Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit peradangan kronis pada saluran pernapasan
yang bercirikan serangan sesak napas akut secara berkala, mudah tersengal-
sengal, disertai batuk dan hipersekresi dahak (1). Gejala klinis dari penyakit asma
yang biasanya muncul berupa mengi (wheezing), sesak napas, sesak dada dan
batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan keterbatasan aliran udara
ekspirasi, gejala-gejala tersebut biasanya akan memburuk pada malam hari dan
ketika terpapar oleh alergen serta saat mengalami sakit seperti demam (2).
Penyakit asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di Negara
maju maupun Negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for
Asthma (GINA) tahun 2019 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai
Negara adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 jiwa penduduk dunia
menderita asma (2). Prevalensi penyakit asma menurut data Riskesdas tahun 2019
tingkat kekambuhan penyakit asma di Indonesia sebanyak 57,5% dan Provinsi
Lampung merupakan provinsi dengan angka kekambuhan penyakit asma tertinggi
urutan ke-4 dari seluruh Indonesia (3). Tingginya prevalensi tingkat kekambuhan
penyakit asma berhubungan dengan kerasionalan terapi pengobatannya. Terapi
pengobatan asma memerlukan perhatian khusus terutama terkait penggunaan obat.
Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu program jaminan mutu yang
terstruktur dan terus menerus dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa obat
digunakan secara tepat, aman, dan efektif. Penggunaan obat dikatakan rasional
apabila pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya secara
klinik, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individunya, selama waktu
sesuai. Penggunaan obat yang rasional harus memenuhi beberapa kriteria berikut,
yaitu pemilihan obat yang tepat, tepat indikasi, tepat dosis, tepat pemberian obat,
dan tepat pasien. Ketidakrasionalan dalam penggunaan obat dapat menyebabkan
2

kondisi memburuk, derajat sakit meningkat, dan menurunnya kualitas hidup


pasien serta meningkatkan resiko kematian (4).
Secara umum, pada evaluasi penggunaan obat asma terdiri dari dua tipe yaitu
obat pengontrol (controllers) dan obat pelega (relievers). Keduanya berguna
untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas. Pengontrol sebagai
antiinflamasi termasuk didalamnya adalah golongan obat kortikosteroid.
Kortikosteroid merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi yang paling
efektif untuk pengobatan penyakit peradangan kronis dan penyakit yang
menyerang sistem imun, seperti asma (5). Mekanisme kerja dari kortikosteroid
adalah dengan menghambat mekanisme kegiatan alergen yang melalui IgE dapat
menyebabkan degranulasi mastcells, meningkatkan kepekaan reseptor B2 hingga
efek beta diperkuat (1). Penggunaan kortikosteroid yang terus menerus
menyebabkan efek samping yang serius dan bersifat merugikan. Efek samping
yang ditimbulkan oleh kortikosteroid akan menjadi semakin buruk apabila
digunakan tidak sesuai dengan aturan pakainya, baik itu dosis maupun lama
pemakaian. Pemberian kortikosteroid perlu diberikan secara tepat dan rasional.
Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang sesuai dengan
kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan untuk masa yang memadai, dengan
biaya yang terendah (6).
Pelayanan kesehatan yang menangani pasien asma baik rawat jalan maupun
rawat inap adalah Rumah Sakit. Menurut peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 tahun 2016 pengertian Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (7). Jenis pelayanan kesehatan di rumah sakit salah satunya adalah
pelayanan kefarmasian yang memiliki tujuan untuk melindungi pasien dan
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety) serta meningkatkan terapi pengobatan pasien. Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin merupakan salah satu rumah sakit di Kota Bandar
Lampung yang sudah terakreditasi dan merupakan rumah sakit tipe C dengan
jumlah apoteker sebanyak 4 orang yang terbagi menjadi 1 orang apoteker untuk
ruang instalasi farmasi rawat inap dan 3 orang apoteker untuk ruang instalasi
3

farmasi rawat jalan. Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin juga sudah
menjalankan pelayanan farmasi klinis yang dikoordinasi oleh Kepala Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat pada pasien asma
yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, hasil penelitian
berdasarkan karakteristik pasien asma periode januari-desember tahun 2017
perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebesar 33 pasien (55,93%),
ketepatan penggunaan obat terdiri dari tepat indikasi 81,36%, teat obat 74,58%,
tepat pasien 94,92%, dan tepat dosis 86,44% (8). Terdapat pula penelitian terkait
rasionalitas penggunaan kortikosteroid pada pasien asma didapatkan hasil bahwa
penggunaan kortikosteroid pada terapi asma di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang 82% masih rasional yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat cara
pemberian, dan tepat waktu pemberian (9). Namun masih perlu diterapkannya
pemeriksaan asthma control test terhadap pasien asma sehingga penggunaan
kortikosteroid pada penatalaksanaan asma sesuai dengan terapi yang
direkomendasikan (10).
Perawatan asma di Rumah Sakit perlu pemantauan serius karena risiko
keselamatan pasien dan meningkatkan biaya perawatan. Beberapa cara perlu
dilakukan dalam menangani asma, gejala asma memerlukan pengobatan yang
bertujuan untuk meminimalkan gejala kronis yang mengganggu aktivitas normal,
meminimalkan rujukan ke rumah sakit, dan untuk mempertahankan fungsi normal
paru (2).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian
terkait “Evaluasi Rasonalitas Penggunaan Kortikosteroid pada Pasien Asma di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Periode Juli-Desember
Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan obat kortikosteroid pada pasien asma di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode juli-desember tahun 2020
sudah rasional?
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi penggunaan obat kortikosteroid pada pasien asma di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode juli-desember
tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik demografis seperti usia, jenis kelamin, dan
pekerjaan pasien asma di di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung periode juli-desember tahun 2020.
b. Mengetahui gambaran penggunaan kortikosteroid pada pasien asma di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode juli-
desember tahun 2020.
c. Mengetahui rasionalitas penggunaan kortikosteroid berdasarkan
kategori tepat interval pemberian obat, tepat indikasi, tepat obat dan
tepat dosis pada pasien asma di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung periode juli-desember tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Bagi bidang Farmasi sebagai bahan acuan untuk pengembangan ilmu
dalam terapi pengobatan pada pasien asma.
2. Aplikatif
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian sehingga diharapkan mampu memberikan
edukasi yang benar bagi masyarakat khususnya terapi pengobatan
terbaik untuk penyakit asma.
b. Bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
pengobatan yang sesuai standar dan kebutuhan pengobatan pasien.
c. Bagi peneliti lainnya sebagai acuan pustaka untuk penelitian
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai