Anda di halaman 1dari 8

Tanggal 12 November telah ditetapkan oleh World Health Organization atau WHO sebagai hari

pneumonia sedunia atau world pneumonia day. Tujuan diperingati hari pneumonia adalah untuk:

1. Meningkatkan kewaspadaan tentang pneumonia, penyebab kematian pada anak < 5 tahun akibat
penyakit infeksi
2. Meningkatkan intervensi untuk melindungi, preventif dan mengobati pneumonia. Mencari cara
pendekatan terbaik beserta solusinya berdasarkan sumber daya

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merupakan organisasi yang selalu terdepan dalam
pencegahan dan mengobati penyakit paru serta meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat dan
penduduk Indonesia. PDPI menjadi leader dalam kesehatan respirasi dan senantiasa mendukung
program kesehatan di Indonesia. Wujud nyata PDPI antara lain membantu pemerintah dalam
pembuatan panduan atau pedoman pencegahan dan pengendalian penyakit respirasi, menyediakan
info-info kesehatan respirasi terbaru kepada masyarakat dan lainnya.

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada parenkim atau jaringan paru yang diakibatkan
bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia dapat menyerang siapa saja, baik anak, dewasa muda atau
orang tua. Pneumonia menyerang manusia dan sekitar 450 juta kasus tiap tahunnya. Pneumonia dibagi
menjadi 3 yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital acquired
pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP). Pneumonia yang sering terjadi dan
bersifat serius adalah pneumonia komunitas, berkaitan dengan penyebab kematian dan kesakitan
terbayak di dunia. Angka kematian sekitar 1.4 juta pertahunnya secara global (7% penyebab kematian
didunia). Angka kematian terbanyak pada usia anak-anak dan orang tua (> 75 tahun). Angka kejadian
pneumonia lebih sering terjadi negara berkembang dibandingkan negara maju. Di Indonesia pada tahun
2010, pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus
53.95% untuk laki-laki dan 46.05% untuk perempuan, dengan crude fatality rate (CFR) 7.6%, paling tinggi
bila dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan data RISKESDAS 2018 prevalensi pneumonia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) adalah sekitar 2,0% sedangkan pada tahun 2013 adalah
1.8%. Penyebab pneumonia komunitas terbanyak di Indonesia adalah kuman Gram negatif yaitu
Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumanii, Pseudomonas aeruginosa sedangkan penyebab
pneumonia komunitas di negara lainnya adalah Gram positif yaitu Streptococcus pneumoniae,
Mycoplasma pneumonia, Haemophilus influenza dll.

Apabila seseorang dicurigai sebagai pneumonia maka dilakukan wawancara medis atau anamnesis,
pemeriksaan fisis umum dan paru serta pemeriksaan penunjang yaitu foto ronsen dada, pemeriksaan
darah dan pemeriksaan bakteri penyebab dari dahak (pemeriksaan Gram dan kultur mikroorganisme).
Diagnosis pneumonia komunitas adalah berdasarkan foto ronsen dada dan berdasarkan gejala klinis
yaitu batuk, perubahan warna dahak, suhu tubuh � 38 C, nyeri dada, sesak napas. Dari pemeriksaan
fisik paru ditemukan tanda konsolidasi atau perubahan bunyi napas dan dari pemeriksaan penunjang
laboratorium darah ditemukan jumlah sel darah putih � 10.000 uL atau < 4.500 uL. Apabila sseorang
didiagnosis sebagai pneumonia maka tindak lanjut berikutnya adalah menentukan apakah pasien
dirawat inap atau dapat rawat jalan.

Pneumonia dapat menyebabkan kematian sehingga diagnosis harus dengan segera ditegakkan sehingga
dapat diberikan tatalaksana yang adekuat. Tatalaksana adekuat meliputi pemberian antibiotik dan
tatalaksana non-farmakologis lainnya seperti nutrisi, resusitasi cairan, pemberian antipiretik bila demam
dan lainnya. Pemberian antibiotik awal adalah bersifat empiris artinya antibiotik diberikan berdasarkan
pola kuman penyebab terbanyak dan tersering. Sebelum antibiotik diberikan specimen dahak harus
diambil untuk ditumbuhkan dan menjadi panduan antibiotik selanjutnya apabila pasien mengalami
perburukan. Pemberian antibiotik empiris berdasarkan riwayat pemakaian antibiotik dalam 3 bulan
sebelumnya dan pasien dengan penyakit peserta atau komorbid. Apabila pasien mengalami pneumonia
berat atau perburukan sehingga memerlukan pengawasan lebih ketat atau memerlukan alat bantu
napas maka pasien memerlukan perawatan intensif di RICU atau ICU. Pada umumnya prognosis adalah
baik, tergantung dari faktor pasien, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta
adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada pasien yang
dirawat. Angka kematian pasien pneumonia komunitas kurang dari 5% pada pasien rawat jalan dan 20%
pada pasien rawat inap

Faktor risiko terjadinya pneumonia:


A. Kelompok imunokompeten (daya tahan tubuh menurun):
1. Usia
2. Gaya hidup: alkoholimse, merokok
3. Penyakit dasar: penyakit jantung kronik, penyakit ginjal kronik, penyakit hati kronik, penyakit paru
kronik, penyakit metabolik, penyakit susunan safaf
4. Riwayat penyakit pneumokokus invasif
5. Riwayat penyakit pneumonia
6. Lainnya: apirasi dan obat-obatan�

B. Kelompok immunokompromais (daya tahan tubuh normal)


1. Pasien dengan keadaan immunosupresi: pneyakit autoimun yang mendapatkan steroid atau terapi
immunosupresif atau pengobatan biologis
2. Kanker dengan pengobatan imunosupresi
3. Calon transplantasi organ (dengan atau tanpa pengobatan imunosupresi)
4. Status imunokompromais: disfungsi limpa atau asplenia
5. HIV

Rekomendasi intervensi gaya hidup untuk mengurangi risiko

1. Berhenti merokok
2. Mengurangi atau berhenti konsumsi alkohol
3. Gizi seimbang dan adekuat
4. Memeriksakan kesehatan gigi secara regular
5. Vaksinasi

Pencegahan dengan vaksin. Terdapat tiga jenis vaksin untu pencengahan pneumonia yaitu
pneumococcal polysaccharide vaccine, inactivated influenza vaccine dan live attenuated influenza
vaccine

Pencegahan pneumonia
1. Pemberian vaksinasi sebagai usaha pencegahan pada orang usia � 50 tahun, berisiko terjadi
komplikasi akibat pneumonia, kontak erat dengan pasien risiko tinggi pneumonia dan petugas
kesehatan, terutama yang bekerja di pelayanan rawat jalan, rawat inap dan fasilitas kesehatan
perawatan kronik sebaiknya rutin mendapatkan vaksinasi influenza tahunan
2. Vaksin pneumococcal polyscchasaride direkomendasikan untuk orang usia � 65 tahun, usia
2-64 tahun dengan risiko tinggi pneumonia dan perokok. Kelompok risiko tinggi dimaksud
adalah penyakit kardiovaskular kronik, penyakit paru kronik, diabetes mellitus, alkoholisme,
aspkenia, kondisi atau status imunokompromais dan penghuni panti (fasilitas pelayanan jangka
Panjang)
3. Vaksin inactivated influenza direkomendasikan pada usia � 50 tahun, orang dengan penyakit
kardiovaskular kronik, penyakit paru kronik (termasuk asma), penyakit metabolik termasuk DM,
gangguan fungsi ginjal, hemoglobulinopati, keadaan atau status imunokompromias, gangguan
fungsi paru termasuk peningkatan risiko aspirasi, kehamilan, penghuni panti
4. Vaksin live attenuated influenza direkomendasikan untuk orang usia 5-49 tahun dan tidak
diberikan pada kelompok risiko tinggi
5. Pasien pneumonia yang masih merokok harus berhenti merokok
6. Perokok sebaiknya dilakukan vaksinasi baik pneumokokal maupun influenza
7. Memperhatikan pencegahan dan pengendalian infeksi � kebersihan pernapasan yaitu: cuci
tangan dengan handrub atau air mengalir setelah kontak dengan pasien influenza, pasien
menggunakan masker

PENGKAJIAN GERIATRI PARIPURNA/ COMPREHENSIVE GERIATRIC ASSESSMENT


(CGA)Pendekatan dalam evaluasi medis bagi pasien berusia lanjut (berusia 60 tahun atau lebih)
berbedadengan pasien dewasa muda. Pasien geriatri memiliki karakteristik multipatologi, daya
cadanganfaali yang rendah, gejala dan tanda klinis yang menyimpang, menurunnya status
fungsional, dangangguan nutrisi. Selain itu, perbaikan kondisi medis kadangkala kurang
dramatis dan lebihlambat timbulnya.Karakteristik pasien geriatrik yang pertama adalah
multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapatlebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat
kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnyacadangan faali, yang menyebabkan pasien geriatri
amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih(failure to thrive). Hal ini terjadi akibat penurunan
fungsi berbagai organ atau sistem organsesuai dengan bertambahnya usia, yang walaupun
normal untuk usianya namun menandakanmenipisnya daya cadangan faali. Ketiga adalah
penyimpangan gejala dan tanda penyakit dariyang klasik, misalnya pada pneumonia mungkin
tidak akan dijumpai gejala khas seperti batuk,demam dan sesak, melainkan terdapat perubahan
kesadaran atau jatuh. Keempat adalahterganggunya status fungsional pasien geriatri. Status
fungsional adalah kemampuan seseoranguntuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Status fungsional menggambarkan kemampuanumum seseorang dalam memerankan fungsinya
sebagai manusia yang mandiri, sekaligusmenggambarkan kondisi kesehatan secara umum.
Kelima adanya gangguan nutrisi, gizi kurang,atau gizi buruk. Gangguan nutrisi ini secara
langsung akan mempengaruhi proses penyembuhandan pemulihan.Jika karena suatu hal pasien
geriatri mengalamai kondisi akut seperti pneumonia, maka pasiengeriatri juga seringkali
muncul dengan gangguan fungsi kognitif, depresi, instabilitas, imobilisasi,inkontinensia
(sindrom geriatri). Kondisi tersebut akan semakin kompleks jika secara psikososialterdapat
hendaya seperti pengabaian (neglected) atau kemiskinan (masalah finansial).Berdasarkan
uraian di ataas tidak dapat disangkal lagi bahwa pendekatan dalam evaluasi medisbagi pasien
geriatri mutlak harus bersifat holistik atau paripurna yang tidak semata-mata dari sisibiopsiko-
sosial saja, namun juga harus senantiasa memperhatikan aspek kuratif, rehabilitatif,promotif
dan prenventif. Komponen dari pengkajian paripurna pasien geriatri meliputi statusfungsional,
status kognitif, status emosional, dan status nutrisi. Selain itu, anamnesis yangdilakukan adalah
anamnesis sistem organ yang secara aktif ditanyakan oleh dokter (mengingatseringkali pasien
geriatri memiliki hambatan dalam menyampaikan atau tidak menganggap haltersebut sebagai
suatu keluhan) dan pemeriksaan fisik lengkap yang mencakup pula pemeriksaanneurologis dan
muskuloskeletal.STATUS FUNGSIONALPendekatan yang dilakukan untuk menyembuhkan
kondisi akut pasien geriatri tidak akan cukupuntuk mengatasi permasalahan yang muncul.
Meskipun kondisi akutnya sudah teratasi, tetapipasien tetap tidak dapat dipulangkan karena
belum mampu duduk, apalgi berdiri dan berjalan,pasien belum mampu makan dan minum serta
membersihkan dari tanpa bantuan. Pengkajianstatus fungsional untuk mengatasi berbagai
hendaya menjadi penting, bahkan sering kali menjadiprioritas penyelesaian masalah. Nilai dari
kebanyakan intervensi medis pada orang usia lanjutdapat diukur dari pengaruhnya pada
kemandirian atau status fungsionalnya. Kegagalan mengatasi 195
hendaya maupun gejala yang muncul akan mengakibatkan kegagalan pengobatan
secarakeseluruhan.Mengkaji status fungsional seseorang berarti melakukan pemeriksaan
dengan instrumen tertentuuntuk membuat penilaian menjadi objektif, antara lain dengan
indeks aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living/A DL ) Barthel dan Katz. Pasien
dengan status fungsional tertentuakan memerlukan berbagai program untuk memperbaiki
status fungsionalnya agar kondisikesehatan kembali pulih, mempersingkat lama rawat,
meningkatkan kualitas hidup dan kepuasanpasien.STATUS KOGNITIFPada pasien geriatri, peran
dari aspek selain fisik justru terlihat lebih menonjol terutama saatmereka sakit. Faal kognitif
yang sering terganggu pada pasien geriatri yang dirawat inap karenapenyakit akut antara lain
memori segera dan jangka pendek, perspesi, proses pikir, dan fungsieksekutif. Gangguan
tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis,demikian pula dalam
pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akanmempengaruhi kepatuhan
dan kemampuan pasien untuk melakasanakan program yang telahdirencanakan sehingga pada
akhirnya pengelolalaan secara keseluruhan akan terganggu juga.Gangguan faal kognitif bisa
ditemukan pada derajat ringan (mild cognitive impairment/MCI danvascular cognitive
impairment/VCI) maupun yang lebih berat (demensia ringan, sedang danberat). Hal tersebut
tentunya memerlukan pendekatan diagnosis dan terapeutik tersendiri.Penapisan adanya gangguan faal
kognitif secara objektif antara lain dapat dilakukan denganpemeriksaan neuropsikiatrik seperti
Abbreviated Mental Test, The Mini Mental StateExamination (MMSE), The Global Deterioration Scale
(GDS), dan Clinical Dementia Ratings(CDR).STATUS EMOSIONALKondisi psikologik, seperti gangguan
penyesuaian dan depresi juga dapat mempengaruhi hasilpengelolaan. Pasien yang depresi akan sulit
untuk diajak bekerja sama dalam kerangkapengelolalaan secara terpadu. Pasien cenderung bersikap
pasif atau apatis terhadap berbagaiprogram pengobatan yang akan diterapkan. Hal ini tentu akan
menyulitkan dokter dan paramedikuntuk mengikuti dan mematuhi berbagai modalitas yang diberikan.
Keinginan bunuh diri secaralangsung maupun tidak, cepat atau lambat akan mengancam proses
penyembuhan dan pemulihan.Instrumen untuk mengkaji status emosional pasien misalnya Geriatric
Depression Scale (GDS)yang terdiri atas 15 atau 30 pertanyaan. Instrumen ini bertujuan untuk menapis
adanya gangguandepresi atau gangguan penyesuaian. Pendekatan secara profesional dengan bantuan
psikiater amatdiperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti.STATUS NUTRISIMasalah gizi merupakan
masalah lain yang mutlak harus dikaji pada pasien geriatri. Gangguannutrisi akan mempengaruhi status
imun dan keadaan umum pasien. Adanya gangguan nutrisisering kali terabaikan mengingat gejala awal
seperti rendahnya asupan makanan disangka sebagaikondisi normal yang terjadi pada pasien geriatri.
Sampai kondisi staturs gizi turun menjadi giziburuk baru tersadar bahwa memang ada masalah di
bidang gizi. Pada saat tersebut biasanyasudah terlambat atau setidaknya akan amat sulit menyusun
program untuk mengobati status giziburuk.Pengkajian status nutrisi dapat dilakukan dengan anamnesis
gizi (anamnesis asupan), 196
pemeriksaan antropometrik, maupun biokimia. Dari anamnesis harus dapat dinilai berapakilokalori
energi, berapa gram protein, dan berapa gram lemak yang rata-rata dikonsumsi pasien.Juga perlu
dievaluasi berapa gram serat dan mililiter cairan yang dikonsumsi. Jumlah vitamindan mineral biasanya
dilihat secara lebih spesifik sehingga memerlukan perangkat instrumen laindengan bantuan seorang
ahli gizi. Pemeriksaan antropometrik yang lazim dilakukan adalahpengukuran indeks massa tubuh
dengan memperhatikan perubahan tinggi tubuh dibandingkansaat usia dewasa muda. Rumus tinggi
lutut yang disesuaikan dengan ras Asia dapat dipakai untukkalkulasi tinggi badan orang usia lanjut.
Pada pemeriksaan penunjang dapat diperiksahemoglobin dan kadar albumin plasma untuk menilai
status nutrisi secara biokimiawi.Instrumen untuk mengkaji status fungsional, kognitif, dan emosional
dapat dilihat pada lampiran. 197

LAMPIRAN I INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI BARHTEL (AKS BARTHEL)No. Fungsi Skor
Keterangan Nilai Skor1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)rangsang 1
Kadang-kadang tak terkendali (1 x seminggu)pembuangan tinja 2 Terkendali teratur2. Mengendalikan 0
Tak terkendali atau pakai kateterrangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24jam)
2 Mandiri3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain(seka muka, sisir 1 Mandirirambut, sikat
gigi)4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lainmasuk dan keluar 1 Perlu pertolongan
pada beberapa kegiatan tetapi(melepaskan, dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatanmemakai
celana, 2 Mandirimembersihkan,menyiram)5. Makan 0 Tidak mampu 1 Perlu ditolong memotong
makanan 2 Mandiri6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampuberbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan
untuk bisa duduk (2 orang) 2 Bantuan minimal 1 orang 3 mandiri7. Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang 3 Mandiri8. Memakai baju 0
Tergantung orang lain 1 Sebagian dibantu (misalnya mengancing baju) 2 Mandiri9. Naik turun tangga 0
Tidak mampu 1 Butuh pertolongan 2 Mandiri10. Mandi 0 Tergantung orang lain 1 Mandiri TOTAL
SKORKeterangan : skor AKS BARTHEL20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat12-19 : Ketergantungan
ringan 0-4 : Ketergantungan total 198

9-11 : Ketergantungan sedangLAMPIRAN 2 ABBREVIATED MENTAL TEST (AMT) Status Mental NilaiA.
Umur ..................... tahun 0. Salah 1. BenarB. Waktu / jam sekarang ..................... 0. Salah 1. BenarC. Alamat
tempat tinggal .................... 0. Salah 1. BenarD. Tahun ini ................... 0. Salah 1. BenarE. Saat ini berada di
mana ................... 0. Salah 1. BenarF. Mengenali orang lain (dokter, perawat, penanya) 0. Salah 1. BenarG.
Tahun kemerdekaan RI ................... 0. Salah 1. BenarH. Nama Presiden RI ................... 0. Salah 1. BenarI.
Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir ................ 0. Salah 1. BenarJ. Menghitung terbalik (20 s.d. 1)
.................... 0. Salah 1. BenarK. Perasaan hati (afeksi) A. Baik B. Labil C. Depresi D. Gelisah E. CemasTotal
Skor :(diisi oleh petugas)Keterangan : : Gangguan ingatan beratSkor AMT : Gangguan ingatan sedang :
Normal 0-3 4-7 8-10 199

LAMPIRAN 3 MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)Nama Responden : Nama pewawancara


:Umur Responden : Tanggal Wawancara :Pendidikan : Jam Mulai :Nilai NilaiMaksimum Responden
ORIENTASI5 ( ) Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) dan musim apa?5 ( ) Sekarang kita berada dimana?
(nama rumah sakit dan instansi, jalan, nomor rumah, kota, kabupaten, propinsi) REGISTRASI5 ( )
Pewawancara menyebutkan nama tiga buah benda, misalnya : Satu detik untuk tiap benda. Kemudian
mintalah responden mengulang ke tiga nama benda tersebut Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang
benar, bila masih salah, ulangi menyebutkan ke tiga nama benda tersebut sampai responden dapat
mengatakannya dengan benar : (bola, kursi, sepatu) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : kali
ATENSI DAN KALKULASI5 ( ) Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke bawah.
Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65). Kemungkinan lain, ejalah kata dengan lima huruf,
misalnya DUNIA dari akhir ke awal / dari kanan ke kiri : AINUD Satu (1) nilai untuk setiap jawaban yang
benar MENGINGAT 3 () Tanyakan kembali nama ke tiga benda yang telah disebut di atas. 9 () Berikan
nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.Jumlah nilai : () BAHASA a. Apakah nama benda ini? Perlihatlanlah
pinsil dan arloji (2 nilai) b. Ulangi kalimat berikut: JIKA TIDAK DAN ATAU TAPI (1 nilai) c.
Laksanakanlah 3 buah perintah ini : peganglah selembar kertas dengan tangan kananmu, lipatlah kertas
itu pada pertengahan dan letakkan di lantai. (3 nilai) d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut :
PEJAMKAN MATA ANDA (1 nilai) e. Tulislah sebuah kalimat ! (1 nilai) f. Tirulah gambar ini ! (1 nilai)
Tandailah tingkat kesadaran responden pada garis absis di bawah ini dengan huruf X SADAR
SOMNOLEN STUPOR KOMA Jam selesai : Tempat wawancara : 200

Penyakit
Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai


pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung bronkial
kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran
alveolar.

Penyakit bronkopneumonia ini seringkali bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul
sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Penyebab
Bakteri pada bronkopneumonia biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti halnya: Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Sedangkan bakteri gram negatif seperti halnya Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
Virus
Dalam hal ini disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi.

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus


penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema
( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas.

Gejala
- Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan. Bisa berupa nyeri pleuritik, nafas dangkal
dan mendengkur, takipnea.
- Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi. Mengecil, kemudian menjadi
hilang, Krekels, bunyi ronki, egofoni.
- Menggigil dan demam 38C sampai 41C, Bila berlanjut bisa terjadi delirium.
- Diafoesis
- Gerakan dada tidak simetris
- Baruk produktif, kental
- Sianosis
- Gelisah

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan


diagnosis diantaranya yaitu:
- Rontgen dada: Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-
bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
- Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,
biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar.
- Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru
mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.
- Analisa gas darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang
tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada.

Pengobatan
- Terapi oksigen. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus
yang berat.
- Hidrasi cairan. Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara
parenteral. (menggunakan infus)
- Simptomatik terhadap batuk.
- Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan bronkodilator

Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga terjadi
bronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu:
- Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
- Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
- Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
- Infeksi sitemik
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7896

Anda mungkin juga menyukai