Anda di halaman 1dari 45

F6-UPAYA PENGOBATAN DASAR

F6-1

Judul: Pemberian Obat Proton Pump Inhibitor (PPI) kepada Pasien GERD di Rumah
Tahanan Maesa

Latar belakang: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) ini umum ditemukan pada
populasi di negara Barat, namun dilaporkan relatif rendah insidennya di negara Asia – Afrika.
Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Sebuah penelitian yang
dilakukan di Indonesia melaporkan bahwa prevalensi Gastoesophageal Reflux Disease
(GERD) dapat diprediksi sebagai hampir 3% dari keseluruhan pupolasi Indonesia, dengan
meningkatnya angka dari 5,7% pada tahun 1997 menjadi 25,18% pada tahun 2002 di rumah
sakit Ciptomangunkusumo. Gastroesophageal reflux disease sendiri adalah suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks isi lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang
timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas. Telah diketahui bahwa
refluks kandungan lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus
maupun ekstraesofagus, dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat bahkan
adenokarsinoma di kardia dan esofagus. Penyakit refluks gastroesofageal bersifat
multifaktorial. Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesofageal apabila
terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus
dan terjadinya penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak antara
bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama.

Permasalahan:
Adanya beberapa pasien yang datang untuk pemeriksaan kesehatan
- Sebagian besar pasien datang dengan keluhan panas di dada dan tenggorokan
terutama setelah makan makanan yang berminyak dan pedas
- Kebiasaan merokok pada sebagian besar pasien
- Pola gaya hidup dan makanan yang kurang baik

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan secara lengkap dan memberikan penatalaksanaan farmako juga
edukasi sesuai penyakit

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemberian penatalaksanaan farmako sesuai diagnosis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan perubahan pola gaya hidup untuk
mencegah perburukan penyakit
Monitoring dan evaluasi:
Monitoring :
- Melakukan pemeriksaan follow up pada pasien
- Memberikan edukasi pada pasien bila masih terdapatnya keluhan yang sama
Evaluasi :
- Memberikan edukasi pada pasien untuk melakukan perubahan pola gaya hidup untuk
mencegah perburukan penyakit

F6-2

Judul: Pemberian Obat Anti histamin Pada Pasien Vertigo di Rumah Tahanan Maesa

Latar belakang:

Keluhan gangguan keseimbangan dan vertigo merupakan keluhan umum yang membuat
pasien datang untuk berobat. Sekitar 4.4 juta pasien datang dengan keluhan dizziness maupun
vertigo. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dengan
lingkungan sekitarnya. Keseimbangan pada manusia diatur oleh input yang bersifat kontinu
dari sistem vestibular, propioseptif dan visual. Impuls dari ketiga sistem ini akan mengalami
proses integrasi dan modulasi di batang otak, serebelum dan serebral. Gangguan pada sistem
yang berperan pada sistem keseimbangan ini akan menimbulkan gangguan keseimbangan.
Vertigo sendiri merupakan keluhan paling sering yang membuat pasien berobat ke fasilitas
kesehatan. Vertigo menempati urutan ke tiga tersering yang disampaikan pasien yang berobat
ke instalasi gawat darurat dan beberapa diantaranya memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Di RSUP Dr.Sardtjito Yogyakarta, penderita vertigo yang datang ke poliklinik saraf selama
tahun 2004, sekitar 4,9% dari 13.355 kunjungan. Vertigo sendiri dibagi berdasarkan 2
macam, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo sentral adalah vertigo akibat
kelainan di sentral seperti batang otak, serebelum dan serebrum. Beberapa penyebab vertigo
sentral adalah stroke, neoplasma, migren basiler, trauma dan perdarahan serebelum.
Kemudian beberapa penyebab vertigo perifer adalah BPPV, post trauma, Meniere,
Labirintitis, oklusi dan fistula labirin.

Permasalahan:
Pasien yang datang dengan keluhan pusing berputar memiliki riwayat tekanan darah tinggi
yang tidak diterapi rutin. Keluhan vertigo pada setiap orang juga bervariasi ada yang masih
mampu beraktivitas dan ada yang tidak mampu beraktivitas, sehingga pada beberapa orang
sangat mengganggu kualitas hidup.
Beberapa pasien datang dengan keluhan pusing berputar
Beberapa pasien yang dengan keluhan pusing disertai rasa telinga berdenging

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Pemberian penatalaksanaan farmako dan edukasi sesuai penyakit

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemberian penatalaksanaan farmako sesuai diagnosis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan perubahan pola gaya hidup untuk
mencegah perburukan penyakit
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring : Melakukan pemeriksaan terhadap keluhan yang sama pada pasien
Memberikan edukasi terhadap pengetahuan tentang penyakit dan cara mencegah serangan
Evaluasi : Memberikan edukasi kepada pasien untuk melakukan pengobatan rutin dan
mengevaluasi keluhan pusing berputar

F6-3
Judul : Pemberian obat Amlodipine Pada Pasien Hipertensi di Rumah Tahanan Maesa
Latar belakang:
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang mengganggu kesehatan
masayarakat. Umumnya, terjadi pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun. Namun banyak
yang tidak menyadari bahwa merekamenderita hipertensi akibat gejalanya tidak nyata. Pada
stadium awal, belum menimbulkan gangguan yang serius. Sekitar 1,8%- 28,6% penduduk
dewasapenderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-
20%. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi
yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat penyakit keluarga, jenis kelamin dan umur. Faktor
yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat
mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner
(PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital
seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi
atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular). Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, hipertensi essensial atau primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi esensial atau primer merupakan tipe paling umum, yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya atau idiopatik. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi essensial, sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder
memiliki atribut patologis. Penyebab umum hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal
(penyempitan arteri ginjal/penyakit parenkim ginjal), kelenjar endokrin, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan hipertensi, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
Permasalahan:
Beberapa pasien yang datang memiliki riwayat tekanan darah tinggi
Beberapa pasien tidak minum obat antihipertensi secara rutin
Kebiasaan merokok dan pola gaya hidup pasien yang kurang baik
Pengetahuan dan kepedulian pasien terhadap penyakit yang kurang baik
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Pemberian tatalaksana sesuai
Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemberian penatalaksanaan farmako sesuai diagnosis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan perubahan pola gaya hidup untuk
mencegah perburukan penyakit

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring : Melakukan pemeriksaan follow up pada pasien,
Memberikan edukasi pada pasien bila masih terdapatnya keluhan yang sama
Evaluasi : Memberikan edukasi pada pasien untuk melakukan perubahan pola gaya hidup
untuk mencegah perburukan penyakit
F6-4

Judul: Pemberian Salep antibiotik Pada Pasien Luka Bakar di Rumah Tahanan Maesa
Latar belakang:
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Indonesia, luka bakar masih merupakan
masalah yang berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan,
biaya mahal, tenaga terlatih dan terampil. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi
menjadi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat
dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang
dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih
dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurrang. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan bila terjadi luka bakar yaitu
menghentikan sumber luka bakar, melepas baju atau benda yang menutupi area luka bakar,
luka bakar dialiri air selama kurang lebih 20 menit, setelah itu luka bakar dapat dievaluasi
dan ditangani sesuai derajat luka bakar.
Permasalahan:
Terdapat pasien yang datang dengan keluhan luka bakar akibat tersiram air panas
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Pemberian penatalaksanaan farmako dan edukasi sesuai penyakit
Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemberian penatalaksanaan farmako sesuai diagnosis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit

Monitoring dan Evaluasi:


Monitor :
- Melakukan pemeriksaan terhadap keluhan pasien
- Memberikan edukasi terhadap pengetahuan tentang penyakit dan cara memberikan
obat salep
- Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pertolongan pertama pada luka bakar
Evaluasi :
- Memberi edukasi pasien untuk mencegah terjadinya kejadian berulang dan memberi
edukasi untuk pertolongan pertama pada luka bakar
F6-5

Judul: Pemberian Obat Simptomatik Pada Pasien Common cold di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:
Common cold atau Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) nonspesifik atau “flu biasa”
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan menyerang saluran pernapasan
atas (hidung). Pengobatan awal penyakit ini lebih sering menggunakan obat-obat simptomatis
yang bisa dibeli bebas di apotek atau toko obat yang terdiri dari analgesik dan antipiretik
sederhana. Umumnya penyakit ini dialami oleh anak-anak hingga dewasa. Virus yang
menyebabkan Common Cold seperti corona virus dan rhinovirus, adenovirus,
coxsackieviruses, myxovirus, dan paramyxovirus, Human respiratory syncytial virus, atau
dikenal dengan virus influenza. Meskipun banyak jenis virus baru terus diidentifikasi.
Beberapa persepsi yang keliru di masyarakat terkait pengobatan penyakit ini dengan
menggunakan antibiotik di awal gejala batuk dan flu yang dialami. Padahal penggunaan
antibiotik tidaklah tepat untuk mengobati infeksi Common Cold yang disebabkan oleh virus
dan penggunaan antibiotik hanya akan menambah biaya pengobatan tanpa perbaikan atau
kesembuhan pada gejala batuk dan pilek. Selain itu penggunaan antibiotik secara bebas dan
tidak tepat akan meningkatkan resiko resistensi atau kekebalan penyakit terhadap antibiotik
yang biasanya digunakan.

Permasalahan:
Beberapa pasien datang dengan keluhan hidung berair dan bersin-bersin
Belum terlaksananya etika batuk dan bersin yang baik dan benar, juga belum terlaksananya
pola hidup bersih dan sehat

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Pemberian penatalaksanaan farmako dan edukasi sesuai penyakit

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pemberian penatalaksanaan farmako sesuai diagnosis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan perubahan pola gaya hidup untuk
mencegah perburukan penyakit

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Melakukan pemeriksaan terhadap keluhan pada pasien
- Memberikan edukasi terhadap pengetahuan tentang penyakit dan cara mencegah
terkenanya penyakit secara berulang
- Memberikan edukasi pada pasien cara batuk dan bersin yang baik dan benar, juga
menerapkan pola hidup bersih dan sehat
Evaluasi :

- Memberi edukasi pasien untuk menerapkan pola gaya hidup sehat sehingga imunitas
tubuh menjadi kuat dan tidak mudah terserang sakit
F3-UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA
BERENCANA (KB)

F3-1

Judul: Imunisasi Campak, DPT, Hib, BCG Polio di Posyandu Walet

Latar belakang:
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak seseorang terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti, untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan imunisasi yaitu
untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit
tertentu dari dunia. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-
penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan
tuberkulosis.
- Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara
pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa.
Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan
pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika
sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif.Imunisasi BCG disuntikan secara
intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat
dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,
ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar
pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
- Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis,
tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran
napas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita
melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri. Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Suntikan diberika pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan
dosis 0,5 cc.
- Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Campak, measles atau rubela adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne). Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan
pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan.
- Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam
vaksin polio yaitu Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus
polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan, sedangkan Oral Polio
Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
- Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan terhadap penyakit
hepatitis B, disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus
ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11
bulan melalui injeksi intramuskular. Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk
cair.
- Kejadian ikutan paska imunisasi adalah sebagai reaksi simpangan yang dikenal
sebagai kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) atau events following immunization
(AEFI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek
vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau
kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak
dapat ditentukan.

Permasalahan:
Adanya beberapa anak yang sedang sakit sehingga tidak dapat menjalankan imunisasi atau
anak yang tidak memiliki buku ataupun ibu yang tidak mengetahui jadwal sehingga anak
melewatkan jadwal imunisasi

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Pemberian suntikan kepada anak sesuai dengan jadwal yang tertera pada buku pink anak
Merencanakan kapan anak kembali untuk dilakukan imunisasi selanjutnya apabila anak
datang dalam keadaan sehat

Pelaksanaan
Menyiapkan vaksin dan kapas alkohol desinfeksi
Edukasi ibu untuk inform consent dan memberitahu efek dari penyuntikan vaksin
Edukasi ibu untuk memberikan obat penurun panas bila anak demam
Melakukan penyuntikan
-Campak : 0,5 ml (Subkutan)
-DPT : 0,5 ml (Intramuskulat)
-BCG : 0,5 ml (Intrakutan)
-Polio : 2 tetes (Peroral)

Monitoring:
Monitoring : melakukan monitor cakupan imunisasi pada daerah lingkup bagian posyandu
dan adanya beberapa anak yang sakit sehingga tidak dapat menjalankan imunisasi, anak tidak
melakukan imunisasi karena tidak tahu jadwal imunisasi
Evaluasi : Mengarahkan anak yang belum dapat suntik karena sakit untuk mengikuti jadwal
suntik selanjutnya. Memberi tahu ibu dan juga kader untuk mengetahui jadwal imunisasi
selanjutnya. Mengedukasikan kader dan orang tua tentang pentingnya imunisasi.
F3-2
Judul : Penyuntikan KB di Puskesmas Birobuli
Latar belakang:
Salah satu progam keluarga berencana (KB) adalah memberikan edukasi yang tepat bagi
pasangan suami istri untuk melakukan perencanaan kehamilan yang baik. Perencanaan
kehamilan ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan ibu memulihkan kondisi tubuh
sehingga anak juga bisa tumbuh maksimal. Ada dua jenis alat kontrasepsi berdasarkan jangka
waktu pemakaiannya yaitu temporer dan permanen. Alat kontrasepsi temporer
penggunaannya bisa dihentikan saat ingin menambah momongan. Sedangkan alat kontrasepsi
permanen adalah tindakan sterilisasi yang dapat membuat seseorang tidak dapat melakukan
pembuahan lagi. Jenis KB yang temporer yaitu pil KB minum, KB suntik, KB implan dan
KB IUD. Sedangkan KB permanen yaitu tubektomi. Suntik KB memiliki durasi lebih lama
daripada pil KB yang harus dikonsumsi setiap hari. Suntik KB dapat menunda kehamilan
selama 1 bulan ada pula untuk 3 bulan. Kontrasepsi ini tergolong murah, dengan tingkat
kegagalan 3 persen dalam pencegahan kehamilan.

Permasalahan:
Masih banyak ibu atau pasangan suami istri yang menolak untuk menggunakan KB dengan
alasan yang beragam
Masih banyak ibu yang kurang paham mengenai penggunaan masing-masing KB dan efek
sampingnya

Perencanaan:
Menjelaskan masing-masing cara kerja KB
Melakukan pemilihan KB sesuai dengan pilihan ibu atau pasangan

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai efek dari KB dan kontrol bila ada keluhan
Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan Intramuskular pada bokong sesuai pilihan ibu

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Melakukan pemeriksaan saat kontrol
- Menanyakan efek samping dari pemasangan KB
- Edukasi mengenai penyuntikan KB selanjutnya
Evaluasi :
- Menanyakan adanya efek samping dari KB
- Menanyakan siklus menstruasi setelah penggunaan KB
F3-3
Judul: ANC di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:
ANC atau anteatal care merupakan perawatan ibu dan janin selama masa kehamilan. Melalui
ANC berbagai informasi serta edukasi terkait kehamilan dan persiapan persalinan
diberitahukan kepada ibu. Kurangnya pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering
terjadi karena kurangnya kunjungan ANC. Kurangnya kunjungan ANC ini bisa menyebabkan
bahaya bagi ibu maupun janin seperti terjadinya perdarahan saat masa kehamilan karena tidak
terdeteksinya tanda bahaya. Berbagai penelitian terkait ANC menyatakan bahwa keberhasilan
ANC lebih berarti dapat menyelamatkan nyawa atau menurunkan AKI. Melalui ANC,
kesempatan untuk menyampaikan edukasi dan promosi kesehatan pada ibu hamil khususnya
bisa dilakukan lebih baik. Fungsi suportif dan komunikatif dari ANC tidak hanya mampu
menurunkan AKI tapi juga meningkatkan kualitas hidup bagi ibu dan bayi yang akan
dilahirkan. Selain itu, secara tidak langsung kualitas dari pelayanan kesehatan juga ikut
meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya, disebutkan bahwa para wanita/ ibu
menginginkan kepuasan/ pelayanan yang baik selama ANC. Kepuasan ibu hamil dapat
diperoleh dengan menjaga kondisi fisik, sosial, dan kesehatan ibu serta janin (termasuk
mencegah atau mengurangi risiko, penyakit yang mungkin diderita, dan kematian), serta
memiliki transisi yang efektif saat menuju proses persalinan. Kepuasan bagi wanita hamil
merupakan kunci untuk perubahan/ transformasi ANC sekaligus meningkatkan
perkembangan keluarga maupun komunitas.

Permasalahan:
Masih banyak ibu atau pasangan suami istri yang tidak melakukan ANC karena berbagai
alasan
Masih banyak ibu yang kurang paham pentingnya melakukan ANC
Masih banyak ibu yang kurang peduli terhadap kesehatan selama hamil

Perencanaan:
Menjelaskan pentingnya ANC selama hamil
Menjelaskan informasi mengenai tanda-tanda bahaya dan persalinan
Menjadwalkan ANC secara rutin

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
1. Menimbang berat badan
2. Mengukur tekanan darah
3. Memeriksa tinggi fundus uteri
4. Menanyakan dan melakukan vaksinasi tetanus
5. Memberikan tablet penambah darah
6. Menetapkan status gizi
7. Melakukan pemeriksaan laboratorium
8. Menentukan denyut jantung janin
9. Melakukan tatalaksana kasus
10. Melakukan temu wicara

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Melakukan pemeriksaan secara lengkap saat kontrol
- Menanyakan adanya keluhan pada saat kontrol
Evaluasi :
- Menjadwalkan kembali jadwal ANC
- Memberitahu untuk membaca buku pink dan menjelaskan bagian yang harus dibaca
F3-4
Judul : Pemberian Tablet Fe dan Calcium Lactate Pada Ibu Hamil di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan
kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang
salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain
anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan
janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang
merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di
negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa
dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya
mengalami kekurangan energi kronis. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi
tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis
hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit
berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan
globin(1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Selainitu Calcium Lactate adalah obat dan suplemen
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada saat hamil, menyusui, untuk anak
remaja, usia lanjut dan pada masa pemulihan dari sakit. Calcium Lactate membantu menjaga
kepadatan tulang yang sehat.

Permasalahan:
- Masih banyak ibu hamil yang kurang nutrisi
- Masih banyak ibu hamil yang anemia
- Masih banyak ibu hamil yang tidak mengonsumsi tablet tambah darah dan calcium
lactate yang diberikan

Perencanaan:
- Memberikan tablet tambah dan calcium lactate pada ibu hamil

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Memberikan tablet tambah darah dan calcium lactate pada ibu hamil

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Menanyakan sisa tablet tambah darah dan calcium lactate yang diberikan apakah
diminum rutin
Evaluasi :
- Menanyakan adanya efek samping dari tablet tambah darah dan calcium lactate
F3-5
Judul : Pemberian Suntik TT lanjutan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:
Wanita hamil memang dianjurkan untuk melakukan vaksin tetanus toxoid (TT). Hal ini mengingat
bahwa penyakit tetanus masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, yang dampaknya bisa
menimbulkan risiko kematian bayi baru lahir. Vaksin TT sendiri aman diberikan kepada ibu hamil.
Selain dapat menurunkan risiko terjadinya tetanus pada ibu serta janin dalam kandungannya, vaksin
ini juga dapat mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Tetanus
merupakan penyakit yang umum terjadi di negara berkembang. Penyebabnya adalah Clostridium
tetani. Bakteri ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terkontaminasi tanah atau kotoran
hewan, atau luka akibat benda berkarat. Meski demikian, bakteri tetanus lebih umum menginfeksi
melalui luka yang dalam, seperti luka akibat tusukan atau gigitan. Sementara untuk kasus tetanus
pada bayi baru lahir, infeksi dapat terjadi karena proses persalinan yang tidak higienis, misalnya
akibat memotong tali pusar dengan alat potong yang tidak steril. Setelah masuk ke dalam tubuh
bayi, bakteri C. tetani bisa menyebar dan menyebabkan komplikasi yang dapat berujung pada
kematian bayi. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menerima vaksin TT. Vaksin tetanus ini
akan membentuk antibodi yang kemudian diteruskan juga kepada janin sebagai bentuk
perlindungan alami terhadap tetanus selama dalam kandungan sampai beberapa bulan setelah lahir.
Pemberian vaksin tetanus bisa dilakukan di puskesmas, posyandu, klinik vaksinasi, ataupun di rumah
sakit. Pada kehamilan pertama, ibu hamil untuk menjalani setidaknya 2 kali suntik vaksin tetanus,
dengan jarak pemberian 4 minggu. Namun, bila ibu hamil belum pernah mendapatkan vaksin
tetanus sebelumnya atau riwayat vaksinasinya tidak diketahui, vaksin tetanus perlu diberikan
sebanyak 3 kali, dengan pemberian awal sedini mungkin. Jarak antara suntikan pertama dan kedua
adalah 4 minggu, sedangkan jarak antara suntikan kedua dan ketiga adalah 6 bulan. Jika Bumil hamil
lagi dalam waktu dua tahun setelah melahirkan anak pertama, pemberian vaksin tetanus akan
bergantung pada riwayat vaksinasi Bumil. Bila pada kehamilan pertama Bumil sudah mendapat 2 kali
suntikan vaksin tetanus, maka hanya akan dilakukan suntikan penguat vaksin atau booster.
Permasalahan:
- Masih banyak ibu hamil yang tidak mengerti pentingnya vaksinasi tetanus untuk janin
- Masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan vaksinasi tetanus baik sebelum hamil
maupun setelah hamil
-
Perencanaan:
- Memberikan vaksinasi pada ibu baik pada waktu hamil maupun sebelum hamil juga
menjelaskan pentingnya vaksinasi tetanus pada ibu dan janin.

Pelaksanaan:
Memeriksa pasien secara lengkap
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Melakukan persetujuan inform consent untuk tindakan penyuntikan vaksinasi tetanus
Menyuntikkan vaksinasi tetanus 0,5ml intramuskular pada lengan ibu

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Menjadwalkan penyuntikkan vaksinasi tetanus yang berikutnya
Evaluasi :
- Menanyakan adanya efek samping dari penyuntikan vaksinasi tetanus
F2-UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

F2-1 Judul : Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Untuk Mencegah Penyakit
Diare di Posyandu Pelangi

Latar belakang:
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat
tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007
memang diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategi (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan
PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS memang merupakan salah satu
Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian Kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang keluarga,kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus
bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yangharus diprakekkan dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dibidang pencegahan dan penanggulangan
penyakit serta penyehatan lingkungan harus diprakekkan perilaku mencuci tangan dengan
sabun, pengelolaan air minum dan makananyana memenuhi syarat, menggunakan air
bersih,menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Di bidang
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktekkan perilaku meminta
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan,mengimunisasi
lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain.
Permasalahan:
- Adanya beberapa anggota keluarga atau keluarga yang tidak dapat mempraktekkan
perilaku hidup bersih dan sehat karena ketidakmampuan secara ekonomis atau tidak
adanya sarana. Misalnya pada pembuatan jamban
- Adanya anggota keluarga yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang PHBS
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pelaksanaan:
Edukasi dilakukan pada Kamis 17 Desember 2020 kepada beberapa anggota keluarga saat
sedang mengikuti kegiatan posyandu, dengan cara mengedukasi mengenai informasi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan mulai dari hal-hal
kecil, seperti mengonsumsi air minum yang matang, mencuci setiap botol susu dan alat
makan lainnya dengan bersih juga terutama tetap menggunakan tutup botol susu apabila
sedang keluar rumah. Pada ibu juga diberitahu untuk tidak memberikan anak botol susu atau
dot yang sudah terkena lantai atau terjatuh, juga selalu mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah buang air besar dan kecil, sebelum dan sesudah memberi anak
makan atau memasak. Pada ayah juga diberitahu untuk berhenti merokok karena dapat
menyebabkan penyakit paru pada dirinya sendiri juga pada anggota keluarga.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan anggota keluarga sudah mulai melakukan tindakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat mulai dari dirinya sendiri
Evaluasi :
- Mempraktekkan salah satu dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
F2-2 Judul : Penyuluhan Perilaku 3M Untuk Mencegah Penularan Covid 19 di
Posyandu Seruni

Latar belakang:

 Memakai Masker, Menjaga Jarak Aman, dan Mencuci Tangan, merupakan satu paket
protokol kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencegah penularan
COVID-19. Himbauan ini perlu dipatuhi dan dijalankan secara disiplin, mengingat langkah ini
adalah rekomendasi dari para ahli dan dokter. Membiasakan dan mewajibkan diri untuk
mematuhi protokol kesehatan merupakan salah satu kunci agar virus COVID-19 dapat
ditekan penyebarannya. Namun, dibutuhkan perilaku disiplin dari dari sendiri, juga sangat
perlu untuk dilakukan secara kolektif dengan penuh kesadaran. Mencuci tangan merupakan
langkah 3M berikutnya untuk menurunkan risiko penularan COVID-19 sebesar 35 persen.
WHO menyarankan, cucilah tangan menggunakan sabun/antiseptik selama 20-30 detik dan
menerapkan langkah-langkah yang benar. Jika dalam kondisi tertentu, semisal tidak ada air
dan sabun atau tidak dapat menggunakan air dan sabun untuk membersihkan tangan, solusi
lainnya adalah memakai cairan yang berbasis setidaknya 60 persen alkohol seperti hand
sanitizer. Penerapan 3M yang paling utama adalah menjaga jarak atau social distancing
dengan jarak minimal 1 meter, termasuk dengan menghindari kerumunan. Semua orang
harus memakai masker, terutama jika di luar rumah. Sebelum memakai masker dan
saat membuka masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal 20 detik).
Bila tidak tersedia air, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60%).
Masker dipasang untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela antara
wajah dan masker. Hindari menyentuh masker saat digunakan. Bila menyentuh
masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik, atau bila tidak
ada, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60%). Jangan sentuh atau
buka-tutup masker saat digunakan. Ganti masker yang basah atau lembab dengan
masker baru. Masker medis hanya boleh digunakan satu kali saja dan buang segera
masker 1x pakai di tempat sampah tertutup atau kantong plastik usai dipakai.
Sedangkan untuk masker kain 3 lapis dapat dipakai berulang, tapi harus dicuci dengan
deterjen usai dipakai.

Permasalahan:
- Masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan 3M di masa pandemi seperti ini.
Penggunaan masker yang tidak baik dan benar masih sering terjadi saat pandemi ini.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai 3M untuk mencegah penularan
covid-19 dan membagikan masker pada setiap pengunjung posyandu
Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Seruni hari Selasa 24 November 2020 pada beberapa
anggota keluarga saat sedang mengikuti kegiatan posyandu, memberikan informasi secara
langsung untuk penggunaan masker yang baik dan benar dan membagikan masker pada
setiap pengunjung posyandu. Dijelaskan kepada pengunjung posyandu untuk menggunakan
masker yang tepat seperti masker medis sekali pakai atau masker kain yang terdiri dari 3
lapisan, juga dijelaskan untuk tidak memegang bagian luar masker dan selalu menggunakan
masker bila keluar rumah, berbicara atau ke tempat-tempat umum lainnya. Selain itu juga
diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar, atau selalu ingat membawa hand
sanitizer kemanapun.

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memastikan anggota keluarga sudah mulai melakukan tindakan 3M mulai dari diri
sendiri dan keluarga.
Evaluasi :
- Mempraktekkan kegiatan 3M pada kegiatan sehari-hari.
F2-3 Judul : Edukasi Pentingnya Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah
Dengue pada Musim Hujan di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:
Kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan
kebersihan lingkungan. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang
bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya
adalah dengan melakukan PSN 3M Plus. Yang pertama menguras, merupakan kegiatan
membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi,
toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Lalu kedua menutup, merupakan kegiatan
menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga
dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat
lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk. Kemudian yang ketiga
Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga
disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. Sedangkan untuk
kegiatan plusnya memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk,
memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, gotong Royong membersihkan lingkungan,
periksa tempat-tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah
tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki
saluran dan talang air yang tidak lancar dan menanam tanaman pengusir nyamuk

Permasalahan:
- Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti pencegahan pada demam berdarah,
padahal untuk cara pencegahannya cukup mudah dan dapat dilakukan dalam kegiatan
sehari-hari
Perencanaan:
- Memberikan edukasi kepada anggota keluarga untuk tidak lengah terhadap demam
berdarah karena demam berdarah juga dapat menyebabkan sakit yang serius bila tidak
dicegah.
Pelaksanaan:
Pada hari Senin 1 Februari 2021di Poli Umum Puskesmas Birobuli telah disampaikan pada
sekeluarga yang beranggotakan 4 orang anggota keluarga mengenai penyakit demam
berdarah. Edukasi mengenai definisi demam berdarah, bagaimana bisa terkena demam
berdarah, nyamuk yang menyebarkan virus demam berdarah dan bagaimana penanganan
awal juga cara mencegah. Penularan demam berdarah tidak menular karena adanya kontak
langsung, namun dijelaskan apabila ada anggota keluarga yang tinggal serumah atau tetangg
yang menderita demam berdarah maka dapat memungkinkan untuk terkena demam berdarah
karena jarak terbang nyamuk Aedes Aegypti yang sejauh 1meter. Juga dijelaskan bagaimana
cara melakukan 3M, yaitu Menguras bak mandi setiap hari, Menutup tempat yang dapat
menjadi tempat tergenangnya air dan Menggunakan kembali barang yang dapat digunakan
sehingga tidak menumpuk. Kegiatan plusnya berupa memelihara ikan pemakan jentik
nyamuk atau dengan tidak menggantungkan pakaian sehingga nyamuk tidak menghinggap.
Apabila ada anggota keluarga yang demam, perlu diberikan obat penurun panas dan
diobservasi 3 hari kedepan. Juga dilihat gejala lain seperti bintik merah di badan, mimisan,
gusi berdarah atau bahkan kencing yang disertai darah. Pasien yang datang juga diberikan
obat simptomatik dan dianjurkan untuk tetap makan makanan bergizi dan tetap minum air
yang cukup, kepada pasien juga dianjurkan apabila tetap tidak mengalami perubahan untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memastikan anggota keluarga mau melakukan kegiatan 3M plus untuk mencegah
demam berdarah
Evaluasi :
Mempraktekkan kegiatan 3M plus pada kegiatan sehari-hari.
F2-4 Judul : Edukasi Cuci Tangan Yang Benar Untuk Mencegah Diare di Puskesmas
Birobuli

Latar belakang:
Diare adalah kejadian Buang Air Besar (BAB) lembek sampai cair (mencret) dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari. Kejadian diare dapat disertai dengan gejala
dehidrasi, demam, mual dan muntah, anoreksia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata
cekung, membran mukosa kering, dan pengeluaran urin menurun. Pada tahun 2013 dari total
jumlah 6,30juta anak di seluruh dunia tercatat sekitar 3,20juta kematian anak dibawah usia
lima tahun. Kematian anak tersebut disebabkan oleh penyakit menular dimana lebih dari
500.000 anak disebabkan oleh penyakit diare. Kejadian diare pada anak usia dini di negara-
negara berkembang memiliki angka kematian hampir satu juta setiap tahunnya. Perilaku ibu
yang baik dalam memberikan kebutuhan gizi kepada anaknya, yaitu dengan memperhatikan
hygiene dari makanan dan minuman dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit
termasuk juga diare. Cara mencuci botol yang dapat dilakukan yaitu pertama cuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir juga sabun selama kurang lebih 20 detik.
Pisahkan semua bagian botol, seperti botol, dot, katup botol, dan tutup botol. Setelah itu, bilas
dengan air bersih yang mengalir. Rendam bagian-bagian botol dalam baskom berisi air
hangat dan sabun. Bersihkan bagian botol satu per satu menggunakan sikat khusus. Jangan
lupa untuk membersihkan botol sampai ke dasarnya. Setelah itu, bilas kembali semua bagian
botol dengan air bersih dan keringkan dengan handuk bersih yang bebas dari debu. Selain itu
seperti yang diketahui cuci tangan juga penting untuk mencegah diare. Langkah-langkahnya
yaitu basahi kedua tangan dengan air, kemudian ambil sabun secukupnya. Gosokkan kedua
telapak tangan bersama-sama. Gosok punggung tangan menggunakan telapak tangan
sebelahnya, gosok juga bagian sela jari. Lalu bersihkan jari dan buku-buku jari dengan
menyatukan kedua tangan. Setelah itu bersihkan ujung-ujung jari dengan menggosokkannya
ke telapak tangan sebelahnya. Terakhir bersihkan sela jempol dan telunjuk dengan cara
menggenggam jempol menggunakan tangan sebelahnya. Bersihkan sabun dengan air
mengalir, lalu keringkan dengan sempurna. Bila perlu, matikan keran dengan menggunakan
tisu sekali pakai agar tangan tidak perlu langsung menyentuhnya, sehingga tangan pun bisa
bersih sempurna.
Permasalahan:
- Masih banyak ibu yang tidak sadar pentingnya cuci tangan sebelum membuat susu
anak atau sebelum mencuci botol anak. Selain itu ibu juga masih banyak belum tau
caramencuci botol dengan baik dan benar.
Perencanaan:
- Memberikan edukasi kepada ibu dan anggota keluarga yang menemani anak berobat
cara mencuci botol anak dan mencuci tangan yang baik dan benar setiap sebelum
membuat susu anak
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada ibu atau anggota keluarga dan
mempraktekkan cara mencuci tangan.
Pelaksanaan:
Pada hari Senin 7 Desember 2020 di Poli Umum Puskesmas Birobuli telah disampaikan pada
ibu dan anggota keluarga yang membawa anak berobat cara mencuci tangan yang baik an
benar, juga cara mencuci botol anak dengan baik dan benar. Cara mencuci tangan diberitahu
dengan 6 langkah, yaitu basahi kedua tangan dengan air, kemudian ambil sabun secukupnya.
Gosokkan kedua telapak tangan bersama-sama. Gosok punggung tangan menggunakan
telapak tangan sebelahnya, gosok juga bagian sela jari. Lalu bersihkan jari dan buku-buku jari
dengan menyatukan kedua tangan. Setelah itu bersihkan ujung-ujung jari dengan
menggosokkannya ke telapak tangan sebelahnya. Terakhir bersihkan sela jempol dan telunjuk
dengan cara menggenggam jempol menggunakan tangan sebelahnya. Bersihkan sabun
dengan air mengalir, lalu keringkan dengan sempurna. Bila perlu, matikan keran dengan
menggunakan tisu sekali pakai agar tangan tidak perlu langsung menyentuhnya, sehingga
tangan pun bisa bersih sempurna. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah menyiapkan
makanan dan makan, sebelum dan sesudah BAK dan BAB, sebelum dan sesudah menyiapkan
botol anak. Kemudian untuk mencuci botol dapat dilakukan yaitu pertama cuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir juga sabun selama kurang lebih 20 detik.
Pisahkan semua bagian botol, seperti botol, dot, katup botol, dan tutup botol. Setelah itu, bilas
dengan air bersih yang mengalir. Rendam bagian-bagian botol dalam baskom berisi air
hangat dan sabun. Bersihkan bagian botol satu per satu menggunakan sikat khusus. Jangan
lupa untuk membersihkan botol sampai ke dasarnya. Setelah itu, bilas kembali semua bagian
botol dengan air bersih dan keringkan dengan handuk bersih yang bebas dari debu.

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memastikan ibu sudah mengerti cara mencuci tangan yang baik dan benar juga
mencuci botol dengan cara yang sudah dijelaskan
Evaluasi :
- Memastikan anak tidak sakit diare lagi dan ibu sudah paham cara mencegah
diare dengan memperhatikan hygiene tangan dan botol anak
F2-5 Judul : Edukasi Pencegahan dan Eradikasi Sarcoptes Scabiei di Puskesmas Birobuli

Latar belakang:

Skabies atau dikenal juga dengan kudis, gudig, dan budug, adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kutu Sarcoptes scabiei varietas hominis.1 Skabies sering diabaikan oleh masyarakat, sehingga
penyakit ini menjadi salah satu masalah di seluruh dunia. Penyakit ini lebih banyak terjadi di negara
berkembang, terutama di daerah endemis dengan iklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Amerika
Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit tersering di
puskesmas. Pada tahun 2008, prevalensi skabies di seluruh puskesmas di Indonesia adalah 5,6 -
12,9%, merupakan penyakit kulit terbanyak urutan ketiga. Beberapa faktor yang berpengaruh pada
prevalensi skabies antara lain keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang buruk, dan kepadatan
penghuni rumah. Dengan tingginya kepadatan penghuni rumah, interaksi dan kontak fisik erat yang
akan memudahkan penularan skabies, oleh karena itu penyakit ini banyak terdapat di asrama, panti
asuhan, pondok pesantren, dan pengungsian. Cara pengobatan skabies cukup mudah karena terapi
medikamentosa yang tersedia cukup beragam dan dapat untuk semua usia, namun tergolong sulit
karena kurangnya pemahaman keluarga dalam pengobatan dimana seluruh anggota keluarga harus
diobati. Karena penting untuk memastikan bahwa parasit sudah berhasil dieradikasi dari rumah untuk
mencegah reinfestasi. Skabies bisa menyebar melalui kontak langsung kulit-kulit, termasuk aktivitas
seksual atau hanya dengan menyentuh/memeluk seseorang yang terinfeksi. Selain itu kutu mungkin
bersembunyi dalam sprei kasur, handuk atau pakaian dari seseorang yang terinfeksi. Maka dari itu,
akan sangat penting untuk melakukan disinfeksi untuk memastikan eradikasi parasit secara total.
Panduan Malaysia merekomendasikan agar pasien menggunakan kain yang baru, bersih atau pakaian
setelah menerima terapi atau mengenakannya setelah sudah dicuci dalam suhu tinggi, setidaknya 50
derajat celcius. Untuk produk yang tidak bisa dicuci, produk tersebut perlu disimpan rapat-rapat
dalam kantung plastik selama 72 jam. Untuk cara yang sering digunakan yaitu dengan merendam kain
atau pakaian dengan air yang mendidih, kemudian dicuci seperti biasa, atau dengan menjemur
dibawah sinar matahari selama 24 jam untuk kasur atau alas yang tidak bisa dicuci, demikian juga
dengan bantal. Sambil melakukan hal di atas juga penting untuk mendapatkan terapi medikamentosa
di fasilitas kesehatan.

Permasalahan:

Masih banyak anggota keluarga yang tidak sadar pentingnya memberantas skabies ini, karena anggota
keluarga kadang merasa tidak bergejala sehinggamerasa tidak sakit padahal pengobatan harus
dilakukan pada seluruh anggota keluarga.

Perencanaan:

Memberikan edukasi kepada anggota keluarga mengenai skabies dan cara eradikasi skabies ini, juga
pentingnya memberantas skabies dengan mengobati seluruh anggota keluarga

Pemilihan Intervensi :

Melalui edukasi secara langsung kepada anggota keluarga cara eradkasi skabies selain dengan terapi
medikamentosa

Pelaksanaan:

Pada hari Selasa 12 Januari 2021 di Poli Umum Puskesmas Birobuli telah disampaikan pada ibu dan
anggota keluarga mengenai cara eradikasi skabies, yaitu dengan cara merendam kain, handuk,
pakaian, sprei di air panas mendidih sebelum dicuci dengan deterjen. Selain itu menjemur kasur dan
bantal di bawah panas matahari selama 24 jam. Juga diberitahu untuk mengobati seluruh anggota
keluarga agar dapat memberantas skabies.

Monitoring dan Evaluasi:

Monitoring :

Memastikan anggota keluarga mengerti cara eradikasi skabies dan menggunakan obat dengan benar

Evaluasi :

Memastikan seluruh anggota keluarga mendapatkan terapi dan melihat pada follow up berikutnya.
F1-UPAYA PROMOsSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

F1-1 Edukasi Berhenti Merokok untuk Kesehatan Lingkungan Rumah di Posyandu


Anyelir 14 Desember 2020

Latar belakang:
Merokok sudah terbukti dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti jantung koroner,
kanker paru, penyakit paru obstruktif dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut merupakan sebagian
dari bahaya merokok bagi kesehatan. Selain itu, merokok juga memiliki dampak berbahaya terhadap
daya tahan tubuh manusia. Rokok memiliki berbagai racun dari bahan kimia yang dikandungnya.
Bahaya merokok bagi kesehatan yang paling utama datang dari racun karsinogen (penyebab kanker)
dan karbon monoksida pada asap rokok. Kedua zat tersebut akan terhirup saluran pernapasan, yang
pada akhirnya dapat memicu kerusakan organ dan menurunnya fungsi dari organ sistem jantung,
pembuluh darah, dan pernapasan. Akibatnya, tubuh akan lebih sulit melawan bibit penyakit yang
berada lingkungan sekitar karena harus mengatasi kerusakan organ dan melawan racun dari paparan
asap rokok. Dengan merokok, itu artinya seseorang akan lebih mungkin terpapar racun dari asap dari
rokok dengan frekuensi yang lebih sering dan waktu yang lama. Hal serupa juga dapat dialami oleh
perokok pasif. Dampak merokok terhadap daya tahan tubuh ini akan cenderung meningkat jika para
perokok pasif menghirup napas yang dikeluarkan oleh perokok aktif. Pada saat sekarang ini dengan
banyaknya media edukasi untuk berhenti merokok, namun jumlah perokok tidak berkurang,
demikian halnya pada rumah tangga sehingga tidak sedikit juga anak yang terkena dampaknya.
Banyak anak yang datang dibawa orangtuanya berobat karena batuk yang berulang, setelah
dianamnesis hampir sebagian besar terdapat perokok aktif di dalam rumah. Maka dari itu untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, merokok dapat dihentikan baik perlahan atau langsung. Beberapa
cara yang dapat membantu untuk berhenti merokok yaitu alihkan rasa ingin merokok dengan hal
lain seperti mengunyah permen karet atau langsung melakukan hal yang lain, perokok juga dapat
meminta dukungan agar berhenti merokok dari orang terdekatnya. Selain itu perokok juga dapat
mengalihkan kegiatan ke olahraga atau yoga. Ada beberapa terapi pengganti rokok yang dapat
digunakan bila sangat tidak mampu melawan godaan untuk merokok namun hal ini bisa didapatkan
dibawah pengawasan dokter.
Permasalahan:
- Masih banyak anggota keluarga yang tidak peduli akan bahaya merokok bahkan
bahaya terhadap orang disekitarnya yang menjadi perokok pasif. Walaupun anggota
keluarga merokok di luar rumah, namun zat yang terkandung di asap rokok sudah
menempel di badan, sehingga pentingnya juga membersihkan diri sebelum kontak ke
anak atau anggota keluarga yang lain
Perencanaan :
- Melakukan edukasi secara langsung kepada anggota keluarga yang merokok untuk
dapat mengurangi jumlah rokoknya dan dapat berhenti pada suatu waktu
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada anggota keluarga beberapa cara untuk
berhenti merokok
Pelaksanaan:
Pada hari Senin 14 Desember 2020 dilakukan edukasi secara perorangan kepada anggota
keluarga yang membawa anaknya ke posyandu. Edukasi diberikan berupa informasi
mengenai bahayanya merokok yang dapat menyebabkan berbagai pernyakit paru juga
penyakit jantung. Selain itu banyaknya zat yang berbahaya yang terdapat pada rokok
sehingga asap rokok tidak hanya berbahaya pada perokok aktif juga pada perokok pasif.
Beberapa cara untuk berhenti merokok juga dijelaskan seperti mengganti rokok dengan
permen karet, atau mengalihkan rasa ingin merokok dengan olahraga atapun yoga. Juga bila
orang sudah tidak mampu menahan rasa ingin merokok dapat dilakukan terapi pengganti
nikotin namun tentunya dalam pengawasan dokter.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan anggota keluarga mau dan mampu untuk berhenti merokok
Evaluasi :
- Memastikan anggota keluarga sudah menurunkan jumlah rokok dan dapat
berhenti merokok pada suatu waktu
F1-2 Edukasi Pengobatan Hipertensi Teratur di Posbindu Watubaruga 15 Desember
2020

Latar belakang:
Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan
saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat
jantung berelaksasi sebelum kembali memompa darah. Hipertensi terjadi ketika tekanan sistolik
berada di atas 130 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Tekanan darah yang melebihi
angka tersebut merupakan kondisi berbahaya dan harus segera ditangani. Hipertensi terbagi ke dalam
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya dengan
pasti, sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi antara lain akibat penyakit ginjal, sleep apnea, dan
kecanduan alkohol. Hipertensi memiliki istilah silent killer atau penyakit yang membunuh secara
diam-diam. Hal ini karena penderita hipertensi umumnya tidak mengalami gejala apa pun, sampai
tekanan darahnya sudah terlalu tinggi dan mengancam nyawa. Oleh sebab itu, penting untuk rutin
memeriksakan tekanan darah, baik secara mandiri atau dengan datang ke dokter juga melanjutkan
pengobatan sampai dokter yang akan mengatakan untuk diturunkan dosisnya atau bahkan dihentikan.
Namun banyak juga pasien yang merasa tidak bergejala sehingga banyaj yang langsung menhentikan
pengobatannya secara tiba-tiba. Hipertensi bisa diatasi dengan menjalani pola hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan sehat, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi minuman
berkafein. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat penurun tekanan darah
untuk seumur hidup. Akan tetapi dosis dapat diturunkan atau dihentikan jika tekanan darah pasien
sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup. Obat antihipertensi diberikan pada pasien yang
tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg dan berisiko terserang komplikasi.

Permasalahan:
- Masih banyak pasien lansia yang menderita hipertensi namun tetap tidak mau
mengonsumsi obat antihipertensi. Pasien mengatakan obat akan diminum bila tekanan
darah tinggi saja karena merasa sehat-sehat saja
Perencanaan :
- Melakukan edukasi secara langsung perorangan pada lansia yang datang kontrol
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada pasien lansia yang hipertensi
Pelaksanaan:
Pada hari Selasa 15 Desember 2020 dilakukan edukasi secara perorangan kepada lansia yang
hipertensi agar pengobatan dilakukan seumur hidup dan tidak menghentikan obat secara tiba-
tiba kecuali atas pengawasan dokter. Selain itu juga diberikan edukasi agar merubah pola
gaya hidup pasien dengan mengurang garam, makanan yang bersantan atau yang digoren-
goreng.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan pasien lansia mengerti risiko bila obat dihentikan secara tiba-tiba
Evaluasi :
- Melakukan follow up pada pemeriksaan bulan berikutnya dan menyarankan
pasien untuk datang ke puskesmas setiap bulan agar dapat kontrol tekanan
darah juga mendapatkan obat
F1-3 Edukasi Pengobatan Diabetes Melitus Teratur di Posbindu Watubaruga 15
Desmber 2020

Latar belakang:

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar
gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh
manusia. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan
baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol
dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Kadar
gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu
organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat
menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. Secara umum, diabetes dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih
sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik
(resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia
menderita diabetes tipe ini. Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan
memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori
dan lemak. Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis
yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Untuk membantu mengubah gula darah
menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan
untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi
dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai. Pada pasien diabetes
tipe 2, dapat diresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang
berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang
bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah
pasien makan, juga dapat diberikan.Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara
disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas
normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan
jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan
terakhir mengingat bahaya hipoglikemia atau hiperglikemia yang dapat mengancam nyawa.

Permasalahan:
- Masih banyak pasien lansia yang menderita diabetes melitus namun tidak meminum
obat secara teratur karena terkadang pasien lupa untuk minum. Pasien juga jarang
melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur atau setiap 3 bulan sekali.
Perencanaan :
- Melakukan edukasi secara langsung perorangan pada lansia yang datang kontrol
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada pasien lansia yang diabetes melitus
- Melakukan perujukan ke puskesmas apabila pasien tidak mendapatkan obat untuk
diabetes melitusnya
Pelaksanaan:
Pada hari Selasa 15 Desember 2020 dilakukan edukasi secara perorangan kepada lansia yang
mendertia diabetes melitus agar pengobatan dilakukan secara teratur dan tidak menghentikan
obat secara tiba-tiba kecuali atas pengawasan dokter. Selain itu juga diberikan edukasi agar
merubah pola gaya hidup pasien dengan mengurangi nasi putih, perbanyak sayur dan
mengurangi cemilan atau minuman yang manis-manis atau tinggi gula.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan pasien lansia mengerti risiko bila obat dihentikan secara tiba-tiba
Evaluasi :
- Melakukan follow up pada pemeriksaan bulan berikutnya dan menyarankan
pasien untuk datang ke puskesmas setiap 3 bulan agar dapat kontrol gula darah
puasa juga mendapatkan obatnya
F1-4 Edukasi Pentingnya Imunisasi Untuk Anak di Posyandu Aster 16 Desember 2020

Latar belakang:
Imunisasi memberikan kekebalan tubuh secara buatan dengan pembentukan antibodi
sehingga melindungi anak dan mengurangi keparahan penyakit. Imunisasi merupakan upaya
memperoleh kekebalan tubuh secara buatan melalui pemberian kuman hidup yang
dilemahkan atau bagian tubuh dari kuman untuk membentuk antibodi. Imunisasi bertujuan
untuk melindungi anak terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi, sehingga angka kejadian penyakit tersebut dapat dikurangi, dan diharapkan dapat
membasmi penyakit tersebut secara menyeluruh. Vaksin hepatitis B paling baik diberikan dalam
waktu 12 jam sesudah kelahiran, kemudian setelah itu dapat diberikan vaksin polio oral yang
pertama dan selanjutnya diberikan ulang pada usia 2, 3 , dan 4 bulan. Vaksin BCG hanya diberikan
sekali dan optimal diberikan pada usia 2 bulan. Pada pemberian vaksin ini, obat akan disuntikkan di
bawah kulit dan meninggalkan lentingan di tempat bekas suntikan. Bekas tersebut akan hilang
dengan sendirinya dan meninggalkan tanda  di lengan kanan anak. Bila anak belum mendapat vaksin
BCG hingga usia 3 bulan, akan dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu sebelum diberikan vaksin. Uji
tuberkulin dilakukan untuk mengetahui apakah anak sudah terinfeksi atau belum, namun anak akan
diobservasi dan diberikan pengobatan tuberculosis (TBC) sesuai indikasi. Vaksin DTP dan Hib
pertama dapat diberikan bila telah mencapai usia 2 bulan dan selanjutnya usia 3 dan 4 bulan.
Setelah pemberian vaksin ini, anak mungkin akan mengalami demam, maka dari itu perlu
dipersiapkan termometer dan obat penurun panas. Vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan dan
diulang saat usia 24 bulan. Selain vaksin ini ada beberapa vaksin tambahan lain dan dapat iberikan
bila orangtua ingin menambahkannya.
Permasalahan:
- Masih banyak anak yang tidak mendapatkan imunisasi sesuai waktunya karena
orangtua yang sibuk atau ada orangtua yang tidak setuju untuk melakukan imunisasi,
maka dari itu diberikan pemahaman kepada orangtua untuk melakukan imunisasi
dasar pada anak.
Perencanaan :
- Melakukan edukasi secara langsung perorangan pada orangtua anak untuk melakukan
imunisasi pada anak agar anak memiliki kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit
tertentu.
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada orangtua anak agar mengikuti program
imunisasi dasar pada anak
Pelaksanaan:
Pada hari Rabu 16 Desember 2020 dilakukan edukasi secara perorangan kepada orangtua
anak agar mau mengikuti program imunisasi dasar pada anak sehingga anak memiliki
kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit. Pada beberapa orangtua yang bingung
diberikan penjelasan agar melihat buku kms atau buku pink anak agar tidak lupa untuk
membawa anak setiap bulan ke posyandu sampai imunisasi dasar anak selesai.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan orangtua mau melakukan imunisasi dasar pada anak
Evaluasi :
- Memastikan anak mendapatkan imunisasi sesuai waktunya sampai imunisasi dasar
selesai
F1-5 Edukasi KB di Posyandu Watubaruga 19 Januari 2021

Latar belakang:

Keluarga berencana sering disalahartikan sebagai program menolak kehadiran anak.


Padahal, faktanya tidak demikian. Tujuan dan manfaat program keluarga berencana
justru sangat baik demi mewujudkan keluarga sehat, bahagia, dan sejahtera. Keluarga
berencana (KB) merupakan program skala nasional yang dikelola oleh Badan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Ada banyak manfaat program keluarga berencana yang
ditawarkan oleh negara. Salah satunya adalah menghasilkan keluarga yang berkualitas. Ada
beberapa tujuan penting dilaksanakannya program keluarga berencana, di antaranya
membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga tersebut,
mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak, mencegah terjadinya pernikahan di usia
dini, menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau
terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi, dan menekan jumlah penduduk serta
menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Dalam
penerapannya, BKKBN selaku badan pengelola program keluarga berencana mendorong
masyarakat untuk memakai alat kontrasepsi guna mencegah atau menunda kehamilan hingga
saat yang tepat. Beberapa jenis alat kontrasepsi yang bisa digunakan meliputi kondom, pil
KB, suntik KB, implan, IUD, vasektomi, dan tubektomi.

Permasalahan:
- Masih banyak pasangan suami istri yang menolak menggunakan KB karena beberapa
alasan, salah satunya karena mengejar menginginkan anak dengan jenis kelamin
tertentu, atau karena istri takut menggunakan beberapa jenis KB.
Perencanaan :
- Melakukan edukasi secara langsung perorangan pada pasangan suami istri untuk
menggunakan KB agar dapat mengontrol jumlah anak yang dapat membantu keadaan
ekonomi.
Pemilihan Intervensi :
- Melalui edukasi secara langsung kepada pasangan suami istri mengenai KB
Pelaksanaan:
Pada hari Selasa 19 Januari 2021 dilakukan edukasi secara perorangan kepada pasangan
suami istri untuk menggunakan KB agar mengontrol jumlah anak. Diberikan penjelasan
mengenai macam-macam KB. Pertama ada pil KB, pil KB ini mengandung hormon yang
dapat menekan hormon namun kelemahannya perempuan sering lupa untuk minum pil KB
sehingga sering terlewat dan menjadi hamil. Selain itu ada suntikKB 1 bulan dan 3 bulan,
suntikan cukup baik untuk membantu KB, namun ibu sering lupa untuk datang kembali
sesuai tanggal. Lalu ada implan, implan menjadi pilihan banyak ibu karena cukup mudah
namun tindakannya invasif karena harus memasukkan alat implan dibawah kulit dan diulang
dalam beberapa tahun. Terakhir ada IUD atau sering disebut spiral, alat ini juga menjadi
pilihan banyak ibu karena memiliki jangka waktu yang lama namun beberapa ibu juga
menlak karena takut dalam pemasangannya. Keuntungannya IUD ini tidak perlu kontrol
rutin. Selain alat, KB juga dapat melalui vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk
perempuan, namun jarang jadi pilihan, kecuali pasangan sudah memiliki cukup banyakanak
atau usia yang sudah tua.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan pasangan mengerti mengenai macam-macam KB
Evaluasi :
- Menanyakan pada waktu berikutnya untuk pemilihan KB yang disetujui bersama oleh
pasangan.
F4-UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

F4-1 Judul : Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu Pelangi

Latar belakang:

ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir hingga berusia enam bulan. Selama periode
tersebut, disarankan untuk hanya memberi ASI, tanpa tambahan asupan apa pun.
Sebab, ada banyak manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan oleh bayi. Tidak ada
asupan yang lebih baik untuk bayi selain ASI. Manfaat dari ASI sendiri adalah dapat
membuat sistem kekebalan bayi lebih kuat, membantu perkembangan otak bayi, membantu
pertambahan berat badan bayi menjadi ideal, selain memberi manfaat yang sangat banyak
pada bayi, mengASIhi juga memberi manfaat pada ibu yaitu menjadi KB alami, mengurangi
perdarahan setelah melahirkan, mengurangi stress dan tentunya dapat membangun ikatan
antara bayi dan ibu. Air susu yang diproduksi secara alami oleh tubuh ini memiliki
kandungan nutrisi yang penting bagi tumbuh kembang bayi, seperti vitamin, protein,
karbohidrat, dan lemak. Komposisinya pun lebih mudah dicerna ketimbang susu
formula. Karena itu, ASI dapat dikatakan sebagai makanan utama bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya. Di usia ini, bayi juga sebaiknya tidak diberikan air putih atau pun jus. Setelah
bayi berusia 6 bulan, ia sudah bisa diberikan MPASI yang terdiri dari aneka makanan dengan
kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Namun,
pemberian ASI tetap bisa dilanjutkan hingga usianya 2 tahun.

Permasalahan:
Masih banyak ibu yang tidakmemberikan ASI pada 6 bulan pertama bayinya. Beberapa dari
ibu mengeluhkan karena ASI yang tidak keluar atau karena tidak tahu cara-cara memberikan
ASI, misalnya ibu tidak mau membangunkan anak karena tidur.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan perorangan pada ibu untuk memberikan ASI terutama pada
6 bulan pertama bayi
Pemilihan intervensi :
- Melalui penyuluhan dan memberikan contoh pada ibu untuk memberikan ASI
Pelaksanaan:
Melakukan penyuluhan di Posyandu Pelangi Kamis 17 Desember 2020 mengenai pentingnya
ASI pada 6 bulan pertama bayi juga memberikan contoh cara mengASIhi bayi yang baik dan
benar. Selain itu ibu juga diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan
dibersihkan menggunakan kain yang dibasahkan air hangat, setelah itu bayi yang digendong
agak setengah duduk dan seluruh bagian aerola harus masuk ke bagian mulut bayi. Memberi
ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun namun terutama pada usia 6 bulan pertama karena
asupan bayi hanya ASI.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan ibu memberikan ASI sampai usia 6 bulan pertama bayi
Evaluasi :
- Memastikan ibu mengerti cara memberikan ASI dan memeriksakan bayi pada bulan
berikutnya
F4-2 Judul : Penyuluhan MPASI di Posyandu Seruni 24 November 2020

Latar belakang:
Pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI pertama untuk bayi tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, mulai dari
kesiapan makan anak, jenis makanan yang diberikan, hingga cara pemberian makanan
pendamping ASI yang tepat. Pemberian MPASI pertama kepada bayi perlu dilakukan
secara benar, karena jika MPASI diberikan dengan jumlah, komposisi, dan waktu yang
kurang sesuai, bayi justru bisa jadi susah makan. Akibatnya, asupan nutrisi bayi tidak
tercukupi, sehingga kesehatan serta tumbuh kembangnya terganggu. Ada beberapa poin yang
perlu diperhatikan dalam memberikan MPASI pertama pada bayi, yaitu kesiapan bayi dalam
menerima MPASI pertama ketika bayi berusia 6 bulan. Pada usia tersebut, sistem
pencernaannya sudah cukup berkembang hingga bisa mencerna makanan padat dengan
baik. Pemberian makanan padat, seperti bubur pisang, bubur nasi, atau bahkan bubur bayi
kemasan, sebelum bayi mencapai usia 6 bulan cenderung berbahaya karena bayi belum siap
menerimanya. Berikutnya jenis makanan yang diberikan, MPASI harus mengandung gizi
seimbang agar dapat memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, serta serat. MPASI perdananya harus dimulai dengan
makanan yang sudah dihaluskan atau bisa juga makanan encer yang sudah disaring. Bila bayi
sudah menikmati makanannya maka boleh diberikan yang lainnya, seperti finger food,
telur rebus atau makanan lunak yang dapat dipegang bayi. Selanjutnya frekuensi dan
jumlah, bayi diberi makan setidaknya 2-3 kali sehari, dengan 1 kali makanan selingan.
Namun, setelah berusia 8-9 bulan, bayi sudah mulai bisa makan sebanyak 3 kali sehari. Pada
usia 12 bulan ke atas, bayi sudah bisa untuk makan 3-4 kali sehari. Sedangkan jumlah
MPASI awal yang disarankan adalah sekitar 2-3 sendok makan. Selanjutnya, Bunda bisa
memperbanyak porsi MPASI secara bertahap sesuai nafsu makan anak. Yang terakhir tidak
memaksa bayi untuk makan. Pemberian MPASI harus dengan cara yang responsif, artinya
ibu disarankan untuk memberikan MPASI ketika anak mulai lapar dan berhenti
memberikannya ketika ia sudah mulai kenyang atau menolak untuk makan agar anak tidak
menolak makan dan terbiasa dengan jadwal makan yang baru.
Permasalahan:
Masih banyak ibu yang tidak mengerti cara pengolahan MPASI dan apa saja yang harus
diberikan dalam pengolahan MPASI. Ibu juga belum terbiasa dengan jadwal makan anak
yang baru sehingga kadang anak menjadi tidak mau makan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan perorangan pada ibu untuk mengolah MPASI dengan cara
yang baik dan benar
Pemilihan intervensi :
- Melalui penyuluhan dan memberikan semangat pada ibu untuk memberikan MPASI
pada anak
Pelaksanaan:
Melakukan penyuluhan di Posyandu Seruni Selasa 24 November 2020 mengenai MPASI
untuk anak diatas 6 bulan. Penyuluhan diberikan perorangan pada ibu mengenai cara
mengolah MPASI dan mengatur cara pemberian kepada anak. Mengolah MPASI dapat
menggunakan bahan yang ada setiap hari untuk memasak, juga mengganti jenis campuran
setiap harinya agar anak tidak bosan dan mau makan. Juga diberitahu pada ibu untuk
mengatur porsinya sedikit-sedikit sampai anak mulai terbiasa dengan makanan halus dan
tidak memaksa anak untuk menghabiskan makanan.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan ibu memberikan MPASI sesuai dengan kebutuhan anak
Evaluasi :
- Memastikan ibu mengerti cara mengolah MPASI dan memberikan anak MPASI
dengna benar
- Melakukan pemeriksaan anak pada bulan berikutnya
F4-3 Judul : Pengukuran BB dan TB pada Balita di Posyandu Nadamba

Latar belakang:

Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya,
atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai
sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Pada
tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3
dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting. Stunting terjadi karena kurangnya asupan
gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam
kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan
protein. Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan,
menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang
buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga ikut
berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan
oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat. Orangtua
perlu memeriksakan anak ke Posyandu atau Puskesmas secara rutin, agar tahapan
pertumbuhan anak dapat dipantau, untuk kemudian dibandingkan dengan kurva pertumbuhan
dari WHO. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi gagal tumbuh dan dianjurkan untuk dilakukan
setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan bagi anak berusia 1-2
tahun. Selain pemantauan terhadap tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan rutin ini juga
diperlukan untuk melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak, seperti
cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang.

Permasalahan:

- Masih banyak orangtua yang tidak menyadari anaknya mengalami stunting dan tidak
sadar akan pertumbuhan anak karena tidak melakukan pengukuran atau pemeriksaan
rutin di posyandu atau puskesmas
Perencanaan:
- Memberikan edukasi pada orangtua agar anak dibawa setiap bulan untuk dipantau
pertumbuhannya
Pemilihan intervensi :
- Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak juga memberikan edukasi
pada ibu pentingnya melakukan pemeriksaan di posyandu
Pelaksanaan:
Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak dan mencocokkan dengan kurva
pertumbuhan menurut WHO sehingga dapat diketahui pertumbuhan anak.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan ibu membawa anak setiap bulan untuk diukur berat badan dan tinggi
badan
Evaluasi :
- Memeriksakan kurva pertumbuhan anak setiap bulan
F4-4 Judul : Pemberian makanan tambahan pada Anak Kurang Gizi di Posyandu
Nadamba

Latar belakang :
Tingkat prevalensi berat badan kurang atau underweight pada anak balita di Indonesia
menunjukkan adanya kenaikan jumlah kasus dari 18,4% tahun 2007 menjadi 19,6% pada
tahun 2013. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI di atas, sebesar 5,7% dari kasus berat badan kurang pada balita disebabkan oleh
gizi buruk. Sementara 13,9% kasus disebabkan oleh kurang gizi. Indikator status gizi
berdasarkan indeks berat badan dan umur ini menunjukkan adanya masalah gizi secara umum
yang perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua. Secara umum, orang tua bisa mengenali
tanda berat badan kurang pada anak, yaitu jika ia mengalami penurunan berat badan,
tubuhnya tidak bertambah besar setelah beberapa bulan, dan tulang rusuk terlihat jelas dari
tubuhnya. Namun tanda-tanda ini tidak bisa selalu dijadikan patokan. Belum lagi pengaruh
dari faktor-faktor lain, seperti aktivitas fisik, gangguan metabolik, penyakit, genetik, serta
faktor sosial ekonomi dan lingkungan. Memenuhi kebutuhan anak memang tidak bisa
sembarangan. Walau berkalori tinggi, makanan seperti cokelat, minuman manis, serta
makanan berlemak sangat tidak dianjurkan untuk dijadikan sumber energi utama pada anak.
Untuk anak dengan usia dibawah 6 bulan, maka ASI eksklusif masih menjadi pilihan sumber
nutrisi utama yang dianjurkan, sedangkan untuk yang berusia diatas 6 bulan, sudah mulai
dapat diperkenalkan pada beragam jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk mulai
memperkenalkannya dengan makanan padat guna melengkapi nutrisi dari ASI. Anak
biasanya memerlukan frekuensi makan tambahan di luar waktu makan yang umum, yaitu tiga
kali sehari. Tambahkan setidaknya tiga kali waktu makan ringan (camilan) dengan porsi yang
lebih kecil setiap hari untuk meningkatkan asupan energi anak.
Permasalahan:
- Masih banyak anak di Indonesia yang memiliki gizi kurang. Hal ini juga termasuk
dalam perhatian khusus dari orangtua karena untuk asupan anak masih dipersiapkan
oleh orangtua. Gizi sendiri sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak,
baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan anak. Gizi anak terkadang dianggap
hal yang sepele namun nyatanya anak lebih memerlukan perhatian khusus dalam
asupan mereka.
Perencanaan:
- Memberikan edukasi kepada ibu mengenai gizi yang dibutuhkan anak
Pemilihan intervensi :
- Memberikan makanan tambahan pada anak kurang gizi
- Melalui edukasi dan tanya jawab pada ibu mengenai makanan yang diberikan kepada
anak dan cara agar anak tetap mau makan makanan yang bergizi
Pelaksanaan:
Memberikan makanan tambahan pada anak kurang gizi
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan ibu sudah paham mengenai gizi yang harus diberikan kepada anak
Evaluasi :
- Melihat perkembangan anak pada penimbangan berikutnya
F4-5 Judul : Pemberian Vitamin A Pada Balita di Posyandu Sintuwu

Latar belakang :
Setiap bulan Februari dan Agustus yang merupakan Bulan Vitamin A, diposyandu atau di
fasilitas kesehatan dibagikan vitamin A secara gratis untuk anak balita. Kurang Vitamin A
(KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di negara
berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah
satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak
usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,termasuk zat gizi
mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali
terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak,cacar air,diare dan infeksi
lain karena daya tahan anak menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat juga
terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus
juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin A. Sasaran program ini adalah balita dari usia 6
bulan sampai dengan 59 bulan. Vitamin A yang dibagikan adalah vitamin A dosis tinggi. Ada
2 jenis vit A yang diberikan yaitu yang biru (100.000 IU) untuk bayi usia 6 s/d 11 bulan, dan
yang merah (200.000 IU) untuk usia 12 s/d 59 bulan.
Permasalahan:
- Masih ada beberapa orangtua yang tidak mengetahui pentingnya pemberian vitamin A
pada anak sehingga beberapa anak tidak mendapatkan vitamin A pada bulan yang
ditentukan dari program
Perencanaan:
- Memberikan vitamin A sesuai dosis pada anak
Pemilihan intervensi :
- Pemberian vitamin A pada anak sesuai usia dan dosis
Pelaksanaan:
Di posyandu Sintuwu pada Kamis 4 Februari 2021 dilakukan pemberian vitamin A pada
semua anak yang datang dalam keadaan sehat. Diberikan vitamin A kapsul berwarna biru
(100.000 IU) untuk bayi usia 6 bulan sampai dengan 11 bulan dan vitamin A kapsul berwarna
merah (200.000 IU ) untuk anak usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Monitoring dan Evaluasi:
Monitoring :
- Memastikan ibu sudah paham mengenai pentingnya vitamin A untuk anak sehingga
pada bulan Agustus ibu membawa lagi anaknya untuk diberikan vitamin A
Evaluasi :
- Memastikan setiap anak yang datang ke posyandu mendapatkan vitamin A sesuai
dosis
F5-PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR

F5-1 Judul : Penyuluhan Diet untuk Hipertensi di Posbindu Angkasa

Latar belakang:
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,
hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar
25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum
adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,
partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,
swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan
hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa
berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi
gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X -}) sendok
teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan
minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan,
lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga
untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.

Permasalahan:
Masih banyak pasien yang tidak mengetahui risiko dari penyakit hipertensi dan komplikasi
bila tidak melakukan pengobatan rutin. Pasien hipertensi juga tidak menerapkan perubahan
pola gaya hidup dan diet rendah garam disamping pengobatan farmakologi.

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Memberikan edukasi pada pasien mengenai diet rendah garam dan modifikasi gaya hidup

Pelaksanaan:
Melakukan penyuluhan tentang diet rendah garam pada pasien hipertensi dan modifikasi gaya
hidup oleh dokter internsip dari Puskesmas Birobuli pada hari Senin 18 Januari 2021.
Penyuluhan ini diikuti oleh lansiadi posbindu angkasa.

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memberikan informasi tentang diet rendah garam dan modifikasi gaya hidup
- Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan evaluasi perubahan tekanan darah
Evaluasi :
- Memeriksakan tekanan darah pasien pada pemeriksaan berikutnya dan menanyakan
modifikasi gaya hidup dan diet rendah garam
- Melakukan perujukan ke puskesmas untuk pasien yang belum melakukan pengobatan
hipertensi
F5-2 Judul : Pemeriksaan Kolesterol Darah Pada Lansia di Posbindu Nadamba

Latar belakang:
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total (K-total), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG),
serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL). Data dari American Heart Association tahun 2014
memperlihatkan prevalensi dari berat badan berlebih dan obesitas pada populasi di Amerika
adalah 154.7 juta orang yang berarti 68.2 % dari populasi di Amerika Serikat yang berusia
lebih dari 20 tahun. Populasi dengan kadar kolesterol ≥ 240 mg/dl diperkirakan 31.9 juta
orang (13.8 %) dari populasi(5). Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar
nasional (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk Indonesia yang
berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan
kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan
lebih banyak dari di pedesaan. Data RISKEDAS juga menunjukkan 15.9 % populasi yang
berusia ≥ 15 tahun mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9 %
mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang
sangat tinggi (≥ 500 mg/dl). Dislipidemia merupakana faktor risiko primer untuk PJK dan
mungkin berperan sebelum faktor risiko utama lainnya muncul. Data epidemiologi
menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko untuk stroke iskemia.
Pengelolaan pasien dislipidemia terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis. Terapi
non farmakologis meliputi perubahan gaya hidup, termasuk aktivitas fisik, terapi nutrisi
medis, penurunan berat badan dan penghentian merokok. Sedangkan terapi farmakologis
dengan memberikan obat anti lipid.
Permasalahan:
Masih banyak pasien yang tidak mengetahui risiko dari penyakit dislipidemia dan komplikasi
bila tidak melakukan pengobatan rutin. Pasien dengan dislipidemia juga tidak menerapkan
perubahan pola gaya hidup disamping pengobatan farmakologi.

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Memberikan edukasi pada pasien mengenai modifikasi gaya hidup dan pengaturan pola
makan

Pelaksanaan:
Melakukan penyuluhan tentang diet pasien dislipidemia dan modifikasi gaya hidup

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memberikan informasi tentang diet untuk pasien dislipidemia dan modifikasi gaya
hidup
Evaluasi :
- Memeriksakan kolesterol darah pasien pada pemeriksaan berikutnya dan menanyakan
modifikasi gaya hidup pasien
F5-3 Judul : Pemeriksaan Asam Urat Darah di Posbindu Nadamba

Latar belakang:
Gout artritis merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal MSU di persendian, ginjal,
dan jaringan ikat lain sebagai akibat hiperurisemia yang telah berlangsung kronik. Tanpa
penanganan yang efektif kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronik, terbentuknya
tofus, dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal berat, serta penurunan
kualitas hidup. Gout mengenai 1−2% populasi dewasa, dan merupakan kasus artritis
inflamasi terbanyak pada pria. Prevalensi penyakit gout diperkirakan antara 13.6 per 1000
pria dan 6.4 per 1000 wanita. Prevalensi gout meningkat sesuai umur dengan rerata 7% pada
pria umur >75 tahun dan 3% pada wanita umur >85 tahun. Penelitian di Indonesia oleh Raka
Putra dkk menunjukkan prevalensi hiperurisemia di Bali 14.5%, sementara penelitian pada
etnis Sangihe di pulau Minahasa Utara oleh Ahimsa & Karema K didapatkan prevalensi gout
sebesar 29.2%. Hiperurisemia tanpa gejala klinis ditandai dengan kadar asam urat serum >
6.8 mg/dl, yang berarti telah melewati batas solubilitasnya di serum. Periode ini dapat
berlangsung cukup lama dan sebagian dapat berubah menjadi artritis gout. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gout diantaranya faktor genetik, berat badan
berlebih (overweight), konsumsi obat-obatan tertentu (contoh: diuretik), gangguan fungsi
ginjal, dan gaya hidup yang tidak sehat (seperti: minum alkohol dan minuman berpemanis).
Hindari makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti
hati, ampela, ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya
antara lain daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish
seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir,
wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa
yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat
meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah
lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan
gout.

Permasalahan:
Masih banyak pasien yang tidak peduli pada penyakit gout artritis. Pasien dengan penyakit
gout artritis juga tidak memedulikan pengobatan dan selalu datang berulang karena tidak
melakukan perubahan gaya hidup.

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap
Memeriksakan asam urat darah pada pasien dengan riwayat Gout Artritis

Pelaksanaan:
Melakukan penyuluhan tentang diet pasien gout artritis dan modifikasi gaya hidup

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memberikan informasi tentang diet untuk pasien gout artritis dan modifikasi gaya
hidup
Evaluasi :
- Memeriksakan asam urat darah pasien pada pemeriksaan berikutnya dan menanyakan
modifikasi gaya hidup pasien
F5-4 Judul : Pemeriksaan Tekanan darah di Posbindu Angkasa

Latar belakang:
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi
yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan
masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data
Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-
obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan
estrogen. Di Indonesia terdapat pergeseran pol a makan, yang mengarah pad a makanan cepat
saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan
rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia. Dengan mengetahui
gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan
sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

Permasalahan:
Masih banyak pasien yang tidak peduli pada penyakit hipertensi dan masih banyaknya pola
gaya hidup yang tidak sesuai dengan pola gaya hidup sehat

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap dan melakukan follow up tekanan darah
Memberikan edukasi pada pasien mengenai modifikasi gaya hidup dan pengaturan pola
makan

Pelaksanaan:
Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan menanyakan keluhan

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memberikan informasi tentang diet rendah garam dan modifikasi gaya hidup
Evaluasi :
- Memeriksakan tekanan darah pasien pada pemeriksaan berikutnya dan menanyakan
modifikasi gaya hidup pasien
F5-5 Judul : Pemeriksaan Gula Darah di Posbindu Nadamba

Latar belakang :
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosadalamdarah
melebihibatas normal.Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes
mellitus(DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Saat ini
penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
dan prevalensi DMtipe-2 di berbagai penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia
(WHO)memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DMyang menjadi salah satu
ancaman kesehatan global. Pada buku pedoman ini, hiperglikemia yang dibahas adalah yang
terkait dengan DM tipe-2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.Laporan ini
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun
2035. SedangkanInternational Diabetes Federation (IDF)memprediksi adanya kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesiadari 9,1jutapada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada
tahun 2035. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas
15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan
terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Pada praktek
sehari-hari, hasil pengobatan DM tipe 2 harus dipantau secara terencana dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah. Tujuan pemeriksaan glukosa darah untuk
mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai, melakukan penyesuaian dosis obat. Waktu
pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah yaitu glukosa darah puasa, Glukosa 2 jam setelah
makan, atau Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

Permasalahan:
Masih banyak pasien yang tidak peduli pada penyakit diabetes melitus dan masih banyaknya
pola gaya hidup yang tidak sesuai dengan pola gaya hidup sehat.

Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap dan melakukan follow up gula darah
Memberikan edukasi pada pasien mengenai modifikasi gaya hidup dan pengaturan pola
makan

Pelaksanaan:
Melakukan pemeriksaan gula darah dan menanyakan keluhan

Monitoring dan Evaluasi:


Monitoring :
- Memberikan informasi tentang modifikasi gaya hidup dan jadwal maka n pasien
Evaluasi :
- Memeriksakan gula darah pasien saat pemeriksaan berikutnya dan menanyakan
perubahan gaya hidup pasien

Anda mungkin juga menyukai