Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

KOMUNIKASI DAN KONSELING

OLEH

NAMA : LISTHA MAGISTIA


NIM : O1A1 18 187
KELAS :D
DOSEN : Apt.Dr.rer.nat. Adryan Fristiohady, S.Farm, M.sc.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Dampak Konseling Pasien dan Pola Pemanfaatan Obat terhadap Pasien Asma
di Rumah Sakit Perawatan Tersier

Kita ketahui bahwa penyakit Asma disebabkan oleh intraksi yang sangat
kompleks antara sel-sel inflamasi dan mediator. Setelah paparan faktor pencetus
asma, mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast bronkial, makrofag, T. limfosit dan
sel epitel. Para mediator ini mengarahkan migrasi dan aktivasi sel-sel inflamasi
lainnya, eosinofil yang paling menonjol ke saluran udara.

Tujuan :
1. Untuk mengetahui dampak dari Konseling Pasien dan Pola Penggunaan Obat
Pada Pasien Asma Di Rumah Sakit Tersier
2. Untuk memastikan pengetahuan pasien tentang penyakit dan terapi,
3. Untuk memberikan perawatan farmasi yang berkaitan dengan penyakit dan
penggunaan perangkat inhalasi untuk kelompok studi, yang akan menjadi
dibandingkan dengan kelompok control.

Menurut panel Ahli NHLBI untuk diagnosis dan manajemen asma focus terhadap 2
aspek yaitu :
1. Keparahan, yaitu tingkat keparahan asma dinilai selama evaluasi kliniks awal
pasien untuk memulai terapi yang tepat. Pada klasifikasi pedoman EPR-3
membagi keparahan asma menjadi 4 kelompok yaitu intermiten, persisten
ringan, persisten sedanag dan persisten berat sesuai dengan gejala dan
kejadian
2. Kontrol, digunakan sebagai panduan untuk mengarahkan perawatan atau
penyesuaian terapi.
Apoteker dapat mengidentifikasi pasien melalui isi ulang informasi tentang resep
obat pereda dan berpotensi memulai peluang manajemen bagi pasien ini.
Meminimalkan gangguan dan resiko adalah tujuan terapi untuk semua tigkat
keparahan asma . pencapaian control asma berkorelasi dengan peningkatan kualitas
hidup dan mengurangi penggunaan layanan kesehatan.
Sebuah study dasar dilakukan selama 1 bulan untuk menilai bagaimana persepsi
tentang asma obat- obatan dan terapi inhalasi menggunakan kuesioner yang disiapkan
study actual tentang pasien juga dibagi menjadi kelompok intervestasi dan kelompok
kontol. Dimana kelompok intervensi menerima perawatan farmasi ( pendidikan dan
konseling ) sementara pasien kontol tidak ditawari intervensi apapun selama masa
study.
Pada kelompok intervestasi Pasien yang terdaftar dalam penelitian ini yaitu pasien
yang didiagnosis menderita asma setidaknya 6 bulan dan tidak memiliki penyakit
menular. Pada distribusi jenis kelamin pria terdapat 16 pasien dan 6 pasien
perempuan. Pasien yang memiliki riwayat asma masa kecil berjumlah 6 pasien
menunjukkan bahwa 24 % dari pasien ditemukan menderita asma di usia dini dan
dewasa berjumlah 16 orang atau 76% yang menderita penyakit asma selama masa
dewasa. Dari 22 pasien yang terkena penyakit asma, 9 % kasus memiliki durasi
penyakit < 1 tahun, 4 % kasus memiliki durasi penyakit 1-5 tahun, 23 % kasus
memiliki durasi penyakit 5- 10 tahun, dan 64 % dari kasus memiliki durasi > 10
tahun.
Pada study ini menunjukkan bahwa selama serangan asma berlangsung
kebanyakan mengalami masalah utama seperti 73 % pasien asma mengalami batuk,
64% mengalami mengi, 81% mengalami breathlessness, 36 % mengalami sesak dada.
Dan sebagian kecil pasien, melaporkan gejala seperti sakit tubuh dan bersin sebagai
gejala asma.
Pada pengobatan anti- asma pasien menunjukkan lebih memilih MDI sebagai
formulasi yang disukai kemudian Nebulizer, DPI dan tablet. Menurut study pemicu
terjadinya asma yaitu 81 % dari perubahan musim,78% dari polusi udara, 54% dari
debu,65% dari virus flu, 45 % dari merokok, dan 36 % dari makanan.
Untuk kelompok control dan intervensi Bronkodilatoor dan agen antiinflamasi
sangat diresepkan. Obat serentak yang diresepkan yaitu, antidiabetik, NSAID,
Antidiare, obat batuk, Antihipertensi. Pasien yang terdiri dari 16 (73%) pria dan 6
(27%) pasien wanita terdaftar menggunkan kuesioner. Kelompok intervensi
menunjukkan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
control.karena pada kelompok intervensi diberikan konseling dan edukasi tentang
penyakit dan obat- obatan.

Kesimpulan dari penilitian ini yaitu bahwa Pola pemanfaatan obat menunjukkan
fungsi paru- paru yang baik dari berbagai masalah . Intervensi yang diusulkan dengan
memberikan konseling kepada pasien sangat membantu dalam pemulihan cepat
pasien dibandigkan dengan pasien kelompok kontrol , dengan ini Apoteker kliniks
dapat membantupasien untuk mengendalikan asma sebelum menghadapi
konsenkuensi serius. Apoteker kliniks dapat menyediakan perawatan kesehatan yang
lebih baik kepada pasien, intervensi yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Daftar pustaka

Kumar S.V.,Kumar P. D. N., Ajay U.,Divya J., dan SK Abdul R.,2018. Impact of
Patient Counselling and Drug Utilization Pattern on Asthma Patients at
Tertiary Care Hospital, International Journal of Advanced Pharmaceutical
Sciences, Vol 1(4) ISSN 2456-8147

Anda mungkin juga menyukai