
2. Limbah B3 kategori 2
Penetapan limbah sebagai B3 kategori 2 ditetapkan jika memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar yang memenuhi ketentuan lebih kecil atau sama dengan nilai konsentrasi zat
pencemar TCLP-A dan lebih besar dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B; memiliki
nilai LD50 yang memenuhi ketentuan lebih besar dari 50 mg/kg berat badan hewan uji dan
lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg berat badan hewan uji untuk karakteristik
beracun melalui uji toksikologi LD50; memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi
subkronis berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji, dan histopatologis.
3. Limbah non B3
Penetapan limbah sebagai nonB3 ditetapkan jika tidak memiliki karakteristik mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif; memiliki nilai konsentrasi zat
pencemar sama dengan atau lebih kecil dari nilai konsentrasi zat pencemar TCLP-B, untuk
karakteristik beracun melalui uji TCLP; memiliki nilai LD50 lebih besar dari 5000 mg/kg
berat badan hewan uji, untuk karakteristik beracun melalui uji toksikologi LD50; dan tidak
memiliki karakteristik beracun melalui uji toksikologi subkronis berdasarkan hasil
pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon
antar individu hewan uji, dan histopatologis.
Jenis simbol dan label limbah B3 menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 14
Tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan digunakan di
PT Kalbe Farma adalah sebagai berikut.
1. Simbol limbah B3 Berbahaya Terhadap Lingkungan
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam, memuat gambar berupa pohon berwarna hitam, gambar ikan berwarna
putih, dan gambar tumpahan limbah B3 berwarna hitam yang terletak di sebelah garis
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah terdapat tulisan BERBAHAYA
TERHADAP dan di bawahnya terdapat tulisan LINGKUNGAN berwarna hitam, serta
blok segilima berwarna merah.
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam, memuat gambar infeksius berwarna hitam terletak di sebelah bawah
sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengahnya terdapat tulisan
INFEKSIUS berwarna hitam, dan di bawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.
Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah B3,
identitas limbah B3, serta kuantifikasi limbah B3 dalam kemasan limbah B3. Label
limbah B3 berukuran paling rendah 15 cm x 20 cm dengan warna dasar kuning serta garis
tepi berwarna hitam, dan tulisan identitas berwarna hitam serta tulisan PERINGATAN !
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah. Label limbah B3 diisi dengan huruf cetak
yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada setiap kemasan limbah
B3, dan yang disimpan di tempat penyimpanan. Pada label limbah B3 wajib dicantumkan
identitas sebagai berikut.
a. Penghasil, nama perusahaan yang menghasilkan limbah B3 dalam kemasan.
b. Alamat, alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah.
c. Telp, nomor telepon penghasil, termasuk kode area.
d. Fax, nomor faksimile penghasil, termasuk kode area.
e. Nomor penghasil, nomor yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup kepada
penghasil ketika melaporkan.
f. Tanggal pengemasan, data tanggal saat pengemasan dilakukan.
g. Jenis limbah, keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok jenisnya (cair,
padat, sludge anorganik, atau organik, dll).
h. Kode limbah, kode limbah yang dikemas.
i. Jumlah limbah, jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan (ton, kg, atau m3).
j. Sifat limbah, karakteristik limbah B3 yang dikemas (sesuai simbol limbah B3 yang
dipasang).
k. Nomor, nomor urut pengemasan.
3. Bioremediasi
Cara ini dilakukan untuk limbah yang memiliki konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH) paling tinggi 15% di mana jika lebih dari 15% harus dilakukan pretreatment untuk
menurunkan konsentrasi TPH hingga memenuhi ketentuan dan hasil uji logam berat
memenuhi baku mutu lebih kecil dari atau sama dengan TCLP-B. Metode yang digunakan
adalah landfarming dan/atau biopile. Cara bioremediasi dilakukan di permukaan tanah pada
kondisi aerob, mencampur bahan pencampur dengan limbah B3 yang akan diolah dengan
perbandingan 1:1 dari volume limbah B3 yang akan diolah, pencampuran bahan penggembur
antara 10 - 15% dari volume limbah B3 yang akan diolah, proses pengolahan dilakukan
dengan pemberian oksigen melalui pipa dan/atau pengadukan manual, menghamparkan
limbah B3 di fasilitas pengolahan dengan ketinggian paling tinggi 30 cm, mempertahankan
nilai kadar air optimum limbah yang diolah antara 15 - 25%, pengaturan pH optimum hingga
mendekati pH netral, dan penambahan zat makanan atau unsur hara.
4. Elektrokoagulasi
Cara ini dilakukan untuk limbah B3 fase cair. Prosedur elektrokoagulasi harus memenuhi
ketentuan penampungan dan pemisahan antara pengotor dan limbah B3, proses koagulasi
pada reaktor menggunakan aliran listrik searah dengan arus maksimal dan tegangan yang
telah disesuaikan, volume limbah B3 yang diumpankan per satuan waktu, dan pemisahan
antara residu dengan air limbah hasil olahan.
5. Pencucian
Cara ini dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan menghilangkan gas-gas berbahaya (gas
freeing), pembersihan dinding tangki (tank washing), memindahkan air hasil pencucian (de-
sloping), mengangkat limbah B3 (de-mucking), dan mengemas residu hasil pencucian tangki
kapal (packing).
Proses pengolahan limbah di PT Kalbe Farma menggunakan metode stabilisasi dan solidifikasi
sesuai dengan skema berikut.
Limbah domestik dan industrial dicampur menjadi satu di dalam sump well lalu masuk ke dalam
reactor tank. Limbah yang berada di dalam reactor tank kemudian dilakukan penyesuaian pH.
Setelah pH sesuai, limbah masuk ke dalam anaerobe tank di mana berisi bakteri anaerob.
Anaerobe tank memiliki trickling filter dengan banyak material seperti gula pasir dan urea untuk
mempertahankan bakteri anaerob tetap hidup. Limbah dari anaerobe tank kemudian berpindah
ke aerobe tank yang dilengkapi mixer agar udara bisa masuk ke dalam air. Setelah dilakukan
penguraian di aerobe tank, limbah dimasukkan ke dalam mixing tank. Dalam mixing tank
tersebut, limbah diberikan Poly Aluminium Chloride (PAC) yang merupakan suatu koagulan
sehingga terjadi proses sedimentasi limbah menjadi seperti lumpur. Endapan yang terbentuk
dipompa ke drying bed dan filtrat air dialirkan ke clarifier berupa saringan berbentuk V.
Sebagian endapan yang dipompa ke drying bed akan masuk ke dalam filter press untuk
mempercepat penguapan. Dalam drying bed, endapan akan dikeringkan lalu endapan tersebut
akan dibuang ke PPLI setiap seminggu sekali. filtrat air yang telah dimasukkan ke dalam
clarifier akan disaring kembali dengan zeolit dan karbon. Setelah air limbah tersaring, air
tersebut akan ditampung di clear well dan sudah aman untuk lingkungan.
Untuk mencegah kecelakaan kerja terjadi, maka diperlukan strategi pencegahan dengan
pendekatan sistematis. Upaya meminimalkan unsafe act dan unsafe condition dilakukan dengan
HIRADC, yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk Assessment (Penilaian Risiko),
dan Determining Control (Penetapan Pengendalian). HIRADC adalah metode penilaian risiko
dari suatu pekerjaan yang ada di suatu perusahaan sehingga bisa memperoleh gambaran prioritas
pekerjaan yang harus dikendalikan bahayanya. Proses ini mengidentifikasi bahaya yang dapat
terjadi dalam aktivitas rutin atau nonrutin dalam perusahaan untuk selanjutnya dilakukan
penilaian risiko dari bahaya tersebut. Contoh HIRADC adalah sebagai berikut.
SOP
Kegiatan
Perbaikan OK
Terdapat lima urutan dalam pengendalian risiko K3, yaitu eliminasi, substitusi,
engineering/perancangan, administrasi, dan APD.
1. Eliminasi
Pengendalian risiko dengan menghilangkan sumber bahaya. Eliminasi menjadi puncak
tertinggi dalam pengendalian risiko K3, karena ketika bahaya dihilangkan maka
kemungkinan ancaman akan sangat kecil.
2. Substitusi
Pengendalian risiko dengan penggantian suatu alat, mesin, atau barang yang memiliki bahaya
dengan yang tidak memiliki bahaya. Misalnya, suatu mesin diesel memiliki kebisingan yang
tinggi sehingga dapat membahayakan karyawan, sehingga mesin tersebut diganti dengan
mesin lain yang kebisingannya lebih kecil. Substitusi dilakukan apabila eliminasi tidak dapat
dilakukan.
3. Perancangan
Pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan mengendalikan
bahaya. Perancangan dilakukan apabila substitusi tidak bisa dilakukan, seperti karena biaya
yang mahal. Misalnya, mesin diesel yang kebisingannya tinggi dapat dimodifikasi
sedemikian rupa seperti membuat ruangan tersendiri agar kebisingannya menjadi lebih kecil.
4. Administrasi
Pengendalian risiko secara nonteknis dengan membuat prosedur kerja, pembuatan aturan
kerja, pelatihan kerja, penempatan tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu, dan
lain-lain.
5. APD
Pengendalian risiko terakhir yang banyak digunakan karena sederhana dan murah, tetapi
memiliki proteksi yang tidak lebih kuat dari 4 pengendalian lainnya/
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 6:
Mampu memahami manajemen produksi dan PPIC: pengadaan raw material,
penyimpanan/gudang, desain proses produksi
Materi 1:
Penerapan sistem manajemen PPIC di industri farmasi
Flow of material:
1. Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC)
2. Supply chain bahan baku
3. Analisis forecasting
4. Pemilihan bahan, pengadaan/pembelian, penyimpanan
Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan sistem manajemen PPIC di industri
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan sistem manajemen PPIC di industri
b. PPIC
i. PPIC FG : Memperkirakan kebutuhan yang diusulkan oleh marketing
menjadi Rolling Production Plan (RPP) dengan pertimbangan stock,
buffer stock, work in process (WIP), batch size, average selling out,
pending order, dan day of inventory (DOI). RPP merupakan rencana
produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch. Selain
itu, bertugas menghitung kebutuhan produk yang harus diproduksi atau
merencanakan produksi untuk menjamin ketersediaan produk sesuai
kebutuhan marketing dan memastikan ketersediaan produk di gudang
pusat tetap terjaga inventory level yang ada.
iii. PPIC site: Bekerja sama dengan produksi untuk melakukan penjadwalan
produksi agar memenuhi kebutuhan yang ada; Merancang dan memantau
jadwal kerja produksi (membuat JPH/Jadwal Produksi Harian);
Monitoring pencapaian produksi untuk menjamin pemenuhan produksi
sesuai dengan kebutuhan; Menyiapkan, memperbanyak, dan
mendistribusikan dokumen PPI yang digunakan untuk produksi;
Memantau pereleasean material dari QC
c. Toll (toll in/out): mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in untuk
menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh rekanan
yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak tersedia/
tidak mencukupi.
Analisis forecasting
Menurut Kushartini dan Almahdy (2016) dalam Jurnal PASTI. Forecasting adalah proses untuk
memperkirakan jumlah kebutuhan di masa datang. Jumlah tersebut meliputi ukuran kuantitas,
kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau
jasa. Menurut Sofyan, D.K. (2013) dalam buku Perencanaan & Pengendalian Produksi.
Forecasting adalah suatu kegiatan memperkirakan atau memprediksikan kejadian di masa yang
akan datang. Tujuan pentingnya sebuah perusahaan melakukan analisis forecasting adalah
sebagai kajian bagi kebijakan perusahaan yang berlaku pada saat ini, masa lalu, serta sejauh
mana pengaruhnya di masa depan. Selain itu, adanya time gap antara kebijakan dengan
implementasinya. Perusahaan memiliki acuan atau arah sehingga setiap kebijakan sejalan dengan
tujuan perusahaan. Memberikan solusi strategis apabila di masa depan menghadapi masalah yang
berkaitan dengan bisnis. Permintaan selalu saja menghadapi anomali atau perubahan dan tentu
bisa saja berbeda dari masa lalu dengan masa depan. Dan analisis forecasting penting untuk
menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi analisis forecasting:
1. Sifat produk yaitu jangka waktu produk yang akan diproduksi. Apakah produksi jangka
panjang atau pendek.
2. Metode distribusi yaitu jangkauan pasar antara perusahaan dengan konsumen.
Kemampuan perusahaan dalam menjangkau konsumennya di dalam pasar.
3. Posisi perusahaan dalam pasar. Apakah perusahaan tersebut market leader, penantang
baru atau hanya ikut meramaikan pasar tersebut.
4. Tingkat persaingan. Bagaimana posisi perusahaan dengan pesaingnya. Apa kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi antara perusahaan dengan pesaing.
5. Data historis. Segala data kejadian yang berhubungan dengan perusahaan di masa lalu.
Biasanya data yang diambil setidaknya merupakan data perkembang dari lima tahun lalu.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
Materi 2:
Penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi
Logistik:
1. Departemen Logistik
2. Koordinasi logistik dengan departemen lainnya
3. Jenis jenis gudang penyimpanan
Capaian Pembelajaran:
Memahami penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan penerapan sistem manajemen di gudang bahan baku dan produk jadi
Departemen Logistik
Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan,
penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan produk jadi. Secara struktural
departemen logistik dipimpin oleh seorang Manajer Logistik yang membawahi lima supervisor
gudang, yaitu supervisor gudang bahan baku dan wadah, supervisor gudang penyimpanan,
supervisor gudang kemasan, serta supervisor gudang produk dan sarana promosi. Bagian
Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
bahan baku, wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen
Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC,
Produksi, dan Teknik.
Sistem pengadaan material oleh gudang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Push System yang
melakukan pengadaan sesuai Jadwal Produksi Mingguan (JPM) dan Pull System yang
melakukan pengadaan sesuai permintaan atau kebutuhan. Sistem pengeluaran/penyerahan
material berdasarkan FEFO dan FIFO. Departemen yang berhubungan dengan logistik yaitu
departemen QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik.
Gambar 14. Alur masuk bahan di logistik hingga produksi
c. Gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan sekunder berupa
master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya ke setiap line produksi
berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama
seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian
kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka
kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO (First in First
Out) juga diterapkan untuk pengiriman kemasan sekunder untuk produksi.
d. Gudang produk
1) Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi adalah
menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
2) Menata dan menyimpan produk.
3) Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya) atas Sales
Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir Kebutuhan Barang
(FKB).
4) Melaksanakan cycle count produk.
5) Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
6) Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas permintaan
Marketing.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
CPMK 7:
Mampu melakukan penggalian informasi, menyiapkan dan menyusun informasi untuk registrasi
sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan obat kembalian
Materi 1:
Tata cara registrasi sediaan farmasi, penanganan keluhan dan obat kembalian
Capaian Pembelajaran:
Memahami tata cara registrasi sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan obat
kembalian
Indikator/Parameter Kesuksesan:
Mampu menjelaskan tata cara registrasi sediaan farmasi, serta mampu menangani keluhan dan
obat kembalian
Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar. Registrasi ini
termasuk dalam kategori 7. Obat yang harus diregistrasi adalah obat produksi dalam
negeri dan obat impor. Obat impor yang perlu diregistrasi adalah obat baik dalam bentuk
produk ruahan maupun produk jadi dan diutamakan untuk program kesehatan nasional,
penemuan baru (masih dalam perlindungan paten atau obat originator), dan/atau
dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri (teknologi khusus yang belum
dimiliki industri farmasi Indonesia, obat penyakit langka (Orphan Drug), dll).
Registrasi narkotika hanya bisa dilakukan oleh industri yang memiliki izin khusus untuk
produksi narkotika. Registrasi obat lisensi hanya bisa dilakukan industri yang
mendapatkan penunjukan dari pemberi lisensi. Registrasi obat khusus ekspor harus
dilakukan baik pada obat produksi dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan obat
impor khusus ekspor. Registrasi obat dengan zat aktif yang dilindungi paten di Indonesia
hanya dapat dilakukan oleh pemilik hak paten atau pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik
hak paten. Jika terdapat industri farmasi bukan pemilik hak paten yang akan
mendaftarkan obat generic dengan zat aktif yang masih dilindungi paten, maka dapat
melakukan registrasi obat generik pertama (belum ada obat generik untuk zat aktif
tersebut di Indonesia). Registrasi obat generik diajukan oleh pendaftar menggunakan
nama generik dan seluruh tahapan pembuatan obat dilakukan di dalam negeri.
Tahapan registrasi terdiri dari pra registrasi dan registrasi. BPOM telah mengembangkan
sistem registrasi obat secara online melalui New-AeRO (Aplikasi e-Registrasi Obat dan
Produk Biologi), sehingga memudahkan pendaftar untuk melakukan registrasi secara
elektronik. Praregistrasi dilakukan untuk penapisan registrasi, yaitu penentuan kategori
registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen
registrasi. Pra Registrasi tidak diperlukan jika produk tersebut adalah obat generik dan
obat generik bermerek yang tidak wajib BE dan bentuk sediaan konvensional, registrasi
variasi major yang tidak memerlukan uji klinik, registrasi variasi minor, registrasi variasi
notifikasi, dan registrasi ulang. Dokumen registrasi yang diperlukan terdapat empat
bagian sesuai format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD), yaitu bagian 1 berisi
dokumen administratif, informasi produk, dan label; bagian 2 berisi dokumen mutu;
bagian 3 berisi dokumen nonklinik; dan bagian 4 berisi dokumen klinik. Dokumen yang
telah dikumpulkan pendaftar kemudian diunggah melalui aplikasi New-AeRO. Setelah
itu, pendaftar akan menerima Surat Perintah Bayar (SPB) dan membayar sesuai dengan
jumlah yang tertera pada SPB. Pada tahapan ini, pihak BPOM dapat meminta tambahan
data untuk keperluan pra registrasi saat dievaluasi dalam jangka waktu maksimal 40 hari
kerja setelah pembayaran terverifikasi. Tambahan data atau dokumen yang diperlukan
harus dipenuhi maksimal 20 hari kerja setelah permintaan tersebut diterbitkan. Jika dalam
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pendaftar dapat mengajukan masa
perpanjangan pemenuhan tambahan data sebanyak satu kali. Selama proses pemenuhan
tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut dihentikan (clock off) sampai
tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Hasil Pra Registrasi (HPR) diterbitkan paling
lama 40 hari kerja setelah permohonan diterima dan dinyatakan dokumen telah lengkap.
HPR menjadi syarat untuk dapat melakukan tahap registrasi. Pada HPR terdapat
dokumen yang harus ditambahkan saat proses registrasi dan harga yang harus dibayar
untuk proses registrasi.
Tahap registrasi tidak jauh berbeda dengan pra registrasi. Obat yang telah melalui tahap
pra registrasi terlebih dahulu dapat menambahkan data-data sesuai permintaan dari HPR,
sedangkan obat yang tidak melalui pra registrasi melakukan pengunggahan dokumen
sesuai persyaratan dan terdapat proses verifikasi jenis obat. Setelah dilakukan unggah
dokumen, SPB akan terbit sesuai dengan jenis registrasi pendaftar atau HPR. Pendaftar
wajib membayar biaya tersebut dalam jangka waktu maksimal 10 hari kerja. Setelah
dilakukan pembayaran, BPOM melakukan evaluasi dengan jangka waktu yang
bergantung pada jenis registrasi yang diajukan. Menurut Perka BPOM Nomor 15 Tahun
2019, jalur evaluasi terdiri sebagai berikut.
a. Jalur 7 hari untuk obat khusus ekspor
b. Jalur 10 hari untuk registrasi ulang
c. Jalur 50 hari untuk registrasi pertama obat pengembangan baru oleh industri
farmasi yang melakukan investasi di Indonesia dan registrasi variasi obat baru
dan produk biologi terkait mutu yang telah disetujui paling sedikit 1 negara
dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik
d. Jalur 100 hari meliputi
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi dengan indikasi terapi
penyakit yang mengancam jiwa, dan/atau mudah menular, dan/atau belum
ada atau kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi untuk penyakit serius dan
langka di Indonesia
• Registrasi baru obat baru, produk biologi, obat generik, dan obat generik
bermerek untuk program kesehatan nasional
• Registrasi pertama obat baru dan produk biologi oleh industri yang
melakukan investasi di Indonesia
• Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang melalui proses Obat
Pengembangan Baru yang dikembangkan oleh institusi riset atau industri
farmasi di Indonesia, dibuat oleh industri farmasi di Indonesia dan
minimal terdapat 1 uji klinik yang telah dilakukan di Indonesia
• Registrasi Baru Obat Generik yang memiliki Formula, sumber bahan
baku, spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan
menggunakan fasilitas produksi yang sama dengan Obat Generik
Bermerek yang telah disetujui atau sebaliknya
• Registrasi variasi major untuk obat yang dimaksud pada poin 1 – 5
• Registrasi variasi major terkait mutu dan informasi produk
e. Jalur 120 hari untuk Registrasi Baru dan Registrasi Variasi Major indikasi
baru/posologi baru untuk Obat dan Produk Biologi Baru yang telah disetujui
paling sedikit di 1 (satu) negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal
baik
f. Jalur 150 2hari untuk Registrasi Baru Obat Generik dan Obat Generik
Bermerek yang tidak termasuk dalam jalur 100 hari kerja
g. Jalur 300 hari untuk Registrasi Baru Obat Baru dan Produk Biologi serta
Registrasi Variasi Major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk
dalam jalur 100 dan 120 hari kerja
Apabila saat evaluasi terdapat kekurangan data atau dokumen maka akan dikeluarkan
surat tambahan data yang harus dipenuhi oleh pendaftar dalam waktu maksimal 100 hari
kerja. Apabila tidak dapat memenuhi, pendaftar dapat mengajukan perpanjangan
pemenuhan tambahan data satu kali dengan disertai justifikasi, jika tidak maka
pendaftaran dianggap batal dan biaya registrasi tidak dapat ditarik kembali. Selama
proses pemenuhan tambahan data tersebut perhitungan waktu evaluasi tersebut
dihentikan (clock off) sampai tambahan data dilengkapi oleh pendaftar. Apabila
pengajuan sudah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat maka akan diberikan
persetujuan berupa izin edar, persetujuan khusus ekspor, atau persetujuan variasi. Izin
edar diterbitkan apabila dokumen yang diserahkan adalah produksi skala komersial,
apabila masih dalam skala pilot maka akan diterbitkan AL (Approvable Letter). Setelah
melakukan produksi skala komersial dan telah memenuhi persyaratan dalam AL maka
izin edar akan diterbitkan dalam waktu maksimal 20 hari kerja.
Lain-lain (link luaran, hasil riset, analisis masalah dan penyelesaian, dll)
D. Refleksi oleh mahasiswa
Secara prinsip, mahasiswa perlu diajak untuk melakukan refleksi, menilai diri sendiri, sejauh
mana tujuan kompetensi yang disusun di awal tercapai, serta mengidentifikasi apa saja faktor
pendukung dan penghambatnya.
Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Ketercapaian Hal yang perlu Usulan
kompetensi (%) diperbaiki/ditingkatkan perbaikan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, 80% perlu mempelajiari lebih Diadakan
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di banyak lagi pada induksi
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA departemen RnD bersama
kemampuan berkolaborasi dengan 2. Ruang lingkup, tugas terutama karena tidak departemen
pihak lain dalam melakukan riset dan wewenang diadakannya induksi RnD
untuk pengembangan obat dan produk departemen R&D dengan departemen RnD
yang berkualitas 3. Kebijakan, pedoman,
dan standar prosedur
operasional serta
kebijakan mutu di
Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas 90% Sudah banyak dilakukan Diadakan
Mampu menerapkan sistem dan wewenang induksi pada bagian- induksi
penjaminan mutu pada keseluruhan departemen QA bagian QA, namun bersama QA
proses sesuai dengan 2. Persyaratan dan layout belum dilakukan induksi complaince
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksi bangunan pada bagian complaint
n
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan 90% Sudah cukup baik namun Melihat
Mampu mengembangkan dan wewenang departemen belum memahami terkait praktek secara
melakukan validasi metode analisis QC: prakteknya secara langsung
raw material dan finished good 1. Validasi proses langsung
(process validation)
2. Validasi pembersihan
(cleaning validation)
3. Validasi fasilitas,
peralatan, sarana
penunjang (facility &
utility validation)
4. Validasi produk
(product quality
validation)
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan 90% Sudah cukup bagus dan
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen lengkap saat plant tour
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi
dan melakukan validasi proses proses:
produksi 1. Departemen Produksi
2. Produksi utama:
Sediaan tablet, liquid,
steril
3. Produksi khusus: misal
beta-laktam (jika ada)
4. Proses pengemasan
5. Pengembangan
formulasi dan proses,
scale-up, pemilihan sistem
kemasan, pengembangan
metode analisis, uji
stabilitas
6. Validasi proses
(process validation)
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas 80% sudah dilakukan plant Diadakan plant
Mampu melakukan pengujian mutu dan wewenang tour namun terlewat pada tour untuk
sediaan, penanganan limbah serta departemen tehnik dan bagian WTP, pengolahan melihat WTP
dapat menginterpretasi hasil pengolahan air untuk limbah dan proses
pengujian produksi: pengolahan
a. Sistem penghasil limbah
purified water
b. Proses purifikasi
air
c. Water for injection
2. Penanganan dan
pengendalian limbah:
a. Sistem pengelolaan
limbah industri
b. Pengelolaan limbah
B3
c. Environmental,
Health, & Safety
(EHS)
CPMK6: 1. Penerapan sistem 90% Sudah cukup baik
Mampu memahami manajemen manajemen PPIC di dijelaskan saat plant tour
produksi dan PPIC: pengadaan raw industry:
material, penyimpanan/gudang, 1. Departemen
desain proses produksi Production Planning
and Inventory
Control (PPIC)
2. Supply chain bahan
baku
3. Analisis forecasting
4. Pemilihan bahan,
pengadaan/pembelia
n, penyimpanan
2. Penerapan sistem
manajemen di gudang
bahan baku dan
produk jadi, logistic:
a. Departemen
Logistik
b. Koordinasi logistik
dengan departemen
lainnya
c. Jenis jenis gudang
penyimpanan
CPMK7: Tata cara registrasi 90% Sudah cukup baik
Mampu melakukan penggalian sediaan farmasi, serta dijelaskan saat induksi
informasi, menyiapkan dan menyusun mampu menangani
informasi untuk registrasi sediaan keluhan dan obat
farmasi, serta mampu menangani kembalian
keluhan dan obat kembalian
E. Review/umpan balik preceptor (diisi oleh perseptor)
Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Hal yang perlu Saran preseptor
diperbaiki/ditingkatkan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, Saran:
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA
kemampuan berkolaborasi dengan 2. Ruang lingkup, tugas
pihak lain dalam melakukan riset dan wewenang
untuk pengembangan obat dan produk departemen R&D
yang berkualitas 3. Kebijakan, pedoman,
dan standar prosedur
operasional serta
kebijakan mutu di Nilai (nilai maksimal 15):
Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas Saran:
Mampu menerapkan sistem dan wewenang
penjaminan mutu pada keseluruhan departemen QA
proses sesuai dengan 2. Persyaratan dan layout Nilai (nilai maksimal 15):
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksi bangunan
n
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu mengembangkan dan wewenang departemen QC
melakukan validasi metode analisis
raw material dan finished good Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi proses
dan melakukan validasi proses Nilai (nilai maksimal 15):
produksi
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas Saran:
Mampu melakukan pengujian mutu dan wewenang
sediaan, penanganan limbah serta departemen tehnik dan
dapat menginterpretasi hasil pengolahan air untuk
pengujian produksi
2. Penanganan dan Nilai (nilai maksimal 15):
pengendalian limbah
CPMK6: 1. Penerapan sistem Saran:
Mampu memahami manajemen manajemen PPIC di
produksi dan PPIC: pengadaan raw industry
material, penyimpanan/gudang, 2. Penerapan sistem
desain proses produksi manajemen di gudang
bahan baku dan produk
jadi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK7: Tata cara registrasi sediaan Saran:
Mampu melakukan penggalian farmasi, serta mampu
informasi, menyiapkan dan menyusun menangani keluhan dan obat
informasi untuk registrasi sediaan kembalian
farmasi, serta mampu menangani
keluhan dan obat kembalian Nilai (nilai maksimal 10):
Nilai dan otorisasi preceptor
Total Nilai:
Tandatangan:
Kompetensi yang dicapai Materi kegiatan Hal yang perlu Saran dan nilai
diperbaiki/ditingkatkan
CPMK1: 1. Struktur organisasi, Saran:
Mampu menggunakan pengetahuan, kebijakan dan aturan di
ketrampilan, pengalaman dan industri tempat PKPA
kemampuan berkolaborasi dengan pihak 2. Ruang lingkup, tugas dan
lain dalam melakukan riset untuk wewenang departemen
pengembangan obat dan produk yang R&D
berkualitas 3. Kebijakan, pedoman, dan
standar prosedur
operasional serta kebijakan Nilai (nilai maksimal 15):
mutu di Industri
CPMK2: 1. Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu menerapkan sistem penjaminan wewenang departemen QA
mutu pada keseluruhan proses sesuai 2. Persyaratan dan layout
dengan bangunan Nilai (nilai maksimal 15):
CPOB/CPOTB/CPOHB/CPKB/vaksin
CPMK3: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu mengembangkan dan melakukan wewenang departemen QC
validasi metode analisis raw material dan
finished good Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK4: Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu memahami proses produksi, wewenang departemen
melakukan IPC serta mengembangkan produksi dan validasi proses
dan melakukan validasi proses produksi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK5: 1. Ruang lingkup, tugas dan Saran:
Mampu melakukan pengujian mutu wewenang departemen
sediaan, penanganan limbah serta dapat tehnik dan pengolahan air
menginterpretasi hasil pengujian untuk produksi
2. Penanganan dan Nilai (nilai maksimal 15):
pengendalian limbah
CPMK6: 1. Penerapan sistem Saran:
Mampu memahami manajemen produksi manajemen PPIC di
dan PPIC: pengadaan raw material, industry
penyimpanan/gudang, desain proses 2. Penerapan sistem
produksi manajemen di gudang
bahan baku dan produk jadi Nilai (nilai maksimal 15):
CPMK7: Tata cara registrasi sediaan Saran:
Mampu melakukan penggalian informasi, farmasi, serta mampu
menyiapkan dan menyusun informasi menangani keluhan dan obat
untuk registrasi sediaan farmasi, serta kembalian
mampu menangani keluhan dan obat
kembalian Nilai (nilai maksimal 10):
Nilai akhir dan otorisasi dosen pembimbing